PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG,
KABUPATEN KULON ROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Oleh:
Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
PENGESAHAN
PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO
Oleh:
Diah Ayu Septihartiningsih
Telah dipertahankan di depan penguji skripsi Pendidikan Teknik Boga Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pada Tanggal : 12 Desember 2008
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Susunan Dewan Penguji
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Ichda Chayati, M.P Ketua Penguji ………. ………..
Nani Ratnaningsih, M.P Sekretaris Penguji ……….. ………..
Marwanti, M.Pd Penguji ……… ………..
Yogyakarta, Januari 2009 Dekan Fakultas Teknik
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO”ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 21 November 2008 Pembimbing,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO” benar-benar merupakan karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang sejenis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau
kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Yogyakarta, November 2008 Yang menyatakan
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tiada kemenangan Tanpa perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan,
tiada pengorbanan tanpa keiklasan
Jangan Pernah ada kata “Putus asa “ dalam menghadapi segala sesuatu,
kalau sudah waktunya, sesuatu akan teras indah, kuncinya hanya
“SABAR”
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada :
Kedua Orang tua ku dan adikku atas doa, dukungan yang diberikan
Teman – teman S1 Pend Teknik Boga angkt ’04
Camie_doel yang selalu memberikan doa dan semangat
PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO
Oleh :
Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang pemasaran,. (2) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang produksi, (3) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang keuangan, dan (4) profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang sumber daya manusia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini adalah profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Populasi penelitian ini terdiri dari 63 industri slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo sedangkan sampel yang diambil 6 industri slondok yang memiliki omset yang paling tinggi dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas Isi (content validity) dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli(expert judgement).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Profil Industri Makanan Slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo”. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari selesainya laporan proyek akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun menyampaikn rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Wardan Suyanto Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Sutriyati Purwanti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta
3. Ichda Chayati, M.P, selaku dosen pembimbing skripsi, atas bantuan, dorongan dan bimbingannya selama ini
4. Marwanti, M.Pd,selaku dosen penguji skripsi atas bantuan dan waktu yang telah diberikan.
5. Nani Ratnaningsih, M.P, selaku sekertaris penguji Skripsi, atas bantuan dan waktu yan telah diberikan
6. Teman-teman S1 angkatan 2004, ayo semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai tahap belajar, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan dapat dimanfaatkan
Yogyakarta, Januari 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN………... iii
HALAMAN PERNYATAAN……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………... v
ABSTRAK……….. vi
KATA PENGANTAR……… vii
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL………... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN………... xii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Masalah ..………... B. Identifikasi Masalah ………..………... C. Batasan Masalah……….……….. D. Rumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian………..
2. Jenis Penelitian ………... B. Populasi Dan Sampel Penelitian ………... C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... D. Teknik Pengumpulan Data ………... E. Instrumen Penelitian ……….... F. Teknik Analisis Data ………...
30 31 31 32 33 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 37
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ……….... B. Hasil Penelitian... C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….
37 37 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….... 65
A. Simpulan………...………...
B. Saran ………..
65 66
DAFTAR PUSTAKA ……….. 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Gizi Singkong... 23
Tabel 2. Formula Pembuatan slondok... 25
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen... 34
Tabel 4 Identitas responden menurut usia... 38
Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin... 38
Tabel.6 Jumlah produksi dalam 1 kali produksi... 41
Tabel 7. Harga jual slondok... 41
Tabel 8. Jangkauan Penjualan... 43
Tabel 9. Pengadaan bahan baku ... 44
Tabel 10. Jenis bahan baku yang digunakan ... 45
Tabel 11. Jumlah pembelian bahan baku ... 46
Tabel 12. Peralatan dalam membuat slondok... 46
Tabel 13. Modal usaha... 50
Tabel 14. Pendidikan formal pemilik industri... 51
Tabel 15. Pendidikan non formal. pemilik industri... 52
Tabel 16. Pengalaman kerja... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir kerangka berfikir ... 29
Gambar 2 Slondok . ... 39
Gambar 2. Pengemasan slondok... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat penelitian... 73
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas... 78
Lampiran 3 Instrumen penelitian... 84
Lampiran 4 Hasil Wawancara dan Observasi... 90
Lampiran 5 Perhitungan Penentuan sampel... 108
Lampiran 6 Perhitungan regresi linier umur Vs Lama Usaha... 117
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami peningkatan,
hal ini dapat dilihat dari semaraknya pertumbuhan industri rumah tangga sebagai
usaha yang dipilih masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Terlihat
jelas bahwa sektor industri dapat menampung tenaga kerja, sehingga dapat
mengurangi pengangguran dan memberikan peningkatan pendapatan masyarakat
serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang dengan
baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi dari
masing-masing industri. Masalah yang timbul dan banyak dialami oleh industri
kecil meliputi kurangnya modal, lokasi yang salah dan kurangnya promosi.
Menurut Siti Nurimah (2003) kelemahan dan keunggulan industri kecil
meliputi pemilik yang merangkap menjadi manajer perusahaan yang bekerja
sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri, merupakan perusahaan keluarga
dimana manajernya mungkin tidak memiliki keahlian yang handal, resiko usaha
menjadi beban pemilik, pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu,
tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, tidak ada analisis uang tunai, tidak
memiliki perencanaan sistem struktur organisasi, serta alat-alat kegiatan yang
masih sederhana, selain itu lemahnya promosi dan sumber modal terbatas.
Industri kecil perlu ditingkatkan dan dikembangkan, oleh karena itu
2
mendapatkan kredit dan modal dari bank, pemberian pendidikan dan pelatihan,
sehingga sektor industri kecil akan berkembang dengan baik dan akan membantu
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak
industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Meskipun industri
tersebut terletak di daerah yang cukup jauh dari kota dan apabila dibandingkan
dengan penelitian tentang slondok di daerah Magelang yang diteliti oleh Ana
Diyah (2004),
Industri slondok di Banjarharjo ini tergolong masih sederhana, industri ini
mempunyai potensi dalam memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat.
Industri ini merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4
orang dan sudah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan
mulai berkembang, akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat
dilihat dari manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang
berdasarkan kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan,
pembagian kerja yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas,
penerapan system penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi
administrai yang tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih
tercampur, manajemen produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan
memadai, pelaksanaan produksi yang tidak sesuai jadwal, pengawasan produksi
3
sanitasi hygiene dan pengendalian mutu yang masih sederhana. Untuk itu agar
industri slondok dapat berkembang maka diperlukan manajemen usaha yang baik
dan terarah terencana dan berkembang dalam persaingan. Untuk itu agar industri
slondok dapat berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan
tersebut diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih
berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang
industri makanan slondok di Banjarharjo, dari pemerintah ( Dinas Perindustrian
dan Perdagangan) Kabupeten Kulon Progo belum memberikan gambaran yang
jelas tentang industri tersebut beserta produknya. Penggambaran yang dimaksud
adalah profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa hal yang menyangkut profil industri makanan slondok di Desa
Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, yang akan diteliti
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemasaran yang dilakukan pada industri makanan slondok?
