• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK

DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG,

KABUPATEN KULON ROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Oleh:

Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

PENGESAHAN

PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK

DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO

Oleh:

Diah Ayu Septihartiningsih

Telah dipertahankan di depan penguji skripsi Pendidikan Teknik Boga Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta

Pada Tanggal : 12 Desember 2008

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Susunan Dewan Penguji

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Ichda Chayati, M.P Ketua Penguji ………. ………..

Nani Ratnaningsih, M.P Sekretaris Penguji ……….. ………..

Marwanti, M.Pd Penguji ……… ………..

Yogyakarta, Januari 2009 Dekan Fakultas Teknik

(3)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGOini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 21 November 2008 Pembimbing,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO” benar-benar merupakan karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang sejenis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau

kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Yogyakarta, November 2008 Yang menyatakan

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tiada kemenangan Tanpa perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan,

tiada pengorbanan tanpa keiklasan

Jangan Pernah ada kata “Putus asa “ dalam menghadapi segala sesuatu,

kalau sudah waktunya, sesuatu akan teras indah, kuncinya hanya

“SABAR”

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada :

Kedua Orang tua ku dan adikku atas doa, dukungan yang diberikan

Teman – teman S1 Pend Teknik Boga angkt ’04

Camie_doel yang selalu memberikan doa dan semangat

(6)

PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK

DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO

Oleh :

Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang pemasaran,. (2) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang produksi, (3) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang keuangan, dan (4) profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang sumber daya manusia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini adalah profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Populasi penelitian ini terdiri dari 63 industri slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo sedangkan sampel yang diambil 6 industri slondok yang memiliki omset yang paling tinggi dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas Isi (content validity) dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli(expert judgement).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Profil Industri Makanan Slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo”. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari selesainya laporan proyek akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun menyampaikn rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Wardan Suyanto Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Sutriyati Purwanti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta

3. Ichda Chayati, M.P, selaku dosen pembimbing skripsi, atas bantuan, dorongan dan bimbingannya selama ini

4. Marwanti, M.Pd,selaku dosen penguji skripsi atas bantuan dan waktu yang telah diberikan.

5. Nani Ratnaningsih, M.P, selaku sekertaris penguji Skripsi, atas bantuan dan waktu yan telah diberikan

6. Teman-teman S1 angkatan 2004, ayo semangat.

7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai tahap belajar, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan dapat dimanfaatkan

Yogyakarta, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN………... iii

HALAMAN PERNYATAAN……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

ABSTRAK……….. vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah ..………... B. Identifikasi Masalah ………..………... C. Batasan Masalah……….……….. D. Rumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian………..

(9)

2. Jenis Penelitian ………... B. Populasi Dan Sampel Penelitian ………... C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... D. Teknik Pengumpulan Data ………... E. Instrumen Penelitian ……….... F. Teknik Analisis Data ………...

30 31 31 32 33 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 37

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ……….... B. Hasil Penelitian... C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….

37 37 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….... 65

A. Simpulan………...………...

B. Saran ………..

65 66

DAFTAR PUSTAKA ……….. 67

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Singkong... 23

Tabel 2. Formula Pembuatan slondok... 25

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen... 34

Tabel 4 Identitas responden menurut usia... 38

Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin... 38

Tabel.6 Jumlah produksi dalam 1 kali produksi... 41

Tabel 7. Harga jual slondok... 41

Tabel 8. Jangkauan Penjualan... 43

Tabel 9. Pengadaan bahan baku ... 44

Tabel 10. Jenis bahan baku yang digunakan ... 45

Tabel 11. Jumlah pembelian bahan baku ... 46

Tabel 12. Peralatan dalam membuat slondok... 46

Tabel 13. Modal usaha... 50

Tabel 14. Pendidikan formal pemilik industri... 51

Tabel 15. Pendidikan non formal. pemilik industri... 52

Tabel 16. Pengalaman kerja... 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram alir kerangka berfikir ... 29

Gambar 2 Slondok . ... 39

Gambar 2. Pengemasan slondok... 40

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat penelitian... 73

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas... 78

Lampiran 3 Instrumen penelitian... 84

Lampiran 4 Hasil Wawancara dan Observasi... 90

Lampiran 5 Perhitungan Penentuan sampel... 108

Lampiran 6 Perhitungan regresi linier umur Vs Lama Usaha... 117

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami peningkatan,

hal ini dapat dilihat dari semaraknya pertumbuhan industri rumah tangga sebagai

usaha yang dipilih masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Terlihat

jelas bahwa sektor industri dapat menampung tenaga kerja, sehingga dapat

mengurangi pengangguran dan memberikan peningkatan pendapatan masyarakat

serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang dengan

baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi dari

masing-masing industri. Masalah yang timbul dan banyak dialami oleh industri

kecil meliputi kurangnya modal, lokasi yang salah dan kurangnya promosi.

Menurut Siti Nurimah (2003) kelemahan dan keunggulan industri kecil

meliputi pemilik yang merangkap menjadi manajer perusahaan yang bekerja

sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri, merupakan perusahaan keluarga

dimana manajernya mungkin tidak memiliki keahlian yang handal, resiko usaha

menjadi beban pemilik, pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu,

tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, tidak ada analisis uang tunai, tidak

memiliki perencanaan sistem struktur organisasi, serta alat-alat kegiatan yang

masih sederhana, selain itu lemahnya promosi dan sumber modal terbatas.

Industri kecil perlu ditingkatkan dan dikembangkan, oleh karena itu

(14)

2

mendapatkan kredit dan modal dari bank, pemberian pendidikan dan pelatihan,

sehingga sektor industri kecil akan berkembang dengan baik dan akan membantu

tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak

industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Meskipun industri

tersebut terletak di daerah yang cukup jauh dari kota dan apabila dibandingkan

dengan penelitian tentang slondok di daerah Magelang yang diteliti oleh Ana

Diyah (2004),

Industri slondok di Banjarharjo ini tergolong masih sederhana, industri ini

mempunyai potensi dalam memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat.

Industri ini merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4

orang dan sudah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan

mulai berkembang, akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat

dilihat dari manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang

berdasarkan kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan,

pembagian kerja yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas,

penerapan system penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi

administrai yang tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih

tercampur, manajemen produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan

memadai, pelaksanaan produksi yang tidak sesuai jadwal, pengawasan produksi

(15)

3

sanitasi hygiene dan pengendalian mutu yang masih sederhana. Untuk itu agar

industri slondok dapat berkembang maka diperlukan manajemen usaha yang baik

dan terarah terencana dan berkembang dalam persaingan. Untuk itu agar industri

slondok dapat berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan

tersebut diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih

berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang

industri makanan slondok di Banjarharjo, dari pemerintah ( Dinas Perindustrian

dan Perdagangan) Kabupeten Kulon Progo belum memberikan gambaran yang

jelas tentang industri tersebut beserta produknya. Penggambaran yang dimaksud

adalah profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa hal yang menyangkut profil industri makanan slondok di Desa

Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, yang akan diteliti

dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pemasaran yang dilakukan pada industri makanan slondok?

