IMPLEMENTASI AKAD QARD{ DAN MURA<BAH{AH PADA
TAKE OVER PEMBIAYAAN MIKRO TAHUN 2017 DI BANK
RAKYAT INDONESIA SYARIAH KANTOR CABANG
PEMBANTU SEPANJANG SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
NUR HAMIDAH
NIM: C04213050
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Implementasi Akad Qard} dan Mura>bah}ah pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo”
ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana mekanisme take over pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo dan bagaimana implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan account officer mikro, unit head, dan pimpinan cabang pembantu serta didukung dengan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah mekanisme take over pada pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo yaitu dengan menggunakan qard} dan mura>bah}ah yang merupakan alternatif pertama dari empat alternatif yang ada dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang. Secara teknis, dalam mekanisme take over pembiayaan ini tidak ditemukan adanya kendala, namun secara lapangan ada beberapa kendala yang dihadapi oleh BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo yaitu kebijakan dari bank sebelumnya. Adapun faktor yang menyebabkan take over pembiayaan mikro adalah faktor internal dan eksternal. Sedangkan usaha BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo untuk menarik minat nasabah dalam menggunakan produk take over pembiayaan adalah dengan personal selling.Sedangkan implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo dapat dipahami bahwa implementasi akad qard} dalam produk take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo berupa pinjaman yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang memiliki hutang di bank konvensional dan ingin mengalihkan hutangnya ke BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Pinjaman tersebut digunakan untuk melunasi sisa hutang nasabah di bank konvensional, sebelum dialihkan ke BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Sedangkan implementasi akad mura>bah}ah dalam produk take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo berupa pemberian dana dan kuasa kepada nasabah untuk membeli suatu barang (modal kerja atau barang investasi) sesuai dengan keinginannya, kemudian nasabah tersebut menyerahkan bukti pembelian kepada bank, selanjutnya bank menjual kembali barang tersebut kepada nasabah sesuai harga beli ditambah margin yang telah disepakati.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...……….….……… i
PERNYATAAN KEASLIAN ………...……….….…………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….……….….…………... iii
PENGESAHAN ……….……….….……….. iv
ABSTRAK ………..………..……….….……… V KATA PENGANTAR …………..……….……….….…………... Vi DAFTAR ISI ………..………..………….……….….……… Viii DAFTAR TRANSLITERASI ………..………….……….….…………... x
BAB I : PENDAHULUAN ………...……….….………... 1
A. Latar Belakang Masalah ..………...……….….……….... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah...……….….………... 8
C. Rumusan Masalah ………….………..……….….………... 9
D. Kajian Pustaka ………...……….….………... 9
E. Tujuan Penelitian ……….….……….….………... 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian …….……….….……….... 14
G. Definisi Operasional …...………...……….….………... 14
H. Metode Penelitian ………….………..……….….………... 16
I. Sistematika Pembahasan ………...……….….……….... 21
BAB II : QARD{, MURA<BAH{AH DAN TAKE OVER..…… ….……... 24
A. Qard} ..………...….……...………...….……... 24
B. Mura>bah}ah ……….... 32
C. Take Over ...……….... 39
BAB III MEKANISME DAN IMPLEMENTASI AKAD QARD{ DAN MURA<BAH{AH PADA TAKE OVER PEMBIAYAAN MIKRO TAHUN 2017 DI BRI SYARIAH KCP SEPANJANG SIDOARJO .. 49
A. Gambaran Singkat BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo ..……….. 49
B. Mekanisme Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo ……...……... 55
C. Implementasi Akad Qard} dan Mura>bah}ah pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo...………....…… 71
Sidoarjo...……….
BAB IV
ANALISIS MEKANISME DAN IMPLEMENTASI AKAD QARD{ DAN MURA<BAH{AH PADA TAKE OVER PEMBIAYAAN MIKRO TAHUN 2017 DI BRI SYARIAH KCP SEPANJANG SIDOARJO…………...
85
A. Analisis Mekanisme Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo …..………...……... 85
B. Analisis Implementasi Akad Qard} dan Mura>baha}h pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.….……...….……... 92
BAB V PENUTUP ……….……….... 105
A. Kesimpulan ……….….. …..………...……..….. …..………...…….... 105
B. Saran ………..….……..………... 108
DAFTAR PUSTAKA ………...………..………….…………..…………... 113
LAMPIRAN ………...………..…………..………..……..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterbatasan ekonomi merupakan masalah yang sering dihadapi oleh
masyarakat. Dengan sempitnya lapangan pekerjaan yang ada serta
dihadapkan dengan para pencari kerja yang jumlahnya sangat banyak
membuat kemungkinan mendapatkan pekerjaan dan memperbaiki ekonomi
menjadi semakin sulit. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan membuat usaha kecil atau usaha mikro.
Namun, untuk menjalankan sebuah usaha tentu diperlukan dana yang tidak
sedikit. Seringkali individu atau badan usaha kekurangan dana untuk
menjalankan usahanya, apalagi individu yang baru merintis usaha dan
memerlukan dana yang cukup besar.1 Untuk mendapatkan dana, individu atau
badan usaha dapat mengajukan pembiayaan pada lembaga yang dapat
memberikan fasilitas pembiayaan dan salah satu lembaga tersebut adalah
bank syariah.
