GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN
(Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran
Gestok, PKI, dan Politik Global)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Filsafat Politik Islam
Oleh:
Muhammad Khusnul Khuluk
NIM: E74212063
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN
(Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran
Gestok, PKI, dan Politik Global)
Skripsi
Diajukan kepadaUniversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Ilmu (Program Studi Filsafat Politik Islam)
Oleh:
Muhammad Khusnul Khuluk
NIM: E74212063
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
,
PERSETUJUAN PEMBIMBINGSkipsi oleh Muhammad Khusnul Khuluk ini telah disetujui untuk diujikar.
Suraba-va, 31 Januari 2017 Pcmbimbing,
l
N,
U
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi oleh Muhammad Khusnul Khuluk ini telah diuji dan dipertahanlGn di depan Tim Penguji Skipsi
Suabaya,2017 Mengesahkan
Universitas Islam Negeri Sunatr Ampel Surabaya
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
iM,AT
1993U1
Pengujir Ketua
d3
Lli{i-Bariroh. M.Si.
NrP. 19771 1032009122002
Sekretaris
t1*r,1n,roi,^.
r
,,
NII'. 19840105201 r0t I 008
Penguji
I
I'I'ITNYATAAN
KtrASLIA\
\
-ng LrcrtrnJr tarrgan di b-u.lh ini .rr'.rNama
NIM
Jurusan
: Muhannnmad Khusnul Kiuluk
: E7,1212061
: Filsalirt Politili lsiam
I)engan
ini
mcn)atakan bahrva skripsiini
sccara keseluruhan adalah hasil pcnclitian dan pelnikinn sendiri. kecuali pada bagial1-baian ,vang menliliki rujukan.Surabala. 31 Januari 2017
6
KEMENTERIAN
AGAMA
UNI\'ERSITAS ISLAM
NEGERI
SUNAN
AMPEL
SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend. A. ) ani I I 7 Sumba)a oO2J7 tetp. 0i l-E4l tq72 F;X.OJ l-84t3300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id
NINI
Iekultas/Jumsrn
LEMBAR PERNYATAT{N PERSETLIJUAN PUBLII'ASI
KARYA ILMLA.H UNTUK KEPENTINGAN AI..-{DEMIS
Sebagai sir.itas akademi}a UIN Sunan Ampel Srrabaya, yang bertanda tangan di bawah in! saya:
, Mu\"uon'-'
al
ffiq
n,r{:
Ue h qtL(ddi!. /
tr- ilgqF--ct .... ,PqV ln't ...
[rtan
' ,\q^,^\+[.=..F-k 14 €...i$['ro :ca L..
Surabaya,
\S
Ha\fof
261 7Demi pcngcmbang,rn ilmu pengctahuan, men\.tujui uflruk mctnberi]ren kcpatta t,erlustaliaan
L-It," Sunarr Arnpel Surabnre,IIek tlcbas Ror:rlti Non tiksktL,sif ates karraitmrah:
FZSkripsi E lesis - Di-.elr-,.i E
l.rinI1n1....
. . . )lang bcrjLrdul :
Gcr.l-0,r1
Ccrtarn
,(r",s
k"t.r.
arr,,..1 (
r\.rJj
\-ftclu^.1
Pt!
,dgr
?d\11{'r.6\olq1
bcsert:r pcrangkat
lrne
diperluken pna ad,r). ttengan Hak Bebes Ror.atti Non Ftkslusif rniPeryustakaan L'1\- Su'ran ,\nrpcl Surabaia bcthak mcnrirnprn, murg:r)rh mcdia/frinnat kan,
t,cngelotanva
drlarn bcntuk pensltr[n
LLerL lJ.,ratu.e), nknJr\ rri .u.itr:rnnra,
r]en mcn2nlpnkan/mempublkasikrnnra di Intcn)ct xtau mcdia tarn secata lulrexr unruk kepentingan akadelrls tanpa pedu mcmirrra ijrn dari s:la sclxm2 rerxp mcncanrumkan rrarm sera scbagai penuhs./pcncipta drn xtarL pelerbu iang bersengkuran.Soa berscdir urmk trenanlgrrng sccern pribacli, tanpa mctibatkan pihak I,crpustakaan
LI\
Sun:rn ,\npel Surabara, seg:rlr l,cntuk rulrutan lluku,n varrg ttnbut atts pelanggelan Hak Cipta tiahm kana ilmhh sara iai.
Dcnikian pcrnratean ini rang sar.a buar dclgen scbclatnya.
Penulis
-=tr:
hq
rn.ir
kho(,lr
L\L Q6 3
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Gerwani dalam Arus Kekuasaan (Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam lingkaran Gestok, PKI, dan Politik Global)”
.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Gerakan politik Gerwani; (2) hubungan Gerwani dengan PKI dalam Gestok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi Gerwani dalam peristiwa Gestok, hubungannya dengan PKI, juga kaitannya dengan konstelasi politik global.Penelitian ini merupakan penelitan historis dengan pendekatan hermeneutik. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui pencarian dokumen sejarah yang terkait dengan penelitian dan menafsirkannya. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berupa dokumen hasil kongres yang diselenggarakan Gerwani dan dokumen dari kader Gerwani serta buku-buku, majalah, dan dokumen lain yang berkaitan dan mendukung penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, bahwa meskipun aktivitas Gerwani semakin menonjol pada sisi politik, tidak menjadikan Gerwani sebagai organisasi politik. Gerwani tetap merupakan organisasi sosial. Kedua, meskipun Gerwani cenderung dekat dengan PKI, tidak menjadikan Gerwani bagian dari PKI, karena Gerwani juga berhubungan dengan beberapa partai lain. Gerwani tetap menjadi organisasi yang independen dan tidak terikat dengan partai politik manapun. Keterlibatan yang telah dituduhkan Gerwani dalam Gestok adalah tuduhan yang tidak berdasar, karena Gerwani bukan bagian dari PKI dan tidak terlibat dalam kup mengerikan itu. Program Gerwani yang menentang imperialisme dan kolonialisme, menjadikan Gerwani salah satu organisasi yang menjadi musuh kekuatan besar pada saat itu, kapitalisme, dan masuk pusaran arus kekuasaan perang dingin. Kehancuran Gerwani tidak bisa dilepaskan dari ketegangan politik dunia ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
MOTTO ... PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Definisi Konseptual ... 14
1. Gerwani ... 14
2. Kekuasaan ... 15
3. Gerakan Politik ... 16
4. Gestok ... 17
5. Perang Dingin ... 18
F. Telaah Pustaka ... 19
G. Metode Penelitian ... 23
H. Sistematika Pembahasan ... 31
BAB II KERANGKA TEORITIK ... 34
A. Teori Gerakan Sosial ... 34
BAB III SETTING PENELITIAN ... 42
A. Profil Gerwani ... 42
B. Platform Gerakan Gerwani ... 54
C. Model Gerakan Gerwani ... 61
D. PKI dan Organisasi Perempuannya ... 83
E. Gerakan Satu Oktober ... 93
F. Stigma Gerwani Setelah Gestok ... 101
G. Perang Dingin ... 112
BAB IV GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN ... 119
A. Gerakan Politik Gerwani ... 121
B. Gerwani, PKI, Gestok, dan Perang Dingin ... 124
1. Hubungan Gerwani dengan PKI ... 129
2. Gerwani dan Gestok... 144
3. Gerwani dalam Arus Perang Dingin ... 153
BAB V PENUTUP ... 161
A. Kesimpulan ... 161
B. Saran ... 163
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang gadis modern, yang berani, yang dapat berdiri sendiri, yang menarik hati saya sepenuhnya, yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh dengan semangat dan keasyikan, gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan dirinya sendiri saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas bekerja demi kebahagiaan sesama manusia”1
Kalimat pembuka dalam surat Kartini kepada salah satu sahabat penanya, menggambarkan sebuah cita-cita yang begitu luhur. “Berjuang untuk
masyarakat luas” mungkin menjadi kalimat sakti pertama yang digagas oleh
seorang wanita di Indonesia kemudian merubah paradigma lama ke paradigma baru. Wanita Indonesia yang sebelumnya hanya ada di rumah, harus bisa
memiliki kontribusi yang nyata bagi masyarakat, dan bangsanya. Berjuang
untuk sosial, budaya, politik, dan segala hal lainnya untuk bangsa dan negara.
Membangun sebuah negara yang baik tidak terlepas dari bagaimana masyarakatnya bisa berpolitik dengan baik, karena tidak dimungkinkan membangun sebuah negara hanya bermodal nyali belaka. Kesadaran politik ini
juga harus dipupuk oleh berbagai elemen masyarakat, baik dari masyarakat
1
2
bawah atau masyarakat golongan atas, berideologi kanan atau kiri, yang tua atau muda, dan laki-laki atau wanita.
Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak pernah melupakan akan sejarahnya, kata Bung Karno. Tetapi sering kali sejarah dengan begitu jahatnya
sengaja memarjinalkan, menyisihkan, bahkan menghilangkan sejarah itu sendiri. Perjuangan dari beberapa golongan dengan sengaja dihilangkan, untuk
satu tujuan, kekuasaan. Jika seperti itu, maka benar apa yang pernah dikatakan
Soe Hok Gie, bahwa sejarah hanya berisi pemerasan, kesedihan dan penghianatan.
Rasanya kita harus bisa secara jujur membaca sejarah, karena di dalamnya ada yang namanya masa depan seperti yang dirasakan saat ini. Entah
itu sejarah yang diciptakan golongan kanan, golongan kiri, entah itu wanita atau laki-laki. Tidak selamanya orang kanan baik, lihatlah Kartosuwiryo yang coba
memporak porandakan bangsa, tidak selamanya pula kaum kiri itu bengis.
Tengok siapa yang kita akui sebagai bapak republik Indonesia, dia adalah Tan Malaka, orang yang selalu kita kenal sebagai seorang komunis. Perannya begitu
sentral dalam kemerdekaan Indonesia. Satu yang perlu diingat dengan jelas
3
Pun kita harus secara jujur membaca sejarah, bahwa sejarah emas Indonesia tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi para Srikandi tidak kalah gaungnya, tidak kalah gagah dalam sejarah republik ini. Mereka adalah
wanita-wanita yang sadar, bahwa kehadirannya diperlukan dalam perjuangan bangsa. Kehadiran wanita dalam perjuangan ini digagas oleh Sukarno. Ia
menuliskan dalam bukunya, Sarinah, yang mencakup tiga poin aksi, serikat kerja, koperasi dan partai politik.2
Sukarno menyebut poin ini sebagai aksi Sosialisme Wanita, dimana wanita harus secara nyata hadir dalam politik dan masyarakat.
Kehadiran wanita di dalam politik sangatlah penting, karena menurut Sukarno, masalah wanita adalah masalah masyarakat, dan masalah masyarakat, adalah masalah negara. Keadaan ini kemudian menjadi logis, karena jika
keadaan wanita baik, maka masyarakat akan baik, dan negara juga baik, begitu pula sebaliknya menurut pandangan Sukarno.
Suara-suara wanita sekarang terasa senyap gaungnya, jauh berbeda dengan yang terjadi setengah abad silam di Indonesia. Eksistensi wanita dalam
dunia politik meski tidak banyak secara kuantitas, tetapi dalam kualitasnya layak diperhitungkan, kehadiran gerakan politik wanita saat itu, Gerwani, begitu menggeliat dan mencapai puncak eksistensinya di tahun 60-an. Di tahun
yang sama pula, nama Indonesia menjadi perhitungan di dunia Internasional,
2
Sukarno. Sarinah,kewajiban wanita dalam perjuangan Republik Indonesia.
4
Gerwani aktif dalam gerakan wanita Internasional.3
Hal ini membuktikan jika
wanita bisa memiliki eksistensi di dunia politik, dampaknya bisa nyata pada jalannya republik Indonesia, negara akan semakin solid.
Pergerakan wanita dalam dunia politik memang tidak dimulai dari Gerwani, tetapi sudah dimulai secara nyata pada abad ke-19, ketika Cut Nyak Dien berani keluar sebagai panglima perang melawan penjajah.4
Pergerakan
wanita mulai menemukan titik terangnya ketika sosok Kartini lahir dan menyerukan emansipasi melalui surat-suratnya kepada para sahabat penanya, dan juga memberikan pendidikan kepada wanita-wanita disekitarnya.5
Yang
kemudian menjadi tokoh sentral dalam perjuangan wanita di Indonesia.
Patutlah diberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Kartini yang sudah melakukan perubahan, walau kecil, dengan memberikan pendidikan kepada wanita-wanita disekitarnya. Kartini mendirikan sebuah kelas kecil untuk
memberikan pendidikan, sayangnya Kartini hanya melakukan hal itu dalam waktu yang tidak lama, karena di umurnya yang ke-25, Kartini meninggal. Apa
yang dilakukan oleh Kartini muda begitu mengispirasi banyak kalangan setelahnya, pun begitu Sukarno.
3
Umi Sardjono. Madju Terus untuk Pengintegrasian Total Gerwani dengan Wanita Buruhtani dan Tani Miskin.Jakarta: DPP Gerwani, 1964. Hal 15.
4
Cora Struers. Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan & Pencapaian. Depok, Komunitas Bambu, 2008. Hal 49.
5
5
Apa yang dilakukan oleh Kartini kemudian dilanjutkan oleh Dewi Sartika, tokoh wanita dari Sunda yang juga melakukan hal yang sama dengan Kartini, tapi lebih besar. Dewi Sartika membuka sembilan sekolah yang itu
merupakan jumlah separuh dari total sekolah yang ada di dataran Sunda saat itu.6
Dari jalur pendidikan inilah, pergerakan-pergerakan wanita ini berkembang. Pergerakan wanita ini kemudian tidak hanya dilakukan oleh
wanita, tetapi oleh kaum laki-laki juga, seperti suami dari Kartini dan Dewi Sartika, bahkan dr. Sutomo dan Ki Hajar Dewantara pun melakukan hal yang
sama. Dari makin berkembangnya pergerakan wanita dibidang pendidikan
membuat inisiatif wanita mulai berkembang, dan di tahun-tahun kemudian mulai bergerak perlahan di bidang sosial, dengan mendirikan perkumpulan-perkumpulan wanita. Siti Soendari pun pada tahun 1913 telah mampu
mendirikan terbitan independen bernama Wanito Sworo. Pergerakan di bidang
sosial ini kemudian semakin berkembang dengan adanya Aisiyah dan Fatimiah, kelompok wanita yang bergerak pada bidang sosial keagamaan.7
Pada era awal kemerdekaan Republik Indonesia, ada sebuah pergerakan wanita yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan serta bahu-membahu membantu para pejuang garis depan. Kaum wanita ini mengorganisir diri
6
Ibid,74
7
6
membentuk tim perawat dan penghubung, membantu dapur umum, dan klinik berjalan. Perkumpulan ini bernama Perwani (Persatuan wanita negara
Indonesia).8
Atas inisiatif dari Perwani ini, kongres pertama wanita setelah proklamasi kemerdekaan untuk pertama kali digelar. Bertempat di Klaten pada
tanggal 15 sampai 17 Desember 1945. Dalam pertemuan ini, Perwani dan
perkumpulan wanita lain melebur menjadi satu dalam organisasi bernama Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia. Kemudian di tanggal 26
Februari 1946 di bentuk sebuah organisasi tetap bernama Kowani (Kongres Wanita Indonesia) yang menjadi induk dari organisasi-organisasi wanita yang ada di Indonesia. Pada saat itu di dalam tubuh Kowani masih terdiri dari
Perwari, PPII (Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia), Persatuan Wanita Kristen Indonesia dari Protestan, dan seksi perempuan Katolik Indonesia.
Puncak pergerakan-pergerakan wanita ini kemudian terjadi pada tahun 1950-an sampai pada pergolakan politik terbesar Indonesia di tahun 1965-1966.
Kelompok pergerakan wanita itu adalah Gerwani yang sudah mampu memiliki ratusan ribu massa dan memiliki peranan politik yang tidak bisa dianggap remeh serta menjadi pendukung kuat Sukarno.
Jika kemudian muncul pertanyaan kenapa permasalahan wanita genting untuk diteliti? Karena nyatanya kesadaran wanita sekarang untuk berpolitik
8
7
masih rendah, sedang dulu wanita bisa berkobar-kobar untuk terjun di dunia politik, dan kenapa kemudian tentang wanita, itu dikarenakan tajamnya
stereotype untuk kaum wanita di Indonesia. Stereotype yang menganggap
wanita itu masih lemah secara mental dan tidak bisa lebih dari laki-laki, padahal perbedaan wanita dan laki-laki hanyalah sebatas fisik menurut Sukarno, dan penulis mengamininya. Lalu kenapa harus Gerwani? Sederhana saja, Gerwani
adalah organisasi wanita terbesar yang pernah ada di Indonesia, yang tak sampai 15 tahun berdiri sudah memiliki massa jutaan, dan habis begitu saja karena Gestok hanya dalam waktu beberapa bulan. Dan itu tanpa bukti adanya keterlibatan.
