• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerwani dalam arus kekuasaan: studi historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran Gestok, PKI, dan Politik Global.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerwani dalam arus kekuasaan: studi historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran Gestok, PKI, dan Politik Global."

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN

(Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran

Gestok, PKI, dan Politik Global)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Filsafat Politik Islam

Oleh:

Muhammad Khusnul Khuluk

NIM: E74212063

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

(2)

GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN

(Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam Lingkaran

Gestok, PKI, dan Politik Global)

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Ilmu (Program Studi Filsafat Politik Islam)

Oleh:

Muhammad Khusnul Khuluk

NIM: E74212063

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

(3)

,

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi oleh Muhammad Khusnul Khuluk ini telah disetujui untuk diujikar.

Suraba-va, 31 Januari 2017 Pcmbimbing,

l

N,

U

(4)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh Muhammad Khusnul Khuluk ini telah diuji dan dipertahanlGn di depan Tim Penguji Skipsi

Suabaya,2017 Mengesahkan

Universitas Islam Negeri Sunatr Ampel Surabaya

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

iM,AT

1993U1

Pengujir Ketua

d3

Lli{i-Bariroh. M.Si.

NrP. 19771 1032009122002

Sekretaris

t1*r,1n,roi,^.

r

,,

NII'. 19840105201 r0t I 008

Penguji

I

(5)

I'I'ITNYATAAN

KtrASLIA\

\

-ng LrcrtrnJr tarrgan di b-u.lh ini .rr'.r

Nama

NIM

Jurusan

: Muhannnmad Khusnul Kiuluk

: E7,1212061

: Filsalirt Politili lsiam

I)engan

ini

mcn)atakan bahrva skripsi

ini

sccara keseluruhan adalah hasil pcnclitian dan pelnikinn sendiri. kecuali pada bagial1-baian ,vang menliliki rujukan.

Surabala. 31 Januari 2017

(6)

6

KEMENTERIAN

AGAMA

UNI\'ERSITAS ISLAM

NEGERI

SUNAN

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. ) ani I I 7 Sumba)a oO2J7 tetp. 0i l-E4l tq72 F;X.OJ l-84t3300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

NINI

Iekultas/Jumsrn

LEMBAR PERNYATAT{N PERSETLIJUAN PUBLII'ASI

KARYA ILMLA.H UNTUK KEPENTINGAN AI..-{DEMIS

Sebagai sir.itas akademi}a UIN Sunan Ampel Srrabaya, yang bertanda tangan di bawah in! saya:

, Mu\"uon'-'

al

ffiq

n,r{

:

Ue h qtL(

ddi!. /

tr- ilgqF--ct .... ,PqV ln't ...

[rtan

' ,\q^,^\+[.=..F-k 14 €...i$['ro :ca L..

Surabaya,

\S

Ha\fo

f

261 7

Demi pcngcmbang,rn ilmu pengctahuan, men\.tujui uflruk mctnberi]ren kcpatta t,erlustaliaan

L-It," Sunarr Arnpel Surabnre,IIek tlcbas Ror:rlti Non tiksktL,sif ates karraitmrah:

FZSkripsi E lesis - Di-.elr-,.i E

l.rin

I1n1....

. . . )

lang bcrjLrdul :

Gcr.l-0,r1

Ccrt

arn

,(r",

s

k"t.r.

arr,,..1 (

r\.rJj

\-f

tclu^.1

Pt!

,

dgr

?d\11{'r.

6\olq1

bcsert:r pcrangkat

lrne

diperluken pna ad,r). ttengan Hak Bebes Ror.atti Non Ftkslusif rni

Peryustakaan L'1\- Su'ran ,\nrpcl Surabaia bcthak mcnrirnprn, murg:r)rh mcdia/frinnat kan,

t,cngelotanva

drlarn bcntuk pensltr[n

LLerL lJ.,ratu.e), nknJr\ rri .u.itr:rnnr

a,

r]en mcn2nlpnkan/mempublkasikrnnra di Intcn)ct xtau mcdia tarn secata lulrexr unruk kepentingan akadelrls tanpa pedu mcmirrra ijrn dari s:la sclxm2 rerxp mcncanrumkan rrarm sera scbagai penuhs./pcncipta drn xtarL pelerbu iang bersengkuran.

Soa berscdir urmk trenanlgrrng sccern pribacli, tanpa mctibatkan pihak I,crpustakaan

LI\

Sun:rn ,\npel Surabara, seg:rlr l,cntuk rulrutan lluku,n varrg ttnbut atts pelanggelan Hak Cipta tiahm kana ilmhh sara iai.

Dcnikian pcrnratean ini rang sar.a buar dclgen scbclatnya.

Penulis

-=tr:

hq

rn.ir

kho(,lr

L\L Q6 3

(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Gerwani dalam Arus Kekuasaan (Studi Historis Gerakan Politik Gerwani dalam lingkaran Gestok, PKI, dan Politik Global)”

.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Gerakan politik Gerwani; (2) hubungan Gerwani dengan PKI dalam Gestok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi Gerwani dalam peristiwa Gestok, hubungannya dengan PKI, juga kaitannya dengan konstelasi politik global.

Penelitian ini merupakan penelitan historis dengan pendekatan hermeneutik. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui pencarian dokumen sejarah yang terkait dengan penelitian dan menafsirkannya. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berupa dokumen hasil kongres yang diselenggarakan Gerwani dan dokumen dari kader Gerwani serta buku-buku, majalah, dan dokumen lain yang berkaitan dan mendukung penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, bahwa meskipun aktivitas Gerwani semakin menonjol pada sisi politik, tidak menjadikan Gerwani sebagai organisasi politik. Gerwani tetap merupakan organisasi sosial. Kedua, meskipun Gerwani cenderung dekat dengan PKI, tidak menjadikan Gerwani bagian dari PKI, karena Gerwani juga berhubungan dengan beberapa partai lain. Gerwani tetap menjadi organisasi yang independen dan tidak terikat dengan partai politik manapun. Keterlibatan yang telah dituduhkan Gerwani dalam Gestok adalah tuduhan yang tidak berdasar, karena Gerwani bukan bagian dari PKI dan tidak terlibat dalam kup mengerikan itu. Program Gerwani yang menentang imperialisme dan kolonialisme, menjadikan Gerwani salah satu organisasi yang menjadi musuh kekuatan besar pada saat itu, kapitalisme, dan masuk pusaran arus kekuasaan perang dingin. Kehancuran Gerwani tidak bisa dilepaskan dari ketegangan politik dunia ini.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

MOTTO ... PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Definisi Konseptual ... 14

1. Gerwani ... 14

2. Kekuasaan ... 15

3. Gerakan Politik ... 16

4. Gestok ... 17

5. Perang Dingin ... 18

F. Telaah Pustaka ... 19

G. Metode Penelitian ... 23

H. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II KERANGKA TEORITIK ... 34

A. Teori Gerakan Sosial ... 34

(9)

BAB III SETTING PENELITIAN ... 42

A. Profil Gerwani ... 42

B. Platform Gerakan Gerwani ... 54

C. Model Gerakan Gerwani ... 61

D. PKI dan Organisasi Perempuannya ... 83

E. Gerakan Satu Oktober ... 93

F. Stigma Gerwani Setelah Gestok ... 101

G. Perang Dingin ... 112

BAB IV GERWANI DALAM ARUS KEKUASAAN ... 119

A. Gerakan Politik Gerwani ... 121

B. Gerwani, PKI, Gestok, dan Perang Dingin ... 124

1. Hubungan Gerwani dengan PKI ... 129

2. Gerwani dan Gestok... 144

3. Gerwani dalam Arus Perang Dingin ... 153

BAB V PENUTUP ... 161

A. Kesimpulan ... 161

B. Saran ... 163

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang gadis modern, yang berani, yang dapat berdiri sendiri, yang menarik hati saya sepenuhnya, yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh dengan semangat dan keasyikan, gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan dirinya sendiri saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas bekerja demi kebahagiaan sesama manusia”1

Kalimat pembuka dalam surat Kartini kepada salah satu sahabat penanya, menggambarkan sebuah cita-cita yang begitu luhur. “Berjuang untuk

masyarakat luas” mungkin menjadi kalimat sakti pertama yang digagas oleh

seorang wanita di Indonesia kemudian merubah paradigma lama ke paradigma baru. Wanita Indonesia yang sebelumnya hanya ada di rumah, harus bisa

memiliki kontribusi yang nyata bagi masyarakat, dan bangsanya. Berjuang

untuk sosial, budaya, politik, dan segala hal lainnya untuk bangsa dan negara.

Membangun sebuah negara yang baik tidak terlepas dari bagaimana masyarakatnya bisa berpolitik dengan baik, karena tidak dimungkinkan membangun sebuah negara hanya bermodal nyali belaka. Kesadaran politik ini

juga harus dipupuk oleh berbagai elemen masyarakat, baik dari masyarakat

1

(11)

2

bawah atau masyarakat golongan atas, berideologi kanan atau kiri, yang tua atau muda, dan laki-laki atau wanita.