2. Bagaimana proses produksi yang dilakukan pada industri makanan

slondok?

3. Bagaimana keuangan pada industri makanan slondok?

4. Bagaimana sumber daya manusia pada industri makanan slondok?

5. Bagaimana sanitasi hygiene makanan pada usaha slondok?

(16)

4

7. Hambatan apa saja yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan pada

usaha makanan slondok yang sukses?

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah ternyata terdapat banyak permasalahan sehingga

diperlukan batasan masalah. Dengan adanya batasan masalah maka akan

menambah jelas fokus permasalahan, di samping keterbatasan pengetahuan,

biaya, waktu, dan tenaga. Peneliti membatasi permasalahan yang diangkat dalam

latar belakang dan identifikasi masalah yaitu dari bidang pemasaran, bidang

produksi, bidang keuangan dan bidang sumber daya manusia.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang pemasaran?

2. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang produksi?

3. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan?

4. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya

manusia?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

(17)

5

3. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan.

4. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya

manusia

F. Manfaat penelitian

1. Dapat diketahuinya profil indistri makanan slondok di Desa Banjarharjo

yang ditinjau dari bidang pemasaran, bidang produksi, bidang keuangan,

bidang sumber daya manusia.

2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh :

a. Pengusaha slondok di Banjarharjo sebagai studi perbandingan untuk

kepentingan usahanya terutama untuk pengembanggan usahanya serta

untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin muncul.

b. Bagi Jurusan PTBB, Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pustaka yang akan memperkaya khasanah keilmuan tentang industri

makanan slondok dan bias digunakan untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi peneliti, sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang telah

diperoleh selama melaksanakan perkuliahan di UNY dan sebagai

masukan yang dapat digunakanpertimbangan untuk menciptakan

lapangan kerja khususnya dalam usaha makanan.

d. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Profil

Istilah profil menurut J.S Badudu (1994) berarti pandangan dari

samping tentang wajah orang, raut muka, atau tampang. Menurut Sumadji yang

dikutip oleh Asih Ratnasih (2003) dalam kamus ilmu sosial profil adalah

gambaran grafis dari tingkat-tingkat yang berhubungan dengan serangkaian ciri

tertentu.

Profil menurut Kommaruddin (1984) adalah grafik yang menyajikan

secara kuantutatif seperangkat karakteristik yang ditentukan oleh tes. Sedangkan

menurut Peter Salim dan Yeni Salim (1991) profil adalah rencana atau

penjelasan singkat mengenai bagian-bagian utama. Dari berbagai pendapat

tentang definisi profil di atas memberi penjelasan bahwa profil merupakan suatu

penggambaran tentang suatu objek secara jelas dilihat dari berbagai segi yang

menjadi karakteristik obyek tersebut

2. Pengertian Industri

Industri menurut Badan Pusat Statistik (2000) adalah tempat pengolahan

bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) mendefisinikan industri

sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan

(19)

industri dalam pengolahan bahan dibutuhkan tempat untuk proses produksi agar

menghasilkan produk yang diinginkan.

Menurut Sujadi Prawirosentono (1997) pengertian industri adalah suatu

tempat yang menghasilkan dan menjual barang sejenis. Selama menjual barang

dibutuhkan tempat yang berfungsi untuk menghasilkan barang yang diproduksi.

Melihat pengertian di atas, maka industri pada prinsipnya sama merupakan

tempat mengolah bahan. Dalam pengolahan bahan tersebut, suatu industri perlu

sekali memperhatikan tempat pengolahan yang tepat karena akan

mempengaruhi efektivitas dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri slondok adalah tempat

pengolahan bahan baku (singkong) menjadi bahan jadi (slondok).

3. Pengertian Profil Industri

Profil industri yang dimaksud pada penelitian ini adalah gambaran atau

potret tempat pengolahan bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang

lebih tinggi nilai jualnya.

Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) dalam konteks bisnis

manajemen dapat dibagi menjadi empat bidang utama ; a) bidang pemasaran, b)

bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.

4. Manajemen

Sukanto Reksohadiprodjo (2000) menyatakan bahwa manajemen adalah

proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisir, memimpin dan

mengandalkan sumber daya manusia, keuntungan fisik dan informasi guna

(20)

Menurut Suharsimi Arikunto (1990) Manajemen dapat diartikan

pengelolaan-pengelolaan menurut pengertian modern adalah suatu usaha

bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif

dan efisien dengan menggunakan sumber daya dan dana yang ada.

Menurut M. Fuad (2001) manajemen adalah sutu proses yang melibatkan

kegiatan perencanaan, penggorganisasian, penggarahan dan pengendalian yang

dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber daya lainnya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu

proses pelaksanaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.

Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) Dalam konteks bisnis,

manajemen dapat dibagi dalam empat bidang utama, walaupun dalam bisnis

tertentu bidang–bidang itu dapat berkembang sesuai dengan skala perusahaan

dan strategi yang dikembangkan Manajemen atau juga dapat disebut bidang

bisnis dapat dikelompokkan dalam ; a) bidang pemasaran, b) bidang produksi,

c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.

Menurut Amiirullah dan Haris Budiyono (2004) bidang-bidang

manajemen dikelompokkan menjadi empat bidang utama yaitu : ) bidang

pemasaran, b) bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya

(21)

Menurut Hani Handoko (1997) bidang-bidang manajemen dibagi menjadi

beberapa diantaranya yaitu manajemen sumber daya mausia, manajemen

keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran

a. Manajemen Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan manusia yang dimaksudkan untuk

memuaskan kebutuhan dan kemajuan melalui proses pertukaran

(Kotler Philip, 1994). Indiyo Gitosumarno (1994) mengemukakan bahwa

pemasaran adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang

dipasarkan dapat diterima dan disenangi pasar. Jadi pemasaran merupakan

kegiatan yang mengusahakan agar produk diterima konsumen untuk

pemenuhan dan pemuas kebutuhan. Dalam pemasaran terjadi perpindahan

barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen. Jangkauan pemasaran

sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui hingga barang atau jasa

sampai ke tangan konsumen.

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya membutuhkan

strategi dalam pemasaran. Strategi yang banyak dan sering digunakan

adalah strategi bauran pemasaran (Marketing Mix). Bauran pemasaran atau

Marketing Mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang

memuat unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan

posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Basu Swastha (1997) Marketing Mixadalah kombinasi dari

empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran

(22)

Sedangkan menurut M. Mursid (1997) bauran pemasaran atau marketing

mix adalah faktor-faktor yang dikuasai, digunakan dikendalikan oleh

sesorang manajer untuk mempengaruhi jumlah permintaan dan menaikkan

omset.Marketing mix/ bauran pemasaran terdiri dari :

1) Produk/product

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar

untuk mendapatkan perhatian yang digunakan, dimili, dikonsumsi

sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler dan

Amstrong, 2001). Menurut M.H Soetrisno (1991) Produk adalah

menyangkut pemilihan barang yang akan ditawarkan secara tepat kepada

konsumen. Produk yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap barang

yang dihasilkan perusahaan melalui proses produksi untuk dijual kepada

konsumen. Kebijakan produk perusahaan juga menyertakan atribut

produk yaitu mutu, tampilan, model, pilihan, nama merk, pengemasan,

garansi/jaminan.