Pada mulanya Gerwani berasal dari Gerwis (Gerakan Wanita Indonesia Sedar), Gerwis beranggotakan kaum wanita yang sadar politik. Menariknya
kemudian Gerwis tidak memilih menjadi sebuah gerakan politik, melainkan menjadi gerakan sosialis, berfokus pada perjuangan hak-hak wanita dan anak.
Gerwis yang didirikan tahun 1950 dengan anggota hanya 500 orang perempuan.
Para anggota ini pada umumnya berpendidikan tinggi dan berkesadaran politik.
Dari segi ideologi, organisasi ini merupakan kelanjutan dari Isteri Sedar dulu.
8
Pada tahun 1954, ketika anggotanya mencapai 80.000, Gerwis
memutuskan untuk lebih berencana menarik kaum perempuan dari kalangan massa. Sebagai simbol untuk keputusannya ini, nama organisasi diubah menjadi
Gerakan wanita Indonesia (Gerwani). Dalam kurun waktu itu Gerwani
mengambil peranan sangat aktif dalam kampanye-kampanye untuk pemilihan umum parlementer, dan berhasil pula empat anggotanya terpilih dalam pemilihan umum 1955 itu.9
dan pada kongres tahun 1961 anggora gerwani
mencapai 1.125.000 anggota.10
Setelah Gerwis berubah menjadi Gerwani, orientasi organisasi sedikit mengalami pergeseran. Gerwis yang awalnya murni bergerak dalam bidang sosial, kini telah menambahkan fokus gerakannya pada bidang politik setelah berubah nama menjadi Gerwani. Meski Gerwani tetap sebagai gerakan sosial,
justru Gerwani memiliki dampak politis yang jauh lebih besar dibanding gerakan sosial lain yang didirikan sebagai gerakan politik, misal Muslimat atau Aisiyah. Bahkan Gerwani pun memiliki peran penting di dalam gerakan wanita
internasional.
Sudah sejak awalnya Gerwani sangat giat dalam membantu peningkatan kesadaran perempuan tani, bekerja sama dengan bagian perempuan BTI
9
Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi, Organisasi-organisasi Perempuan Indonesia Sesudah 1950. Jakarta: Kalyanamitra, 1998. Hal 19.
10
9
(Barisan Tani Indonesia). Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar khusus
untuk membahas persoalan mereka. Disamping kegiatannya di tengah-tengah
perempuan tani, Gerwani juga melakukan serangkaian kegiatan lain yang menarik. Diantaranya adalah kampanye pemberantasan buta huruf yang dimulai
tahun 1955, perubahan undang-undang perkawinan yang lebih demokratis, menuntut hukuman yang berat untuk perkosaan dan penculikan, dan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi untuk kaum tani dan buruh perempuan. Para aktivis
gerwani melakukan kegiatan besar-besaran pemberantasan buta huruf di kalangan perempuan, sekaligus mendidik para peserta mengenali masalah-masalah perempuan. Bersama dengan kaum perempuan dari
organisasi-organisasi lain, mereka saling membantu menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, baik di tingkat kampung, kota, maupun provinsi, mengenai soal-soal seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan, kebersihan, dan juga soal-soal yang
lebih bersifat “feminis” seperti pelacuran, perkawinan anak-anak, dan
perdagangan perempuan. Disediakan bantuan hukum, juga bantuan untuk
korban banjir dan bencana alam lainnya.11
Gerwani ikut serta dalam macam-macam demonstrasi, pawai atau protes. Gerwani membantu sekretariat perempuan serikat buruh, dalam
perjuangan mereka menuntut hak-hak buruh dan perempuan, misalnya upah yang sama, pelaksanaan undang-undang perburuhan, dan perlindungan terhadap
11
10
penyerangan seksual.12
Gerwani juga ikut mengambil bagian aktif untuk
terlaksananya pemilihan umum.13
Selain itu Gerwani dalam programnya
memuat soal perdamaian.14
Gerwani kemudian mulai melebarkan sayap untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dalam aturan gerwani, mereka tidak membatasi untuk merekrut
anggota dari golongan, ras, agama, ideologi, atau partai apa. Asal mereka mau
mentaati peraturan Gerwani, maka jadilah ia sebagai anggota. Beberapa sayap
yang ada dalam gerwani, yang cukup berpengaruh adalah PKI.
Pergulatan politik di tahun 1965 membuat Gerwani berada di titik nadirnya, Gerwani dituduh kuat terlibat dalam konstelasi politik besar tahun itu, Gestok. Akibat kejadian itu Gerwani dihabisi dan eksistensinya menghilang,
dan mereka dikucilkan. Bahkan perjuangan dan tinta emas mereka sengaja
dihapus oleh sejarah dan penguasa. Gerwani digambarkan sebagai organisasi
yang lacur, bahkan amoral oleh rezim orde baru. Gerwani dituduh ikut serta
terlibat dalam peristiwa Gestok dan Gerwani dituduh melakukan siksaan-siksaan yang begitu kejam terhadap para jenderal sebelum membunuhnya,
12
Ibid. 13
Umi Sardjono, Meluaskan Aksi-Aksi Untuk Memperkuat Tuntutan Hak2 Wanita – Anak2 dan Perdamaian, Jakarta: DPP Gerwani, 1956. Hal 12
14
Kongres Nasional ke-IV Gerwani, Program Gerwani, Jakarta, DPP Gerwani 1961.
11
menyayat kemaluan, mencungkil mata, pesta pora seksual15 dan melakukan tarian telanjang yang disebut tarian harum bunga dan menyanyikan lagu genjer-genjer di hari itu, di Lubang Buaya.
Satu hal yang menjadi menarik tentang ditumpasnya Gerwani pada tahun itu adalah tentang alasannya. Keterlibatan Gerwani dalam peristiwa
Lubang Buaya masih menjadi perdebatan, dan semakin berjalannya waktu justru banyak fakta yang menyangkal keterlibatan Gerwani. Lalu apa karena
Gerwani dekat dengan PKI sehingga dianggap saja sebagai bagian darinya? Jika ditarik dalam pertarungan politik pada saat itu sangat memungkinkan.
Indonesia sedang dihadapkan dengan situasi politik yang sangat panas, bahkan sebelum meletusnya Gestok. Pertarungan politik dalam negeri pada saat
itu masih belum nampak sebelum Gestok, tetapi yang menjadi panas adalah pertarungan yang terjadi di dunia luar yang melibatkan Indonesia. Perang
dingin tengah berkecamuk saat itu, meskipun terjadi antara Amerika dan Uni Soviet, negara dunia ketiga termasuk Indonesia berdampak. Dengan Malaysia,
Indonesia terlibat konfrontasi yang secara tidak langsung membuat Inggris selaku negara induk Malaysia geram dan membuat situasi politik Internasional Indonesia memanas.
15
12
Indonesia sebetulnya berada dalam posisi yang netral pada waktu itu, tidak memihak satu kubu manapun, meski lebih cenderung dekat dengan Blok Timur. Kecenderungan itu bukan tanpa alasan, Sukarno yang nasionalis
memiliki kedekatan dengan komunis Indonesia melalui konsepsi Nasakom.
Perang dingin yang sedang panas antara dua ideologi besar kapitalisme dan komunisme saat itu memandang dunia ketiga sebagai dunia yang bisa mereka duduki untuk bisa lebih menanamkan gagasannya. Kapitalis Amerika
menginginkan semua negara agar bisa mengikuti ideologinya, begitu pula komunis. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dunia ketiga yang penting
karena memiliki pengaruh besar dalam Non-Blok. Jika Indonesia bisa jatuh
dalam salah satu antara kapitalis dan komunis, maka akan menjadi keuntungan bagi mereka. Keadaan yang terjadi adalah, Indonesia lebih cenderung ke
komunis, dan Amerika tidak menyukai hal itu.
Peristiwa Gestok merupakan salah satu telur dari perang dingin, dimana hasil dari peristiwa ini adalah kekalahan bagi komunis di Indonesia. Gerwani,
merupakan bagian dari kekalahan ini. Meskipun Gerwani bukan komunis, tetapi
karena kedekatannya dengan PKI dan Sukarno, Gerwani harus rela menjadi korban dengan konstruksi Lubang Buaya.
13
Gerwani tidak pernah luput disebut, baik yang mendukung atau pun yang menyudutkan nama Gerwani.
Wanita tidak kalah sama sekali soal ide dan itelektualitas, perbedaan hanyalah sebatas fisiknya, tidak dengan yang lain. Juga tidak sedikit
wanita-wanita yang namanya diperhitungkan secara serius di dalam maupun di luar Indonesia. Buktinya, Gerwani mendapatkan peran yang penting dalam
kongres-kongres wanita.