2. Bagaimana proses produksi yang dilakukan pada industri makanan
slondok?
3. Bagaimana keuangan pada industri makanan slondok?
4. Bagaimana sumber daya manusia pada industri makanan slondok?
5. Bagaimana sanitasi hygiene makanan pada usaha slondok?
4
7. Hambatan apa saja yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan pada
usaha makanan slondok yang sukses?
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah ternyata terdapat banyak permasalahan sehingga
diperlukan batasan masalah. Dengan adanya batasan masalah maka akan
menambah jelas fokus permasalahan, di samping keterbatasan pengetahuan,
biaya, waktu, dan tenaga. Peneliti membatasi permasalahan yang diangkat dalam
latar belakang dan identifikasi masalah yaitu dari bidang pemasaran, bidang
produksi, bidang keuangan dan bidang sumber daya manusia.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang pemasaran?
2. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang produksi?
3. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan?
4. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya
manusia?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
5
3. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan.
4. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya
manusia
F. Manfaat penelitian
1. Dapat diketahuinya profil indistri makanan slondok di Desa Banjarharjo
yang ditinjau dari bidang pemasaran, bidang produksi, bidang keuangan,
bidang sumber daya manusia.
2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh :
a. Pengusaha slondok di Banjarharjo sebagai studi perbandingan untuk
kepentingan usahanya terutama untuk pengembanggan usahanya serta
untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin muncul.
b. Bagi Jurusan PTBB, Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pustaka yang akan memperkaya khasanah keilmuan tentang industri
makanan slondok dan bias digunakan untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi peneliti, sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama melaksanakan perkuliahan di UNY dan sebagai
masukan yang dapat digunakanpertimbangan untuk menciptakan
lapangan kerja khususnya dalam usaha makanan.
d. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Profil
Istilah profil menurut J.S Badudu (1994) berarti pandangan dari
samping tentang wajah orang, raut muka, atau tampang. Menurut Sumadji yang
dikutip oleh Asih Ratnasih (2003) dalam kamus ilmu sosial profil adalah
gambaran grafis dari tingkat-tingkat yang berhubungan dengan serangkaian ciri
tertentu.
Profil menurut Kommaruddin (1984) adalah grafik yang menyajikan
secara kuantutatif seperangkat karakteristik yang ditentukan oleh tes. Sedangkan
menurut Peter Salim dan Yeni Salim (1991) profil adalah rencana atau
penjelasan singkat mengenai bagian-bagian utama. Dari berbagai pendapat
tentang definisi profil di atas memberi penjelasan bahwa profil merupakan suatu
penggambaran tentang suatu objek secara jelas dilihat dari berbagai segi yang
menjadi karakteristik obyek tersebut
2. Pengertian Industri
Industri menurut Badan Pusat Statistik (2000) adalah tempat pengolahan
bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) mendefisinikan industri
sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
industri dalam pengolahan bahan dibutuhkan tempat untuk proses produksi agar
menghasilkan produk yang diinginkan.
Menurut Sujadi Prawirosentono (1997) pengertian industri adalah suatu
tempat yang menghasilkan dan menjual barang sejenis. Selama menjual barang
dibutuhkan tempat yang berfungsi untuk menghasilkan barang yang diproduksi.
Melihat pengertian di atas, maka industri pada prinsipnya sama merupakan
tempat mengolah bahan. Dalam pengolahan bahan tersebut, suatu industri perlu
sekali memperhatikan tempat pengolahan yang tepat karena akan
mempengaruhi efektivitas dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri slondok adalah tempat
pengolahan bahan baku (singkong) menjadi bahan jadi (slondok).
3. Pengertian Profil Industri
Profil industri yang dimaksud pada penelitian ini adalah gambaran atau
potret tempat pengolahan bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang
lebih tinggi nilai jualnya.
Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) dalam konteks bisnis
manajemen dapat dibagi menjadi empat bidang utama ; a) bidang pemasaran, b)
bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.
4. Manajemen
Sukanto Reksohadiprodjo (2000) menyatakan bahwa manajemen adalah
proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisir, memimpin dan
mengandalkan sumber daya manusia, keuntungan fisik dan informasi guna
Menurut Suharsimi Arikunto (1990) Manajemen dapat diartikan
pengelolaan-pengelolaan menurut pengertian modern adalah suatu usaha
bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien dengan menggunakan sumber daya dan dana yang ada.
Menurut M. Fuad (2001) manajemen adalah sutu proses yang melibatkan
kegiatan perencanaan, penggorganisasian, penggarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses pelaksanaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.
Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) Dalam konteks bisnis,
manajemen dapat dibagi dalam empat bidang utama, walaupun dalam bisnis
tertentu bidang–bidang itu dapat berkembang sesuai dengan skala perusahaan
dan strategi yang dikembangkan Manajemen atau juga dapat disebut bidang
bisnis dapat dikelompokkan dalam ; a) bidang pemasaran, b) bidang produksi,
c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.
Menurut Amiirullah dan Haris Budiyono (2004) bidang-bidang
manajemen dikelompokkan menjadi empat bidang utama yaitu : ) bidang
pemasaran, b) bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya
Menurut Hani Handoko (1997) bidang-bidang manajemen dibagi menjadi
beberapa diantaranya yaitu manajemen sumber daya mausia, manajemen
keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran
a. Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang dimaksudkan untuk
memuaskan kebutuhan dan kemajuan melalui proses pertukaran
(Kotler Philip, 1994). Indiyo Gitosumarno (1994) mengemukakan bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang
dipasarkan dapat diterima dan disenangi pasar. Jadi pemasaran merupakan
kegiatan yang mengusahakan agar produk diterima konsumen untuk
pemenuhan dan pemuas kebutuhan. Dalam pemasaran terjadi perpindahan
barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen. Jangkauan pemasaran
sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui hingga barang atau jasa
sampai ke tangan konsumen.
