• Tidak ada hasil yang ditemukan

Narasi Capaian IKU 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Narasi Capaian IKU 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Narasi Capaian IKU 2018

ASISTEN DEPUTI PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

INDIKATOR KINERJA:

TERSUSUNNYA PAKET REKOMENDASI HASIL

KOORDINASI KEBIJAKAN BIDANG PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

(2)

LAPORAN KINERJA INTERIM TRIWULAN II TAHUN 2018

Sasaran Indikator Kinerja

Output Fisik Kinerja (%) Progress Capaian (%) Keterangan Target Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tersusunnya Paket Rekomendasi hasil Koordinasi Kebijakan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Rekomendasi hasil Koordinasi Kebijakan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup 4 1,7 83,5 42 Dalam tahap pelaksanaan Petunjuk pengisian :

Kolom (1) : diisi sasaran strategis atau sasaran program atau sasaran kegiatan yang direncanakan dalam Renstra atau perencanaan kinerja tahunan.

Kolom (2) : diisi dengan ukuran kinerja atau indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dari tercapainya sasaran strategis yang diukur tersebut pada kolom 1. Penulisan indikator kinerja disertai dengan satuannya, misalnya : presentase rekomendasi yang terimplementasi (%), Indeks iklim organisasi (Skala 1-5) dll

Kolom (3) : diisi dengan rencana capaian atau rencana hasil kerja secara kuantitatif (berupa angka), misalnya 10 Paket Rekomendasi.

Kolom (4) : diisi dengan realisasi dari hasil kerja secara kuantitatif (berupa angka), misalnya 8 Paket Rekomendasi.

Kolom (5) : diisi dengan progress capaian yang dilaporkan pada kolom 4, misalnya 1 Paket rekomendasi telah selesai sebesar 50% dari target yang ditetapkan.

Kolom (6) : diisi dengan % capaian realisasi anggaran berdasarkan realisasi Surat Perintah Membayar (SPM)/Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D).

Kolom (7) : diisi dengan penjelasan singkat atas realisasi capaian kinerja, misalnya; alasan kenapa target tidak tercapai, realisasi yang jauh melampaui target, penjelasan angka-angka yang dijadikan dasar perhitungan, hal-hal lain yang relevan, dan lain-lain, beserta dokumen pendukung pengukuran kinerja.

(3)

Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015, Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

 Tugas

Menyiapkan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup serta perubahan iklim.

 Fungsi:

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang bidang Pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup serta perubahan iklim.

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup serta perubahan iklim.

c. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah dan kegiatan di bidang

pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup serta perubahan iklim.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut diatas serta menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat yang merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 huruf H, maka Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup secara berjenjang dan bersamaan (agregat) dengan K/L lainnya diarahkan untuk memberikan daya dorong untuk mencapai target pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, antara lain yaitu: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup sebesar 66,5 – 68,5 pada tahun 2019 dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dari kondisi bussiness as usual dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Dalam rangka menunjang pencapaian hal-hal tersebut diatas, maka disusunlah rekomendasi koordinasi kebijakan bidang pelestarian lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek lingkungan hidup.

(4)

Capaian Indikator Kinerja Utama

PAKET REKOMENDASI KOORDINASI KEBIJAKAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Paket Rekomendasi Koordinasi Kebijakan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup terdiri dari 4

(empat) rekomendasi, yaitu:

1. Koordinasi Pengelolaan Sampah, Bahan Berbahaya Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

Dalam rangka mendukung upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, yang merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2015 – 2019, telah ditetapkan target pengembangan regulasi pengelolaan sampah secara spesifik sehingga diharapkan pada tahun 2020 Indonesia Bebas Sampah dapat tercapai. Dalam upaya penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pemerintah telah meratifikasi Konvensi Minamata melalui Undang - Undang No. 11 Tahun 2017 untuk mengatur pengadaan dan perdagangan merkuri dan senyawa merkuri, termasuk di dalamnya pertambangan merkuri di Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Selama Triwulan II, capaian kinerja koordinasi pengelolaan sampah, B3, dan Limbah B3 yaitu:

a. Telah dilakukan rapat koordinasi menindaklanjuti dokumen rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN-PPM), dan rapat teknis pada tanggal 6 Juni tahun 2018 terkait hal tersebut. Dalam perkembangannya, telah disusun dan disepakati Draft Ranperpres dan lampirannya yang memuat target pengurangan dan penghapusan Merkuri di Indonesia hingga tahun 2030, pada saat ini dalam proses permintaan paraf

2. Koordinasi Kebijakan Sinergi Penanganan Danau Prioritas;

Pemanfaatan dan tekanan terhadap ekosistem danau semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, berdampak meningkatnya ancaman kerusakan danau sehingga mengurangi potensi ekonomi masyarakat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, ketahanan air, termasuk eksistensi danau, adalah salah satu prioritas. Terdapat 15 danau yang menjadi danau prioritas dan telah ditetapkan enam danau super prioritas yakni Danau Rawapening, Danau Toba, Danau Maninjau, Danau Tondano, Danau Tempe, dan Danau Limboto.