Mempelajari soal wanita, juga berarti mempelajari soal masyarakat, seperti kata Sukarno, dan sayang sekali jika tinta emas yang pernah ditorehkan oleh Gerwani dihapus begitu saja dalam sejarah Indonesia hanya karena sebuah kepentingan. Semoga penelitian ini bisa berdampak kepada masyarakat pada
umumnya wanita pada khususnya, dan semoga penelitian ini bisa sedikit merealisasikan cita-cita luhur Kartini lebih dari satu abad silam. Semoga
perjuangan yang telah ditorehkan oleh Gerwani tidak lenyap dari sejarah begitu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gerakan politik Gerwani?
14
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan gerakan politik Gerwani
2. Menganalisis hubungan antara Gerwani dengan PKI dalam peristiwa Gestok
D. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya wawasan bagi semua kalangan pada umumnya dan pada wanita khususnya tentang sejarah pergerakan politik Gerwani dan bagaimana sebenarnya hubungan antara Gerwani dengan PKI, serta bagaimana pula posisi Gerwani di dalam peristiwa Gestok. Juga bagaimana posisi Gerwani dalam pertarungan politik dunia
pada saat itu.
2. Secara praktis Penelitian ini juga dimaksudkan untuk merekonstruksi sejarah yang selama ini ada, dan menulis ulang sejarah itu dengan data-data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini
15
E. Definisi Konseptual
1. Gerwani
Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) merupakan salah satu organisasi massa gerakan wanita yang ada di Indonesia. Gerwani eksis
menghiasi kancah sosial dan politik di Indonesia pada dasawarsa 1950-an sampai 1965. Gerwani yang sebelumnya bernama Gerwis (Gerakan Wanita
Indonesia Sedar) bersifat revoluioner dan cenderung “kencang” dalam pergerakannya meskipun sebenarnya, tujuan daru Gerwani sendiri lebih banyak berbicara soal-soal yang feminis semisal tentang hak-hak wanita dalam perkawinan dan persamaan upah kerja atau hak anak-anak dalam menerima dan mendapatkan pendidikan atau soal-soal feminis rumah tangga lainnya.
Keberadaan Gerwani sendiri terhenti sampai tahun 1965 karena diduga terlibat dalam peristiwa Gestok yang sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar tentang asal-usul, tujuan, dan pelaku dari persitiwa tanggal 1 Oktober tersebut. Pemerintah melarang dan
membubarkan Gerwani karena peristiwa itu.
2. Kekuasaan
16
keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. gejala
kekuasaan ini adalah gejala yang lumrah terdapat dalam setiap masyarakat, dalam semua bentuk hidup bersama.
Manusia mempunyai bermacam-macam keinginan dan tujuan yang ingin sekali dicapainya. Untuk itu dia sering merasa perlu untuk
memaksakan kemauannya atas orang atau kelompok lain. Hal ini
menimbulkan perasaan pada dirinya bahwa mengendalikan orang lain adalah syarat untuk keselamatannya sendiri. Maka dari itu bagi orang
banyak, kekuasaan itu merupakan suatu nilai yang ingin dimilikinya.
Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial.16
Dalam hal ini kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari negara, dimana Gerwani dengan perjuangannya berkecamuk dengan kekuasaan negara. Dari zaman politik Sukarno sampai pada akhir hayatnya
di tangan kekuasaan Suharto.
3. Gerakan Politik
Gerakan politik merupakan salah satu dari gerakan sosial, yang lebih memfokuskan dirinya di dalam kajian-kajian politik. Bisa dalam
ranah politik praktis atau politik non-praktis.
16
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
17
Dalam tipologi Sztompka, Gerwani termasuk “gerakan sosial yang
berbeda dalam kualitas perubahan yang diinginkan”
. Gerakan ini ingin
membentuk masyarakat ke dalam suatu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi gerakan ini adalah ke masa depan. Perubahandiarahkan ke masa depan dan menekankan pada sesuatu yang baru.17
Mekipun dalam tujuan Gerwani yang dikukuhkan di dalam Peraturan Dasarnya menyebutkan bahwa Gerwani merupakan organisasi sosial, namun dalam kenyataannya Gerwani justru lebih aktif tampil di dunia politik dibanding dengan organisasi-organisasi wanita lainnya.
Gerakan politik Gerwani tidak hanya terdengar di dalam negeri saja, tetapi jauh sampai berpengaruh di dunia wanita internasional. Dalam
perjalanannya pula Gerwani selalu terlibat dalam arus politik yang rumit.
4. Gestok
Gerakan satu Oktober disingkat “Gestok” merupakan istilah lain
dari peristiwa terkelam Indonesia yang terjadi pada tahun 1965, yakni percobaan perebutan kekuasaan Sukarno dengan menculik para Jenderal
.
Istilah yang lazim pada umumnya adalah “Gestapu” singkatan dari Gerakan
September Tiga Puluh, atau “G 30 S” Gerakan 30 September, dan yang lain
adalah “G30S/PKI” singkatan dari Gerakan 30 September/Partai Komunis
17
18
Indonesia, yang mana PKI tertuduh sebagai dalam atas percobaan kudeta dengan membunuh beberapa jenderal pada hari itu.
Istilah Gestok sendiri dipopulerkan oleh Sukarno dengan alasan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada dini hari tanggal satu Oktober18, bukan pada malam tanggal 30 September. Istilah Gestok adalah istilah
resmi pada tahun 1966-1967. Sementara istilah-istilah yang lain dibuat dan
dipopulerkan oleh pemerintahan Orde Baru. Akibat dari peristiwa ini
adalah pemusnahan besar-besaran anggota PKI, baik simpatisan maupun orang yang tertuduh.
5. Perang Dingin
Perang Dingin adalah suatu bentuk perang yang pada umumnya tidak menggunakan kekuatan angkatan bersenjata secara langsung, tetapi menggunakan cara-cara, alat-alat, dan kekuatan-kekuatan ideologi, politik ekonomi, sosial budaya, dan alat-alat lain yang serupa dengan itu guna mencapai tujuan nasional. Walaupun ciri dasar dari Perang Dingin adalah
tidak terdapatnya persengketaan bersenjata, namun peranan militer sangat penting dalam Perang Dingin, karena angkatan bersenjata yang kuat dapat digunakan untuk mengancam maupun menekan lawan baik langsung maupun tidak langsung.
18Yoseph Yapi Taum, Sastra dan Politik: Representasi Tragedi 1965 dalam Negara
19
Perang dingin menjadi bentuk perjuangan Timur dan Barat atau sebagai perjuangan antara camp sosialis dan imperalis. Struktur bipolar
sesuai perang ini juga merupakan sebab dari Perang Dingin.19
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang seperti dalam koalisi militer, ideologi, psikologi, intelijen, industri dan pengembangan teknologi. Perang dingin
meski terjadi antara kedua negara itu, tetapi memiliki dampak tidak langsung kepada negara dunia ketiga, termasuk Indonesia.
F. Telaah Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi yang terkait dengan penelitian ini diantaranya:
1. Stuers, Cora Vreede-de. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia,
gerakan dan pencapaian
. Depok: Komunitas Bambu.
Buku ini adalah terjemahan dari buku aslinya yang berjudul
The Indoneisan Women: Struggles And Achievement, yang ditulis oleh penulis yang sama. Buku ini juga merupakan referensi wajib
karena ini adalah buku paling lengkap yang membicarakan soal sejarah pergerakan wanita Indonesia yang ditulis sampai pada tahun 1959. Cora secara langsung terjun maneliti tenang kehidupan dan
19 Murtamadji, Kegagalan Perang Dingin Antar Dua Negara Adidaya: Faktor
20
gerakan wanita-wanita Indonesia sampai tahun 1959. Buku ini tidak
secara langsung berbicara mengenai Gerwani, hanya saja ada sejarah dari lahirnya Gerwani yang tertulis dalam buku ini. Buku ini
berbicara mengenai gerakan perjuangan organisasi-organisasi wanita di Indonesia secara umum. Tentu menjadi salah satu bahan referensi
yang penting terkait pergerakan wanita dalam dunia politik di Indonesia.
2. Lestariningsih, Amuwani Dwi. 2011. Gerwani: Kisah Tapol Wanita
dari Kamp Plantungan
. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Buku ini membahas tentang kejadian seputar tahun 1965 terutama menyorot pada korban-korban wanita yang menjadi tahanan politik atas tuduhan terlibat dalam percobaan kudeta. Buku ini juga
menjelaskan soal bagaimana Gerwani lahir dan bagaimana Gerwani tumbuh, tetapi buku ini lebih banyak menyorot soal kamp Plantungan, sebuah tempat untuk menampung para tahanan wanita Gerwani. Secara umum buku ini membahas tentang sejarah dari
Gerwani, tetapi secara khusus buku ini memfokuskan pembahasan pada korban-korban yang berada di kamp Plantungan. Buku ini
21
3. Wieringa, Saskia. 1998. Kuntilanak Wangi: Organisasi-Organisasi
Perempuan Indonesia Sesudah 1950
.