Salah satu bank syariah yang melakukan pengembangan dalam
produknya adalah BRI (Bank Rakyat Indonesia) Syariah KCP (Kantor
Cabang Pembantu) Sepanjang Sidoarjo. BRI Syariah KCP Sepanjang
Sidoarjo memiliki beberapa jenis produk dan fasilitas pembiayaan yang salah
satunya adalah pembiayaan mikro. Produk pembiayaan mikro merupakan
produk pembiayaan yang diberikan oleh BRI Syariah KCP Sepanjang
1Eka Fitria, “Tinjauan atas Prosedur Pemberian Kredit Mikro Utama pada Bank BJB KCP Gede
2
Sidoarjo untuk keperluan pembiayaan mikro baik untuk mengembangkan
usaha ataupun untuk membuka usaha baru. Ada beberapa jenis produk
pembiayaan mikro ini, yaitu produk Mikro 25iB, Mikro 75iB dan produk
Mikro 500iB. Masing-masing produk pembiayaan tersebut memiliki
ketentuan yang berlaku, seperti plafon dan masa tenor yang diberikan
berbeda.
Tabel 1.1 Pembiayaan Mikro
Produk Plafon Tenor Keterangan
Mikro 25iB 5.000.000 - 25.000.000 6 - 36 Bulan
Mikro 75iB 25.000.000 - 75.000.000 6 - 60 Bulan Ketentuan
Khusus
Mikro 500iB 75.000.000 - 200.000.000 6 - 60 Bulan Ketentuan
Khusus
Sumber: BRI Syariah. 2
Untuk menarik minat nasabah menggunakan produk pembiayaan mikro,
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo sangat gencar dalam mempromosikan
produk pembiayaan mikro baik melalui iklan, brosur, open table di
tempat-tempat yang strategis, personal selling dan sebagainya. Selain itu, BRI
Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo juga membuka kesempatan bagi nasabah
yang memiliki pinjaman dari bank lain, diutamakan dari bank konvensional
untuk mengalihkan pinjamannya ke BRI Syariah, dan ini biasa disebut
dengan take over.
Istilah take over dalam ekonomi mempunyai arti pengambilalihan atau
akuisisi.3 Menurut Adiwarman Azwar Karim, pembiayaan berdasarkan take
3
over merupakan salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah
dalam membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang
telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah, dalam hal ini
atas dasar permintaan nasabah.4
Dalam Islam take over (pengalihan hutang), diperbolehkan berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun dalil Al-Qur’an yang memperbolehkan
take over, terdapat dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
...
ْاوُنَواَعَ ت َاَو ىَوْقَ تلاَو ِِّبْلا ىَلَع ْاوُنَواَعَ تَو
ِناَوْدُعْلاَو ِِْْإا ىَلَع
5
...
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”.6
Sedangkan dalam As-Sunnah, dapat dilihat dari hadis riwayat Bukhari
yang berbunyi:
َيِضَر َةَرْ يَرُ َِِأ ْنَع ِجَرْعَْْا ْنَع ِدََِّزلا َِِأ ْنَع ٌكِلاَم َََرَ بْخَأ َفُسوُي ُنْب ِه ُدْبَع اََ ثَدَح
َُْع ُه
َنَأ
ُه ىَلَص ِه َلوُسَر
َعِبْتُأ اَذِإَف ٌمْلُظ ِِّنَغْلا ُلْطَم َلاَق َمَلَسَو ِْيَلَع
ْعَبْ تَ يْلَ ف ٍّيِلَم ىَلَع ْمُكُدَحَأ
اور(
)يراخبلا
.
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Menunda membayar
hutang bagi orang kaya adalah kez}aliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah dia ikuti. (HR. Bukhari)”.7
3Damos Sihombing, Kamus Lengkap Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 1994), 637.
4Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 248.
5 Al-Qur’an, 5: 2.
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: UD. Mekar Surabaya, 2000), 157.
4
Ayat Al-Qur’an di atas dapat menjadi landasan bahwa dalam transaksi
pengalihan hutang terdapat cita-cita sosial yang tinggi yaitu tolong menolong
dalam kebaikan. Selanjutnya, dalam hadis di atas dijelaskan bahwa menunda
membayar hutang bagi orang kaya (mampu) adalah kez}aliman. Namun jika
seseorang yang berhutang tidak mampu membayar hutangnya, maka hutang
tersebut dapat dialihkan kepada orang yang mampu membayar. Transaksi
pengalihan hutang seperti yang dijelaskan di atas terdapat pada bank syariah,
yaitu take over pembiayaan.