Bangsa yang hebat adalah bangsa yang tidak pernah melupakan akan sejarahnya, kata Bung Karno. Tetapi sering kali sejarah dengan begitu jahatnya

sengaja memarjinalkan, menyisihkan, bahkan menghilangkan sejarah itu sendiri. Perjuangan dari beberapa golongan dengan sengaja dihilangkan, untuk

satu tujuan, kekuasaan. Jika seperti itu, maka benar apa yang pernah dikatakan

Soe Hok Gie, bahwa sejarah hanya berisi pemerasan, kesedihan dan penghianatan.

Rasanya kita harus bisa secara jujur membaca sejarah, karena di dalamnya ada yang namanya masa depan seperti yang dirasakan saat ini. Entah

itu sejarah yang diciptakan golongan kanan, golongan kiri, entah itu wanita atau laki-laki. Tidak selamanya orang kanan baik, lihatlah Kartosuwiryo yang coba

memporak porandakan bangsa, tidak selamanya pula kaum kiri itu bengis.

Tengok siapa yang kita akui sebagai bapak republik Indonesia, dia adalah Tan Malaka, orang yang selalu kita kenal sebagai seorang komunis. Perannya begitu

sentral dalam kemerdekaan Indonesia. Satu yang perlu diingat dengan jelas

(12)

3

Pun kita harus secara jujur membaca sejarah, bahwa sejarah emas Indonesia tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi para Srikandi tidak kalah gaungnya, tidak kalah gagah dalam sejarah republik ini. Mereka adalah

wanita-wanita yang sadar, bahwa kehadirannya diperlukan dalam perjuangan bangsa. Kehadiran wanita dalam perjuangan ini digagas oleh Sukarno. Ia

menuliskan dalam bukunya, Sarinah, yang mencakup tiga poin aksi, serikat kerja, koperasi dan partai politik.2

Sukarno menyebut poin ini sebagai aksi Sosialisme Wanita, dimana wanita harus secara nyata hadir dalam politik dan masyarakat.

Kehadiran wanita di dalam politik sangatlah penting, karena menurut Sukarno, masalah wanita adalah masalah masyarakat, dan masalah masyarakat, adalah masalah negara. Keadaan ini kemudian menjadi logis, karena jika

keadaan wanita baik, maka masyarakat akan baik, dan negara juga baik, begitu pula sebaliknya menurut pandangan Sukarno.

Suara-suara wanita sekarang terasa senyap gaungnya, jauh berbeda dengan yang terjadi setengah abad silam di Indonesia. Eksistensi wanita dalam

dunia politik meski tidak banyak secara kuantitas, tetapi dalam kualitasnya layak diperhitungkan, kehadiran gerakan politik wanita saat itu, Gerwani, begitu menggeliat dan mencapai puncak eksistensinya di tahun 60-an. Di tahun

yang sama pula, nama Indonesia menjadi perhitungan di dunia Internasional,

2

Sukarno. Sarinah,kewajiban wanita dalam perjuangan Republik Indonesia.

(13)

4

Gerwani aktif dalam gerakan wanita Internasional.3

Hal ini membuktikan jika

wanita bisa memiliki eksistensi di dunia politik, dampaknya bisa nyata pada jalannya republik Indonesia, negara akan semakin solid.

Pergerakan wanita dalam dunia politik memang tidak dimulai dari Gerwani, tetapi sudah dimulai secara nyata pada abad ke-19, ketika Cut Nyak Dien berani keluar sebagai panglima perang melawan penjajah.4

Pergerakan

wanita mulai menemukan titik terangnya ketika sosok Kartini lahir dan menyerukan emansipasi melalui surat-suratnya kepada para sahabat penanya, dan juga memberikan pendidikan kepada wanita-wanita disekitarnya.5

Yang

kemudian menjadi tokoh sentral dalam perjuangan wanita di Indonesia.

Patutlah diberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Kartini yang sudah melakukan perubahan, walau kecil, dengan memberikan pendidikan kepada wanita-wanita disekitarnya. Kartini mendirikan sebuah kelas kecil untuk

memberikan pendidikan, sayangnya Kartini hanya melakukan hal itu dalam waktu yang tidak lama, karena di umurnya yang ke-25, Kartini meninggal. Apa

yang dilakukan oleh Kartini muda begitu mengispirasi banyak kalangan setelahnya, pun begitu Sukarno.

3

Umi Sardjono. Madju Terus untuk Pengintegrasian Total Gerwani dengan Wanita Buruhtani dan Tani Miskin.Jakarta: DPP Gerwani, 1964. Hal 15.

4

Cora Struers. Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan & Pencapaian. Depok, Komunitas Bambu, 2008. Hal 49.

5

(14)

5

Apa yang dilakukan oleh Kartini kemudian dilanjutkan oleh Dewi Sartika, tokoh wanita dari Sunda yang juga melakukan hal yang sama dengan Kartini, tapi lebih besar. Dewi Sartika membuka sembilan sekolah yang itu

merupakan jumlah separuh dari total sekolah yang ada di dataran Sunda saat itu.6

Dari jalur pendidikan inilah, pergerakan-pergerakan wanita ini berkembang. Pergerakan wanita ini kemudian tidak hanya dilakukan oleh

wanita, tetapi oleh kaum laki-laki juga, seperti suami dari Kartini dan Dewi Sartika, bahkan dr. Sutomo dan Ki Hajar Dewantara pun melakukan hal yang

sama. Dari makin berkembangnya pergerakan wanita dibidang pendidikan

membuat inisiatif wanita mulai berkembang, dan di tahun-tahun kemudian mulai bergerak perlahan di bidang sosial, dengan mendirikan perkumpulan-perkumpulan wanita. Siti Soendari pun pada tahun 1913 telah mampu

mendirikan terbitan independen bernama Wanito Sworo. Pergerakan di bidang

sosial ini kemudian semakin berkembang dengan adanya Aisiyah dan Fatimiah, kelompok wanita yang bergerak pada bidang sosial keagamaan.7

Pada era awal kemerdekaan Republik Indonesia, ada sebuah pergerakan wanita yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan serta bahu-membahu membantu para pejuang garis depan. Kaum wanita ini mengorganisir diri

6

Ibid,74

7

(15)

6

membentuk tim perawat dan penghubung, membantu dapur umum, dan klinik berjalan. Perkumpulan ini bernama Perwani (Persatuan wanita negara

Indonesia).8

Atas inisiatif dari Perwani ini, kongres pertama wanita setelah proklamasi kemerdekaan untuk pertama kali digelar. Bertempat di Klaten pada

tanggal 15 sampai 17 Desember 1945. Dalam pertemuan ini, Perwani dan

perkumpulan wanita lain melebur menjadi satu dalam organisasi bernama Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia. Kemudian di tanggal 26

Februari 1946 di bentuk sebuah organisasi tetap bernama Kowani (Kongres Wanita Indonesia) yang menjadi induk dari organisasi-organisasi wanita yang ada di Indonesia. Pada saat itu di dalam tubuh Kowani masih terdiri dari

Perwari, PPII (Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia), Persatuan Wanita Kristen Indonesia dari Protestan, dan seksi perempuan Katolik Indonesia.

Puncak pergerakan-pergerakan wanita ini kemudian terjadi pada tahun 1950-an sampai pada pergolakan politik terbesar Indonesia di tahun 1965-1966.

Kelompok pergerakan wanita itu adalah Gerwani yang sudah mampu memiliki ratusan ribu massa dan memiliki peranan politik yang tidak bisa dianggap remeh serta menjadi pendukung kuat Sukarno.

Jika kemudian muncul pertanyaan kenapa permasalahan wanita genting untuk diteliti? Karena nyatanya kesadaran wanita sekarang untuk berpolitik

8

(16)

7

masih rendah, sedang dulu wanita bisa berkobar-kobar untuk terjun di dunia politik, dan kenapa kemudian tentang wanita, itu dikarenakan tajamnya

stereotype untuk kaum wanita di Indonesia. Stereotype yang menganggap

wanita itu masih lemah secara mental dan tidak bisa lebih dari laki-laki, padahal perbedaan wanita dan laki-laki hanyalah sebatas fisik menurut Sukarno, dan penulis mengamininya. Lalu kenapa harus Gerwani? Sederhana saja, Gerwani

adalah organisasi wanita terbesar yang pernah ada di Indonesia, yang tak sampai 15 tahun berdiri sudah memiliki massa jutaan, dan habis begitu saja karena Gestok hanya dalam waktu beberapa bulan. Dan itu tanpa bukti adanya keterlibatan.

Pada mulanya Gerwani berasal dari Gerwis (Gerakan Wanita Indonesia Sedar), Gerwis beranggotakan kaum wanita yang sadar politik. Menariknya

kemudian Gerwis tidak memilih menjadi sebuah gerakan politik, melainkan menjadi gerakan sosialis, berfokus pada perjuangan hak-hak wanita dan anak.