Jakarta : Kalyanamitra.Buku yang ditulis oleh akademis asal Belanda ini merupakan buku yang membahas soal sejarah pergerakan wanita di Indonesia.
Buku ini lebih banyak membahas soal organisasi wanita setelah 1950-an terutama sekali membahas soal Gerwani, mulai awal pergerakannya, hubungannya dengan PKI, dan soal kudeta militer yang terjadi. Buku ini juga membahas soal pergerakan wanita setelah
kudeta terjadi, yakni disekitar Orba. Dalam buku ini Saskia
menyatakan tidak ada hubungan resmi antara Gerwani dan PKI, tetapi sayangnya Saskia tidak menjelaskan secara lebih lanjut. Riset
ini akan menelusuri lebih dalam atas temuan dari Saskia dengan menganalisa berbagai sumber yang telah didapatkan.
4. Wieringa, Saskia. 2010. Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik
Seksual di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI
.
Yogyakarta:Galangpress.
Buku ini juga merupakan buku yang ditulis oleh Saskia Wieringa, ini merupakan buku yang lebih lengkap dari Kuntilanak Wangi, buku ini lebih banyak berbicara soal Gerwani. Buku ini
22
Gerwani sampai saat ini, tetapi tidak ditemukan atau tidak ada analisa mengenai kedekatan Gerwani dengan PKI.
Dari keempat penelitian terdahulu yang telah disebutkan, hanya ada dua penelitian yang betul-betul membahas tentang Gerwani, yakni dua buku karya Saskia Wieringa. Sisanya memang membahas Gerwani, namun hanya sekilas
dan juga tidak banyak memfokuskan pembahasan pada gerakannya. Buku karya
Saskia Wieringa pun tidak menjawab kegelisahan akademik dalam penelitian ini. Apakah Gerwani merupakan bagian dari PKI, karena Saskia dalam bukunya
hanya memberikan jawaban yang menggantung, tidak konsisten dan ragu-ragu.
Di satu sisi Saskia mengatakan Gerwani tidak berafiliasi dengan PKI, namun Saskia juga pernah mengatakan bahwa Gerwani adalah salah satu keluarga PKI.
Poin analisa yang digunakan oleh Saskia adalah feminisme, sosialisme, dan nasionalisme. Mungkin karena itu Saskia belum bisa berstatemen secara utuh
atas posisi Gerwani.
Penelitian ini akan mengisi kekosongan tersebut, dengan politik sebagai poin analisa. Intinya, penelitian ini lebih memeprtegas posisi Gerwani atas
peristiwa Gestok, dan juga hubungannya dengan PKI. Penelitian ini juga akan
menyentuh aspek politik yang lebih luas, yakni perang dingin. Dimana dari
23
tumbang pada masa perang dingin ini. Faktor ideologi dari Gerwani juga turut memiliki pengaruh kepada situasi politik nasional maupun situasi politik global pada masa tersebut. Gerwani merupakan sebuah gerakan yang memiliki tujuan politiknya sendiri, tentu akan lebih mengena jika alat analisanya adalah politik sehingga dapat menjawab kegelisahan akademik dalam penelitian ini. Maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang baru, dan belum pernah dilakukan. Karena memakai alat analisis yang berbeda dan memberikan
sebuah jawaban, dan kesimpulan yang berbeda.
G. Metode penelitian
Tujuan skripsi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah atau penulisan kembali sejarah, maka usaha-usaha yang diperlukan untuk merekonstruksi kejadian yang sudah lalu dari objek yang akan diteliti dalam skipsi ini, akan ditempuh melalui metode penelitian sejarah.
Dalam pengertian umum, metode penelitian sejarah adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengplikasikan jalan pemecahannya dari perpektif historis. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip
24
menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.20
Metode penelitian sejarah ini digunakan untuk mengurai topik permasalahan karena beberapa alasan, pertama, dikarenakan obyek yang akan diteliti sudah dimusnahkan sejak tahun 1965 sehingga dalam hal ini tidak mungkin didapati adanya organisasi yang dimaksud. Kedua, orang-orang yang
pernah terlibat dalam organisasi tersebut sulit untuk ditemukan karena permasalahan sangat sensitif sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya disembunykan, dan karena usia kebanyakan orang-orang yang pernah terlibat dalam organisasi itu sudah meninggal dunia, dan jika ada maka usianya sudah sangat lanjut yang memungkinkan obyek yang diteliti mengidap penyakit pikun. Ketiga, dikarenakan data-data primer masih bisa ditemukan, yakni
berupa peraturan dasar dan program-program yang dirancang dalam kongres organisasi tersebut masih ada, juga diketemukan dokumen-dokumen yang ditulis oleh anggota penting di dalam organisasi tersebut. Juga karena masih
ditemukan dokumen-dokumen lain yang terkait organisasi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, yang kemudian itu bisa dijadikan sebagai bahan atau data sekunder, maka penelitian ini akan lebih relevan jika dikaji dalam konteks kesejarahan. Dimana nantinya akan dikomparasikan,
direlevankan, dan dicari titik poin dari data dan dokumen-dokumen yang
20
Dudung Al-durrahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
25
ditemukan, lalu akan dianalisis dan disimpulkan dengan teori dan data yang ada.
Teknik analisa data dalam metode penelitian sejaah ini adalah teknik verivikasi, dimana data akan diverivikasi atas keaslian dan kredibilitas sumberdata yang akan digunakan. Untuk mendapatkan keaslian sumber data
dalam penelitian ini dilakuka beberapa cara, yaitu mengkaji kapan sumber itu dibuat, dimana smber dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat, apakah sumber itu dalam bentuk naskah asli.
1. Sumber Data
a. Data primer: Data Primer dalam metode penlitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksimata. Hal ini dalam bentuk
dokumen, misalnya hasil kongres, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan pemerintah atau organisasi massa. Yang menjadi data primer di dalam penelitian ini adalah (1) Peraturan dasar Gerwani; (2) Program Gerwani; (3) Tulisan dari Umi Sardjono pada tahun 1956 tentang hak wanita, anak-anak dan perdamaian; (4) Tulisan dari Umi Sardjono pada tahun 1964 tentang pengintegrasian antara Gerwani dan wanita tani miskin.
b. Data Sekunder: Data sekunder dalam metode penelitian sejarah adalah berita di koran, majalah, dan buku. Karena disampaikan
26
ini adalah buku-buku karya Saskia Wieringa yang membahas soal Gerwani, buku dari Cora yang membahas tentang pergerakan wanita di Indonesia secara umum, juga beberapa buku-buku dan dokumen lain.21
2. Analisa dan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data dalam metode penelitian sejarah, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Tentang keaslian
sumber dan kesahihan sumber. Untuk menguraikan keaslian
sumber dapat dilakukan dengan membuat beberapa pertanyaan, diantaranya: Kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat, apakah sumber itu dalam bentuk asli. Sementara untuk kesahihan
sumber, jika dalam bentuk tulisan dalam biografi harus objektif.
Jika dalam memoir harus membandingkan dengan memoir lain.
Jika dalam buku harian atau surat harus dilihat tingkat kejujurannya. Jika dalam surat kabar, harus dilihat sentimen
lokal, regional, politik dan masalah lain. Jika dalam inkripsi,
harus diuji nilai buktinya. Sementara jika dalam bentuk lisan
harus didukung oleh kesaksian yang berantai dan mengandung kejadian penting.
21
27
Dalam metode penelitian sejarah, ada empat tahapan yang harus dilakukan peneliti, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.22
1. Heuristik: heuristik merupakan suatu teknik, seni, bukan suatu ilmu.
Maka dalam heuristik tidak ada aturan umum. Heuristik seringkali
merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan memperinci bibliografi atau catatan. Alat dalam heuristik jika
sumber itu ada di musium atau perpustakaan, maka katalog dapat digunakan sebagai alat utama heuristik. Jika sumber itu berada pada
koleksi swasta, maka yang terpenting untuk diketahui adalah di mana tempat dokumen itu tersedia. Dalam hal ini peneliti telah
melakukan teknik heuristik dengan mendatangi tempat dimana dokumen diperlukan, yakni di Yayasan Kalyanamitra Jakarta untuk mendapatkan sumber-sumber primer.