2) Harga/price

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan kepada konsumen

dengan manfaat dari memiliki/menggunakan produk/jasa yang nilainya

ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau

ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua

pembeli (MH. Soetrisno, 1991). Harga sering dijadikan indikator oleh

(23)

Apabila harga lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang lain maka

dianggap memiliki kualitas yang lebih baik. Basu Swastha & T.Hani

Handoko (1989) mendefisinikan harga sebagai berikut : “ harga adalah

jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan

pelayanannya”.

Dari definisi diatas harga mengandung dua komponen pokok yaitu:

barang yang dibayar oleh konsumen sudah termasuk pelayanan, dan

penjual ingin mendapatkan keuntungan dari dari harga yang ditetapkan.

3) Promosi/promotion

Menurut Basu Swastha (1997) promosi adalah arus informasi

persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang pada

tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dari definisi

tersebut jelas bahwa promosi merupakan salah satu aspek yang penting

dalam manajemen pemasaran. Promosi dapat menimbulkan rangkaian

kegiatan selanjutnya dari perusahaan disamping itu dapat dijadikan alat

untuk menimbulkan keinginan konsumen untuk menggunakan

produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Adapun alat –alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan produksnya, menurut Indriyo (1996) pengusaha dapat memilih beberapa

(24)

a) Pengiklanan, baik melauli media surat kabar, majalah, radio,

televisi, atau dalam bentuk–bentuk poster poster yang dipasang di penggir jalan

b) Promosi penjualan(sales promotion)seperti membuatbooklet, ikut

pameran dan lain-lain

c) Personal Selling, promosi dan penjualan langsung kepada

konsumen.

d) Publisitas (publication) seperti yang dilakukan pada media iklan

tetapi dalam bentuk pemberitaan.

Selain empat variable daiatas, lokasi penjualan juga sangat berpengaruh

terhadap kelancaran kegiatan pemasaran. Harimurti Subanar (1995)

mengemukakan bahwa lokasi yang mudah dilihat, mudah di temukan,

dan tidak sulit menjangkaunya akan sangat membantu dalam

memasarkan produk dan jasa.

4) Saluran distribusi (place)

Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen

untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas

perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.

Perusahaan dalam melaksanakan distribusi adalah bekerja sama dengan

para penyalur pemasaran dan distributor kemudian membentuk saluran

distribusi, dalam pendistribusian diperlukan tempat yang memadai seperti

(25)

Dalam kegiatan distribusi ada beberapa macam aliran distribusi

menurut basu swasta (1996):

a) Produsen konsumen

b) Produsen pengecer konsumen

c) Produsen pedagang besar pengecer konsumen

b. Manajemen Produksi

Manajemen produksi menurut Pontas M. Pardede (2005) adalah :

segala bentuk dan jenis pengambilan putusan mulai dari penentuan jenis

barang atau jasa yang akan dihasilkan, sumber daya–sumber daya yang

dibutuhkan, cara pengolahannya, teknik operasi dan produksi yang akan

digunakan, sampai barang atau jasa tersebut di tangan pemakai atau

pengguna.

Menurut Sri Wening dan Sicilia Sawitri (1994) fungsi manajemen

produksi dapat digolongkan menjadi tiga buah fungsi meliputi perencanaan

produksi, pelaksanaan produksi dan pengawasan produksi.

1. Perencanaan produksi

Setiap pengusaha tidak menghendaki adanya kerugian, mereka

berusaha untuk memperlancar usaha agar usahanya dapat berjalan lancar

dan dapat meningkatkan produksi. Tentu saja harus direncanakan dengan

teliti, apabila usaha tersebut dibidang produksi maka perlu adanya

perencanaan produksi yang harus dilakukan.

Dalam suatu kegiatan usaha perencanaan merupakan bagian dari

(26)

tindakan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan juga

untuk menekan inefisiensi dintaranya pemborosan bahan dan

penyimpanan fungsi bahan. Perencanaan meliputi seluruh kegiatan

mulai dari penentuan jenis barang yang akan dibuat, perencanaan

pengadaan dan penanganan sumber daya-sumber daya yang akan diolah,

penentuan jumlah dan jenis tata letak peralatan yang akan digunakan,

penentuan cara dan teknik pengolahan yang akan digunakan, penentuan

ciri dan sifat yang harus dimiliki produk, serta penentapan waktu kapan

produk harus siap untuk dipasarkan (Pontas M. Pardede, 2005). Menurut

Ray Wild dalam Komarudin (1991) perencanaan produksi adalah

penentuan, perolehan dan persiapan segenap fasilitas yang diperlukan

untuk memproduksi barang-barang dikemudian hari. Fasilitas yang

dimaksud adalah segala sesuatu (sumber daya) yang harus ada untuk

pelaksanaan kegiatan jenis produksi misalnya; bahan baku, tenaga kerja ,

mesin dan lain-lain. Sedangkan menurut Agus Ahyari (1998)

perencanaan produksi adalah perencanaaan tentang produk apa dan

berapa jumlahnya msing-masing yang segera akan diproduksikan pada

periode yang akan datang. Menurut beberapa definisi di atas

perencanaan adalah penentuan, perolehan, persiapan segenap fasilitas

(modal, bahan baku, tenaga kerja, mesin, tempat produksi dan lain-lain)

yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dengan jumlah yang

(27)

2. Pelaksanaan produksi

Pelaksanaan kegiatan produksi adalah penggunaan tenaga kerja

manusia dan alat untuk mengolah bahan baku dan bahan tambahan yang

tersedia untuk membuat barang atau jasa. Kegiatan pengolahan

dilaksanakan sesuai dengan teknologi yang digunakan dalam pengolahan

tersebut. Jenis teknologi yang digunakan dalam pengolahaan tersebut

akan menentukan cara pengolahan bahan dan jenis alat yang digunakan.