Gerwis yang didirikan tahun 1950 dengan anggota hanya 500 orang perempuan.

Para anggota ini pada umumnya berpendidikan tinggi dan berkesadaran politik.

Dari segi ideologi, organisasi ini merupakan kelanjutan dari Isteri Sedar dulu.

(17)

8

Pada tahun 1954, ketika anggotanya mencapai 80.000, Gerwis

memutuskan untuk lebih berencana menarik kaum perempuan dari kalangan massa. Sebagai simbol untuk keputusannya ini, nama organisasi diubah menjadi

Gerakan wanita Indonesia (Gerwani). Dalam kurun waktu itu Gerwani

mengambil peranan sangat aktif dalam kampanye-kampanye untuk pemilihan umum parlementer, dan berhasil pula empat anggotanya terpilih dalam pemilihan umum 1955 itu.9

dan pada kongres tahun 1961 anggora gerwani

mencapai 1.125.000 anggota.10

Setelah Gerwis berubah menjadi Gerwani, orientasi organisasi sedikit mengalami pergeseran. Gerwis yang awalnya murni bergerak dalam bidang sosial, kini telah menambahkan fokus gerakannya pada bidang politik setelah berubah nama menjadi Gerwani. Meski Gerwani tetap sebagai gerakan sosial,

justru Gerwani memiliki dampak politis yang jauh lebih besar dibanding gerakan sosial lain yang didirikan sebagai gerakan politik, misal Muslimat atau Aisiyah. Bahkan Gerwani pun memiliki peran penting di dalam gerakan wanita

internasional.

Sudah sejak awalnya Gerwani sangat giat dalam membantu peningkatan kesadaran perempuan tani, bekerja sama dengan bagian perempuan BTI

9

Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi, Organisasi-organisasi Perempuan Indonesia Sesudah 1950. Jakarta: Kalyanamitra, 1998. Hal 19.

10

(18)

9

(Barisan Tani Indonesia). Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar khusus

untuk membahas persoalan mereka. Disamping kegiatannya di tengah-tengah

perempuan tani, Gerwani juga melakukan serangkaian kegiatan lain yang menarik. Diantaranya adalah kampanye pemberantasan buta huruf yang dimulai

tahun 1955, perubahan undang-undang perkawinan yang lebih demokratis, menuntut hukuman yang berat untuk perkosaan dan penculikan, dan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi untuk kaum tani dan buruh perempuan. Para aktivis

gerwani melakukan kegiatan besar-besaran pemberantasan buta huruf di kalangan perempuan, sekaligus mendidik para peserta mengenali masalah-masalah perempuan. Bersama dengan kaum perempuan dari

organisasi-organisasi lain, mereka saling membantu menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, baik di tingkat kampung, kota, maupun provinsi, mengenai soal-soal seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan, kebersihan, dan juga soal-soal yang

lebih bersifat “feminis” seperti pelacuran, perkawinan anak-anak, dan

perdagangan perempuan. Disediakan bantuan hukum, juga bantuan untuk

korban banjir dan bencana alam lainnya.11

Gerwani ikut serta dalam macam-macam demonstrasi, pawai atau protes. Gerwani membantu sekretariat perempuan serikat buruh, dalam

perjuangan mereka menuntut hak-hak buruh dan perempuan, misalnya upah yang sama, pelaksanaan undang-undang perburuhan, dan perlindungan terhadap

11

(19)

10

penyerangan seksual.12

Gerwani juga ikut mengambil bagian aktif untuk

terlaksananya pemilihan umum.13

Selain itu Gerwani dalam programnya

memuat soal perdamaian.14

Gerwani kemudian mulai melebarkan sayap untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dalam aturan gerwani, mereka tidak membatasi untuk merekrut

anggota dari golongan, ras, agama, ideologi, atau partai apa. Asal mereka mau

mentaati peraturan Gerwani, maka jadilah ia sebagai anggota. Beberapa sayap

yang ada dalam gerwani, yang cukup berpengaruh adalah PKI.

Pergulatan politik di tahun 1965 membuat Gerwani berada di titik nadirnya, Gerwani dituduh kuat terlibat dalam konstelasi politik besar tahun itu, Gestok. Akibat kejadian itu Gerwani dihabisi dan eksistensinya menghilang,

dan mereka dikucilkan. Bahkan perjuangan dan tinta emas mereka sengaja

dihapus oleh sejarah dan penguasa. Gerwani digambarkan sebagai organisasi

yang lacur, bahkan amoral oleh rezim orde baru. Gerwani dituduh ikut serta

terlibat dalam peristiwa Gestok dan Gerwani dituduh melakukan siksaan-siksaan yang begitu kejam terhadap para jenderal sebelum membunuhnya,

12

Ibid. 13

Umi Sardjono, Meluaskan Aksi-Aksi Untuk Memperkuat Tuntutan Hak2 Wanita – Anak2 dan Perdamaian, Jakarta: DPP Gerwani, 1956. Hal 12

14

Kongres Nasional ke-IV Gerwani, Program Gerwani, Jakarta, DPP Gerwani 1961.

(20)

11

menyayat kemaluan, mencungkil mata, pesta pora seksual15 dan melakukan tarian telanjang yang disebut tarian harum bunga dan menyanyikan lagu genjer-genjer di hari itu, di Lubang Buaya.

Satu hal yang menjadi menarik tentang ditumpasnya Gerwani pada tahun itu adalah tentang alasannya. Keterlibatan Gerwani dalam peristiwa

Lubang Buaya masih menjadi perdebatan, dan semakin berjalannya waktu justru banyak fakta yang menyangkal keterlibatan Gerwani. Lalu apa karena

Gerwani dekat dengan PKI sehingga dianggap saja sebagai bagian darinya? Jika ditarik dalam pertarungan politik pada saat itu sangat memungkinkan.

Indonesia sedang dihadapkan dengan situasi politik yang sangat panas, bahkan sebelum meletusnya Gestok. Pertarungan politik dalam negeri pada saat

itu masih belum nampak sebelum Gestok, tetapi yang menjadi panas adalah pertarungan yang terjadi di dunia luar yang melibatkan Indonesia. Perang

dingin tengah berkecamuk saat itu, meskipun terjadi antara Amerika dan Uni Soviet, negara dunia ketiga termasuk Indonesia berdampak. Dengan Malaysia,

Indonesia terlibat konfrontasi yang secara tidak langsung membuat Inggris selaku negara induk Malaysia geram dan membuat situasi politik Internasional Indonesia memanas.

15

(21)

12

Indonesia sebetulnya berada dalam posisi yang netral pada waktu itu, tidak memihak satu kubu manapun, meski lebih cenderung dekat dengan Blok Timur. Kecenderungan itu bukan tanpa alasan, Sukarno yang nasionalis

memiliki kedekatan dengan komunis Indonesia melalui konsepsi Nasakom.

Perang dingin yang sedang panas antara dua ideologi besar kapitalisme dan komunisme saat itu memandang dunia ketiga sebagai dunia yang bisa mereka duduki untuk bisa lebih menanamkan gagasannya. Kapitalis Amerika

menginginkan semua negara agar bisa mengikuti ideologinya, begitu pula komunis. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dunia ketiga yang penting

karena memiliki pengaruh besar dalam Non-Blok. Jika Indonesia bisa jatuh

dalam salah satu antara kapitalis dan komunis, maka akan menjadi keuntungan bagi mereka. Keadaan yang terjadi adalah, Indonesia lebih cenderung ke

komunis, dan Amerika tidak menyukai hal itu.

Peristiwa Gestok merupakan salah satu telur dari perang dingin, dimana hasil dari peristiwa ini adalah kekalahan bagi komunis di Indonesia. Gerwani,

merupakan bagian dari kekalahan ini. Meskipun Gerwani bukan komunis, tetapi

karena kedekatannya dengan PKI dan Sukarno, Gerwani harus rela menjadi korban dengan konstruksi Lubang Buaya.

(22)

13

Gerwani tidak pernah luput disebut, baik yang mendukung atau pun yang menyudutkan nama Gerwani.

Wanita tidak kalah sama sekali soal ide dan itelektualitas, perbedaan hanyalah sebatas fisiknya, tidak dengan yang lain. Juga tidak sedikit

wanita-wanita yang namanya diperhitungkan secara serius di dalam maupun di luar Indonesia. Buktinya, Gerwani mendapatkan peran yang penting dalam

kongres-kongres wanita.

Mempelajari soal wanita, juga berarti mempelajari soal masyarakat, seperti kata Sukarno, dan sayang sekali jika tinta emas yang pernah ditorehkan oleh Gerwani dihapus begitu saja dalam sejarah Indonesia hanya karena sebuah kepentingan. Semoga penelitian ini bisa berdampak kepada masyarakat pada

umumnya wanita pada khususnya, dan semoga penelitian ini bisa sedikit merealisasikan cita-cita luhur Kartini lebih dari satu abad silam. Semoga

perjuangan yang telah ditorehkan oleh Gerwani tidak lenyap dari sejarah begitu saja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gerakan politik Gerwani?