2. Kritik: dalam hal ini yang harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik ekstern; dan keabsahan tentang kesahihan sumber yang ditelusuri melaui kritik intern. Dalam peneltian ini peneliti telah melakukan kritik pada
sumber primer yang ditemukan, dan meski sumber primer yang di dapat merupakan salinan, dapat dinyatakan bahwa dokumen yang di dapat adalah asli dari objek yang diteliti.
22
28
3. Interpretasi: di dalam proses interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Interpretasi dapat dilakukan
dengan cara membandingkan data guna menyingkap peristiwa yang belum jelas. Dalam penelitian ini peneliti juga telah membandingkan
data-data yang ditemukan. Baik data yang menyudutkan objek atau
mendukung objek, data resmi dari pemerintah dan data yang dikemukakan intelektual, serta data dari pelaku sesarah itu sendiri.
4. Historiografi: ini merupakan teknik penulisan yang menjadi fase akhir dalam penelitian sejarah, meliputi cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Untuk
hal ini peneliti akan melakukan teknik penulisan historiografi sesuai dengan metode yang ada.
Hermeneutika
Hermeneutika berasal dari kata Yunani “hermeneuein” yang berarti
mengerti dan menerjemahkan. Hermeneutika dikembangkan pertama kali oleh
Schleiermacher (1768-1834) dan Dilthey (1833-1911). Fokus dari
29
dari informasi yang disampaikan. Hermeneutika mensyaratkan pemahaman
konteks yang benar sehingga arti dapar terungkap.23
Ilmu hermeneutika melibatkan seni membaca teks, sehingga maksud dan arti dibalik teks dapat dimengerti secara penuh. Analisis hermeneutika
dibutuhkan untuk menarik pengertian yang benar atas suatu teks. Untuk
memahami teks perlu suatu penafsiran. karena itu peran penafsiran adalah salah
satu titik sentral hermeneutika.
Ada empat prinsip dari hermeneutika. Pertama, untuk mengerti tindakan
manusia, atau hasil karya manusia, maka cara yang tepat adalah menafsirkan teks yang terkandung di dalamnya. Kedua, semua penafsiran terjadi dalam satu
budaya, tradisi, kebiasaan hidup dan pola tingkah laku yang dipraktekkan oleh kelompok manusia waktu itu di tempat tertentu. Ketiga, penafsir membuka diri
terhadap teks dan mempertanyakan arti teks tersebut dan tidak membuat praduga atau menciptakan konsepnya sendiri sebelumnya. Keempat, harus
menafsirkan teks dalam terang situasi atau keadaan yang berlaku waktu itu.
Berarti peneliti menempatkan dirinya dalam konteks peristiwa itu terjadi atau teks itu di tulis.24
23
Edy Supriatna Marizar, Metode Analisis Hermeneutik dalam Penelitian Kualitatif.
Akademika, Jurnal Pendidikan Tinggi, Vol.5 No.1, Juni 2003. Hal 94.
24
30
Langkah hermeneutik adalah:25
1. Mengetahui kriteria objek : objek penelitian hermeneutik adalah teks.
Teks adalah simbol bahasa yang memiliki arti. Dalam menentukan
objek, langkah yang perlu dilakukan adalah mengetahui jenis objek yang akan diteliti. Objek penelitian selain teks dalam penelitian
hermenetuik harus diperlukan sebagai teks, yakni sebuah simbol yang bermakna dan disepakati oleh komunitas untuk berkomunikasi antara satu kelompok dengan kelompok lain. Perlakuan ini bermanfaat untuk
menjawab apakah objek tekstual tersebut termasuk objek teks historis, romantik, pormodern atau yang lain. Penelitian hermeneutik juga
menuntut peneliti menjelaskan alasan-alasan pemilihan objek tekstual tersebut sebagai objek penelitian. Alasan inilah yang membuat sebuah
penelitian itu memang bisa dikatakan penting dan mendesak. Objek
dalam penelitian ini adalah Gerwani yang dalam sejarah masih tertutup kabut tebal akan keterlibatannya dalam Gestok.
2. Menentukan tujuan: tujuan penelitian merupakan orientasi yang menjadi ruh setiap langkah penelitian. Tujuan ditentukan oleh
kenyataan-kenyataan yang membuat kita harus melakukan penelitian hermeneutik.
Penelitian dilakukan berdasarkan spekulasi yang muncul dari
25
Saifur Rohman. Hermeneutik: Panduan ke Arah Desain Penelitian dan Analisis.
31
pertimbangan-pertimbangan kita. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuka tabir akan gerakan Gerwani dalam Gestok, bagaimana posisinya dan seperti apa pergerakannya, apakah Gerwani terlibat dalam peristiwa itu atau hanya menjadi korban dari kekuasaan.
3. Menentukan metode: objek dan tujuan yang telah ditentukan jelas akan mempermudah untuk menjawab bagaimana sebuah penelitian hermeneutik dilaksanakan. Metode adalah sebuah cara yang dilakukan
dalam penelitian ilmiah. Konsep metodologis sekurangnya terdiri dari
dua jenis, yakni metode pengambilan data dan metode analisis. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialog.
4. Menentukan model teori yang sesuai: teori yang sesuai adalah teori yang mampu mewadahi tujuan dan penelitian yang berasal dari subjek penelitian dan ciri-ciri yang terdapat dalam objek tersebut. Teori yang
dipakai dalam penelitian ini dalah teori gerakan sosial. Teori ini
digunakan untuk menguraikan gerakan politik Gerwani.
5. Menyusun alur penelitian: alur penellitian adalah tahapan yang mesti ditempuh dari awal hingga akhir dalam pelaksanaan penelitian. Tahapan
ini berisi tentang langkah-langkah penyelesaian yang bisa dijelaskan secara rasional. Alur dalam penelitian ini adalah
32
H. Sistematika Pembahasan
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam penelitian ini nantinya adalah dapat menjawab masalah yang diteliti, yaitu apakah benar Gerwani merupakan organisasi bagian dari PKI dan memiliki peran dalam peristiwa Gestok? Ataukah Gerwani merupakan organisasi yang sama sekali bukan PKI dan sama sekali tidak memiliki peran apa-apa dalam peristiwa Gestok. Juga dalam
penelitian ini memiliki tujuan bagaimana bisa Gerwani sampai tertuduh menjadi bagian dari PKI. Melalui data dan dokumen yang didapat, serta dengan
teori yang digunakan, nantinya akan dianalisa serta menjawab pertanyaan tersebut.
Penyajian didalam skripsi ini akan di bagi kedalam lima bab.
Bab I: penelitian ini akan membahas latar belakang permasalahan dan kegelisahan akademik mengapa penelitian ini dilakukan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kenapa dan bagaimana Gerwani dijadikan objek dalam
penelitian ini.
Bab II: berisi tentang kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.
33
akan membahas pula soal keterkaitan Gerwani dengan peristiwa Gestok dan hubungannya dengan PKI. Apakah Gerwani benar-benar terlibat atau hanya
sengaja dilibatkan dalam peristiwa itu, atau memang tidak terlibat sama sekali.
Selain itu juga akan mendeskripsikan tentang konstelasi politik global yang terjadi
Bab IV: peneliti akan menguraikan aktifitas politik Gerwani, juga peneliti akan menganalisa soal bagaimana posisi Gerwani dalam konstelasi politik global, terutama dengan perang dingin, juga akan menganalisa hubungan antara Gerwani dan PKI dalam peristiwa Gestok. Peneliti akan menganalisa
pergerakan yang dilakukan kenapa kemudian Gerwani lebih banyak dekat dengan PKI, kenapa tidak mendekat ke partai-partai lain.
34
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Teori Gerakan Sosial
Sebagaimana dikatakan Macionis dalam Oman Sukmana, gerakan sosial merupakan tipe paling penting dari perilaku kolektif. Beberapa sosiolog
menyebut gerakan sosial lebih sebagai suatu bentuk tindakan kolektif daripada sebagai bentuk perilaku kolektif. Mereka berpendapat bahwa gerakan sosial
berbeda dengan bentuk-bentuk perilaku kolektif. Sementara terdapat juga
sosiolog yang mengelompokkan gerakan sosial sebagai salah satu bentuk dari perilaku kolektif.1
Gerwani merupakan sebuah organisasi yang tidak mungkin bergerak sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan, meskipun individu yang ada di dalamnya bisa melakukan gerakan tersendiri. Perilaku kolektif dibutuhkan untuk
merumuskan keputusan dan kebijakan yang akan digunakan organisasi untuk berjalan. Perilaku kolektif juga dapat mempermudah sebuah gerakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1
35
Perilaku kolektif dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan sosial apabila sudah memenuhi tiga aspek, aspek pengorganisasian, aspek pertimbangan dan aspek daya tahan.2 Dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Aspek pengorganisasian: gerakan sosial merupakan suatu aktivitas yang terorganisir. Misalnya para partisipan suatu kerusuhan
mungkin saja diantara mereka melakukan kerjasama untuk jangka waktu yang singkat dalam suatu waktu tertentu, namun keterlibatan partisipan dalam kerusuhan tersebut bersifat bebas, sementara, dan bukan merupakan kejadian yang secara hati-hati diorganisir. Dalam
suatu perilaku kolektif tidak ada tugas-tugas khusus yang harus dilakukan oleh partisipan, sementara dalam suatu gerakan sosial para partisipan seringkali diberikan tugas-tugas khusus untuk ditampilkan, di mana mereka juga secara hati-hati merancang suatu taktik dan strategi aksi. Dalam gerakan sosial, para pemimpin
seringkali menciptakan dan merancang pekerjaan dan tugas-tugas khusus bagi para partisipan gerakan.
