Profesional
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH
Sumber Daya Alam (SDA).
DASAR HUKUM
UU No. 21 Tahun 1997 yang telah diubah menjadi UU No.20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
UU No. 12 Tahun 1985 yang telah diubah menjadi UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;
UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;
UU No. 11 Tahun 1995 yang telah diubah menjadi UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai;
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; dan
PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
PEMBAGIAN IMBANGAN DBH PAJAK
1. Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21
a. Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20%; b. DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan
rincian sebagai berikut:
8% untuk provinsi yang bersangkutan; dan 12% untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.
c. DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 untuk kabupaten/kota sebesar 12% dibagi dengan rincian sebagai berikut:
8,4% untuk kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar; dan
3,6% untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar.
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
a. 10% untuk Pusat, dikembalikan lagi kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan :
6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota; dan
3,5% dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
b. 90% untuk daerah, dengan rincian sebagai berikut : 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi;
64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota; dan
9% untuk biaya pemungutan.
3. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
a. 20% untuk Pusat, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota; dan
b. 80% untuk daerah dengan rincian sebagai berikut: 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi; dan
Gedung Sutikno Slamet Lantai 16
Jl. DR. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710 Telp. 021-350.3442 Faks. 021-350.3443
Produktif Nasionalis
Gedung Sutikno Slamet Lantai 16 Jl. DR. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710 • Telp. 021-350.3442 • Faks. 021-350.3443 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
www.djpk.depkeu.go.id
PAJAK
dana bagi hasil
DBH CUKAI HASIL TEMBAKAU
a. Penerimaan Negara hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada daerah penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2 % yang digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal.
b. Gubernur mengelola dan menggunakan dana bagi hasil cukai tembakau dan mengatur pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada bupati/walikota di daerahnya masing-masing berdasarkan kontribusi penerimaan cukai hasil tembakaunya.
c. Pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau dilakukan dengan persetujuan Menteri Keuangan, dengan komposisi 30 % untuk provinsi penghasil, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 30% untuk/kabupaten kota lainnya.