(23)

14

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gerakan politik Gerwani

2. Menganalisis hubungan antara Gerwani dengan PKI dalam peristiwa Gestok

D. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya wawasan bagi semua kalangan pada umumnya dan pada wanita khususnya tentang sejarah pergerakan politik Gerwani dan bagaimana sebenarnya hubungan antara Gerwani dengan PKI, serta bagaimana pula posisi Gerwani di dalam peristiwa Gestok. Juga bagaimana posisi Gerwani dalam pertarungan politik dunia

pada saat itu.

2. Secara praktis Penelitian ini juga dimaksudkan untuk merekonstruksi sejarah yang selama ini ada, dan menulis ulang sejarah itu dengan data-data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini

(24)

15

E. Definisi Konseptual

1. Gerwani

Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) merupakan salah satu organisasi massa gerakan wanita yang ada di Indonesia. Gerwani eksis

menghiasi kancah sosial dan politik di Indonesia pada dasawarsa 1950-an sampai 1965. Gerwani yang sebelumnya bernama Gerwis (Gerakan Wanita

Indonesia Sedar) bersifat revoluioner dan cenderung “kencang” dalam pergerakannya meskipun sebenarnya, tujuan daru Gerwani sendiri lebih banyak berbicara soal-soal yang feminis semisal tentang hak-hak wanita dalam perkawinan dan persamaan upah kerja atau hak anak-anak dalam menerima dan mendapatkan pendidikan atau soal-soal feminis rumah tangga lainnya.

Keberadaan Gerwani sendiri terhenti sampai tahun 1965 karena diduga terlibat dalam peristiwa Gestok yang sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar tentang asal-usul, tujuan, dan pelaku dari persitiwa tanggal 1 Oktober tersebut. Pemerintah melarang dan

membubarkan Gerwani karena peristiwa itu.

2. Kekuasaan

(25)

16

keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. gejala

kekuasaan ini adalah gejala yang lumrah terdapat dalam setiap masyarakat, dalam semua bentuk hidup bersama.

Manusia mempunyai bermacam-macam keinginan dan tujuan yang ingin sekali dicapainya. Untuk itu dia sering merasa perlu untuk

memaksakan kemauannya atas orang atau kelompok lain. Hal ini

menimbulkan perasaan pada dirinya bahwa mengendalikan orang lain adalah syarat untuk keselamatannya sendiri. Maka dari itu bagi orang

banyak, kekuasaan itu merupakan suatu nilai yang ingin dimilikinya.

Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial.16

Dalam hal ini kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari negara, dimana Gerwani dengan perjuangannya berkecamuk dengan kekuasaan negara. Dari zaman politik Sukarno sampai pada akhir hayatnya

di tangan kekuasaan Suharto.

3. Gerakan Politik

Gerakan politik merupakan salah satu dari gerakan sosial, yang lebih memfokuskan dirinya di dalam kajian-kajian politik. Bisa dalam

ranah politik praktis atau politik non-praktis.

16

Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

(26)

17

Dalam tipologi Sztompka, Gerwani termasuk “gerakan sosial yang

berbeda dalam kualitas perubahan yang diinginkan”

. Gerakan ini ingin

membentuk masyarakat ke dalam suatu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi gerakan ini adalah ke masa depan. Perubahan

diarahkan ke masa depan dan menekankan pada sesuatu yang baru.17

Mekipun dalam tujuan Gerwani yang dikukuhkan di dalam Peraturan Dasarnya menyebutkan bahwa Gerwani merupakan organisasi sosial, namun dalam kenyataannya Gerwani justru lebih aktif tampil di dunia politik dibanding dengan organisasi-organisasi wanita lainnya.

Gerakan politik Gerwani tidak hanya terdengar di dalam negeri saja, tetapi jauh sampai berpengaruh di dunia wanita internasional. Dalam

perjalanannya pula Gerwani selalu terlibat dalam arus politik yang rumit.

4. Gestok

Gerakan satu Oktober disingkat “Gestok” merupakan istilah lain

dari peristiwa terkelam Indonesia yang terjadi pada tahun 1965, yakni percobaan perebutan kekuasaan Sukarno dengan menculik para Jenderal

.

Istilah yang lazim pada umumnya adalah “Gestapu” singkatan dari Gerakan

September Tiga Puluh, atau “G 30 S” Gerakan 30 September, dan yang lain

adalah “G30S/PKI” singkatan dari Gerakan 30 September/Partai Komunis

17

(27)

18

Indonesia, yang mana PKI tertuduh sebagai dalam atas percobaan kudeta dengan membunuh beberapa jenderal pada hari itu.

Istilah Gestok sendiri dipopulerkan oleh Sukarno dengan alasan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada dini hari tanggal satu Oktober18, bukan pada malam tanggal 30 September. Istilah Gestok adalah istilah

resmi pada tahun 1966-1967. Sementara istilah-istilah yang lain dibuat dan

dipopulerkan oleh pemerintahan Orde Baru. Akibat dari peristiwa ini

adalah pemusnahan besar-besaran anggota PKI, baik simpatisan maupun orang yang tertuduh.

5. Perang Dingin

Perang Dingin adalah suatu bentuk perang yang pada umumnya tidak menggunakan kekuatan angkatan bersenjata secara langsung, tetapi menggunakan cara-cara, alat-alat, dan kekuatan-kekuatan ideologi, politik ekonomi, sosial budaya, dan alat-alat lain yang serupa dengan itu guna mencapai tujuan nasional. Walaupun ciri dasar dari Perang Dingin adalah

tidak terdapatnya persengketaan bersenjata, namun peranan militer sangat penting dalam Perang Dingin, karena angkatan bersenjata yang kuat dapat digunakan untuk mengancam maupun menekan lawan baik langsung maupun tidak langsung.

18Yoseph Yapi Taum, Sastra dan Politik: Representasi Tragedi 1965 dalam Negara

(28)

19

Perang dingin menjadi bentuk perjuangan Timur dan Barat atau sebagai perjuangan antara camp sosialis dan imperalis. Struktur bipolar

sesuai perang ini juga merupakan sebab dari Perang Dingin.19

Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang seperti dalam koalisi militer, ideologi, psikologi, intelijen, industri dan pengembangan teknologi. Perang dingin

meski terjadi antara kedua negara itu, tetapi memiliki dampak tidak langsung kepada negara dunia ketiga, termasuk Indonesia.

F. Telaah Pustaka

Hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi yang terkait dengan penelitian ini diantaranya:

1. Stuers, Cora Vreede-de. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia,

gerakan dan pencapaian

. Depok: Komunitas Bambu.

Buku ini adalah terjemahan dari buku aslinya yang berjudul

The Indoneisan Women: Struggles And Achievement, yang ditulis oleh penulis yang sama. Buku ini juga merupakan referensi wajib

karena ini adalah buku paling lengkap yang membicarakan soal sejarah pergerakan wanita Indonesia yang ditulis sampai pada tahun 1959. Cora secara langsung terjun maneliti tenang kehidupan dan

19 Murtamadji, Kegagalan Perang Dingin Antar Dua Negara Adidaya: Faktor

(29)

20

gerakan wanita-wanita Indonesia sampai tahun 1959. Buku ini tidak

secara langsung berbicara mengenai Gerwani, hanya saja ada sejarah dari lahirnya Gerwani yang tertulis dalam buku ini. Buku ini

berbicara mengenai gerakan perjuangan organisasi-organisasi wanita di Indonesia secara umum. Tentu menjadi salah satu bahan referensi

yang penting terkait pergerakan wanita dalam dunia politik di Indonesia.

2. Lestariningsih, Amuwani Dwi. 2011. Gerwani: Kisah Tapol Wanita

dari Kamp Plantungan

. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Buku ini membahas tentang kejadian seputar tahun 1965 terutama menyorot pada korban-korban wanita yang menjadi tahanan politik atas tuduhan terlibat dalam percobaan kudeta. Buku ini juga

menjelaskan soal bagaimana Gerwani lahir dan bagaimana Gerwani tumbuh, tetapi buku ini lebih banyak menyorot soal kamp Plantungan, sebuah tempat untuk menampung para tahanan wanita Gerwani. Secara umum buku ini membahas tentang sejarah dari

Gerwani, tetapi secara khusus buku ini memfokuskan pembahasan pada korban-korban yang berada di kamp Plantungan. Buku ini

(30)

21

3. Wieringa, Saskia. 1998. Kuntilanak Wangi: Organisasi-Organisasi

Perempuan Indonesia Sesudah 1950

.

Jakarta : Kalyanamitra.

Buku yang ditulis oleh akademis asal Belanda ini merupakan buku yang membahas soal sejarah pergerakan wanita di Indonesia.