2. Aspek pertimbangan: Suatu gerakan sosial juga terjadi karena adanya pertimbangan. Sebagian besar peristiwa perilaku kolektif
terjadi tanpa adanya perencanaan apapun dari mereka menyangkut waktunya. Sementara gerakan sosial secara intensif sengaja
dimunculkan dan para partisipan secara hati-hati memutuskan
2
36
apakah ikut atau tidak ikut terlibat dalam suatu gerakan.
Keterlibatan para partisipan seringkali didorong oleh janji-janji dan dorongan keanggotaan, gerakan sosial mencari publisitas dan berupaya untuk menarik sebanyak mungkin orang-orang untuk mendukung gerakan. Pertimbangan perencanaan ini tidak terjadi
pada sebagian besar bentuk dari perilaku kolektif.
3. Aspek daya tahan: Aksi gerakan sosial pada umumnya bertahan dalam waktu yang cukup lama atau memiliki daya tahan. Sementara,
suatu perilaku kolektif terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Misalnya, suatu kerusuhan mungkin terjadi hanya beberapa menit, beberapa jam, atau beberapa hari saja, suatu demam mode mungkin terjadi untuk beberapa bulan saja. Sementara aksi gerakan sosial
eksis untuk beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade.
Ada empat tipe gerakan sosial menurut Macionis:
1. Gerakan sosial alternatif, gerakan sosial ini adalah suatu perubahan yang terhadap sebagian dari polulasi.
2. Gerakan sosial pembebasan, yaitu gerakan sosial yang memiliki fokus selektif, tetapi ditujukan terhadap perubahan yang radikal pada individu.
37
orang. Gerakan ini umumnya terjadi dalam suatu sistem politik.
Tipe gerakan ini bisa bersifat progresif dan bersifat reaktif
4. Gerakan sosial revolusi, merupakan suatu tipe gerakan sosial yang paling ekstrim dibandingkan tipe gerakan sosial lainnya, berjuang untuk sebuah transformasi dasar dari seluruh masyarakat.
Menurut Singh, secara umum, tradisi teoritis studi tentang gerakan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu: Klasik, Neo-klasik, dan kontemporer atau gerakan sosial baru.3
Gerakan sosial baru diarahkan untuk memberikan perlindungan dan memeprtahankan kondisi kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Gerakan sosial baru, tidak terjebak kedalam
diskursus ideologi. Strategi dan tujuan dari gerakan sosial baru yaitu
memperjuangkan isu-isu seperti peningkatan upah buruh industri, menentang ketidakadilan ekonomi dan eksploitasi kelas.
Pada dasarnya, gerakan sosial baru bersifat plural. Ekspresi gerakan
sosial baru bergerak dari kebebasan sipil, lingkungan, feminisme, anti-rasialisme, anti-nuklirialisme, hingga ke isu-isu kebebasan personal dan perdamaian.4 Tidak semua gerakan sosial dapat digolongkan sebagai “Gerakan
3
Ibid., 8. 4
38
Sosial Baru”, untuk bisa dinamakan gerakan sosial baru harus memenuhi empat karakteristik yang ada5:
1. Tujuan dan ideologi : Sebuah gerakan sosial baru dapat dikatakan sebuah gerakan jika mereka telah memiliki tujuan. Tujuan
merupakan hal yang paling fundamental dari sebuah gerakan.
Meskipun tidak semua orang dalam satu gerakan memiliki ideologi yang sama.
2. Taktik: taktik dari gerakan sosial baru merupakan cerminan orientasi ideologi. gerakan sosial baru lebih suka untuk tetap berada di luar
saluran politik normal, menggunakan taktik mengganggu dan memobilisasi opini publik untuk mendapatkan pengaruh politik.
Mereka juga cenderung untuk melakukan demonstrasi, bukan berarti bahwa gerakan sosial baru tidak melibatkan diri dalam politik.
3. Sruktur: gerakan sosial baru bersikap anti institusi sehingga mempengaruhi mereka untuk mengatur struktur, mereka berupaya untuk membuat aturan sendiri dalam struktur yang mereka inginkan.
Mereka mengorganisir diri dalam sebuah struktur yang fleksibel.
Sehingga mereka lebih bersikap terbuka dan demokratis.
4. Partisipan dari gerakan kontemporer: partisipan dalam gerakan sosial baru adalah bahwa mereka tidak didefinisikan oleh batas
5
39
kelas, tetapi ditandai oleh perhatian umum atas isu-isu sosial. Basis
partisipannya adalah ideologi, bukan etnis, agama, atau komunitas bebasis kelas.
Gerakan sosial melontarkan beragam klaim dan bisa menyandang beragam bentuk. Namun intinya, gerakan sosial berupaya untuk menciptakan
perubahan individual, sosial, politik, dan atau kultural di tingkatan tertentu.
Dalam beberapa kasus, perubahan yang dituntut berciri proaktif dan progresif dalam pengertian bergerak melampaui status quo atau kondisi-kondisi sosial dan kultural yang ada, seperti dalam kasus gerakan hak-hak sipil dan gerakan kaum perempuan. Dalam kasus-kasus lainnya, perubahan yang diinginkan
mungkin lebih reaktif atau regresif dalam pengertian berupaya melestarikan status quo dengan melawan arus-arus perubahan atau dengan kembali ke tatanan ideal sebelumnya.6
Ritzer mengatakan ada beberapa hal yang memungkinkan sebuah gerakan sosial muncul, yaitu adanya sebuah kekecawaan, adanya sumber daya dan organisasi (yang mendukung), juga adanya kesempatan politik. Jadi,
Gerakan sosial tidak bisa bergerak sendiri dan tanpa adanya satu alasan kuat.
Ada pemicu yang memunculkan gerakan sosial itu.
6
40
B. Konsep Gerakan Gerwani
Gerwani merupakan sebuah struktur organisasi, yang di dalamnya terdapat struktur yang jelas, dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Sebagai
sebuah struktur, Gerwani memiliki fungsi-fungsi, dan kegiatan-kegiatan yang berbeda dimana antar badan tersebut saling berkoordinasi.
Tujuan Gerwani yang begitu fundamental adalah soal persamaan hak wanita dan perlindungan anak-anak. Gerwani menginginkan adanya sebuah
peraturan undang-undang yang secara khusus mengatur soal hak wanita dan anak-anak. Mengingat bahwa Gerwani merupakan sebuah organisasi massa,
maka untuk mencapai tujuan mereka, ruang geraknya terlalu sempit jika Gerwani hanya menjadi organisasi massa biasa. Langkah yang paling jauh dari
sebuah organisasi massa adalah melakukan protes dan demo-demo.
Demonstrasi terkadang menghasilkan sesuatu yang diinginkan, tetapi kebanyakan hanya akan berakhir sia-sia. Hal ini tentunya lebih cenderung
memberikan kerugian daripada sebuah keuntungan, harus ada cara lain yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Cara yang paling realistis selain demonstrasi
41
Gerwani sebagai sebuah organisasi sosial, tidak memiliki hak apapun untuk membuat atau mengatur sebuah undang-undang. Pilihan yang ada pada
Gerwani adalah berubah menjadi sebuah partai politik baru atau ikut menyusup dalam partai lain. Pilihan yang kemudian dipilih Gerwani adalah pilihan kedua,
menyusup dalam partai lain untuk dijadikan kendaraan politik. Karena ikut
menumpang dalam satu partai politik lebih mudah dilakukan.
Tindakan yang dilakukan oleh Gerwani untuk menyusup ke dalam tubuh partai politik lain bukanlah hal yang aneh. Wajar saja jika Gerwani
memilih hal itu, karena dalam peraturan dasar Gerwani, mereka memantapkan diri sebagai organisasi sosial, Gerwani bersifat non partai.7
Untuk melebarkan sayap dan mencapai tujuan yang diinginkan, Gerwani mengambil sebuah tindakan.
