Triwulan IV - 2008
|
|
Kajian Ekonomi Regional NTT1
Latar Belakang
Realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak oleh pemerintah pada bulan
Mei 2008 lalu secara tidak langsung akan ikut membentuk ekspektasi inflasi oleh
masyarakat dalam bentuk naiknya harga-harga komoditas. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Provinsi NTT, komoditas penyumbang inflasi terbesar untuk
Kota Kupang bersumber dari kelompok bahan makanan dan kelompok
perumahan. Adanya shock yang bersumber dari administrered price diduga akan
berpengaruh (multiplier effect) terhadap meningkatnya harga dari
komoditas-komoditas yang terkait pada kelompok bahan makanan dan perumahan.
Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk : 1) Mengetahui informasi
tentang efek isu kenaikan harga terhadap perkiraan pembentukan harga, 2)
Mengetahui informasi tentang efek isu kenaikan harga bahan bakar minyak
terhadap struktur biaya produksi, 3) Menggali informasi tentang efek isu
kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap pola konsumsi rumah tangga, 4)
Menggali informasi tentang perkiraan harga sampai dengan akhir 2008, setelah
terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak.
Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini
semua orang yang tercatat berdomisili di Kota Kupang yang dikelompokan atas
dua kelompok, yaitu : 1) konsumen yaitu semua masyarakat yang ada di Kota
Kupang di luar produsen atau penjual komoditas, 2) produsen atau penjual
komoditas yang ada di Kota Kupang baik berupa perorangan maupun badan
usaha. Jumlah sampel yang terambil sebanyak 400 rumah tangga responden,
yang terdiri dari 250 rumah tangga konsumen bahan makanan dan 150 rumah
tangga produsen bahan makanan yang tersebar pada 15 kelurahan di empat
kecamatan Kota Kupang.
DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP EKSPEKTASI KENAIKAN HARGA BAHAN MAKANAN DAN PERILAKU KONSUMSI
Triwulan IV - 2008
|
|
Kajian Ekonomi Regional NTT2
Pembahasan
Dari hasil survei didapatkan beberapa hal sebagai berikut :
UMKM industri rumah tangga penguna bahan bakar minyak di Kota
Kupang, adalah industri pengolahan makanan, penangkapan ikan, warung
makan, penggilingan jagung dan padi, parut kelapa, industri kerajinan tangan
rumah tangga, tahu tempe dan kerupuk. Biaya produksi dari usaha kecil atau
industri rumah tangga yang ada di Kota Kupang sekitar Rp. 2.034.063,65.
Pedagang selalu mengeluarkan biaya untuk melaksanakan berbagai fungsi
pemasaran. Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pun berubah. Kenaikan harga BBM
meningkatkan biaya pemasaran meningkat 33,45% dibandingkan dengan
keadaan sebelum kenaikan harga BBM. Komponen biaya pemasaran yang
meningkat cukup tinggi adalah komponen biaya tenaga kerja (65,08 %), diikuti
kenaikan biaya untuk BBM 41,11 % biaya transportasi 34,80 %.
Dampak kenaikan harga BBM berpengaruh terhadap omset pembelian dan
penjualan komoditas bahan makanan oleh pedagang di Kota Kupang.
Penurunan omset pemasaran ini bervariasi diantara komoditas pangan yang
diperdagangkan. Komoditas bahan pangan yang mengalami penurunan cukup
signifikan adalah telur yang besarnya 61,5 diikuti dengan ikan 66.79% dan beras
68,40.
Kenaikan harga BBM menyebabkan harga berbagai komoditas pangan di
Kota Kupang pun mengalami peningkatan yang bervariasi menurut jenis bahan
makanan yang diperdagagkan. Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan
harga komoditas pangan dengan variasi diantara komoditas yang dipasarkan.
Untuk kelompok beras sebagian besar (48,57 %) pedagang menaikan harga beras
kurang dari 5 % sementara sebanyak 42,86 % menaikan harga beras yang dijual
meningkat antar 5,1- 6 % terdapat sebagian kecil yang mengatakan harga beras
yang dijual meningkat lebih dari 7 %.
Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan untuk kelompok bahan
makanan meningkat dari 488.934,54 sebelum kenaikan harga BBM menjadi Rp.
Triwulan IV - 2008
|
|
Kajian Ekonomi Regional NTT3
rumah tangga per bulan untuk kelompok bahan non makanan menurun dari Rp.
939.869,76 menjadi Rp. 882. 741,07. Secara keseluruhan konsumen di Kota
Kupang memperkirakan bahwa harga bahan makanan pada akhir tahun 2008
naik. Perkiraan dengan trend sama juga akan terjadi pada semester I 2009.
Perkiraan konsumen ini erat dengan kaitannya dengan adanya Hari Raya Natal
dan Tahun Baru yang akan memicu kenaikan berbagai bahan makanan di Kota
Kupang. Faktor pemicu peningkatan harga pada semester pertama 2009 adalah
faktor iklim atau cuaca. Menyebabkan arus transportese barang tidak lancar dari
luar ke NTT terlambat sehingga dapat memicu kenaikan harga bahan makanan.
Dengan demikian untuk meminimalkan sumber tekanan inflasi di Kota
Kupang, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah, yaitu :
(1) Ada pembinaan manajemen usaha dan pemasaran serta bantuan modal bagi
usaha menenggah, kecil dan mikro dalam pengelolaan usahanya agar bisa
bekerja secara efisien dan efektif dalam pengelolaan usahanya, dan
(2) Upaya untuk mengembangkan bahan makanan produk lokal untuk
mengurangi ketergantungan konsumen terhadap komoditas bahan makanan