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya membutuhkan
strategi dalam pemasaran. Strategi yang banyak dan sering digunakan
adalah strategi bauran pemasaran (Marketing Mix). Bauran pemasaran atau
Marketing Mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang
memuat unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan
posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Basu Swastha (1997) Marketing Mixadalah kombinasi dari
empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
Sedangkan menurut M. Mursid (1997) bauran pemasaran atau marketing
mix adalah faktor-faktor yang dikuasai, digunakan dikendalikan oleh
sesorang manajer untuk mempengaruhi jumlah permintaan dan menaikkan
omset.Marketing mix/ bauran pemasaran terdiri dari :
1) Produk/product
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar
untuk mendapatkan perhatian yang digunakan, dimili, dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler dan
Amstrong, 2001). Menurut M.H Soetrisno (1991) Produk adalah
menyangkut pemilihan barang yang akan ditawarkan secara tepat kepada
konsumen. Produk yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap barang
yang dihasilkan perusahaan melalui proses produksi untuk dijual kepada
konsumen. Kebijakan produk perusahaan juga menyertakan atribut
produk yaitu mutu, tampilan, model, pilihan, nama merk, pengemasan,
garansi/jaminan.
2) Harga/price
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan kepada konsumen
dengan manfaat dari memiliki/menggunakan produk/jasa yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau
ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua
pembeli (MH. Soetrisno, 1991). Harga sering dijadikan indikator oleh
Apabila harga lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang lain maka
dianggap memiliki kualitas yang lebih baik. Basu Swastha & T.Hani
Handoko (1989) mendefisinikan harga sebagai berikut : “ harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya”.
Dari definisi diatas harga mengandung dua komponen pokok yaitu:
barang yang dibayar oleh konsumen sudah termasuk pelayanan, dan
penjual ingin mendapatkan keuntungan dari dari harga yang ditetapkan.
3) Promosi/promotion
Menurut Basu Swastha (1997) promosi adalah arus informasi
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang pada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dari definisi
tersebut jelas bahwa promosi merupakan salah satu aspek yang penting
dalam manajemen pemasaran. Promosi dapat menimbulkan rangkaian
kegiatan selanjutnya dari perusahaan disamping itu dapat dijadikan alat
untuk menimbulkan keinginan konsumen untuk menggunakan
produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Adapun alat –alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan produksnya, menurut Indriyo (1996) pengusaha dapat memilih beberapa
a) Pengiklanan, baik melauli media surat kabar, majalah, radio,
televisi, atau dalam bentuk–bentuk poster poster yang dipasang di penggir jalan
b) Promosi penjualan(sales promotion)seperti membuatbooklet, ikut
pameran dan lain-lain
c) Personal Selling, promosi dan penjualan langsung kepada
konsumen.
d) Publisitas (publication) seperti yang dilakukan pada media iklan
tetapi dalam bentuk pemberitaan.
Selain empat variable daiatas, lokasi penjualan juga sangat berpengaruh
terhadap kelancaran kegiatan pemasaran. Harimurti Subanar (1995)
mengemukakan bahwa lokasi yang mudah dilihat, mudah di temukan,
dan tidak sulit menjangkaunya akan sangat membantu dalam
memasarkan produk dan jasa.
4) Saluran distribusi (place)
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen
untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas
perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.
Perusahaan dalam melaksanakan distribusi adalah bekerja sama dengan
para penyalur pemasaran dan distributor kemudian membentuk saluran
distribusi, dalam pendistribusian diperlukan tempat yang memadai seperti
Dalam kegiatan distribusi ada beberapa macam aliran distribusi
menurut basu swasta (1996):
a) Produsen konsumen
b) Produsen pengecer konsumen
c) Produsen pedagang besar pengecer konsumen
b. Manajemen Produksi
Manajemen produksi menurut Pontas M. Pardede (2005) adalah :
segala bentuk dan jenis pengambilan putusan mulai dari penentuan jenis
barang atau jasa yang akan dihasilkan, sumber daya–sumber daya yang
dibutuhkan, cara pengolahannya, teknik operasi dan produksi yang akan
digunakan, sampai barang atau jasa tersebut di tangan pemakai atau
pengguna.
Menurut Sri Wening dan Sicilia Sawitri (1994) fungsi manajemen
produksi dapat digolongkan menjadi tiga buah fungsi meliputi perencanaan
produksi, pelaksanaan produksi dan pengawasan produksi.
1. Perencanaan produksi
Setiap pengusaha tidak menghendaki adanya kerugian, mereka
berusaha untuk memperlancar usaha agar usahanya dapat berjalan lancar
dan dapat meningkatkan produksi. Tentu saja harus direncanakan dengan
teliti, apabila usaha tersebut dibidang produksi maka perlu adanya
perencanaan produksi yang harus dilakukan.
Dalam suatu kegiatan usaha perencanaan merupakan bagian dari
tindakan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan juga
untuk menekan inefisiensi dintaranya pemborosan bahan dan
penyimpanan fungsi bahan. Perencanaan meliputi seluruh kegiatan
mulai dari penentuan jenis barang yang akan dibuat, perencanaan
pengadaan dan penanganan sumber daya-sumber daya yang akan diolah,
penentuan jumlah dan jenis tata letak peralatan yang akan digunakan,
penentuan cara dan teknik pengolahan yang akan digunakan, penentuan
ciri dan sifat yang harus dimiliki produk, serta penentapan waktu kapan
produk harus siap untuk dipasarkan (Pontas M. Pardede, 2005). Menurut
Ray Wild dalam Komarudin (1991) perencanaan produksi adalah
penentuan, perolehan dan persiapan segenap fasilitas yang diperlukan
untuk memproduksi barang-barang dikemudian hari. Fasilitas yang
dimaksud adalah segala sesuatu (sumber daya) yang harus ada untuk
pelaksanaan kegiatan jenis produksi misalnya; bahan baku, tenaga kerja ,
mesin dan lain-lain. Sedangkan menurut Agus Ahyari (1998)
perencanaan produksi adalah perencanaaan tentang produk apa dan
berapa jumlahnya msing-masing yang segera akan diproduksikan pada
periode yang akan datang. Menurut beberapa definisi di atas
perencanaan adalah penentuan, perolehan, persiapan segenap fasilitas
(modal, bahan baku, tenaga kerja, mesin, tempat produksi dan lain-lain)
yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dengan jumlah yang
2. Pelaksanaan produksi
Pelaksanaan kegiatan produksi adalah penggunaan tenaga kerja
manusia dan alat untuk mengolah bahan baku dan bahan tambahan yang
tersedia untuk membuat barang atau jasa. Kegiatan pengolahan
dilaksanakan sesuai dengan teknologi yang digunakan dalam pengolahan
tersebut. Jenis teknologi yang digunakan dalam pengolahaan tersebut
akan menentukan cara pengolahan bahan dan jenis alat yang digunakan.