7
42
BAB III
SETTING PENELITIAN
A. Profil Gerwani
Gerwani merupakan organisasi wanita terbesar Indonesia yang pernah ada, dan hanya membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 12 tahun saja untuk mencapai hal itu. Sejarah Gerwani dimulai ketika tahun 1950, ketika organisasi
ini masih menjadi bibit kecil dan masih belum bernama Gerwani. Gerwani
terlahir sebagai Gerwis (Gerakan Wanita Indonesia Sedar)
Ada enam wakil-wakil dari organisasi wanita yang berkumpul di Semarang pada 4 Juni 1950. enam wakil organisasi wanita itu terdiri dari
Keenam organisasi tersebut: Rukun Putri Indonesia (Rupindo) dari Semarang, Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya, Isteri Sedar dari Bandung, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwindo) dari kediri, Wanita Madura dari Madura, dan Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan. Para perwakilan dari
organisasi-organisasi wanita itu sepakat untuk melebur menjadi satu organisasi wanita yang dinamakan Gerwis, singkatan dari Gerakan Wanita Indonesia Sedar.
43
di bidang politik, melainkan lebih menekankan pada persoalan hak wanita dan hak anak-anak. Meski berbasis organisasi wanita yang sosialis, Gerwis menjadi
salah satu organisasi wanita paling aktif dalam politik nasional pada saat itu.
mereka pernah mengeluarkan pernyataan menentang akan adanya elemen reaksioner yang menggerakkan peristiwa 17 Oktober 1952.
Gerwis pada bulan-bulan pertama, berada di garis depan perang kemerdekaan. Mereka ikut aktif dalam perlawanan terhadap Belanda yang
berupaya menjajah kembali Indonesia. Mereka juga menenttang perjanjian
KMB yang mereka pandang sebagai kembalinya modal asing ke Indonesia.1
Gerwis diformulasi sebagai gerakan wanita yang berwarna feminis kental, dengan aktif berjuang untuk menuntut adanya Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan yang adil terhadap wanita. Gerwis juga aktif
untuk memperbaiki hak-hak anak, memberikan pendidikan terhadap anak-anak
dengan mendirikan sekolah anak “Melati” adaga anak-anak mendapatkan
pendidikan yang baik. Selain itu Gerwis juga secara aktif memberikan
kursus-kursus wanita, memberantas buta huruf dan memberikan penyadaran kepada wanita-wanita yang jauh dari kehidupan kota demi mengangkat dan memperbaiki taraf hidupnya. Terkadang juga sampai pada pedalaman yang
jauh.
1
44
Empat tahun berjalannya Gerwis semakin membuat organisasi ini diperhitungkan dalam kancah politik tanah air, karena perkembangan organisasi ini begitu pesat. Tidak banyak yang menyangka atas pesatnya perkembangan
dari Gerwis, organisasi ini baru beberapa tahun berdiri, tetapi namanya sudah jauh melambung diatas organisasi wanita lain, misal Aisiyah atau organisasi wanita lain yang sudah jah lebih dulu muncul. Gerwis begitu fenomenal.
Akhirnya pada tahun 1954, atas desakan berbagai pihak dan situasi politik menjelang Pemilu tahun 1955, Gerwis memutuskan untuk berganti nama Menjadi Gerwani.
Bergantinya nama Gerwis menjadi Gerwani, tidak membuat organisasi wanita ini berubah sepenuhnya. Perubahan fundamental di Gerwani hanya pada
gerakan yang ditambahkan dengan memasukkan unsur-unsur politis sebagai pembahasan dalam organisasi, tetapi tidak meninggalkan unsur feminis yang sudah selama ini diperjuangkan.
Gerwani juga sangat aktif dalam pemberantasan buta huruf
.
Untuk itu kami mendirikan banyak tempat belajar.
Kami berjuang bagi hak-hak politik wanita, dengan begitu akan lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR atau DPRD, atau mereka dapat menjadi kepala desa atau bahkan menteri sama dengan laki-laki.
Terutama di desa-desa banyak yang tidak setuju dengan hak-hak itu sebagai kontroversi.
Mereka tidak menghendaki hak-hak wanita sama sekali.
Banyak juga tuan tanah yang sangat konservatif...
Dalam aksi sepihak untuk melaksanakan undang-undang land reform pada 1960-an, kaum wanita juga aktif ambil bagian.
Mereka tidak sekedar berteriak di tepi garis...
mereka ditembaki tentara.
”2
2
45
Perbedaan dari Gerwani yang paling berarti adalah bentuk perjuangan mereka yang menjadi lebih revolusioner, demonstrasi-demonstrasi juga sering dilakukan, seolah mereka sudah tidak memiliki rasa takut. Sikap menonjol
Gerwani inilah yang menjadikannya dilirik oleh salah satu partai besar dikemudian waktu.
Intinya, Gerwani berusaha menyeimbangkan antara perjuangan di bidang feminisme dan perjuangan untuk bangsa. Sebagai seorang ibu, kaum
wanita tidak hanya bergelut pada urusan dapur, melinkan juga harus berada di barisan revolusi nasional untuk berjung bagi bangsa yang masih seumur jagung.
Untuk persoalan rumah tangga, peran keibuan para anggota Gerwis menuntut mereka harus bertanggungjawab terhadap aspek sosial dan ekonomi juga. Di
bidang ekonomi, wanita harus pula ikut andil dalam urusan pemasukan dan pengeluaran keluarga, memastikan ekonomi dalam rumah tangga berjalan dengan baik. Untuk persoalan sosial masyarakat, wanita Gerwis diharapkan
memelihara harmoni, untuk menjaga nilai dan norma sosial yang ada di lingkungan sektiar mereka, bukan saja dalam lingkungan keluarga.
Gerwani diibaratkan sebagai “Perempuan Indonesia Baru” yang
digambarkan sebagai berpakaian “modern”, memiliki pengetahuan budaya serta
visi politik.3
Jika kartini pada masa lalu diibaratkan sebagai pioner pemikir feminis pertama-tama yang memperjuangkan wanita agar bisa keluar dari
3
46
belenggu feodalisme, maka Gerwani ini merupakan pioner dari gerakan wanita yang pertama-tama secara nyata melakukan perjuangannya secara revoluioner kebangsaan dan memiliki pemikiran secara modern. Bukan lagi untuk melawan
kaum feodal, tapi untuk melawan kaum imperialis dan kapitalis demi bangsa dan kehidupan wanita itu sendiri.
Gerwani selalu tampil dengan sosok nasionalis yang kuat, ketika itu nasionalisme yang munucl bersatu dengan sisi-sisi ideologi sosialis
.
Kedua ideologi menekankan soal “modernitas”.
Organisasi “modern” dan “progresif” ketika itu menganggap bahwa sangatlah tepat berjarak dengan dogma-dogma agama.
Gerwani hanya punya perhatian sedikit saja terhadap wacana agama atau adat setempat.
Gerwani memadukan antara alasan sesnsialisme (sebagai ibu) dan konstruktivisme (juga para buruh dan warga negara) dengan penekanan pada persaudaraan kaum perempuan.
Gerwani memandang perempuan sebagai manusia yang berjuang bersama laki-laki melawan imperialisme, sekaligus hakikatnya sebagai perempuan yang melakukan protes terhadap kemesuman dan pelecehan dalam perkawinan.
Salah satu daya tarik Gerwani bagi orang muda yang memiliki semangat dan punya kemampuan ialah kesempatan yang ditawarkannya untuk menjadi pemimpin tanpa memandang latar belakang sosial.
4Pada 1960, Gerwani merumuskan pancacinta, “lima macam cinta untuk
pendidikan anak-anak”: (1) cinta tanah air; (2) cinta orangtua dan kemanusiaan umumnya; (3) cinta kebenaran dan keadilan; (4) cinta persahabatan dan perdamaian; (5) cinta alam sekitar. Rumusan tersebut disampaikan dalam
konteks membicarakan kongres seluruh organisasi pemuda Indonesia pada 1960 dengan tujuan mempersatukan mereka di bawah Manipol.5
4
Ibid., 236. 5
47
Gerwani memutuskan menciptakan teladan “keluarga Manipolis sejati”
dengan memperlihatkan jalan revolusioner kepada keluarga yang belum mengenal konsep keluarga Manipolis sejati dalam keluarga Manipolis sejati terdapat hal-hal berikut:6
1. Semua anggota keluarga harus bergabung ke dalam organisasi massa revolusioner pemuda, wanita, buruh, tani yang mel