Buku ini lebih banyak membahas soal organisasi wanita setelah 1950-an terutama sekali membahas soal Gerwani, mulai awal pergerakannya, hubungannya dengan PKI, dan soal kudeta militer yang terjadi. Buku ini juga membahas soal pergerakan wanita setelah

kudeta terjadi, yakni disekitar Orba. Dalam buku ini Saskia

menyatakan tidak ada hubungan resmi antara Gerwani dan PKI, tetapi sayangnya Saskia tidak menjelaskan secara lebih lanjut. Riset

ini akan menelusuri lebih dalam atas temuan dari Saskia dengan menganalisa berbagai sumber yang telah didapatkan.

4. Wieringa, Saskia. 2010. Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik

Seksual di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI

.

Yogyakarta:

Galangpress.

Buku ini juga merupakan buku yang ditulis oleh Saskia Wieringa, ini merupakan buku yang lebih lengkap dari Kuntilanak Wangi, buku ini lebih banyak berbicara soal Gerwani. Buku ini

(31)

22

Gerwani sampai saat ini, tetapi tidak ditemukan atau tidak ada analisa mengenai kedekatan Gerwani dengan PKI.

Dari keempat penelitian terdahulu yang telah disebutkan, hanya ada dua penelitian yang betul-betul membahas tentang Gerwani, yakni dua buku karya Saskia Wieringa. Sisanya memang membahas Gerwani, namun hanya sekilas

dan juga tidak banyak memfokuskan pembahasan pada gerakannya. Buku karya

Saskia Wieringa pun tidak menjawab kegelisahan akademik dalam penelitian ini. Apakah Gerwani merupakan bagian dari PKI, karena Saskia dalam bukunya

hanya memberikan jawaban yang menggantung, tidak konsisten dan ragu-ragu.

Di satu sisi Saskia mengatakan Gerwani tidak berafiliasi dengan PKI, namun Saskia juga pernah mengatakan bahwa Gerwani adalah salah satu keluarga PKI.

Poin analisa yang digunakan oleh Saskia adalah feminisme, sosialisme, dan nasionalisme. Mungkin karena itu Saskia belum bisa berstatemen secara utuh

atas posisi Gerwani.

Penelitian ini akan mengisi kekosongan tersebut, dengan politik sebagai poin analisa. Intinya, penelitian ini lebih memeprtegas posisi Gerwani atas

peristiwa Gestok, dan juga hubungannya dengan PKI. Penelitian ini juga akan

menyentuh aspek politik yang lebih luas, yakni perang dingin. Dimana dari

(32)

23

tumbang pada masa perang dingin ini. Faktor ideologi dari Gerwani juga turut memiliki pengaruh kepada situasi politik nasional maupun situasi politik global pada masa tersebut. Gerwani merupakan sebuah gerakan yang memiliki tujuan politiknya sendiri, tentu akan lebih mengena jika alat analisanya adalah politik sehingga dapat menjawab kegelisahan akademik dalam penelitian ini. Maka

dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang baru, dan belum pernah dilakukan. Karena memakai alat analisis yang berbeda dan memberikan

sebuah jawaban, dan kesimpulan yang berbeda.

G. Metode penelitian

Tujuan skripsi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah atau penulisan kembali sejarah, maka usaha-usaha yang diperlukan untuk merekonstruksi kejadian yang sudah lalu dari objek yang akan diteliti dalam skipsi ini, akan ditempuh melalui metode penelitian sejarah.

Dalam pengertian umum, metode penelitian sejarah adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengplikasikan jalan pemecahannya dari perpektif historis. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip

(33)

24

menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.20

Metode penelitian sejarah ini digunakan untuk mengurai topik permasalahan karena beberapa alasan, pertama, dikarenakan obyek yang akan diteliti sudah dimusnahkan sejak tahun 1965 sehingga dalam hal ini tidak mungkin didapati adanya organisasi yang dimaksud. Kedua, orang-orang yang

pernah terlibat dalam organisasi tersebut sulit untuk ditemukan karena permasalahan sangat sensitif sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya disembunykan, dan karena usia kebanyakan orang-orang yang pernah terlibat dalam organisasi itu sudah meninggal dunia, dan jika ada maka usianya sudah sangat lanjut yang memungkinkan obyek yang diteliti mengidap penyakit pikun. Ketiga, dikarenakan data-data primer masih bisa ditemukan, yakni

berupa peraturan dasar dan program-program yang dirancang dalam kongres organisasi tersebut masih ada, juga diketemukan dokumen-dokumen yang ditulis oleh anggota penting di dalam organisasi tersebut. Juga karena masih

ditemukan dokumen-dokumen lain yang terkait organisasi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, yang kemudian itu bisa dijadikan sebagai bahan atau data sekunder, maka penelitian ini akan lebih relevan jika dikaji dalam konteks kesejarahan. Dimana nantinya akan dikomparasikan,

direlevankan, dan dicari titik poin dari data dan dokumen-dokumen yang

20

Dudung Al-durrahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

(34)

25

ditemukan, lalu akan dianalisis dan disimpulkan dengan teori dan data yang ada.

Teknik analisa data dalam metode penelitian sejaah ini adalah teknik verivikasi, dimana data akan diverivikasi atas keaslian dan kredibilitas sumberdata yang akan digunakan. Untuk mendapatkan keaslian sumber data

dalam penelitian ini dilakuka beberapa cara, yaitu mengkaji kapan sumber itu dibuat, dimana smber dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat, apakah sumber itu dalam bentuk naskah asli.

1. Sumber Data

a. Data primer: Data Primer dalam metode penlitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksimata. Hal ini dalam bentuk

dokumen, misalnya hasil kongres, catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan pemerintah atau organisasi massa. Yang menjadi data primer di dalam penelitian ini adalah (1) Peraturan dasar Gerwani; (2) Program Gerwani; (3) Tulisan dari Umi Sardjono pada tahun 1956 tentang hak wanita, anak-anak dan perdamaian; (4) Tulisan dari Umi Sardjono pada tahun 1964 tentang pengintegrasian antara Gerwani dan wanita tani miskin.

b. Data Sekunder: Data sekunder dalam metode penelitian sejarah adalah berita di koran, majalah, dan buku. Karena disampaikan

(35)

26

ini adalah buku-buku karya Saskia Wieringa yang membahas soal Gerwani, buku dari Cora yang membahas tentang pergerakan wanita di Indonesia secara umum, juga beberapa buku-buku dan dokumen lain.21

2. Analisa dan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data dalam metode penelitian sejarah, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Tentang keaslian

sumber dan kesahihan sumber. Untuk menguraikan keaslian

sumber dapat dilakukan dengan membuat beberapa pertanyaan, diantaranya: Kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat, apakah sumber itu dalam bentuk asli. Sementara untuk kesahihan

sumber, jika dalam bentuk tulisan dalam biografi harus objektif.

Jika dalam memoir harus membandingkan dengan memoir lain.

Jika dalam buku harian atau surat harus dilihat tingkat kejujurannya. Jika dalam surat kabar, harus dilihat sentimen

lokal, regional, politik dan masalah lain. Jika dalam inkripsi,

harus diuji nilai buktinya. Sementara jika dalam bentuk lisan

harus didukung oleh kesaksian yang berantai dan mengandung kejadian penting.

21

(36)

27

Dalam metode penelitian sejarah, ada empat tahapan yang harus dilakukan peneliti, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.22

1. Heuristik: heuristik merupakan suatu teknik, seni, bukan suatu ilmu.

Maka dalam heuristik tidak ada aturan umum. Heuristik seringkali

merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan memperinci bibliografi atau catatan. Alat dalam heuristik jika

sumber itu ada di musium atau perpustakaan, maka katalog dapat digunakan sebagai alat utama heuristik. Jika sumber itu berada pada

koleksi swasta, maka yang terpenting untuk diketahui adalah di mana tempat dokumen itu tersedia. Dalam hal ini peneliti telah

melakukan teknik heuristik dengan mendatangi tempat dimana dokumen diperlukan, yakni di Yayasan Kalyanamitra Jakarta untuk mendapatkan sumber-sumber primer.

2. Kritik: dalam hal ini yang harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik ekstern; dan keabsahan tentang kesahihan sumber yang ditelusuri melaui kritik intern. Dalam peneltian ini peneliti telah melakukan kritik pada

sumber primer yang ditemukan, dan meski sumber primer yang di dapat merupakan salinan, dapat dinyatakan bahwa dokumen yang di dapat adalah asli dari objek yang diteliti.

22

(37)

28

3. Interpretasi: di dalam proses interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Interpretasi dapat dilakukan

dengan cara membandingkan data guna menyingkap peristiwa yang belum jelas. Dalam penelitian ini peneliti juga telah membandingkan

data-data yang ditemukan. Baik data yang menyudutkan objek atau

mendukung objek, data resmi dari pemerintah dan data yang dikemukakan intelektual, serta data dari pelaku sesarah itu sendiri.