Jenis teknologi juga menentukan daya kerja perusahaan yaitu jumlah

barang yang akan dibuat dengan menggunakan sejumlah tertentu bahan

baku dan tenaga kerja serta sejumlah jam tertentu (Pontas M. Pardede,

2005). Menurut Indriyo Gitosudarmo (1994) pelaksanaan produksi

adalah membuat bahan baku menjadi barang jadi. Pelaksanaan produksi

adalah suatu metode atau cara membentuk suatu barang dari bahan baku

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

3. Pengawasan produksi

Pengawasan merupakan tindakan seorang manager untuk menilai

dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Richard L.Daft

(2000) pengawasan produksi adalah memantau aktivitas karyawan agar

tetap berjalan kearah pencapaian sasaran dan membuat koreksi bila

diperlukan. Selain itu Hamdan Mansoer (1989) berpendapat bahwa

pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan acuan dan tujuan

(28)

mengadakan tindakan korektif bila diperlukan. Berdasarkan definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan produksi adalah memantau,

menilai dan mengendalikan aktifitas karyawan dengan acuan tujuan

yang ditetapkan mencari penyebab adanya penyimpangan dan

mengadakan tindakan korektif bila diperlukan

c. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aktifitas

yang besangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan

dana tersebut. Sementara menurut Erlina yang dikutip oleh Viona Rosavita

mengungkapkan bahwa manemen keuangan merupakan manajemen

terhadap fungsi-fungsi keuangan, di mana fungsi tersebut antara lain fungsi

bagaimana memperolah dana dan menggunakan dana tersebut.

Dalam manajemen keuangan tak juga dapat dilepaskan dengan modal.

Modal menurut Pandji Anoraga (1997) adalah barang/hasil produksi yang

digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Menurut Bambang

Riyanto (1991) modal dibedakan menjadi dua yaitu modal lancar(aktiva

lancar) dan modal tetap (aktiva tetap). Pengertian dari modal lancar adalah

aktiva yang habis dalam proses satu kali berputar dalam proses produksi dan

proses berputarnya dalam jangka waktu pendek. Sedangkan modal tetap

adalah aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis

(29)

Modal merupakan faktor penting yang mempunyai arti yang lebih

menonjol dalam kegiatan usaha, sebab modal merupakan urat nadi bagi

suatu perusahaan ( Harimurti Subanar, 2001).

Selain modal dalam manajemen keuangan juga membahas tentang

pengupahan/pengajian. Menurut Suwanto dan Rasto (2003) definisi gaji,

upah dan upah intensif adalah sebagai berikut : gaji adalah balas jasa yang

dibayarkan secara periodik pada karyawan tetap serta mempunyai jaminan

yang pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada karyawan hrian

dengan berpedoman atas penggajian yang disepakati. Sedangkan upah

intensif adalah balas jasa yang diberikan kapada karyawan tertentu yang

mempunyai prestasi diatas prestasi standar.

Sistem penggajian saat ini beraneka ragam dan cenderung tidak

menggunakan pedoman yang pasti dalam menentukan upah bagi karyawan

/pekerja. Menurut Harimurti Subanar (2001) berbagai pengaturan

penggajian yang terdapat pada usaha kecil dan kerajinan di Yogyakarta

umumnya berdasarkan jumlah dan kuantitas produk yang dihasilkan oleh

pekerja. Slamet Saksono (1998) lebih lanjut membagi sistem pengupahan

menjadi empat yaitu :

1) Sistem pengupahan menurut waktu

Dalam sistem ini, hasil pekerjaan bukan merupakan suatu

ukuran. Pekerja dibayar berdasarkan waktu yang dihabiskan perjam, per

(30)

pengusaha diharapkan pada kemungkinan pekerjaan yang dilakukan

pekerja mengguntungkan atau merugikan perusahaan.

2) Sistem pengupahan menurut hasil kerja

Dengan sistem ini, pekerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan

yang dapat diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang

digunakan. Oleh karena itu pekerja cenderung memanfaatkan setiap

waktu yang ada agar dapat menyelesaikan unit pekerjaan lebih banyak.

Dengan sistem ini pihak pengusaha dihadapkan pada tanggung jawab

keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan kualitas tiap unit

pekerjaan yang dihasilkan oleh pekerja.

3) Sistem pengupahan menurut standar waktu

Dengan system ini, upah dibayarkan berdasarkan waktu yang

telah distandarisasi. Premi/bonus merupakan pembayaran ekstra yang

diberikan kepada pekerja sebagai suatu pendorong agar pekerja mau

meningkatkan prestasinya sebaik dan semaksimal mungkin.

4) Sistem pengupahan menurut kerja sama pekerja dan pengusaha

Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya

dilakukan dikemudian sebagai tambahan dikombinasikan dengan system

pembayaran upah yang telah ditentukan.

d. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang merupakan tenaga

(31)

terwujudnya tujuan organisasi (H. Malayu, 2006). Menurut Talidziduhu

Ndraha (1993) yang dimaksud dengan SDM adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pengertian lain dari SDM secara mikro menurut Hudori

Nawawi (2001) adalah manusia atau orang yang bekerja menjadi anggota

suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga

kerja dan lain-lain. Posisi SDM dalam perusahaan sangatlah penting. SDM

merupakan asset atau kekayaan perusahaan, oleh karena itu penting untuk

memahami cara pengelolaan SDM secara benar sehingga tujuan organisasi

tercapai. Begitu juga dengan industri slondok, pengembangan industri selain

membutuhkan modal kerja dan bahan baku industri juga dituntut tersedianya

SDM yang dapat mendukung efisiensi, efektifitas, dan produktifitas dalam

proses produksi. Unsur-unsur SDM dalam penelitian meliputi, usia, jenis

kelamin, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan

produksi, tingkat pendidikan dan pengalaman yang berpengaruh pada

pengorganisaian usaha.

5. Industri Slondok

a. Pengertian Industri Slondok

Industri slondok merupakan unit usaha yang mengolah bahan

makanan lokal yaitu singkong menjadi produk jadi (Slondok). Bahan yang

digunakan hanya menggunakan bahan makanan lokal yang mudah didapat

(32)

Industri slondok termasuk industri rumah tangga yang terdapat di

daerah Banjarharjo Kalibawang yang hampir setiap rumah memproduksi

slondok untuk dipasarkan.

b. Pengertian Slondok

Slondok adalah makanan tradisional yang banyak ditemukan di

daerah Banjarharjo Kabupaten Kulon Progo. Dalam penelitian ini peneliti

tidak menemukan referensi tentang slondok secara khusus. Oleh karena itu

peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui tentang

produk slondok.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 18 mei 2008, pukul 10.00 WIB di daerah Banjarharjo dengan

sumber yaitu bapak Nur Kholis, slondok adalah makanan yang terbuat dari

bahan dasar ketela/singkong yang mempunyai bentuk seperti cincin, warna

kekuningan, tekstur agak keras dan rasa gurih. Slondok ini hampir sama

dengan alen-alen hanya saja warna dan bentuknya yang berbeda.

Dalam golongan makanan tradisional slondok termasuk dalam

golongan kudapan atau camilan atau makanan kecil. Makanan kecil adalah

makanan ringan yang praktis dikonsumsi biasanya diantara waktu makan

dan dalam kedaan santai.

Sebagai gambaran umum, slondok merupakan makanan kecil atau

makanan jajanan karena banyak dijumpai di pasar tradisional, yang terbuat

(33)

yang gurih, serta memiliki warna yang kuning dengan bentuk bulat seperti

cincin

c. Bahan Baku Slondok

Bahan baku adalah bahan pokok yang harus ada dalam pembuatan

atau proses produksi. Bahan baku dalam pembuatan slondok terbagi

menjadi dua macam yaitu :

1) Bahan Utama

Bahan utama untuk membuat slondok adalah ketela /Ubi kayu/

Singkong. Di Indonesia ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga

setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah

diantaranya : ketela pohon, singkong, ubi jendal, telo pohong dan telo

jendal.

