Penyakit Cacing Pada Anak SD di Polewali Mandar
Tahun 2006 -2007
Oleh :
Arsad Rahim Ali, SKM Ka. UPT Sistem Informasi Kesehatan
Dinkes Kab. Polewali Mandar
ABSTRAK
Pendahuluan
Di Indonesia gambaran berbagai penyakit telah terungkap secara lengkap misalnya gambaran penyakit gizi kurang, ispa, diare, kecacingan dan lain-lain, namun gambaran penyakit ini antar wilayah satu dengan wilayah yang lainnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga upaya pendekatan penanggulangannyapun berbeda-beda.
Salah satu penyakit yang dapat dikaji dan memberikan gambaran besarnya masalah dan upaya penanggulangan adalah penyakit kecacingan pada anak Sekolah Dasar. Penyakit Kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu kurang lebih antara 45-65 %, bahkan diwilayah-wilayah tertentu yang sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan bisa mencapai 80%. Cacing-cacing yang menginfestasi anak dengan prevalensi yang tinggi ini adalah cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita, kalau di diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang tinggal diusus manusia ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya misalnya kurang gizi dengan infestasi cacing gelang yang suka makan karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang kadar darah) karena cacing tambang
suka isap darah diusus dan cacing-cacing cambuk dan pita suka sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya misalnya turunnya prestasi belajar dan drop outnya anak SD.
Di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2005, berdasarkan hasil survei terbatas oleh program SWLIC -2 prevalensi kecacingan pada anak SD masih berkisar 45-65 %. Karena prevalensinya yang masih sangat tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan masuk dalam prioritas pembangunan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar. Bagaimana gambaran penyakit cacing pada anak SD dan
upaya pencegahan dan
penanggulangan di Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2006-2007 dapat dijelaskan dalam artikel ini.
Tujuan
Untuk mengetahui gambaran penyakit cacing anak SD selama tahun 2006-2007, dan upaya-upaya tindakan pencegahan dan penanggulangan Penyakit Kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar.
Penyakit Kecacingan
tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Terutamanya pada anak-anak. Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang dan cacing pita.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak - anak sekolah dasar / MI dikarenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk / C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat / anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk.
Secara keseluruhan gejala-gejala kecacingan adalah
• Berbadan kurus dan
perrtumbuhan terganggu
(kurang gizi)
• Kurang darah (anemia)
• Daya tahan tubuh
rendah,sering-sering sakit, lemah dan senang menjadi letih sehinnga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun.
Gejala-gejala ini terjadi karena cacing Ascaris Lumbricoides hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat dan mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh kedalam kekurangan gizi buruk, sedangkan cacing trichuris dan cacing tambang disamping mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penularan kecacingan secara umum melalui dua cara
1. Anak buang air besar sembarangan – Tinja yang mengandungi telur cacing mencemari tanah – Telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang bermain– Ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut – tertelan – kemudian orang akan cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi cacing.
Gambar 1
Gambaran epidemiologi penyakit kecacingan
Epidemiologi kecacingan adalah gambaran tentang distribusi (tempat, orang dan waktu) dan determinan (faktor utama) terjadinya penyakit kecacingan dalam suatu populasi. Berdasarkan etiologi (kausa) suatu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi, penyakit kecacingan ini diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi atau merupakan mikroorganisme penyebab penyakit
yang dapat ditularkan
(Communicable Diseases-biological agents). Dan berdasarkan durasi kejadian akut, sub akut-sub kronik dan kejadian kronik, penyakit kecacingan ini biasanya digolongan sebagai penyakit kronik yaitu diatas 3 bulan baru ditahu gejala-gejalanya, sehingga spektrum penyakitnya atau luas penyakitnya biasa endemik. Penyebaran karakteristik manifestasi penyakit kecacingan dengan gejala kliniknya lebih banyak ditemukan tampa
gejala, namun kejadiannya sudah masuk dalam kondisi akut maka manifestasi kliniknya akan semakin jelas.
Klasifikasi Kecacingan
Tabel 1.
Perbedaan Kelas Mikroorganisme Cacing
(Cestoda, Trematoda dan Nematoda
Karakteristik
cacing Cestoda Trematoda Nematoda Bentuk Tubuh Pita,
bersegmen
Daun tak bersegmen Silindris, segmen (-)
Sistem
Reproduksi Hermafrodit (monoecius) Hermafrodit (monoecius) kecuali Schistosoma
Jantan dan betina (diecious)
Kepala Alat isap (+),
kait (+) Alat isap (+)Kait(-) Alat isap (-)Kait (-) Sistem
Pencernaan Tidak ada usus (-) Tak sempurnaAnus (-) SempurnaAnus (+) Rongga tubuh Tidak ada Tidak ada Ada
Besarnya Masalah dan Penanggulangan Penyakit Kecacingan
di Kabupaten Polewali Mandar
Berdasarkan hasil survei terbatas oleh program SWLIC -2 di tahun 2005 prevalensi kecacingan pada anak SD masih berkisar 45-65 %. Karena prevalensinya yang masih sangat tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan masuk dalam prioritas pembangunan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar,
Tabel 2
Hasil Kumulatif Pemeriksaan Laboratorium Faeces Kecacingan murid SD
di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007
Tahun Jumlah SD
Jumlah murid diperiks
a
Positif Negatif
Jumla h
n % n %
2006 24 2288 783 34.22 1505 65.78 100.00
2007 69 2353 312 13.26 2041 86.74 100.00
Jumlah
Kumulatif 93 4641 1095 23.59 3546 76.41 100.00
Sumber :
Hasil kumulatif pemeriksaan Laboratorium Faeces kecacingan murid SD di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007 terlihat jelas penurunan presentase tahun 2006 sebesar 34,22 5 menjadi 13.26 % di tahun 2007. Penurunan ini karena hasil survei terbatas yang dilakukan ditahun 2005 yang memberikan gambaran kecacingan di kabupaten Polewali Mandar antara 35-45 % untuk segera di lakukan intervensi pemberian obat
Tabel 3
Jumlah SD dengan Presentase diatas dan dibawah Rata-rata
Kumulatif Kabupaten Polewali Mandar 2006-2007
Presen SD Kecacingan Jumlah SD
n %
> 23,59 28 30.11
<23,59 65 69.89
Jumlah Kumulatif 93 100
Pata tabel 3. sampel faeces untuk kecacingan di Kabupaten Penurunan ini karena telah tahunnya juga telah