4. Historiografi: ini merupakan teknik penulisan yang menjadi fase akhir dalam penelitian sejarah, meliputi cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Untuk

hal ini peneliti akan melakukan teknik penulisan historiografi sesuai dengan metode yang ada.

Hermeneutika

Hermeneutika berasal dari kata Yunani “hermeneuein” yang berarti

mengerti dan menerjemahkan. Hermeneutika dikembangkan pertama kali oleh

Schleiermacher (1768-1834) dan Dilthey (1833-1911). Fokus dari

(38)

29

dari informasi yang disampaikan. Hermeneutika mensyaratkan pemahaman

konteks yang benar sehingga arti dapar terungkap.23

Ilmu hermeneutika melibatkan seni membaca teks, sehingga maksud dan arti dibalik teks dapat dimengerti secara penuh. Analisis hermeneutika

dibutuhkan untuk menarik pengertian yang benar atas suatu teks. Untuk

memahami teks perlu suatu penafsiran. karena itu peran penafsiran adalah salah

satu titik sentral hermeneutika.

Ada empat prinsip dari hermeneutika. Pertama, untuk mengerti tindakan

manusia, atau hasil karya manusia, maka cara yang tepat adalah menafsirkan teks yang terkandung di dalamnya. Kedua, semua penafsiran terjadi dalam satu

budaya, tradisi, kebiasaan hidup dan pola tingkah laku yang dipraktekkan oleh kelompok manusia waktu itu di tempat tertentu. Ketiga, penafsir membuka diri

terhadap teks dan mempertanyakan arti teks tersebut dan tidak membuat praduga atau menciptakan konsepnya sendiri sebelumnya. Keempat, harus

menafsirkan teks dalam terang situasi atau keadaan yang berlaku waktu itu.

Berarti peneliti menempatkan dirinya dalam konteks peristiwa itu terjadi atau teks itu di tulis.24

23

Edy Supriatna Marizar, Metode Analisis Hermeneutik dalam Penelitian Kualitatif.

Akademika, Jurnal Pendidikan Tinggi, Vol.5 No.1, Juni 2003. Hal 94.

24

(39)

30

Langkah hermeneutik adalah:25

1. Mengetahui kriteria objek : objek penelitian hermeneutik adalah teks.

Teks adalah simbol bahasa yang memiliki arti. Dalam menentukan

objek, langkah yang perlu dilakukan adalah mengetahui jenis objek yang akan diteliti. Objek penelitian selain teks dalam penelitian

hermenetuik harus diperlukan sebagai teks, yakni sebuah simbol yang bermakna dan disepakati oleh komunitas untuk berkomunikasi antara satu kelompok dengan kelompok lain. Perlakuan ini bermanfaat untuk

menjawab apakah objek tekstual tersebut termasuk objek teks historis, romantik, pormodern atau yang lain. Penelitian hermeneutik juga

menuntut peneliti menjelaskan alasan-alasan pemilihan objek tekstual tersebut sebagai objek penelitian. Alasan inilah yang membuat sebuah

penelitian itu memang bisa dikatakan penting dan mendesak. Objek

dalam penelitian ini adalah Gerwani yang dalam sejarah masih tertutup kabut tebal akan keterlibatannya dalam Gestok.

2. Menentukan tujuan: tujuan penelitian merupakan orientasi yang menjadi ruh setiap langkah penelitian. Tujuan ditentukan oleh

kenyataan-kenyataan yang membuat kita harus melakukan penelitian hermeneutik.

Penelitian dilakukan berdasarkan spekulasi yang muncul dari

25

Saifur Rohman. Hermeneutik: Panduan ke Arah Desain Penelitian dan Analisis.

(40)

31

pertimbangan-pertimbangan kita. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membuka tabir akan gerakan Gerwani dalam Gestok, bagaimana posisinya dan seperti apa pergerakannya, apakah Gerwani terlibat dalam peristiwa itu atau hanya menjadi korban dari kekuasaan.

3. Menentukan metode: objek dan tujuan yang telah ditentukan jelas akan mempermudah untuk menjawab bagaimana sebuah penelitian hermeneutik dilaksanakan. Metode adalah sebuah cara yang dilakukan

dalam penelitian ilmiah. Konsep metodologis sekurangnya terdiri dari

dua jenis, yakni metode pengambilan data dan metode analisis. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialog.

4. Menentukan model teori yang sesuai: teori yang sesuai adalah teori yang mampu mewadahi tujuan dan penelitian yang berasal dari subjek penelitian dan ciri-ciri yang terdapat dalam objek tersebut. Teori yang

dipakai dalam penelitian ini dalah teori gerakan sosial. Teori ini

digunakan untuk menguraikan gerakan politik Gerwani.

5. Menyusun alur penelitian: alur penellitian adalah tahapan yang mesti ditempuh dari awal hingga akhir dalam pelaksanaan penelitian. Tahapan

ini berisi tentang langkah-langkah penyelesaian yang bisa dijelaskan secara rasional. Alur dalam penelitian ini adalah

(41)

32

H. Sistematika Pembahasan

Hasil akhir yang ingin dicapai dalam penelitian ini nantinya adalah dapat menjawab masalah yang diteliti, yaitu apakah benar Gerwani merupakan organisasi bagian dari PKI dan memiliki peran dalam peristiwa Gestok? Ataukah Gerwani merupakan organisasi yang sama sekali bukan PKI dan sama sekali tidak memiliki peran apa-apa dalam peristiwa Gestok. Juga dalam

penelitian ini memiliki tujuan bagaimana bisa Gerwani sampai tertuduh menjadi bagian dari PKI. Melalui data dan dokumen yang didapat, serta dengan

teori yang digunakan, nantinya akan dianalisa serta menjawab pertanyaan tersebut.

Penyajian didalam skripsi ini akan di bagi kedalam lima bab.

Bab I: penelitian ini akan membahas latar belakang permasalahan dan kegelisahan akademik mengapa penelitian ini dilakukan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kenapa dan bagaimana Gerwani dijadikan objek dalam

penelitian ini.

Bab II: berisi tentang kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.

(42)

33

akan membahas pula soal keterkaitan Gerwani dengan peristiwa Gestok dan hubungannya dengan PKI. Apakah Gerwani benar-benar terlibat atau hanya

sengaja dilibatkan dalam peristiwa itu, atau memang tidak terlibat sama sekali.

Selain itu juga akan mendeskripsikan tentang konstelasi politik global yang terjadi

Bab IV: peneliti akan menguraikan aktifitas politik Gerwani, juga peneliti akan menganalisa soal bagaimana posisi Gerwani dalam konstelasi politik global, terutama dengan perang dingin, juga akan menganalisa hubungan antara Gerwani dan PKI dalam peristiwa Gestok. Peneliti akan menganalisa

pergerakan yang dilakukan kenapa kemudian Gerwani lebih banyak dekat dengan PKI, kenapa tidak mendekat ke partai-partai lain.

(43)

34

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Teori Gerakan Sosial

Sebagaimana dikatakan Macionis dalam Oman Sukmana, gerakan sosial merupakan tipe paling penting dari perilaku kolektif. Beberapa sosiolog

menyebut gerakan sosial lebih sebagai suatu bentuk tindakan kolektif daripada sebagai bentuk perilaku kolektif. Mereka berpendapat bahwa gerakan sosial

berbeda dengan bentuk-bentuk perilaku kolektif. Sementara terdapat juga

sosiolog yang mengelompokkan gerakan sosial sebagai salah satu bentuk dari perilaku kolektif.1

Gerwani merupakan sebuah organisasi yang tidak mungkin bergerak sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan, meskipun individu yang ada di dalamnya bisa melakukan gerakan tersendiri. Perilaku kolektif dibutuhkan untuk

merumuskan keputusan dan kebijakan yang akan digunakan organisasi untuk berjalan. Perilaku kolektif juga dapat mempermudah sebuah gerakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

1

(44)

35

Perilaku kolektif dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan sosial apabila sudah memenuhi tiga aspek, aspek pengorganisasian, aspek pertimbangan dan aspek daya tahan.2 Dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Aspek pengorganisasian: gerakan sosial merupakan suatu aktivitas yang terorganisir. Misalnya para partisipan suatu kerusuhan

mungkin saja diantara mereka melakukan kerjasama untuk jangka waktu yang singkat dalam suatu waktu tertentu, namun keterlibatan partisipan dalam kerusuhan tersebut bersifat bebas, sementara, dan bukan merupakan kejadian yang secara hati-hati diorganisir. Dalam

suatu perilaku kolektif tidak ada tugas-tugas khusus yang harus dilakukan oleh partisipan, sementara dalam suatu gerakan sosial para partisipan seringkali diberikan tugas-tugas khusus untuk ditampilkan, di mana mereka juga secara hati-hati merancang suatu taktik dan strategi aksi. Dalam gerakan sosial, para pemimpin

seringkali menciptakan dan merancang pekerjaan dan tugas-tugas khusus bagi para partisipan gerakan.