Menurut Kus Irianto yang dikutip oleh Siti Nurimah, di dalam

singkong terdapat asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Singkong

yang berkadar asam sianida rendah yaitu kurang dari 50mg/kg.

Sedangkan yang berkadar tinggi yaitu lebih dari 100mg/kg ubi yang

sudah dikupas.

Untuk menghindari bahaya racun asam sianida caranya adalah

memilih jenis atau varietas ubi yang kadar asam sianidanya rendah. Ubi

kayu yang berkadar asam sianida tinggi ditandai dengan rasa pahit dan

bila dipotong warnanya berubah menjadi biru. Ubi kayu yang berkadar

(34)

Cara menghilangkan kadar HCN adalah dibilas air sebelum diolah.

Metode paling ampuh untuk mengurangi kadar HCN sampai 85% adalah

dengan cara menumbuk kemudian mengeringkan ubi tersebut.

Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan ubi kayu sebagai berikut :

Kingdom :Plantea(tumbuh-tumbuhan)

Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji)

Subdivisi :Angiospermae(berbiji tertutup)

Kelas :Dicotyledonae(biji berkepang dua)

Ordo :Euphorbiales

Famili :Euphorbiaceae

Genus :Manihot

Spesies :Manihot esculentaa Crantz sin M. utilissima Pohl

(Rahmat Rukmana, 1997)

Ubi kayu/singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak

dikonsumsi masyarakat, selain sebagai variasi bahan pangan, ada

beberapa daerah yang memang makanan pokoknya adalah ubi kayu. Ubi

kayu/singkong sebagai variasi bahan makanan, sekarang banyak sekali

muncul produk olahan ubi kayu/singkong seperti : getuk, tiwul, lemet

dan juga slondok.

Singkong mengandung glikosida yang jumlahnya bervariasi. Bila

kadar glikosida lebih dari 100 mg/1 kg singkong, jenis ini disebut

(35)

dimakan di dalam perut diubah menjadi asam hidrocycan. Asam ini

dapat mempengaruhi pernapasan, sehingga orang dapat mati kekurangan

oksigen (C. Soejati Tarwotjo, 1998 :54)

Tabel 1. Kandungan gizi singkong

No Kandungan gizi Jumlah

1 Sumber : Direktorat Gizi Dep Kes RI, 1991.

2) Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang menolong terciptanya

suatu barang (Sujadi Prawirosentono, 1997). Dalam pengolahan

makanan tradisional slondok, selain menggunakan bahan utama juga

menggunakan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan adalah

garam yang digunakan sebagai bumbu. Teknik olah yang digunakan

adalah menggoreng. Sehingga media yang digunakan adalah minyak

goreng.

a. Garam

Garam disebut juga dengan nama Sodium Chlorida yang

berguna untuk menstabilkan cairan di dalam tubuh dan mencegah

kekraman dalam otot. Terdiri dari 40% sodium dan 60% chloride

(36)

Garam memiliki fungsi utama dalam makanan sebagai pemberi

rasa asin/gurih dan penguat rasa dari suatu makanan. Selain sebagai

bumbu makanan, garam juga sebagai pengawet.

b. Minyak Goreng

Minyak goreng sebagai medium penghantar panas, menambah

rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan (S.

Ketaren 2005). Dalam pembuatan slondok, minyak goreng sebagai

media mematangkan slondok yang sudah dijemur.

Jenis lemak yang baik untuk digunakan adalah minyak kelapa,

minyak kelapa sawit atau lemak nabati dihidrogenasi dengan titik

cair 35°-40° C. Minyak yang termasuk golongan setengah mengering

atau minyak mengering misalnya minyak biji kapas, minyak kedelai,

dan minyak jagung. Minyak biji matahari tidak dapat digunakan

sebagai minyak goreng, hal ini karena minyak tersebut jika kontak

dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat teroksidasi sehingga

berbau tengik. Pemanasan minyak secara berulang-ulang pada suhu

tinggi dan dalam waktu yang cukup lama, kan menghasilkan

senyawa polimer yang berbentuk padat dalam minyak. Minyak yang

telah rusak tidak hanya menyebabkan kerusakan nilai gizi, tetapi

juga merusak tekstur dan rasa dari bahan pangan yang digoreng (S.

(37)

d. Proses Pembuatan Slondok

Tabel 2. Formula pembuatan slondok

No Bahan Jumlah

1 2 3

Ubi kayu Garam

Minyak goreng

1 Kwintal 1 kg 18 liter Sumber. Hasil wawancara bapak Nurkholis

1) Proses pembuatan slondok melalui tahap

Penggolahan makanan tradisional slondok menggunakan teknik

tradisional yaitu secara manual dengan pembentukan dengan tangan.

a. Pengupasan

Pengkupasan adalah cara menghilangkan kulit luar suatu

bahan dengan cara mengerat/mengiris tipis-tipis menggunakan alat

pengupas atau pisau. Pengupasan singkong dilakukan untuk

menghilangkan kulit bagian luar dengan cara dikerat menggunakan

pisau.

b. Penyortiran

Penyortiran disini dimaksudkan untuk memilih singkong

yang akan digunakan, apa bila singkong berwarna biru, singkong

tersebut tidak digunakan karena akan mempengaruhi rasa slondok.

c. Pencucian

Pencucian untuk membersihkan bahan menggunakan air

bersih dan bahan lain dengan tujuan menghilangkan kotoran,

mikoorganisme yang menempel pada permukaan bahan makanan.

(38)

tanah dan juga HCN yang ada pada permukaan singkong sampai

berih, dengan cara digosok dengan tangan.

d. Pengkukusan

Mengkukus yaitu teknik olah dengan media uap panas. Benda

yang dikukus diletakkan dalam alat yang berlubang-lunang yang

dibawahnya terdapat air mendidih. Kemudian dipanasi hingga

benda tersebut matang.

e. Penumbukan

Proses ini bertujuan untuk menghancurkan singkong yang

sudah dikukus untuk mengambil serat yang ada pada singkong,

pada proses penumbukan ini juga dilakukan proses pemberian rasa

dengan menambahkan garam pada singkong yang sedang

ditumbuk. Penumbukan dilakukan menggunakan alu dan lesung.

f. Penggilingan

Proses ini bertujuan untuk mendapatkan adonan singkong

yang lebih halus dan mudah dibentuk. Penggilingan menggunakan

alat yang dinamakan gilingan daging. Penggilingan dilakukan dua

kali agar menghasilkan adonan yang halus.

g. Pembentukan

Pembentukan dilakukan secara manual yaitu dengan

(39)

h. Penjemuran

Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil slondok yang

kering sehingga pada saat digoreng menghasilkan slondok yang

renyah.