Take over pembiayaan terjadi karena beberapa faktor di antaranya
nasabah kurang puas dengan layanan yang diberikan bank kreditur awal, bank
kreditur awal tidak mau melakukan penambahan pembiayaan, atau memang
nasabah ingin hijrah ke transaksi yang berbasis syariah.8 Take over
pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo terbagi menjadi
dua, yaitu:9
a. Take over sebesar nilai sisa pokok pinjaman/nilai sisa kredit di bank
konvensional, contoh outstanding pinjaman di bank konvensional adalah
Rp. 130.000.000 (seratus tiga puluh juta), maka yang akan ditake over =
Rp. 130.000.000. Nilai harga jual = Rp. 130.000.000 + margin keuntungan
yang disepakati. Adapun akad yang digunakan adalah qard} dan mura>bah}ah.
b. Take over sebesar nilai sisa pokok pinjaman/nilai sisa kredit di bank
konvensional ditambah dengan permohonan tambahan modal kerja, contoh
outstanding pinjaman di bank konvesional adalah RP. 125.000.000 (seratus
5
dua puluh lima juta rupiah), dan nasabah mengajukan tambahan
pembiayaan sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah), sehingga
total pembiayaan Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah). Untuk
proses take over ini harus dipastikan terlebih dahulu nilai jaminan masih
memenuhi ketentuan pembiayaan. Akad yang digunakan adalah qard} dan
mura>bah}ah.
Terkait pembiayaan mikro melalui take over, BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo biasanya melakukan take over pembiayaan mikro dengan
plafon di atas Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo juga memiliki persyaratan bahwa pembiayaan mikro yang
bisa dialihkan adalah pembiayaan mikro yang sudah berjalan minimal satu
tahun.
Adapun mekanisme pembiayaan take over seperti pengajuan
pembiayaan baru, yang diawali dengan permohonan take over pembiayaan
mikro oleh calon nasabah, penyerahan kelengkapan dokumen dan persyaratan
untuk diverifikasi, kemudian dilakukan BI checking, trade cheking, serta
penilaian ulang jaminan. Setelah dipastikan bahwa calon nasabah layak, maka
dilanjutkan dengan pembuatan proposal atau usulan pembiayaan yang akan
diserahkan ke komite pembiayaan. Jika disetujui, langkah selanjutnya adalah
pembuatan akad qard} dan pencairan dana ke rekening nasabah tahap pertama,
dana akan dicairkan ke rekening nasabah untuk melunasi sisa hutangnya
kepada bank sebelumnya sekaligus mengambil jaminan. 10
6
Pelunasan hutang dan penyerahan jaminan dari bank sebelumnya akan
dikontrol secara ketat oleh BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah tindakan wanprestasi yang bisa dilakukan oleh
nasabah. BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo memberikan tenggang waktu
selama tiga hari bagi nasabah untuk menyerahkan jaminannya ke BRI Syariah
KCP Sepanjang Sidoarjo setelah hutangnya dilunasi, jika nasabah tidak bisa
menyerahkan jaminan tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan
maka nasabah akan dikenakan biaya cash sebagai denda keterlambatan.
Setelah nasabah menyerahkan jaminan kepada BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo, maka dilakukan pencairan dana tahap kedua, yang
merupakan tambahan dana yang diminta nasabah. Namun, sebelum pencairan
kedua dilakukan, tahapan sebelumnya adalah penandatanganan akad
mura>bah}ah dan pengikatan jaminan di hadapan notaris yang ditunjuk oleh
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Setelah proses pencairan dana selesai
maka tahapan selanjutnya adalah pembayaran angsuran take over
pembiayaan mikro. Adapun jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh
nasabah dihitung dari akumulasi pencairan dana tahap pertama dan kedua
ditambah margin dan biaya administrasi serta biaya lain, kemudian dibagi
jangka waktu pembiayaan. Sedangkan cara pembayaran angsurannya sama
dengan cara pembayaran angsuran pembiayaan mikro biasa tanpa melalui
take over.
Dalam tahap pelunasan pembiayaan, adakalanya nasabah tidak dapat
7
Sepanjang Sidoarjo memberikan penawaran kepada nasabah untuk melakukan
perpanjangan jangka waktu pembiayaan (reschedule). Masa perpanjangan
yang diberikan kepada nasabah dapat dilakukan maksimal 2 (dua) kali.11 Jika
nasabah menyetujui penawaran yang diajukan oleh bank syariah maka akan
dibuatkan akta pembiayaan yang baru.
Dalam take over pembiayaan mikro ini, BRI Syariah KCP Sepanjang
Sidoarjo berpedoman kepada Fatwa DSN-MUI Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pengalihan Hutang.12 Dalam fatwa ini terdapat empat alternatif akad
yang dapat digunakan oleh bank syariah dalam memberikan fasilitas
pembiayaan take over kepada nasabah, yaitu : 1. qard} dan mura>bah}ah, 2.
Syirkah al-milk dan mura>bah}ah, 3. qard} dan ija>rah, 4. qard} dan IMBT (ija>rah
munta>hiya bi al-tamli>k).