Jenis teknologi juga menentukan daya kerja perusahaan yaitu jumlah
barang yang akan dibuat dengan menggunakan sejumlah tertentu bahan
baku dan tenaga kerja serta sejumlah jam tertentu (Pontas M. Pardede,
2005). Menurut Indriyo Gitosudarmo (1994) pelaksanaan produksi
adalah membuat bahan baku menjadi barang jadi. Pelaksanaan produksi
adalah suatu metode atau cara membentuk suatu barang dari bahan baku
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
3. Pengawasan produksi
Pengawasan merupakan tindakan seorang manager untuk menilai
dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Richard L.Daft
(2000) pengawasan produksi adalah memantau aktivitas karyawan agar
tetap berjalan kearah pencapaian sasaran dan membuat koreksi bila
diperlukan. Selain itu Hamdan Mansoer (1989) berpendapat bahwa
pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan acuan dan tujuan
mengadakan tindakan korektif bila diperlukan. Berdasarkan definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan produksi adalah memantau,
menilai dan mengendalikan aktifitas karyawan dengan acuan tujuan
yang ditetapkan mencari penyebab adanya penyimpangan dan
mengadakan tindakan korektif bila diperlukan
c. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aktifitas
yang besangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan
dana tersebut. Sementara menurut Erlina yang dikutip oleh Viona Rosavita
mengungkapkan bahwa manemen keuangan merupakan manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan, di mana fungsi tersebut antara lain fungsi
bagaimana memperolah dana dan menggunakan dana tersebut.
Dalam manajemen keuangan tak juga dapat dilepaskan dengan modal.
Modal menurut Pandji Anoraga (1997) adalah barang/hasil produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Menurut Bambang
Riyanto (1991) modal dibedakan menjadi dua yaitu modal lancar(aktiva
lancar) dan modal tetap (aktiva tetap). Pengertian dari modal lancar adalah
aktiva yang habis dalam proses satu kali berputar dalam proses produksi dan
proses berputarnya dalam jangka waktu pendek. Sedangkan modal tetap
adalah aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis
Modal merupakan faktor penting yang mempunyai arti yang lebih
menonjol dalam kegiatan usaha, sebab modal merupakan urat nadi bagi
suatu perusahaan ( Harimurti Subanar, 2001).
Selain modal dalam manajemen keuangan juga membahas tentang
pengupahan/pengajian. Menurut Suwanto dan Rasto (2003) definisi gaji,
upah dan upah intensif adalah sebagai berikut : gaji adalah balas jasa yang
dibayarkan secara periodik pada karyawan tetap serta mempunyai jaminan
yang pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada karyawan hrian
dengan berpedoman atas penggajian yang disepakati. Sedangkan upah
intensif adalah balas jasa yang diberikan kapada karyawan tertentu yang
mempunyai prestasi diatas prestasi standar.
Sistem penggajian saat ini beraneka ragam dan cenderung tidak
menggunakan pedoman yang pasti dalam menentukan upah bagi karyawan
/pekerja. Menurut Harimurti Subanar (2001) berbagai pengaturan
penggajian yang terdapat pada usaha kecil dan kerajinan di Yogyakarta
umumnya berdasarkan jumlah dan kuantitas produk yang dihasilkan oleh
pekerja. Slamet Saksono (1998) lebih lanjut membagi sistem pengupahan
menjadi empat yaitu :
1) Sistem pengupahan menurut waktu
Dalam sistem ini, hasil pekerjaan bukan merupakan suatu
ukuran. Pekerja dibayar berdasarkan waktu yang dihabiskan perjam, per
pengusaha diharapkan pada kemungkinan pekerjaan yang dilakukan
pekerja mengguntungkan atau merugikan perusahaan.
2) Sistem pengupahan menurut hasil kerja
Dengan sistem ini, pekerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan
yang dapat diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang
digunakan. Oleh karena itu pekerja cenderung memanfaatkan setiap
waktu yang ada agar dapat menyelesaikan unit pekerjaan lebih banyak.
Dengan sistem ini pihak pengusaha dihadapkan pada tanggung jawab
keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan kualitas tiap unit
pekerjaan yang dihasilkan oleh pekerja.
3) Sistem pengupahan menurut standar waktu
Dengan system ini, upah dibayarkan berdasarkan waktu yang
telah distandarisasi. Premi/bonus merupakan pembayaran ekstra yang
diberikan kepada pekerja sebagai suatu pendorong agar pekerja mau
meningkatkan prestasinya sebaik dan semaksimal mungkin.
4) Sistem pengupahan menurut kerja sama pekerja dan pengusaha
Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya
dilakukan dikemudian sebagai tambahan dikombinasikan dengan system
pembayaran upah yang telah ditentukan.
d. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang merupakan tenaga
terwujudnya tujuan organisasi (H. Malayu, 2006). Menurut Talidziduhu
Ndraha (1993) yang dimaksud dengan SDM adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengertian lain dari SDM secara mikro menurut Hudori
Nawawi (2001) adalah manusia atau orang yang bekerja menjadi anggota
suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga
kerja dan lain-lain. Posisi SDM dalam perusahaan sangatlah penting. SDM
merupakan asset atau kekayaan perusahaan, oleh karena itu penting untuk
memahami cara pengelolaan SDM secara benar sehingga tujuan organisasi
tercapai. Begitu juga dengan industri slondok, pengembangan industri selain
membutuhkan modal kerja dan bahan baku industri juga dituntut tersedianya
SDM yang dapat mendukung efisiensi, efektifitas, dan produktifitas dalam
proses produksi. Unsur-unsur SDM dalam penelitian meliputi, usia, jenis
kelamin, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan
produksi, tingkat pendidikan dan pengalaman yang berpengaruh pada
pengorganisaian usaha.
5. Industri Slondok
a. Pengertian Industri Slondok
Industri slondok merupakan unit usaha yang mengolah bahan
makanan lokal yaitu singkong menjadi produk jadi (Slondok). Bahan yang
digunakan hanya menggunakan bahan makanan lokal yang mudah didapat
Industri slondok termasuk industri rumah tangga yang terdapat di
daerah Banjarharjo Kalibawang yang hampir setiap rumah memproduksi
slondok untuk dipasarkan.
b. Pengertian Slondok
Slondok adalah makanan tradisional yang banyak ditemukan di
daerah Banjarharjo Kabupaten Kulon Progo. Dalam penelitian ini peneliti
tidak menemukan referensi tentang slondok secara khusus. Oleh karena itu
peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui tentang
produk slondok.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 18 mei 2008, pukul 10.00 WIB di daerah Banjarharjo dengan
sumber yaitu bapak Nur Kholis, slondok adalah makanan yang terbuat dari
bahan dasar ketela/singkong yang mempunyai bentuk seperti cincin, warna
kekuningan, tekstur agak keras dan rasa gurih. Slondok ini hampir sama
dengan alen-alen hanya saja warna dan bentuknya yang berbeda.