(5)

Selama Triwulan II, capaian kinerja koordinasi kebijakan di bidang sinergi penanganan danau prioritas yaitu:

a. Dalam rangka percepatan penyelamatan danau prioritas nasional tahun 2018 dan menindaklanjuti rapat kerja yang telah dilakukan di 5 (lima) danau prioritas nasional di masing masing daerah, telah dilakukan rapat lanjutan yang membahas mengenai Rencana Kerja masing masing Kementerian/Lembaga yang terkait dengan penyelamatan/pemulihan/pengelolaan danau prioritas nasional tahun 2018-2019 yang menghasilkan output disepakatinya komitmen dan sinkronisasi terkait program/kegiatan, lokasi, tata waktu, target penyelesaian dan anggaran.

b. Rapat lanjutan mengenai penanganan danau tertanggal 3 Mei 2018 menghasilkan kesimpulan dimana penanganan di hulu danau sangat penting tidak hanya pada badan danau. Telah dilakukan konsolidasi dengan daerah untuk pengumpulan data dan informasi pada Akhir bulan Mei 2018 target untuk terbentuknya Pokja Pengelolaan Danau. Pada bulan Juli 2018, presentasi kemajuan RP oleh masing-masing Bappeda, Dinas LHK, BPDASHL dan kementerian/lembaga terkait akan disampaikan.

3. Koordinasi Kebijakan Persiapan Pasar Karbon di Indonesia;

Untuk mendukung implementasi PP Nomor 46 Tahun 2017, maka pemerintah mengembangkan sistem perdagangan izin pembuangan limbah atau emisi sekaligus mencari alternatif pendanaan melalui pasar karbon. PP 46/2017 menjabarkan tiga kategori instrumen ekonomi lingkungan hidup yaitu instrumen pembangunan, pendanaan dan insentif/disinsentif. Peraturan ini berupa kerangka yang dapat dikembangkan turunannya oleh K/L teknis lainnya. Terkait dengan izin perdagangan emisi, sistem ini ditujukan untuk menurunkan beban pencemaran dari sektor yang memiliki pasar spesifik, skala domestik, dan berbasis sektor. Sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, yang menjadi prioritas Pemerintah adalah penurunan emisi untuk skala nasional sesuai dengan komitmen yang dicanangkan dalam NDC. Untuk mendukung hal tersebut, sangat diperlukan peningkatan upaya alih dan transformasi teknologi.

Selama Triwulan II, capaian kinerja koordinasi kebijakan persiapan pasar karbon di Indonesia yaitu: a. Dalam rapat yang diselenggaakan 27 – 29 Juni 2018 didapat informasi berdasarkan skenario

BAU, total emisi GRK di sektor industri untuk tiga emisi GRK utama (CO2, CH4, N2O) dari sumber

(6)

(MtCO2e) di tahun 2016 menjadi 442,4 MtCO2e di tahun 2030, dengan 339,1 MtCO2e emisi energi

langsung dan tidak langsung, 86 MtCO2e emisi IPPU, serta 6,1 MtCO2e emisi limbah.

b. Emisi GRK sektor pembangkit mengalami peningkatan rata-rata pertahun sebesar 8,1% sejak tahun 2010 sampai 2016 dimana emisi GRK sektor pembangkitan listrik pada tahun 2010 adalah 122 juta ton CO2e dan meningkat menjadi 194 juta ton CO2e pada tahun 2016.

4. Koordinasi Kebijakan Pelestarian Lingkungan Hidup Lainnya.

Dalam rangka menjamin hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diamanatkan dalam UU 32 Tahun 2009, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pengelolaan lingkungan seperti efisiensi penggunaan sumber daya alam untuk penyediaan barang/jasa pemerintah ditingkatkan melalui penyusunan kebijakan sustainable public procurement.

Selama Triwulan II, capaian kinerja koordinasi kebijakan Pelestarian Lingkungan Hidup lainnya yaitu: a. Berdasarkan hasil rapat yang telah diselenggarakan pada tanggal 14 Mei 2018 di Hotel Double

Tree Jakarta, Budget Tagging kegiatan mitigasi perubahan iklim dilakukan oleh 6 Kementerian (KLHK, Kemenperin, Kementerian Pertanian, Kemenhub, KESDM, Kementerian PUPR), sedangkan untuk kegiatan Adaptasi dilakukan oleh 17 Kementerian/Lembaga. Mekanisme sistem budget tagging telah terintegrasi dengan sistem KRISNA milik Bappenas.

b. Proses penandaan anggaran telah dilakukan di KLHK, Kementerian Pertanian, Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perindustrian dengan anggaran yang ditandai awalnya sebesar 72,35 triliun menjadi sebesar 20,07 triliun rupiah. Budget Tagging RAPBN tahun 2019 dilakukan dengan menggunakan pola ex-ante dimana proses penandaan dilakukan pada awal proses prencanaan anggaran).

c. Penurunan jumlah anggaran yang ditandai untuk pengendalian perubahan iklim terjadi karena ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dikategorikan sebagai mitigasi maupun adaptasi perubahan iklim, dengan penurunan terbesar pada Kementerian PUPR sebesar 40 triliun rupiah.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Andalas dan Klinik Simpang

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk meningkatkan IPM di Provinsi Banten dirumuskan saran kebijakan sebagai berikut: (1) Pembangunan manusia di Kabupaten Lebak,

Penelitian ini menganalisis ketersediaan suplai sistem transmisi Bali dengan kondisi N-1 dengan meramalkan beban puncak, tetapi bukan hanya dengan satu metode tersebut dapat

Berdasarkan hasil pembahasan peran sikap profesionalisme auditor internal dalam mengungkapkan temuan audit, maka dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu

Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau minyak eteris (essensial oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat

Hanya saja pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri dan

Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga membentuk bubuk, lalu dicampur dengan pengikat (binder) organic kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan ditekan hingga mencapai

Pelaksaanan pembelajaran pada tanggal 11 dan pada tanggal 12 diadakan posttest untuk mengukur kembali pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran pengukuran panjang