Dari beberapa alternatif di atas, BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo
menggunakan alternatif yang pertama, yakni menggunakan akad qard} dan
mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro. Namun masih banyak
masyarakat yang tidak tahu tentang take over pembiayaan mikro serta
implementasi dari akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan
mikro, apakah kedua akad itu digunakan secara bersamaan dalam satu akta
perjanjian atau tidak. Masyarakat masih awam akan hal tersebut. Maka
dengan melihat latar belakang masalah di atas peneliti memutuskan untuk
11 Deky Rahmawan dan Rahmanto Budisetiawan, Wawancara, Sidoarjo, 16 Maret 2017.
12DSN MUI, “Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang”, dalam http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01
8
melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Akad Qard} dan Mura>bah}ah
pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a. Mekanisme take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang
Sidoarjo.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over
pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
c. Strategi pemasaran pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang
Sidoarjo.
d. Implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan
mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas, maka penelitian
ini akan dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan
terfokus. Penelitian ini terfokus hanya pada implementasi akad qard} dan
mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro serta mekanisme take over
9
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan
masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme take over pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI
Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo ?
2. Bagaimana implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take over
pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti, sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.13
Penelitian ini berjudul “Implementasi Akad Qard} dan Mura>bah}ah pada
Take Over Pembiayaan Mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo”.
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
masih kurang mendapatkan perhatian atau belum pernah diteliti. Tema
tentang pengalihan hutang (take over) dalam suatu pembiayaan belum
banyak dikaji oleh para peneliti, namun demikian sudah ada beberapa
penelitian yang membahas tentang tema ini.
13Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penelitian
10
Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Abdillah Chamidun yang
mengangkat judul “Studi Analisis terhadap Pelaksanaan Take Over di PT.
Federal International Finance (FIF) Syariah Cabang Kudus”. Hasil dari
penelitian ini menyatakan dalam pelaksanaan transaksi pengalihan hak dan
kewajiban (take over) di PT. Federal International Finance (FIF) Syariah
Cabang Kudus mengenakan biaya administrasi sebagai biaya addendum
pengalihan. Hal ini berbeda dengan teori dasar pengalihan hutang (h}iwa>lah).
Selain itu mengenai penerimaan fasilitas baru sebelumnya tidak mempunyai
hutang kepada penerima fasilitas, sehingga jika dilihat dari praktik tersebut
hampir sama dengan kafalah dan ini harus dengan keridloan tiga pihak
(muhil, muhal dan muhal ‘alaih).14
Perbedaan dengan penelitian peneliti, dalam penelitian ini pelaksanaan
take over dilakukan di lembaga keuangan non bank yakni PT. Federal
International Finance (FIF) Syariah Cabang Kudus serta analisis pelaksanaan
take over masih bersifat umum, sedangkan pada penelitian peneliti dilakukan
di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo serta analisisnya terfokus pada
pelaksanaan take over pembiayaan mikro.
Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Adi Purwanto yang berjudul
“Analisis Implementasi Take Over pada Hunian Syariah (Studi pada PT.
Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)”. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa implementasi take over pada pembiayaan hunian
14Abdillah Chamidun, “Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take Over di PT. Federal
11
syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto yaitu
dengan mengunakan qard} dan mura>bah}ah yang merupakan alternatif pertama
dari empat alternatif akad yang ditetapkan DSN-MUI dalam Fatwa No.
31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang serta faktor-faktor yang
mempengaruhi nasabah melakukan take over pada pembiayaan hunian
syariah dari bank konvensional ke Bank Muamalat Indonesia Cabang
Pembantu Mojokerto meliputi beberapa faktor di antaranya sesuai dengan
prinsip syariah, angsuran tetap hingga lunas, bebas dari bunga bank,
rekomendasi dari teman/kerabat, dan lokasi bank yang mudah dijangkau.15
Perbedaan dengan penelitian peneliti, penelitian ini menganalisis tentang
implementasi take over pada pembiayaan hunian syariah di PT. Bank
Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto, sedangkan penelitian
peneliti menganalis tentang implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada
take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh M. Koni Rumaini Aziz yang
berjudul “Analisa Perjanjian Take Over di Bank DKI Syariah”. Hasil
penelitian ini menyatakan terdapat isi kontrak perjanjian take over yang
dinilai belum sesuai antara aplikasi take over dengan teori akad penaglihan
hutang (h}iwa>lah). Beberapa aspek yang dinilai belum sesuai yaitu jaminan,
status hak kepemilikan barang yang tidak ada penggantian balik namanya,
15Adi Purwanto, “Analisis Implementasi Take Over pada Hunian Syariah: Studi pada PT. Bank
12
pajak yang ditanggung nasabah, kerugian atas objek take over yang
ditanggung oleh nasabah dan klausa sanksi-sanksi.16
Perbedaan dengan penelitian peneliti, pada penelitian ini analisis take
over diarahkan pada analisa hukum perjanjian kontrak di Bank DKI Syariah,
sedangkan pada penelitian peneliti diarahkan pada analisa implementasi akad
qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo.
Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Farida Sutansih yang
berjudul “Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah di Bank
Muamalat Indonesia”. Hasil penelitian ini adalah akad pembiayaan take over
KPR syariah di BMI menggunakan akad qard} dan mura>bah}ah yang
merupakan alternatif pertama dari empat alternatif yang ditetapkan
DSN-MUI dalam fatwanya nomor 31/DSN-DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan
hutang. Adapun desain akad pembiayaan take over KPR yang lebih relevan
dan lebih sesuai dengan syariah adalah syirkah mutanaqis}ah.17
Perbedaan dengan penelitian peneliti, dalam penelitian ini mengkaji
tentang desain akad pembiayaan take over, sedangkan pada penelitian
peneliti diarahkan pada analisa implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada
take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Joseph Cristianto yang
berjudul “Mekanisme Peralihan Kredit (Take Over) pada PT. Bank Mayapada
16M. Koni Rumaini Aziz, “Analisa Perjanjian Take Over di Bank DKI Syariah” (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), 89.
17Farida Sutansih, “Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah di Bank Muamalat
13
Internasional Tbk. Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong”. Hasil dari
penelitian ini menyatakan akibat hukum dari proses take over adalah
berakhirnya perjanjian antara debitur dengan bank awal dan lahir perjanjian
kredit baru antara pihak PT. Bank Mayapada Internasional Tbk. Mayapada
Mitra Usaha Unit Gemolong dengan pihak debitur sehingga hak tanggungan
lama akan di hapus karena sifat accesoir yang dimiliki.18
Perbedaan dengan penelitian peneliti, dalam penelitian ini mengkaji
tentang mekanisme peralihan kredit (take over), sedangkan pada penelitian
peneliti diarahkan pada analisa implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada
take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Perbedaan lain terletak pada metode yang digunakan, pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah yuridis empiris, sedangkan penelitian peneliti
menggunakan metode kualitatif.
Dari beberapa penelitian di atas terdapat perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian peneliti. Dengan demikian penelitian peneliti
secara umum berbeda dari penelitian terdahulu, hal ini dikarenakan penelitian
peneliti difokuskan pada implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take
over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai di antaranya:
18Joseph Cristianto, “Mekanisme Peralihan Kredit (Take Over) pada PT. Bank Mayapada
14
1. Untuk memahami mekanisme take over pembiayaan mikro tahun 2017 di
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
2. Untuk memahami implementasi akad qard} dan mura>bah}ah pada take over
pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua
aspek, yaitu:
1. Aspek keilmuan (teoretis), hasil penelitian diharapkan dapat memperluas
dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan tentang implementasi
akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro.
2. Aspek terapan (praktis), hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi praktisi perbankan syariah
guna melaksanakan praktik take over pembiayaan mikro sesuai prinsip
syariah.
G. Definisi Operasional
Agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak menimbulkan salah
pengertian pada judul skripsi peneliti, maka perlu dijelaskan tentang
istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini di antaranya:
1. Implementasi akad qard} adalah penerapan akad qard} pada take over
pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Akad qard}
diartikan sebagai pinjaman yang diberikan oleh bank tanpa adanya
tambahan atau imbalan saat pengembalian. Dalam pelaksanaan take over
15
digunakan pada pencairan dana pada tahap pertama, yang mana BRI
Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo memberikan sejumlah dana sebagai
pinjaman kepada nasabah untuk membayar sisa hutang nasabah di bank
sebelumnya. Dan selanjutnya nasabah membayar hutang ke BRI Syariah
KCP Sepanjang Sidoarjo.
2. Implementasi akad mura>bah}ah adalah penerapan akad mura>bah}ah pada
take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Akad mura>bah}ah diartikan sebagai akad jual beli nasabah dan bank yang
disertai margin saat pengembalian. Dalam pelaksanaan take over
pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo, akad
mura>bah}ah digunakan pada pencairan dana pada tahap kedua, yang mana
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo memberikan sejumlah dana kepada
nasabah sebagai modal kerja dengan jumlah yang telah disepakati.
3. Take over pembiayaan mikro adalah bentuk jasa pelayanan bank syariah
dalam membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah
(kredit modal usaha) yang telah berjalan di bank konvensional menjadi
transaksi yang sesuai dengan syariah atas permintaan nasabah. Dalam
penelitian ini, take over pembiayaan mikro akan di fokuskan pada
mekanisme pelaksanaan dan implementasi akad yang digunakan dalam
take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
Adapun pelaksanaan take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo menggunakan dua akad, yaitu qard} dan mura>bah}ah.
16
membayar sisa hutang nasabah pada bank sebelumnya, yang mana sisa
hutang nasabah tersebut akan dialihkan pembayaran hutangnya ke BRI
Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo. Sedangkan akad mura>bah}ah dalam
pelaksanaan take over pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sidoarjo
berfungsi sebagai akad jual beli antara nasabah dan bank. Akad ini
digunakan pada pencairan dana tahap kedua, untuk menambah modal
kerja nasabah.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara
penelitian dengan alat-alat dalam suatu penelitian19. Adapun metode
penelitian ini yaitu:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasilnya.20
Penelitian ini dilakukan tidak dalam rangka pengujian hipotesis untuk
memperoleh signifikasi perbedaan atau hubungan antar variabel, melainkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
17
2. Tempat atau Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo yang
beralamatkan di jalan Ngelom Raya No. 62 Kelurahan Sepanjang Sidoarjo.