i. Penggorengan

Menggoreng adalah memasak makanan dengan

menggunakan minyak panas (Kokom Komariah, 1990). Selama

penggorengan akan terjadi beberapa perubahan seperti

terbentuknya aroma, warna, dan penurunan kadar air. Sedangkan

faktor yang mempengaruhi warna dihasilkan adalah frekuensi

penggunaan minyak, suhu, dan lama penggorengan, serta jenis

minyak yang digunakan (F.G Winarno, 1999)

j. Pemberian variasi rasa

Pemberian variasi rasa disini adalah menambahkan bawang

yang sudah dihaluskan, kemudian dicampur dengan slondok yang

sudah matang sambil diratakan..

k. Pengemasan

Pengemasan dilakukan untuk mempertahankan agar produk

makanan tetap bersih dan memberikan perlindungan dari

kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh air, oksigen, serangga dan

(40)

d. Karakteristik Slondok

Slondok mempunyai bentuk bulat seperti cincin dengan diameter ± 2

cm, mempunyai rasa gurih, warna kekuningan dan tektur yang renyah agak

keras.

B. Kerangka Berfikir

Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami

peningkatan.Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang

dengan baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi

dari masing-masing industri.

Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan

Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak

industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Industri ini

merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang dan sudah

terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan mulai berkembang,

akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat dilihat dari

manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang berdasarkan

kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan, pembagian kerja

yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas, penerapan system

penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi administrasi yang

tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih tercampur, manajemen

produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan memadai, pelaksanaan

(41)

media untuk promosi, pendistribusian yang kurang luas, sanitasi hygiene dan

pengendalian mutu yang masih sederhana Untuk itu agar industri slondok dapat

berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan tersebut

diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih

berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang

industri makanan slondok di Banjarharjo. Penggambaran yang dimaksud adalah

profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang,

Kabupaten Kulon Progo.

Diagram alir kerangka berfikir

Industri kecil slondok

Gambar 1. Diagram alir kerangka berfikir Pemasaran - promosi yang kurang

(42)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di industri makanan slondok yang

berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon

Progo. Waktu penelitian pada bulan Januari–Oktober 2008 2. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi

Arikunto (2002) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesa tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

variabel, gejala atau suatu keadaan. Didalamnya terdapat upaya

mendiskripsikan, mencatat dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang

sekarang ini terjadi atau ada. Sedangkan menurut Arief Furchan (2004)

penelitian deskriptif adalah penelitian yang memungkinkan peneliti

melukiskan dan merangkum pengamatan yang telah dilakukannya. Jadi

penelitian ini dimaksudkan untuk menggali fakta yang ingin diketahui dan

kemudian dideskripsikan apa adanya, tidak memanipulasi data serta tidak

dilakukan uji hipotesis.

B. Populasi dan Sampel

(43)

31

Arikunto : 2002). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri slondok

di desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo yang berjumlah 63 unit usaha.

Teknik Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan

tertentu dan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan berjumlah 6

pengusaha slondok.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka terlebih dahulu peneliti

kemukakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Profil Industri makanan slondok yang dimaksudkan adalah gambaran

tentang potret tempat pengolahan makanan slondok mulai dari bahan

dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya

yang ditinjau dari bidang pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya

manusia.

2. Bidang pemasaran meliputi marketing mix atau bauran pemasaran

yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang memuat

unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan

posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan yaitu: produk,

harga, distribusi dan promosi.

3. Bidang produksi meliputi perencanaan produksi, pelaksanaan produksi

dan pengawasan produksi.

4. Bidang keuangan meliputi upah yang diberikan kepada karyawan dan

(44)

32

5. Bidang sumber daya manusia merupakan hal-hal yang dimiliki oleh

pengusaha yang meliputi jumlah, usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, serta pengalaman kerja dan rekruitmen karyawan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang valid maka diperlukan suatu

teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi Arikunto (1998) mengatakan

bahwa mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti

dengan metode interview/wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode:

1. Wawancara (Interview)

Menurut Iqbal Hasan (2002), wawancara (interview) adalah teknik

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh

pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam. Teknik wawancara ini dapat dibedakan atas dua, yaitu:

a. Wawancara berstruktur, merupakan teknik wawancara di mana

pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar isian sebagai

pedoman saat melakukan wawancara .

b. Wawancara tidak berstruktur, yaitu merupakan teknik wawancara di

mana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar

isisan sebagai penuntun dalam melakukan wawancara.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara berstruktur yang berarti

(45)

33

untuk mengetahui semua data-data mengenai profil industri makanan

slondok yang sukses di Banjarharjo, Kalibawang.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan kegiatan yang berlangsung. Observasi dapat

dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi partisipatif

(participatory observation) adalah pengamat ikut serta dalam kegiatan yang

sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta

pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation)

pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati

kegiatan, tetapi tidak ikut dalam kegiatan (Nana Syaodih, 2008). Penelitian ini

menggunakan observasi nonpartisipatif dalam melakukan pengambilan data.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari data

observasi dan data wawancara. Data dokumentasi yang diperoleh berupa data

foto-foto pendukung informasi dalam penelitian.

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

(46)

34

Masih menurut Suharsimi (1998), instrumen penelitian dapat

diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok (check list),

pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal test, inventori, atau skala.

Sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini, maka instrumen yang digunakan meliputi pedoman wawancara dan

observasi

Tabel 3. Kisi–Kisi Instrumen Pengambilan Data

Variabel Sub Variabel Indikator Sub indikator No item Ket Profil Industri

Produk Karakterisrik produk 1 Wawancara

dan

Harga Harga produk 14,15,16,17 Wawancara Sistem pembayaran 17,18,19,20

Penentuan harga produk 21,22,23 Saluran Promosi Promosi penjualan 32,33

Media informasi 34 Proses pengolahan slondok 55 Lama waktu pengolahan 56 Hasil produksi 57,58 Pengawasan

Produksi

Penyortiran bahan baku 59 Pengawasan proses produksi 60 Penyortiran bahan jadi 61 Bidang

keuangan

Keuangan Upah karyawan 62,63 Wawancara

Modal usaha 64,65,66

Pendidikan formal 67 Wawancara

Pendidikan non formal

68,69, 70

(47)

35

2. Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005) validitas merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan

validitas isi. Menurut Saifuddin Azwar (2006) untuk menguji validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisi rasional lewat pertimbangan ahli (Expert Judgement). Validitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pertimbangan ahli

yaitu konsultasi dengan ahli untuk mengetahui apakah butir-butir instrumen

sudah mewakili apa yang hendak diukur.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli yaitu dosen pembimbing,

dosen pemasaran dan ahli di bidang manajemen. Validitas isi pada

umumnya ditentukan melalui pertimbangan ahli, sehingga tidak ada formula

matematis untuk menghitung dan tidak ada cara menunjukkan secara pasti

(Sukardi, 2008). Berdasarkan hasil validasi oleh ketiga ahli instrumen

penelitian tentang profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo,

Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo telah dinyatakan valid.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul kemudian diadakan

analisa terhadap data-data tersebut. Dalam penelitian ini analisis datanya

(48)

36

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa adanya maksud untuk membuat kesimpulan yang

(49)

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Pemasaran yang dilakukan industri makanan slondok masih sederhana

yaitu tanpa merk, sertifikasi, ataupun kemasan khusus. Penjualan tidak

dilakukan dengan menjual langsung di pasaran, tetapi mereka

didatangi langsung oleh tengkulak. Mereka juga tidak pernah

melakukan promosi. Untuk karakteristik produk, hampir semua

industri slondok memiliki karakter yang sama, mulai dari bentuk yang

bulat seperti cincin ± 2 cm, berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa

yang gurih..