Dalam golongan makanan tradisional slondok termasuk dalam
golongan kudapan atau camilan atau makanan kecil. Makanan kecil adalah
makanan ringan yang praktis dikonsumsi biasanya diantara waktu makan
dan dalam kedaan santai.
Sebagai gambaran umum, slondok merupakan makanan kecil atau
makanan jajanan karena banyak dijumpai di pasar tradisional, yang terbuat
yang gurih, serta memiliki warna yang kuning dengan bentuk bulat seperti
cincin
c. Bahan Baku Slondok
Bahan baku adalah bahan pokok yang harus ada dalam pembuatan
atau proses produksi. Bahan baku dalam pembuatan slondok terbagi
menjadi dua macam yaitu :
1) Bahan Utama
Bahan utama untuk membuat slondok adalah ketela /Ubi kayu/
Singkong. Di Indonesia ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga
setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah
diantaranya : ketela pohon, singkong, ubi jendal, telo pohong dan telo
jendal.
Menurut Kus Irianto yang dikutip oleh Siti Nurimah, di dalam
singkong terdapat asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Singkong
yang berkadar asam sianida rendah yaitu kurang dari 50mg/kg.
Sedangkan yang berkadar tinggi yaitu lebih dari 100mg/kg ubi yang
sudah dikupas.
Untuk menghindari bahaya racun asam sianida caranya adalah
memilih jenis atau varietas ubi yang kadar asam sianidanya rendah. Ubi
kayu yang berkadar asam sianida tinggi ditandai dengan rasa pahit dan
bila dipotong warnanya berubah menjadi biru. Ubi kayu yang berkadar
Cara menghilangkan kadar HCN adalah dibilas air sebelum diolah.
Metode paling ampuh untuk mengurangi kadar HCN sampai 85% adalah
dengan cara menumbuk kemudian mengeringkan ubi tersebut.
Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan ubi kayu sebagai berikut :
Kingdom :Plantea(tumbuh-tumbuhan)
Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji)
Subdivisi :Angiospermae(berbiji tertutup)
Kelas :Dicotyledonae(biji berkepang dua)
Ordo :Euphorbiales
Famili :Euphorbiaceae
Genus :Manihot
Spesies :Manihot esculentaa Crantz sin M. utilissima Pohl
(Rahmat Rukmana, 1997)
Ubi kayu/singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak
dikonsumsi masyarakat, selain sebagai variasi bahan pangan, ada
beberapa daerah yang memang makanan pokoknya adalah ubi kayu. Ubi
kayu/singkong sebagai variasi bahan makanan, sekarang banyak sekali
muncul produk olahan ubi kayu/singkong seperti : getuk, tiwul, lemet
dan juga slondok.
Singkong mengandung glikosida yang jumlahnya bervariasi. Bila
kadar glikosida lebih dari 100 mg/1 kg singkong, jenis ini disebut
dimakan di dalam perut diubah menjadi asam hidrocycan. Asam ini
dapat mempengaruhi pernapasan, sehingga orang dapat mati kekurangan
oksigen (C. Soejati Tarwotjo, 1998 :54)
Tabel 1. Kandungan gizi singkong
No Kandungan gizi Jumlah
1 Sumber : Direktorat Gizi Dep Kes RI, 1991.
2) Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan bahan yang menolong terciptanya
suatu barang (Sujadi Prawirosentono, 1997). Dalam pengolahan
makanan tradisional slondok, selain menggunakan bahan utama juga
menggunakan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan adalah
garam yang digunakan sebagai bumbu. Teknik olah yang digunakan
adalah menggoreng. Sehingga media yang digunakan adalah minyak
goreng.
a. Garam
Garam disebut juga dengan nama Sodium Chlorida yang
berguna untuk menstabilkan cairan di dalam tubuh dan mencegah
kekraman dalam otot. Terdiri dari 40% sodium dan 60% chloride
Garam memiliki fungsi utama dalam makanan sebagai pemberi
rasa asin/gurih dan penguat rasa dari suatu makanan. Selain sebagai
bumbu makanan, garam juga sebagai pengawet.
b. Minyak Goreng
Minyak goreng sebagai medium penghantar panas, menambah
rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan (S.
Ketaren 2005). Dalam pembuatan slondok, minyak goreng sebagai
media mematangkan slondok yang sudah dijemur.
Jenis lemak yang baik untuk digunakan adalah minyak kelapa,
minyak kelapa sawit atau lemak nabati dihidrogenasi dengan titik
cair 35°-40° C. Minyak yang termasuk golongan setengah mengering
atau minyak mengering misalnya minyak biji kapas, minyak kedelai,
dan minyak jagung. Minyak biji matahari tidak dapat digunakan
sebagai minyak goreng, hal ini karena minyak tersebut jika kontak
dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat teroksidasi sehingga
berbau tengik. Pemanasan minyak secara berulang-ulang pada suhu
tinggi dan dalam waktu yang cukup lama, kan menghasilkan
senyawa polimer yang berbentuk padat dalam minyak. Minyak yang
telah rusak tidak hanya menyebabkan kerusakan nilai gizi, tetapi
juga merusak tekstur dan rasa dari bahan pangan yang digoreng (S.
d. Proses Pembuatan Slondok
Tabel 2. Formula pembuatan slondok
No Bahan Jumlah
1 2 3
Ubi kayu Garam
Minyak goreng
1 Kwintal 1 kg 18 liter Sumber. Hasil wawancara bapak Nurkholis
1) Proses pembuatan slondok melalui tahap
Penggolahan makanan tradisional slondok menggunakan teknik
tradisional yaitu secara manual dengan pembentukan dengan tangan.
a. Pengupasan
Pengkupasan adalah cara menghilangkan kulit luar suatu
bahan dengan cara mengerat/mengiris tipis-tipis menggunakan alat
pengupas atau pisau. Pengupasan singkong dilakukan untuk
menghilangkan kulit bagian luar dengan cara dikerat menggunakan
pisau.
b. Penyortiran
Penyortiran disini dimaksudkan untuk memilih singkong
yang akan digunakan, apa bila singkong berwarna biru, singkong
tersebut tidak digunakan karena akan mempengaruhi rasa slondok.
c. Pencucian
Pencucian untuk membersihkan bahan menggunakan air
bersih dan bahan lain dengan tujuan menghilangkan kotoran,
mikoorganisme yang menempel pada permukaan bahan makanan.