3. Data Penelitian
Data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah pada
penelitian ini adalah data yang terkait dengan ketentuan, persyaratan,
proses dan mekanisme take over pembiayaan mikro, serta surat perjanjian
pelaksanaan akad qard} dan mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro di
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
4. Sumber Data
Untuk melengkapi data, maka diperlukan sumber-sumber data sebagai
berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber primer yakni subjek penelitian yang dijadikan bahan
pengambilan informasi secara langsung. Untuk sumber primer pada
penelitian ini, data diambil dari wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan manager dan marketing pembiayaan mikro di BRI
Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang kedua. Sumber
data sekunder merupakan sumber data pendukung yang berasal dari
18
a) Dokumen, yang diperoleh dari BRI Syariah KCP Sepanjang
Sidoarjo. Seperti brosur pembiayaan mikro, Akad qard} dan
mura>bah}ah, kebijakan umum operasi, serta catatan atau laporan
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo mengenai take over
pembiayaan mikro tahun sebelumnya.
b) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
memperoleh dari kepustakaan, peneliti mendapatkan teori-teori
dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada
berhubungan dengan penelitian ini.
c) Observasi, yaitu pengamatan secara langsung praktik take over
pembiayaan mikro yang dilakukan oleh BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini bersifat kualitatif, teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.21 Dalam penelitian ini, wawancara
19
dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara terstruktur
yaitu sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
diperoleh,22maupun tidak terstuktur yaitu wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.23
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik
gejala-gejala yang telah ada. 24Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi partisipasi pasif (passive participation), yaitu peneliti
dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.25
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.26Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, dan gambar. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
22Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), 73. 23Ibid.,74.
24 Cholid Narbuko et al., Metodologi Penelitian ..., 70. 25 Sugiyono, Memahami Penelitian ..., 66.
20
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 27 Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila
didukung karya tulis akademik yang telah ada.28
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil diperoleh, maka dilakukan analisa data dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara
data yang ada dan relevansi dengan penelitian.29 Dalam hal ini peneliti
akan mengambil data yang akan dianalisis sesuai rumusan masalah.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.30
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta
yang ditemukan yang akhirnya merupakan suatu jawaban dari rumusan
masalah.31
7. Teknik Analisa Data
Setelah melakukan pengumpulan data, data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan
27Sugiyono, Memahami Penelitian ..., 82. 28Ibid., 83.
29Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), 243.
21
secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian. Dalam
menganalisis data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi dan penarikan
kesimpulan.
Reduksi dalam arti merangkum hal-hal yang pokok dan penting
tentang pola pelaksanaan take over pembiayaan mikro. Pada tahap ini
peneliti memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan
dengan penelitian. Setelah itu data akan mengarah ke inti permasalahan
sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek
penelitian. Tahap selanjutnya yakni menarik kesimpulan, setelah semua
data tersaji maka permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat
dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari
penelitian ini.32
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran pembahasan yang sistematis dan logis
dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menetapkan sistematika
pembahasan kedalam tiga bagian yang meliputi bagian awal, bagian utama
(inti), dan bagian akhir. Untuk lebih jelas perinciannya sebagai berikut:
Pada bagian awal terdiri dari sampul luar, sampul dalam, persetujuan
pembimbing, pernyataan keaslian bermaterai, lembar pengesahan, abstrak,
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, serta daftar transliterasi.
Pada bagian utama penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
22
Bab pertama berisi pendahuluan, dalam bab ini peneliti menjelaskan
tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi kerangka teoretis, dalam bab ini memuat penjelasan
teoretis sebagai landasan atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian.
Bahasan ditekankan pada penjabaran variabel penelitian yakni qard},
mura>bah}ah, serta take over pembiayaan.
Bab ketiga berisi data penelitian, dalam bab ini memuat deskripsi data
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti secara obyektif dalam arti tidak
dicampur dengan opini peneliti, meliputi gambaran singkat BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo, mekanisme take over pembiayaan mikro tahun 2017 di
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo, implementasi akad qard} dan
mura>bah}ah pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah
KCP Sepanjang Sidoarjo, serta contoh implementasi akad qard} dan mura>bah}ah
pada Take Over Pembiayaan Mikro Tahun 2017 di BRI Syariah KCP
Sepanjang Sidoarjo.
Bab keempat berisi analisa data, dalam bab ini memuat analisis terhadap
data penelitian yang telah dideskripsikan guna menjawab rumusan masalah
penelitian mengenai mekanisme take over pembiayaan mikro tahun 2017 di
BRI Syariah KCP Sepanjang Sidoarjo dan implementasi akad qard} dan
mura>bah}ah pada take over pembiayaan mikro tahun 2017 di BRI Syariah KCP
23
Bab kelima berisi Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan
saran.