2. Bidang produksi di industri rumah tangga makan tradisional ini dari

segi perencanaan produksi yaitu bahan baku berupa ketela jenis

Rengganis dan Adira. bahan penolong seperti minyak goreng, garam,

dan bawang putih. Peralatan yang digunakan dalam membuat slondok

masih sederhana. Pembuatan slondok memakan waktu yang singkat

yaitu sehari, tetapi dalam proses menjemur memakan waktu yang lama

tergantung pada keadaan cuaca. Dalam satu hari slondok yang

dihasilkan rata-rata ± 35 kg –70 kg. Pengawasan produksi dilakukan

(50)

66

3. Modal yang didapatkan para pengusaha adalah modal milik sendiri.

Sedangkan sistem pengupahan yang dipakai adalah sistem pengupahan

menurut hasil kerja.

4. Industri makanan slondok di Desa Banjarharjo merupakan industri

skala rumah tangga dengan tenaga kerja sebagian besar adalah

laki-laki dan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga sendiri dan

tetangga dekat. Tingkat pendidikan rata-rata adalah SD dan mereka

tidak memiliki pengalaman di luar bidang pembuatan slondok

B. SARAN

1. Bagi industri sendiri, perlunya memperluas wilayah penjualan

sehingga produk lebih banyak dikenal konsumen. Perlunya promosi

yang dilakukan oleh para pengusaha agar produk mereka dikenal

konsumen. Perlunya pengembangan dan variasi produk untuk lebih

menarik minat pembeli seperti pemberian bumbu yang beda (rasa keju,

barbeque dan lain-lain), bentuk yang menarik dan kemasan yang

menarik. Perlunya standar upah yang diberikan kepada tenaga kerja.

Perlunya variasi pada kemasan yang digunakan untuk lebih menarik

minat konsumen.

2. Bagi perguruan tinggi dengan adanya penelitian ini perlu untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai

informasi yang lebih detail tentang kondisi industri kecil ini, sehingga

(51)

67

memberikan bantuannya yang dapat berupa pelatihan maupun

penyuluhan dibidang manajemen maupun dibidang lainnya .

3. Bagi Pemerintah terutama departemen terkait maupun swasta dapat

memberikan bantuan yang berupa kebijaksanaan yang mengarah

kepada perkembangan industri maupun berupa bantuan secara moral

maupun material seperti pelatihan tentang produk, kemasan dan

(52)

37

BAN IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Banjarharjo adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Kalibawang,

Kabupaten Kulon Progo. Desa ini merupakan sentra industri makanan tradisional

slondok. Banjarharjo merupakan satu dari empat desa yang masuk wilayah

kecamatan Kalibawang. Kalibawang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalibawang merupakan

kawasan agropolitan dan kawasan industri makanan tradisonal slondok.

Kecamatan Kalibawang memiliki luas 52,97 Km2 atau 9,03 %, berpenduduk

33.046 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 624 jiwa/Km2 terdiri dari 4

desa. Kecamatan kalibawang terbagi menjadi empat desa yaitu Banjararum,

Banjaroya, Banjarharjo, Banjarasri dari keempat desa tersebut Banjarharjo dan

Banjarasri merupakan sentra penghasil slondok, tetapi menurut data Depprindag

Kabupaten kulon progo, pembuat slondok di Banjarharjo lebih banyak

dibandingkan dengan pembuat slondok yang berada di Banjarasri. (Anonim,

2008)

B. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden

Identitas responden dikelompokkan menurut usia dan jenis kelamin.

a. Identitas menurut usia yaitu sebagai berikut :

(53)

38

Tabel 4. Identitas responden menurut usia

Usia ( Tahun) Frekuensi %

< 39 1 16,67%

40–49 -

-50–69 5 83,33%

Jumlah 6 100%

Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 4 , dapat diketahui bahwa usia

responden yang paling banyak berkisar antara 50– 69 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau 83,34%. Usia paling muda yaitu kurang dari 39 tahun

sebanyak 1 orang atau 16,67%. Usia Responden slondok tersebut sebagian

besar termasuk pada kelompok usia lanjut. Semua responden di desa

Banjarharjo memiliki status sudah menikah dan menjadikan usaha slondok

sebagai mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

b. Identitas responden menurut jenis kelamin

Jenis kelamin produsen slondok yang ada di Desa Banjarharjo

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi %

Pria 4 66,64%

Wanita 2 33,36%

Jumlah 6 100%

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa produsen slondok di

Desa Banjarharjo antara jenis kelamin pria dan wanita berjumlah enam

orang dengan perbandingan lebih banyak laki-laki dari pada kaum

(54)

39

orang atau sebesar 66,64%, sedangkan produsen slondok dengan jenis

kelamin wanita sebanyak 2 orang atau 33,36%.

2. Profil Industri Makanan Sondok A. Bidang Pemasaran

1) Produk

a) Karakteristik Produk

Karakteristik produk dari semua responden cenderung sama,

mereka tidak memiliki ciri khusus dalam produk yang mereka buat, mulai

dari bentuk yang bulat seperti cincin dengan ukuran diameter ± 2 cm,

berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa gurih.

Gambar 2. Slondok.

b) Mutu Produk

Dalam menjaga mutu atau kualitas slondok, faktor yang

diutamakan oleh semua pengusaha slondok adalah menjaga bentuk dan

warna.

c) Merk

Semua pengusaha slondok ini belum mempunyai merk pada

(55)

40

d) Kemasan

Kemasan yang digunakan pengusaha slondok adalah plastik besar,

mereka tidak menggunakan kemasan kecil dikarenakan untuk lebih banyak

mendapatkan keuntungan

Gambar 3. Kemasan slondok

e) Garansi Produk

Semua responden di Desa Banjarharjo tidak menggunakan garansi

pada produknya.

f) Ijin Produk

Semua responden di Desa Banjarharjo sudah mendapatkan ijin untuk

mengelola usahanya dan terdaftar di Departemen Perindustrian dan

Perdagangan.

g) Pengembangan produk

Usaha pengembangan produk dilakukan oleh semua responden.

Usaha pengembangan produk yaitu dengan cara membuat variasi rasa

pada slondok, rasa yang ditawarkan tidak hanya rasa gurih saja tetapi juga

(56)

41

h) Jumlah produksi

Jumlah produksi responden berbeda-beda dalam setiap harinya.