2. Aspek pertimbangan: Suatu gerakan sosial juga terjadi karena adanya pertimbangan. Sebagian besar peristiwa perilaku kolektif

terjadi tanpa adanya perencanaan apapun dari mereka menyangkut waktunya. Sementara gerakan sosial secara intensif sengaja

dimunculkan dan para partisipan secara hati-hati memutuskan

2

(45)

36

apakah ikut atau tidak ikut terlibat dalam suatu gerakan.

Keterlibatan para partisipan seringkali didorong oleh janji-janji dan dorongan keanggotaan, gerakan sosial mencari publisitas dan berupaya untuk menarik sebanyak mungkin orang-orang untuk mendukung gerakan. Pertimbangan perencanaan ini tidak terjadi

pada sebagian besar bentuk dari perilaku kolektif.

3. Aspek daya tahan: Aksi gerakan sosial pada umumnya bertahan dalam waktu yang cukup lama atau memiliki daya tahan. Sementara,

suatu perilaku kolektif terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Misalnya, suatu kerusuhan mungkin terjadi hanya beberapa menit, beberapa jam, atau beberapa hari saja, suatu demam mode mungkin terjadi untuk beberapa bulan saja. Sementara aksi gerakan sosial

eksis untuk beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade.

Ada empat tipe gerakan sosial menurut Macionis:

1. Gerakan sosial alternatif, gerakan sosial ini adalah suatu perubahan yang terhadap sebagian dari polulasi.

2. Gerakan sosial pembebasan, yaitu gerakan sosial yang memiliki fokus selektif, tetapi ditujukan terhadap perubahan yang radikal pada individu.

(46)

37

orang. Gerakan ini umumnya terjadi dalam suatu sistem politik.

Tipe gerakan ini bisa bersifat progresif dan bersifat reaktif

4. Gerakan sosial revolusi, merupakan suatu tipe gerakan sosial yang paling ekstrim dibandingkan tipe gerakan sosial lainnya, berjuang untuk sebuah transformasi dasar dari seluruh masyarakat.

Menurut Singh, secara umum, tradisi teoritis studi tentang gerakan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu: Klasik, Neo-klasik, dan kontemporer atau gerakan sosial baru.3

Gerakan sosial baru diarahkan untuk memberikan perlindungan dan memeprtahankan kondisi kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Gerakan sosial baru, tidak terjebak kedalam

diskursus ideologi. Strategi dan tujuan dari gerakan sosial baru yaitu

memperjuangkan isu-isu seperti peningkatan upah buruh industri, menentang ketidakadilan ekonomi dan eksploitasi kelas.

Pada dasarnya, gerakan sosial baru bersifat plural. Ekspresi gerakan

sosial baru bergerak dari kebebasan sipil, lingkungan, feminisme, anti-rasialisme, anti-nuklirialisme, hingga ke isu-isu kebebasan personal dan perdamaian.4 Tidak semua gerakan sosial dapat digolongkan sebagai “Gerakan

3

Ibid., 8. 4

(47)

38

Sosial Baru”, untuk bisa dinamakan gerakan sosial baru harus memenuhi empat karakteristik yang ada5:

1. Tujuan dan ideologi : Sebuah gerakan sosial baru dapat dikatakan sebuah gerakan jika mereka telah memiliki tujuan. Tujuan

merupakan hal yang paling fundamental dari sebuah gerakan.

Meskipun tidak semua orang dalam satu gerakan memiliki ideologi yang sama.

2. Taktik: taktik dari gerakan sosial baru merupakan cerminan orientasi ideologi. gerakan sosial baru lebih suka untuk tetap berada di luar

saluran politik normal, menggunakan taktik mengganggu dan memobilisasi opini publik untuk mendapatkan pengaruh politik.

Mereka juga cenderung untuk melakukan demonstrasi, bukan berarti bahwa gerakan sosial baru tidak melibatkan diri dalam politik.

3. Sruktur: gerakan sosial baru bersikap anti institusi sehingga mempengaruhi mereka untuk mengatur struktur, mereka berupaya untuk membuat aturan sendiri dalam struktur yang mereka inginkan.

Mereka mengorganisir diri dalam sebuah struktur yang fleksibel.

Sehingga mereka lebih bersikap terbuka dan demokratis.

4. Partisipan dari gerakan kontemporer: partisipan dalam gerakan sosial baru adalah bahwa mereka tidak didefinisikan oleh batas

5

(48)

39

kelas, tetapi ditandai oleh perhatian umum atas isu-isu sosial. Basis

partisipannya adalah ideologi, bukan etnis, agama, atau komunitas bebasis kelas.

Gerakan sosial melontarkan beragam klaim dan bisa menyandang beragam bentuk. Namun intinya, gerakan sosial berupaya untuk menciptakan

perubahan individual, sosial, politik, dan atau kultural di tingkatan tertentu.

Dalam beberapa kasus, perubahan yang dituntut berciri proaktif dan progresif dalam pengertian bergerak melampaui status quo atau kondisi-kondisi sosial dan kultural yang ada, seperti dalam kasus gerakan hak-hak sipil dan gerakan kaum perempuan. Dalam kasus-kasus lainnya, perubahan yang diinginkan

mungkin lebih reaktif atau regresif dalam pengertian berupaya melestarikan status quo dengan melawan arus-arus perubahan atau dengan kembali ke tatanan ideal sebelumnya.6

Ritzer mengatakan ada beberapa hal yang memungkinkan sebuah gerakan sosial muncul, yaitu adanya sebuah kekecawaan, adanya sumber daya dan organisasi (yang mendukung), juga adanya kesempatan politik. Jadi,

Gerakan sosial tidak bisa bergerak sendiri dan tanpa adanya satu alasan kuat.

Ada pemicu yang memunculkan gerakan sosial itu.

6

(49)

40

B. Konsep Gerakan Gerwani

Gerwani merupakan sebuah struktur organisasi, yang di dalamnya terdapat struktur yang jelas, dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Sebagai

sebuah struktur, Gerwani memiliki fungsi-fungsi, dan kegiatan-kegiatan yang berbeda dimana antar badan tersebut saling berkoordinasi.

Tujuan Gerwani yang begitu fundamental adalah soal persamaan hak wanita dan perlindungan anak-anak. Gerwani menginginkan adanya sebuah

peraturan undang-undang yang secara khusus mengatur soal hak wanita dan anak-anak. Mengingat bahwa Gerwani merupakan sebuah organisasi massa,

maka untuk mencapai tujuan mereka, ruang geraknya terlalu sempit jika Gerwani hanya menjadi organisasi massa biasa. Langkah yang paling jauh dari

sebuah organisasi massa adalah melakukan protes dan demo-demo.

Demonstrasi terkadang menghasilkan sesuatu yang diinginkan, tetapi kebanyakan hanya akan berakhir sia-sia. Hal ini tentunya lebih cenderung

memberikan kerugian daripada sebuah keuntungan, harus ada cara lain yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Cara yang paling realistis selain demonstrasi

(50)

41

Gerwani sebagai sebuah organisasi sosial, tidak memiliki hak apapun untuk membuat atau mengatur sebuah undang-undang. Pilihan yang ada pada

Gerwani adalah berubah menjadi sebuah partai politik baru atau ikut menyusup dalam partai lain. Pilihan yang kemudian dipilih Gerwani adalah pilihan kedua,

menyusup dalam partai lain untuk dijadikan kendaraan politik. Karena ikut

menumpang dalam satu partai politik lebih mudah dilakukan.

Tindakan yang dilakukan oleh Gerwani untuk menyusup ke dalam tubuh partai politik lain bukanlah hal yang aneh. Wajar saja jika Gerwani

memilih hal itu, karena dalam peraturan dasar Gerwani, mereka memantapkan diri sebagai organisasi sosial, Gerwani bersifat non partai.7

Untuk melebarkan sayap dan mencapai tujuan yang diinginkan, Gerwani mengambil sebuah tindakan.

7

(51)

42

BAB III

SETTING PENELITIAN

A. Profil Gerwani

Gerwani merupakan organisasi wanita terbesar Indonesia yang pernah ada, dan hanya membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 12 tahun saja untuk mencapai hal itu. Sejarah Gerwani dimulai ketika tahun 1950, ketika organisasi

ini masih menjadi bibit kecil dan masih belum bernama Gerwani. Gerwani

terlahir sebagai Gerwis (Gerakan Wanita Indonesia Sedar)

Ada enam wakil-wakil dari organisasi wanita yang berkumpul di Semarang pada 4 Juni 1950. enam wakil organisasi wanita itu terdiri dari

Keenam organisasi tersebut: Rukun Putri Indonesia (Rupindo) dari Semarang, Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya, Isteri Sedar dari Bandung, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwindo) dari kediri, Wanita Madura dari Madura, dan Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan. Para perwakilan dari

organisasi-organisasi wanita itu sepakat untuk melebur menjadi satu organisasi wanita yang dinamakan Gerwis, singkatan dari Gerakan Wanita Indonesia Sedar.