tanah dan juga HCN yang ada pada permukaan singkong sampai
berih, dengan cara digosok dengan tangan.
d. Pengkukusan
Mengkukus yaitu teknik olah dengan media uap panas. Benda
yang dikukus diletakkan dalam alat yang berlubang-lunang yang
dibawahnya terdapat air mendidih. Kemudian dipanasi hingga
benda tersebut matang.
e. Penumbukan
Proses ini bertujuan untuk menghancurkan singkong yang
sudah dikukus untuk mengambil serat yang ada pada singkong,
pada proses penumbukan ini juga dilakukan proses pemberian rasa
dengan menambahkan garam pada singkong yang sedang
ditumbuk. Penumbukan dilakukan menggunakan alu dan lesung.
f. Penggilingan
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan adonan singkong
yang lebih halus dan mudah dibentuk. Penggilingan menggunakan
alat yang dinamakan gilingan daging. Penggilingan dilakukan dua
kali agar menghasilkan adonan yang halus.
g. Pembentukan
Pembentukan dilakukan secara manual yaitu dengan
h. Penjemuran
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil slondok yang
kering sehingga pada saat digoreng menghasilkan slondok yang
renyah.
i. Penggorengan
Menggoreng adalah memasak makanan dengan
menggunakan minyak panas (Kokom Komariah, 1990). Selama
penggorengan akan terjadi beberapa perubahan seperti
terbentuknya aroma, warna, dan penurunan kadar air. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi warna dihasilkan adalah frekuensi
penggunaan minyak, suhu, dan lama penggorengan, serta jenis
minyak yang digunakan (F.G Winarno, 1999)
j. Pemberian variasi rasa
Pemberian variasi rasa disini adalah menambahkan bawang
yang sudah dihaluskan, kemudian dicampur dengan slondok yang
sudah matang sambil diratakan..
k. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk mempertahankan agar produk
makanan tetap bersih dan memberikan perlindungan dari
kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh air, oksigen, serangga dan
d. Karakteristik Slondok
Slondok mempunyai bentuk bulat seperti cincin dengan diameter ± 2
cm, mempunyai rasa gurih, warna kekuningan dan tektur yang renyah agak
keras.
B. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami
peningkatan.Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang
dengan baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi
dari masing-masing industri.
Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak
industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Industri ini
merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang dan sudah
terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan mulai berkembang,
akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat dilihat dari
manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang berdasarkan
kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan, pembagian kerja
yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas, penerapan system
penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi administrasi yang
tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih tercampur, manajemen
produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan memadai, pelaksanaan
media untuk promosi, pendistribusian yang kurang luas, sanitasi hygiene dan
pengendalian mutu yang masih sederhana Untuk itu agar industri slondok dapat
berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan tersebut
diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih
berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang
industri makanan slondok di Banjarharjo. Penggambaran yang dimaksud adalah
profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo.
Diagram alir kerangka berfikir
Industri kecil slondok
Gambar 1. Diagram alir kerangka berfikir Pemasaran - promosi yang kurang
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di industri makanan slondok yang
berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon
Progo. Waktu penelitian pada bulan Januari–Oktober 2008 2. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesa tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau suatu keadaan. Didalamnya terdapat upaya
mendiskripsikan, mencatat dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada. Sedangkan menurut Arief Furchan (2004)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang memungkinkan peneliti
melukiskan dan merangkum pengamatan yang telah dilakukannya. Jadi
penelitian ini dimaksudkan untuk menggali fakta yang ingin diketahui dan
kemudian dideskripsikan apa adanya, tidak memanipulasi data serta tidak
dilakukan uji hipotesis.
B. Populasi dan Sampel
31
Arikunto : 2002). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri slondok
di desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo yang berjumlah 63 unit usaha.
Teknik Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan
tertentu dan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan berjumlah 6
pengusaha slondok.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka terlebih dahulu peneliti
kemukakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Profil Industri makanan slondok yang dimaksudkan adalah gambaran
tentang potret tempat pengolahan makanan slondok mulai dari bahan
dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya
yang ditinjau dari bidang pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya
manusia.
2. Bidang pemasaran meliputi marketing mix atau bauran pemasaran
yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang memuat
unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan
posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan yaitu: produk,
harga, distribusi dan promosi.
3. Bidang produksi meliputi perencanaan produksi, pelaksanaan produksi
dan pengawasan produksi.
4. Bidang keuangan meliputi upah yang diberikan kepada karyawan dan
32
5. Bidang sumber daya manusia merupakan hal-hal yang dimiliki oleh
pengusaha yang meliputi jumlah, usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, serta pengalaman kerja dan rekruitmen karyawan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang valid maka diperlukan suatu
teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi Arikunto (1998) mengatakan
bahwa mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti
dengan metode interview/wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode:
1. Wawancara (Interview)
Menurut Iqbal Hasan (2002), wawancara (interview) adalah teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh
pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau
direkam. Teknik wawancara ini dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Wawancara berstruktur, merupakan teknik wawancara di mana
pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar isian sebagai
pedoman saat melakukan wawancara .
b. Wawancara tidak berstruktur, yaitu merupakan teknik wawancara di
mana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar
isisan sebagai penuntun dalam melakukan wawancara.
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara berstruktur yang berarti
33
untuk mengetahui semua data-data mengenai profil industri makanan
slondok yang sukses di Banjarharjo, Kalibawang.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan kegiatan yang berlangsung. Observasi dapat
dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi partisipatif
(participatory observation) adalah pengamat ikut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta
pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation)
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati
kegiatan, tetapi tidak ikut dalam kegiatan (Nana Syaodih, 2008). Penelitian ini
menggunakan observasi nonpartisipatif dalam melakukan pengambilan data.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari data
observasi dan data wawancara. Data dokumentasi yang diperoleh berupa data
foto-foto pendukung informasi dalam penelitian.
E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
34
Masih menurut Suharsimi (1998), instrumen penelitian dapat
diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok (check list),
pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal test, inventori, atau skala.
Sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, maka instrumen yang digunakan meliputi pedoman wawancara dan
observasi
Tabel 3. Kisi–Kisi Instrumen Pengambilan Data
Variabel Sub Variabel Indikator Sub indikator No item Ket Profil Industri
Produk Karakterisrik produk 1 Wawancara
dan
Harga Harga produk 14,15,16,17 Wawancara Sistem pembayaran 17,18,19,20
Penentuan harga produk 21,22,23 Saluran Promosi Promosi penjualan 32,33
Media informasi 34 Proses pengolahan slondok 55 Lama waktu pengolahan 56 Hasil produksi 57,58 Pengawasan
Produksi
Penyortiran bahan baku 59 Pengawasan proses produksi 60 Penyortiran bahan jadi 61 Bidang
keuangan
Keuangan Upah karyawan 62,63 Wawancara
Modal usaha 64,65,66
Pendidikan formal 67 Wawancara
Pendidikan non formal
68,69, 70
35
2. Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2005) validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan
validitas isi. Menurut Saifuddin Azwar (2006) untuk menguji validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisi rasional lewat pertimbangan ahli (Expert Judgement). Validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pertimbangan ahli
yaitu konsultasi dengan ahli untuk mengetahui apakah butir-butir instrumen
sudah mewakili apa yang hendak diukur.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli yaitu dosen pembimbing,
dosen pemasaran dan ahli di bidang manajemen. Validitas isi pada
umumnya ditentukan melalui pertimbangan ahli, sehingga tidak ada formula
matematis untuk menghitung dan tidak ada cara menunjukkan secara pasti
(Sukardi, 2008). Berdasarkan hasil validasi oleh ketiga ahli instrumen
penelitian tentang profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo,
Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo telah dinyatakan valid.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul kemudian diadakan
analisa terhadap data-data tersebut. Dalam penelitian ini analisis datanya
36
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa adanya maksud untuk membuat kesimpulan yang
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pemasaran yang dilakukan industri makanan slondok masih sederhana
yaitu tanpa merk, sertifikasi, ataupun kemasan khusus. Penjualan tidak
dilakukan dengan menjual langsung di pasaran, tetapi mereka
didatangi langsung oleh tengkulak. Mereka juga tidak pernah
melakukan promosi. Untuk karakteristik produk, hampir semua
industri slondok memiliki karakter yang sama, mulai dari bentuk yang
bulat seperti cincin ± 2 cm, berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa
yang gurih..
2. Bidang produksi di industri rumah tangga makan tradisional ini dari
segi perencanaan produksi yaitu bahan baku berupa ketela jenis
Rengganis dan Adira. bahan penolong seperti minyak goreng, garam,
dan bawang putih. Peralatan yang digunakan dalam membuat slondok
masih sederhana. Pembuatan slondok memakan waktu yang singkat
yaitu sehari, tetapi dalam proses menjemur memakan waktu yang lama
tergantung pada keadaan cuaca. Dalam satu hari slondok yang
dihasilkan rata-rata ± 35 kg –70 kg. Pengawasan produksi dilakukan
66
3. Modal yang didapatkan para pengusaha adalah modal milik sendiri.
Sedangkan sistem pengupahan yang dipakai adalah sistem pengupahan
menurut hasil kerja.
4. Industri makanan slondok di Desa Banjarharjo merupakan industri
skala rumah tangga dengan tenaga kerja sebagian besar adalah
laki-laki dan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga sendiri dan
tetangga dekat. Tingkat pendidikan rata-rata adalah SD dan mereka
tidak memiliki pengalaman di luar bidang pembuatan slondok
B. SARAN
1. Bagi industri sendiri, perlunya memperluas wilayah penjualan
sehingga produk lebih banyak dikenal konsumen. Perlunya promosi
yang dilakukan oleh para pengusaha agar produk mereka dikenal
konsumen. Perlunya pengembangan dan variasi produk untuk lebih
menarik minat pembeli seperti pemberian bumbu yang beda (rasa keju,
barbeque dan lain-lain), bentuk yang menarik dan kemasan yang
menarik. Perlunya standar upah yang diberikan kepada tenaga kerja.
Perlunya variasi pada kemasan yang digunakan untuk lebih menarik
minat konsumen.
2. Bagi perguruan tinggi dengan adanya penelitian ini perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai
informasi yang lebih detail tentang kondisi industri kecil ini, sehingga
67
memberikan bantuannya yang dapat berupa pelatihan maupun
penyuluhan dibidang manajemen maupun dibidang lainnya .
3. Bagi Pemerintah terutama departemen terkait maupun swasta dapat
memberikan bantuan yang berupa kebijaksanaan yang mengarah
kepada perkembangan industri maupun berupa bantuan secara moral
maupun material seperti pelatihan tentang produk, kemasan dan
37
BAN IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Banjarharjo adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo. Desa ini merupakan sentra industri makanan tradisional
slondok. Banjarharjo merupakan satu dari empat desa yang masuk wilayah
kecamatan Kalibawang. Kalibawang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalibawang merupakan
kawasan agropolitan dan kawasan industri makanan tradisonal slondok.
Kecamatan Kalibawang memiliki luas 52,97 Km2 atau 9,03 %, berpenduduk
33.046 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 624 jiwa/Km2 terdiri dari 4
desa. Kecamatan kalibawang terbagi menjadi empat desa yaitu Banjararum,
Banjaroya, Banjarharjo, Banjarasri dari keempat desa tersebut Banjarharjo dan
Banjarasri merupakan sentra penghasil slondok, tetapi menurut data Depprindag
Kabupaten kulon progo, pembuat slondok di Banjarharjo lebih banyak
dibandingkan dengan pembuat slondok yang berada di Banjarasri. (Anonim,
2008)
B. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden
Identitas responden dikelompokkan menurut usia dan jenis kelamin.
a. Identitas menurut usia yaitu sebagai berikut :
38
Tabel 4. Identitas responden menurut usia
Usia ( Tahun) Frekuensi %
< 39 1 16,67%
40–49 -
-50–69 5 83,33%
Jumlah 6 100%
Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 4 , dapat diketahui bahwa usia
responden yang paling banyak berkisar antara 50– 69 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau 83,34%. Usia paling muda yaitu kurang dari 39 tahun
sebanyak 1 orang atau 16,67%. Usia Responden slondok tersebut sebagian
besar termasuk pada kelompok usia lanjut. Semua responden di desa
Banjarharjo memiliki status sudah menikah dan menjadikan usaha slondok
sebagai mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Identitas responden menurut jenis kelamin
Jenis kelamin produsen slondok yang ada di Desa Banjarharjo
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi %
Pria 4 66,64%
Wanita 2 33,36%
Jumlah 6 100%
Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa produsen slondok di
Desa Banjarharjo antara jenis kelamin pria dan wanita berjumlah enam
orang dengan perbandingan lebih banyak laki-laki dari pada kaum
39
orang atau sebesar 66,64%, sedangkan produsen slondok dengan jenis
kelamin wanita sebanyak 2 orang atau 33,36%.