Berikut ini adalah tabel tentang jumlah produksi dalam sehari..

Tabel 6. jumlah produksi dalam 1 kali produksi

Jumlah bahan baku Jumlah produk Frekuensi

1 kwintal 35 kg 1

1 ½ kwintal 52 kg 2

2 kwintal 70 kg 3

i) Penyimpanan Produk

Penyimpanan produk yang dilakukan oleh pengusaha slondok hanya

di dalam rumah saja. Mereka tidak menyediakan tempat khusus atau

gudang untuk menyimpan produk tersebut.

2) Harga

a) Harga Produk

Harga jual slondok dari enam pengusaha slondok pada bulan Juli 2008

adalah :

Tabel 7. Harga Jual Slondok

Harga jual Frekuensi Prosentase

Rp 7000,- 5 83,33 %

Rp 7500,- 1 16,67 %

Data Tabel 7 menunjukkan harga jual slondok langsung dari

pembuatnya atau harga kulakan. Harga diatas hanya selisih Rp 500,-.

(57)

42

b) Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok

adalah dengan menggunakan sistem pembayaran secara tunai dan

diangsur atau secara kredit. Adapun syarat yang ditetapkan oleh pengusaha

slondok untuk pembelian secara kredit adalah rasa percaya, mereka tidak

memerlukan jaminan ataupun uang muka. Jangka waktu pembayaran

system kredit adalah 1-3 bulan.

c) Penentuan Harga Produk

Semua pengusaha slondok menentuakan harga penjualan

produknya berdasarkan harga bahan baku dan jumlah keseluruhan

bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses pengolahan slondok.

Dalam menentukan harga penjualan produk semua pengusaha

slondok mengalami kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah jika

bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan mengalami kenaikan

harga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pengusaha slondok

menaikkan harga jual sehingga mereka tidak mengalami kerugian.

3) Saluran Distribusi

a) Lokasi penjualan

Lokasi penjualan seluruh responden ini adalah rumah mereka

sendiri, mereka cenderung pasif yaitu menunggu tengkulak untuk datang

(58)

43

b) Cara penjualan

Seluruh responden ini menjual produk slondoknya dengan cara

menunggu tengkulak datang. Mereka lebih memilih cara ini dikarenakan

lebih banyak mendapatkan untung dari pada mereka menjual langsung ke

pasar-pasar, disamping jarak rumah dengan pasar sangat jauh.

c) Jangkauan Penjualan

Dari ke enam responden, produk slondok yang mereka buat

sampai ke wilayah DIY dan sekitarnya meliputi Jogja, Kulon Progo,

Bantul bahkan sampai di daerah Magelang.

Tabel 8. Jangkauan Penjualan

d) Waktu penjualan

Slondok dijual dalam jangka waktu dua atau tiga hari sekali setiap

minggunya.

e) Sasaran Penjualan

Sasaran penjualan slondok ini belum ada segmentasi pasar, artinya

pengusaha slondok memproduksi dan menjual slondok kepada siapa saja

yang berminat Jangkauan

penjualan

Pengusaha slondok Jumlah

1 2 3 4 5 6

Kulon Progo v v v v - v 5

Jogja - v v v v v 5

Bantul v - - v v v 4

(59)

44

f) Pesanan produk

Seluruh responden ini menerima pesanan bahkan mereka tidak

membatasi junlah pesanan tersebut

4) Promosi

a) Promosi penjualan

Sejauh ini enam unit industri slondok yang menjadi responden

penelitian belum pernah melakukan promosi melaui media apapun.

b) Persaingan pasar

Persaingan antar pasar tentu dialami oleh semua pengusaha

slondok. Hal ini terjadi karena di luar daerah Banjarharjo juga

memproduksi slondok.

B. Bidang Produksi 1) Perencanaan Produksi

a) Bahan Baku

1. Asal Bahan Baku

Dari hasil wawancara terhadap pengusaha slondok tentang asal

bahan baku dapat diketahui hasilnya pada Tabel 9.

Tabel 9.Pengadaan bahan baku

Responden Asal bahan baku Kebun Sendiri Desa

Boro

Desa Salaman

1 √ √ √

2 √ √

-3 - √ √

4 √ √ √

5 - √ √

(60)

45

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa bahan baku yang digunakan oleh

pengusaha slondok di Desa Banjarharjo berasal dari Kebun sendiri,

Desa Boro dan Desa Salaman. Untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku mereka mengambil bahan baku di dua tempat sekaligus.

2. Cara Mendapatkan Bahan Baku

Semua pengusaha slondok mendapat bahan baku dari pemasok.

Awal mulanya semua pengusaha slondok mendatangi pemasok dan

memesan secara langsung, dan kemudian pemasok tersebut yang

mengirim bahan baku ke pengusaha slondok.

3. Jenis Bahan Baku

Jenis singkong/ubi kayu yang digunakan oleh pengusaha

slondok adalah jenis Adira dan Rengganis. Mereka menggunakan

singkong/ubi kayu yang berumur 1 tahun.

Tabel 10. jenis bahan baku yang digunakan

Jenis bahan baku Frekuensi Prosentase

Rengganis 2 33,33%

Rengganis dan Adira 4 66,67%

4. Pengendalian bahan baku

Cara yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok dalam

pengendalian kualitas bahan baku yaitu dengan membeli bahan baku

Gambar

Tabel 1. Kandungan gizi singkong
Tabel 2. Formula pembuatan slondok
Gambar 1. Diagram alir  kerangka berfikir
Tabel 4. Identitas responden menurut usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi produksi (penggunaan bahan baku, pelibatan tenaga kerja, penggunaan keterampilan), masih mengandalkan kekuatan internal pada.. B

301.000-500.000, Bahan baku, sebesar 91,67 % yaitu dengan membeli dari distributor penyalur / diantar dan jumlah bahan baku yang diperlukan pengrajin dalam seti

mengakibatkan berbagai hal, antara lain: a) Kualitas dan kuantitas produk kripik dan rengginang singkong ini menjadi semakin rendah, kalah bersaing dengan produk

Proses produksi terdiri atas bahan-bahan yang digunakan dalam membuat produk, uraian proses produksi yang merupakan kegiatan produksi mulai dari awal penerimaan bahan baku

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui nilai tambah yang diperoleh dan berapa besarnya dalam pengolahan opak dari bahan baku ubi kayu di daerah

Jadi, berdasarkan uraian diatas kelangkaan pasokan bahan baku di Kecamatan Batang Serangan membuat usaha industri kecil mebel kayu jadi tidak maksimal dalam melakukan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses diversifikasi bahan baku kelapa menjadi produk olahan dan untuk mengatahui berapa besar nilai tambah

Memperhatikan potensi hijauan dan pakan yang banyak tersedia pada ke dua desa lokasi kelompok peternak, serta pemanfaatan waktu per hari per petani rata-rata hanya 2,3