(52)

43

di bidang politik, melainkan lebih menekankan pada persoalan hak wanita dan hak anak-anak. Meski berbasis organisasi wanita yang sosialis, Gerwis menjadi

salah satu organisasi wanita paling aktif dalam politik nasional pada saat itu.

mereka pernah mengeluarkan pernyataan menentang akan adanya elemen reaksioner yang menggerakkan peristiwa 17 Oktober 1952.

Gerwis pada bulan-bulan pertama, berada di garis depan perang kemerdekaan. Mereka ikut aktif dalam perlawanan terhadap Belanda yang

berupaya menjajah kembali Indonesia. Mereka juga menenttang perjanjian

KMB yang mereka pandang sebagai kembalinya modal asing ke Indonesia.1

Gerwis diformulasi sebagai gerakan wanita yang berwarna feminis kental, dengan aktif berjuang untuk menuntut adanya Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan yang adil terhadap wanita. Gerwis juga aktif

untuk memperbaiki hak-hak anak, memberikan pendidikan terhadap anak-anak

dengan mendirikan sekolah anak “Melati” adaga anak-anak mendapatkan

pendidikan yang baik. Selain itu Gerwis juga secara aktif memberikan

kursus-kursus wanita, memberantas buta huruf dan memberikan penyadaran kepada wanita-wanita yang jauh dari kehidupan kota demi mengangkat dan memperbaiki taraf hidupnya. Terkadang juga sampai pada pedalaman yang

jauh.

1

(53)

44

Empat tahun berjalannya Gerwis semakin membuat organisasi ini diperhitungkan dalam kancah politik tanah air, karena perkembangan organisasi ini begitu pesat. Tidak banyak yang menyangka atas pesatnya perkembangan

dari Gerwis, organisasi ini baru beberapa tahun berdiri, tetapi namanya sudah jauh melambung diatas organisasi wanita lain, misal Aisiyah atau organisasi wanita lain yang sudah jah lebih dulu muncul. Gerwis begitu fenomenal.

Akhirnya pada tahun 1954, atas desakan berbagai pihak dan situasi politik menjelang Pemilu tahun 1955, Gerwis memutuskan untuk berganti nama Menjadi Gerwani.

Bergantinya nama Gerwis menjadi Gerwani, tidak membuat organisasi wanita ini berubah sepenuhnya. Perubahan fundamental di Gerwani hanya pada

gerakan yang ditambahkan dengan memasukkan unsur-unsur politis sebagai pembahasan dalam organisasi, tetapi tidak meninggalkan unsur feminis yang sudah selama ini diperjuangkan.

Gerwani juga sangat aktif dalam pemberantasan buta huruf

.

Untuk itu kami mendirikan banyak tempat belajar

.

Kami berjuang bagi hak-hak politik wanita, dengan begitu akan lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR atau DPRD, atau mereka dapat menjadi kepala desa atau bahkan menteri sama dengan laki-laki

.

Terutama di desa-desa banyak yang tidak setuju dengan hak-hak itu sebagai kontroversi

.

Mereka tidak menghendaki hak-hak wanita sama sekali

.

Banyak juga tuan tanah yang sangat konservatif

...

Dalam aksi sepihak untuk melaksanakan undang-undang land reform pada 1960-an, kaum wanita juga aktif ambil bagian

.

Mereka tidak sekedar berteriak di tepi garis

...

mereka ditembaki tentara

.

”2

2

(54)

45

Perbedaan dari Gerwani yang paling berarti adalah bentuk perjuangan mereka yang menjadi lebih revolusioner, demonstrasi-demonstrasi juga sering dilakukan, seolah mereka sudah tidak memiliki rasa takut. Sikap menonjol

Gerwani inilah yang menjadikannya dilirik oleh salah satu partai besar dikemudian waktu.

Intinya, Gerwani berusaha menyeimbangkan antara perjuangan di bidang feminisme dan perjuangan untuk bangsa. Sebagai seorang ibu, kaum

wanita tidak hanya bergelut pada urusan dapur, melinkan juga harus berada di barisan revolusi nasional untuk berjung bagi bangsa yang masih seumur jagung.

Untuk persoalan rumah tangga, peran keibuan para anggota Gerwis menuntut mereka harus bertanggungjawab terhadap aspek sosial dan ekonomi juga. Di

bidang ekonomi, wanita harus pula ikut andil dalam urusan pemasukan dan pengeluaran keluarga, memastikan ekonomi dalam rumah tangga berjalan dengan baik. Untuk persoalan sosial masyarakat, wanita Gerwis diharapkan

memelihara harmoni, untuk menjaga nilai dan norma sosial yang ada di lingkungan sektiar mereka, bukan saja dalam lingkungan keluarga.

Gerwani diibaratkan sebagai “Perempuan Indonesia Baru” yang

digambarkan sebagai berpakaian “modern”, memiliki pengetahuan budaya serta

visi politik.3

Jika kartini pada masa lalu diibaratkan sebagai pioner pemikir feminis pertama-tama yang memperjuangkan wanita agar bisa keluar dari

3

(55)

46

belenggu feodalisme, maka Gerwani ini merupakan pioner dari gerakan wanita yang pertama-tama secara nyata melakukan perjuangannya secara revoluioner kebangsaan dan memiliki pemikiran secara modern. Bukan lagi untuk melawan

kaum feodal, tapi untuk melawan kaum imperialis dan kapitalis demi bangsa dan kehidupan wanita itu sendiri.

Gerwani selalu tampil dengan sosok nasionalis yang kuat, ketika itu nasionalisme yang munucl bersatu dengan sisi-sisi ideologi sosialis

.

Kedua ideologi menekankan soal “modernitas”

.

Organisasi “modern” dan “progresif” ketika itu menganggap bahwa sangatlah tepat berjarak dengan dogma-dogma agama

.

Gerwani hanya punya perhatian sedikit saja terhadap wacana agama atau adat setempat

.

Gerwani memadukan antara alasan sesnsialisme (sebagai ibu) dan konstruktivisme (juga para buruh dan warga negara) dengan penekanan pada persaudaraan kaum perempuan

.

Gerwani memandang perempuan sebagai manusia yang berjuang bersama laki-laki melawan imperialisme, sekaligus hakikatnya sebagai perempuan yang melakukan protes terhadap kemesuman dan pelecehan dalam perkawinan

.

Salah satu daya tarik Gerwani bagi orang muda yang memiliki semangat dan punya kemampuan ialah kesempatan yang ditawarkannya untuk menjadi pemimpin tanpa memandang latar belakang sosial

.

4

Pada 1960, Gerwani merumuskan pancacinta, “lima macam cinta untuk

pendidikan anak-anak”: (1) cinta tanah air; (2) cinta orangtua dan kemanusiaan umumnya; (3) cinta kebenaran dan keadilan; (4) cinta persahabatan dan perdamaian; (5) cinta alam sekitar. Rumusan tersebut disampaikan dalam

konteks membicarakan kongres seluruh organisasi pemuda Indonesia pada 1960 dengan tujuan mempersatukan mereka di bawah Manipol.5

4

Ibid., 236. 5

(56)

47

Gerwani memutuskan menciptakan teladan “keluarga Manipolis sejati”

dengan memperlihatkan jalan revolusioner kepada keluarga yang belum mengenal konsep keluarga Manipolis sejati dalam keluarga Manipolis sejati terdapat hal-hal berikut:6

1. Semua anggota keluarga harus bergabung ke dalam organisasi massa revolusioner pemuda, wanita, buruh, tani yang mel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji korosi terlihat bahwa pelapisan optimum dihasilkan pada rapat arus 20 mA/cm 2 dan waktu pelapisan selama 30 menit dengan defisit massa setelah uji

Pada postur I dengan aktivitas pengangkatan produk jadi ke pallet dalam kategori berisiko sangat tinggi dan perlu dilakukan perbaikan sekarang juga, karena posisi

Angka pengganda tenaga kerja terbesar di Indonesia adalah sektor kegiatan yang tak jelas batasannya nilai multiplier tenaga kerja dari 35 sektor tidak ada yang

Juhrotul Khulwah(2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa praktik jual beli dropship diperbolehkan atau sah apabila barang yang diperjualbelikan dimiliki secara sempurna

Proses pemetaan tingkat kerawanan kebakaran hutan dengan pengolahan data titik panas (hotspot) dapat dilakukan dengan mengimplementasikan metode clustering, salah

menyimpannya bersama-sama dengan Kad. Tidak menggunakan tarikh lahir, kad pengenalan, pasport, lesen memandu atau nombor telefon sebagai PIN anda. Tidak membenarkan

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut diatas serta menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat yang merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia

Kawasan Kapoposang di Kabupaten Pangkep merupakan gugusan pulau yang terdiri dari enam pulau-pulau kecil yang memiliki kelimpahan sumber daya kelautan dan