2. Profil Industri Makanan Sondok A. Bidang Pemasaran
1) Produk
a) Karakteristik Produk
Karakteristik produk dari semua responden cenderung sama,
mereka tidak memiliki ciri khusus dalam produk yang mereka buat, mulai
dari bentuk yang bulat seperti cincin dengan ukuran diameter ± 2 cm,
berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa gurih.
Gambar 2. Slondok.
b) Mutu Produk
Dalam menjaga mutu atau kualitas slondok, faktor yang
diutamakan oleh semua pengusaha slondok adalah menjaga bentuk dan
warna.
c) Merk
Semua pengusaha slondok ini belum mempunyai merk pada
40
d) Kemasan
Kemasan yang digunakan pengusaha slondok adalah plastik besar,
mereka tidak menggunakan kemasan kecil dikarenakan untuk lebih banyak
mendapatkan keuntungan
Gambar 3. Kemasan slondok
e) Garansi Produk
Semua responden di Desa Banjarharjo tidak menggunakan garansi
pada produknya.
f) Ijin Produk
Semua responden di Desa Banjarharjo sudah mendapatkan ijin untuk
mengelola usahanya dan terdaftar di Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.
g) Pengembangan produk
Usaha pengembangan produk dilakukan oleh semua responden.
Usaha pengembangan produk yaitu dengan cara membuat variasi rasa
pada slondok, rasa yang ditawarkan tidak hanya rasa gurih saja tetapi juga
41
h) Jumlah produksi
Jumlah produksi responden berbeda-beda dalam setiap harinya.
Berikut ini adalah tabel tentang jumlah produksi dalam sehari..
Tabel 6. jumlah produksi dalam 1 kali produksi
Jumlah bahan baku Jumlah produk Frekuensi
1 kwintal 35 kg 1
1 ½ kwintal 52 kg 2
2 kwintal 70 kg 3
i) Penyimpanan Produk
Penyimpanan produk yang dilakukan oleh pengusaha slondok hanya
di dalam rumah saja. Mereka tidak menyediakan tempat khusus atau
gudang untuk menyimpan produk tersebut.
2) Harga
a) Harga Produk
Harga jual slondok dari enam pengusaha slondok pada bulan Juli 2008
adalah :
Tabel 7. Harga Jual Slondok
Harga jual Frekuensi Prosentase
Rp 7000,- 5 83,33 %
Rp 7500,- 1 16,67 %
Data Tabel 7 menunjukkan harga jual slondok langsung dari
pembuatnya atau harga kulakan. Harga diatas hanya selisih Rp 500,-.
42
b) Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok
adalah dengan menggunakan sistem pembayaran secara tunai dan
diangsur atau secara kredit. Adapun syarat yang ditetapkan oleh pengusaha
slondok untuk pembelian secara kredit adalah rasa percaya, mereka tidak
memerlukan jaminan ataupun uang muka. Jangka waktu pembayaran
system kredit adalah 1-3 bulan.
c) Penentuan Harga Produk
Semua pengusaha slondok menentuakan harga penjualan
produknya berdasarkan harga bahan baku dan jumlah keseluruhan
bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses pengolahan slondok.
Dalam menentukan harga penjualan produk semua pengusaha
slondok mengalami kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah jika
bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan mengalami kenaikan
harga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pengusaha slondok
menaikkan harga jual sehingga mereka tidak mengalami kerugian.
3) Saluran Distribusi
a) Lokasi penjualan
Lokasi penjualan seluruh responden ini adalah rumah mereka
sendiri, mereka cenderung pasif yaitu menunggu tengkulak untuk datang
43
b) Cara penjualan
Seluruh responden ini menjual produk slondoknya dengan cara
menunggu tengkulak datang. Mereka lebih memilih cara ini dikarenakan
lebih banyak mendapatkan untung dari pada mereka menjual langsung ke
pasar-pasar, disamping jarak rumah dengan pasar sangat jauh.
c) Jangkauan Penjualan
Dari ke enam responden, produk slondok yang mereka buat
sampai ke wilayah DIY dan sekitarnya meliputi Jogja, Kulon Progo,
Bantul bahkan sampai di daerah Magelang.
Tabel 8. Jangkauan Penjualan
d) Waktu penjualan
Slondok dijual dalam jangka waktu dua atau tiga hari sekali setiap
minggunya.
e) Sasaran Penjualan
Sasaran penjualan slondok ini belum ada segmentasi pasar, artinya
pengusaha slondok memproduksi dan menjual slondok kepada siapa saja
yang berminat Jangkauan
penjualan
Pengusaha slondok Jumlah
1 2 3 4 5 6
Kulon Progo v v v v - v 5
Jogja - v v v v v 5
Bantul v - - v v v 4
44
f) Pesanan produk
Seluruh responden ini menerima pesanan bahkan mereka tidak
membatasi junlah pesanan tersebut
4) Promosi
a) Promosi penjualan
Sejauh ini enam unit industri slondok yang menjadi responden
penelitian belum pernah melakukan promosi melaui media apapun.
b) Persaingan pasar
Persaingan antar pasar tentu dialami oleh semua pengusaha
slondok. Hal ini terjadi karena di luar daerah Banjarharjo juga
memproduksi slondok.
B. Bidang Produksi 1) Perencanaan Produksi
a) Bahan Baku
1. Asal Bahan Baku
Dari hasil wawancara terhadap pengusaha slondok tentang asal
bahan baku dapat diketahui hasilnya pada Tabel 9.
Tabel 9.Pengadaan bahan baku
Responden Asal bahan baku Kebun Sendiri Desa
Boro
Desa Salaman
1 √ √ √
2 √ √
-3 - √ √
4 √ √ √
5 - √ √
45
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa bahan baku yang digunakan oleh
pengusaha slondok di Desa Banjarharjo berasal dari Kebun sendiri,
Desa Boro dan Desa Salaman. Untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku mereka mengambil bahan baku di dua tempat sekaligus.
2. Cara Mendapatkan Bahan Baku
Semua pengusaha slondok mendapat bahan baku dari pemasok.
Awal mulanya semua pengusaha slondok mendatangi pemasok dan
memesan secara langsung, dan kemudian pemasok tersebut yang
mengirim bahan baku ke pengusaha slondok.
3. Jenis Bahan Baku
Jenis singkong/ubi kayu yang digunakan oleh pengusaha
slondok adalah jenis Adira dan Rengganis. Mereka menggunakan
singkong/ubi kayu yang berumur 1 tahun.
Tabel 10. jenis bahan baku yang digunakan
Jenis bahan baku Frekuensi Prosentase
Rengganis 2 33,33%
Rengganis dan Adira 4 66,67%
4. Pengendalian bahan baku
Cara yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok dalam
pengendalian kualitas bahan baku yaitu dengan membeli bahan baku