BAB II
QARD{, MURA<BAH{AH DAN TAKE OVER
A.Qard}
1. Pengertian Qard}
Qard} adalah pembelian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Dalam literatur fiqh klasik, qard} dikategorikan dalam akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial. Sedangkan aplikasinya dalam
dunia perbankan syariah dapat berupa qard} h}asan sebagai bentuk sumbang
sih kepada dunia usaha kecil.1 Menurut bahasa, qard} berarti potongan harta
yang diberikan kepada orang yang meminjam (muqtarid}), dinamakan qard}
karena ia adalah satu potongan dari harta orang yang meminjam (muqrid}).2
Menurut Syafi’i Antonio, qard} adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharap imbalan.3 Menurut Muhammad
Muslehuddin, qard} merupakan suatu jenis pinjaman pendahuluan untuk
kepentingan peminjaman yang meliputi semua bentuk barang yang bernilai
dan bayarannya juga sama dengan apa yang dipinjamkan. Peminjam tidak
mendapatkan nilai yang berlebih karena itu akan merupakan riba yang
1Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan & Perasuransian Syariah di Indonesia
(Jakarta: Prenada Media, 2004), 96.
2Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2004), 40.
25
dilarang dengan keras.4 Menurut Bank Indonesia, qard} adalah akad
pinjaman dari bank (muqrid}) kepada pihak tertentu (muqtarid}) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.5 Dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 bahwa definisi
qard} adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid}) yang
memerlukan. Nasabah qard} wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Biaya administrasi
dibebankan kepada nasabah. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) telah memastikan ketidakmampuannya,
LKS dapat: memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau menghapus
(write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.6
Kata qard} ini kemudian diadopsi menjadi Credo (Romawi), Credit
(Inggris) dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qard} biasanya adalah
uang atau alat tukar lainnya, yang merupakan transaksi pinjaman murni
tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana
(dalam hal ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada
waktu tertentu dimasa yang akan datang.7 Peminjam dapat mengembalikan
lebih besar sebagai ucapan terima kasih.8 Menurut istilah, qard} adalah harta
4Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan dalam Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),78. 5Direktorat Perbankan Syariah, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2006), 58.
6 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), 114-115.
7Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 270.
26
yang diberikan oleh seseorang (muqrid}) kepada yang membutuhkan
(muqtarid}), yang kemudian si peminjam akan mengembalikannya setelah
mampu. Sedangkan menurut mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali
diperbolehkan melakukan qard} atas semua harta yang bisa dijualbelikan
obyek salam, baik itu ditakar atau ditimbang, seperti emas, perak dan
makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang dagangan,
binatang dan sebagainya.9
Hak kepemilikan dalam qard} menurut Abu Hanifah dan Muhammad
berlaku melalui penyerahan, jika seseorang berutang satu karung gandum
dan sudah terjadi penyerahan, maka ia berhak menggunakan dan
mengembalikan dengan yang semisalnya meskipun muqrid} meminta
pengembalian gandum itu sendiri, karena gandum itu bukan lagi milik
muqrid} yang menjadi tanggung jawab muqtarid} adalah gandum yang
semisalnya dan bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun qard} itu
berlangsung.10 Qard} termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh
bank dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapapun
darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency. Bank terbatas
hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya
berkewajiban membayar pokoknya saja.
27
2. Landasan Hukum Qard}
a. Al-Qur’an
ًةَرِثَك اًفاَعْضَأ َُل َُفِعاَضُيَ ف اًَسَح اًضْرَ ق َََا ُضِرْقُ ي يِذَلا اَذ ْنَم
ۚ
ُطُسْبَ يَو ُضِبْقَ ي ََُاَو
َنوُعَجْرُ ت ِْيَلِإَو
11
“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan ganti kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan”.12
b. Hadis
ر( ًةَرَم اَهِتَقَدَصَك َناَك َاِإ َِْْ تَرَم اًضْرَ ق اًمِلْسُم ُضِرْقُ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم
) جام نبا او
“Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim yang lain
dua kali kecuali, ia seperti menyedekahkannya sekali” (HR. Ibnu
Majah). c. Ijma’
Para ulama telah menyepakati bahwa qard} boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup
tanpa dilandasi oleh sikap saling membantu atau tolong-menolong.
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Ketentuan mengenai qard} telah diatur dalam Fatwa DSN Nomor
19/DSN-MUI/IV/2001 dalam fatwa tersebut, disebutkan beberapa
ketentuan di antaranya:13
11 Al-qur’an, 2: 245.
12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Al-Hidayah Surabaya, 2002), 50.
13DSN-MUI, “Fatwa DSN Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qard}”, dalam http://www.
28
1) Ketentuan Umum:
a) Al-qard} adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid}) yang memerlukan.
b) Nasabah al-qard} wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
c) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
e) Nasabah al-qard} dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
2) Sanksi
a) Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
b) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan.
c) Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.
3. Syarat dan Rukun Qard}
Syarat sahnya qard} yaitu:14
1) Akad qard} dilakukan dengan ijab dan qabul atau bentuk lain yang dapat
menggantikannya, seperti muatah (akad dengan tindakan/saling
memberi dan saling mengerti).
2) Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal,
baligh, dan tanpa paksaan).
29
3) Menurut kalangan Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta
yang ada padanannya di pasaran, atau padanan nilainya (mitsil),
sementara menurut jumhur ulama, harta yang dipinjamkan dalam qard}
dapat berupa harta apa saja yang dijadikan tanggungan.
4) Ukuran, jumlah, jenis, dan kualitas harta yang dipinjamkan harus jelas
agar mudah untuk dikembalikan. Hal ini untuk menghindari perselisihan
di antara para pihak yang melakukan akad qard}.
Adapun rukun qard} diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut
Hanafiah, rukun qard} adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut jumhur
fuqaha, rukun qard} adalah:15
a. Aqid yaitu orang yang berakad
1) muqrid} yaitu orang yang meminjamkan
2) muqtarid} yaitu orang yang meminjam
b. Ma’qud ‘alaih yaitu uang atau barang yang dipinjamkan
c. S}ighat, yaitu ijab dan qabul (serah terima)
4. Aplikasi Qard} dalam perbankan
a. Pinjaman talangan haji, merupakan pinjaman yang diberikan bank
kepada nasabah calon haji, khusus untuk menutupi kekurangan dana
memperoleh kursi/seat haji pada saat pelunasan biaya penyelenggaraan
ibadah haji (BPIH)
30
b. Pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melaui
ATM. Nasabah akan mengembalikany sesuai waktu yang ditentukan.
c. Pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli atau bagi hasil
d. Pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank meyediakan fasilitas ini
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus
bank akan mengembalikanya secara cicilan melalui pemotongan
gajinya.16
5. Sumber Dana Qard}
Sifat qard} tidak memiliki keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan
qard} dapat diambil menurut kategori berikut:17
a. Qard} yang diberikan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat
dan berjangka pendek. Talangan diatas dapat diambilkan dari modal
bank.
b. Qard} yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan
keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan sedekah.
Di samping sumber dana umat, para praktisi perbankan syariah,
demikian juga ulama, melihat adanya sumber dana lain yang dapat
dialokasikan untuk qard}, yaitu pendapatan-pendapatan yang diragukan,
16M. Nadratuzzaman Hosen dan Sunarwin Kartika Setiati, Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa
31
seperti jasa nostro di bank koresponden yang konvensional, bunga atas
jaminan L/C di bank asing dan sebagainya.
6. Implementasi Akad Qard}
Implementasi akad qard} secara teknis diatur dalam PBI Nomor
7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi
Hasil yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Intinya dalam penyaluran dana dalam bentuk qard} ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:18
a. Bank dapat memberikan pinjaman qard} untuk kepentingan nasabah berdasarkan kesepakatan.
b. nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman qard} yang diterima pada waktu yang telah disepakati.
c. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi sehubungan dengan pemberian pinjaman qard}.
d. Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad.
e. Dalam hal nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati karena nasabah tidak mampu, maka bank dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau menghapus buku sebagian atau seluruh pinjaman nasabah atas beban kerugian bank.
f. Dalam hal nasabah digolongkan mampu dan tidak mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka bank dapat menjatuhkan sanksi kewajiban pembayaran atas kelambatan pembayaran atau menjual agunan nasabah untuk menutup kewajiban pinjaman nasabah.
g. Sumber dana pinjaman qard} untuk kegiatan usaha yang bersifat sosial dapat berasal dari modal, keuntungan yang disisihkan dan dari dana infak.
h. Sumber dana pinjaman qard} untuk kegiatan usaha yang bersifat talangan dana komersial jangka pendek (short term financing) diperbolehkan dari Dana Pihak Ketiga yang bersifat investasi sepanjang tidak merugikan kepentingan nasabah pemilik dana.
18 Bank Indonesia, “PBI Nomor 7/46/ PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Bagi Hasil yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”, dalam
32
7. Manfaat Qard}
Manfaat qard} dalam bentuk praktik perbankan syariah banyak sekali di
antaranya sebagai berikut:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapatkan talangan jangka pendek
b. Qard} juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan
bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, di samping
misi komersial
c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik
dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.19
B.Mura>bah}ah
1. Pengertian Mura>bah}ah
Mura>bah}ah adalah istilah dalam fikih yang berarti suatu bentuk jual
beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang meliputi
harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.20
Muraba>ha}ah adalah bentuk jual beri barang dengan tambahan harga atas
harga pembelian yang pertama secara jujur. Maksudnya adalah menjual
barang dagangan sesuai harga dagangan atau modal ditambah laba tertentu.
Mura>bah}ah menurut para ulama adalah akad jual beli dimana penjual
menyebutkan harga beli barang yang akan dijual kepada pembeli dan
19 Ibid., 337.
33
penjual mesyaratkan laba atas penjualan dalam jumlah tertentu yang
disepakati.
Secara teoretis konsep mura>bah}ah memberikan keuntungan kedua
pihak, bagi pihak perbankan akan mendapat keuntungan dari kelebihan
harga jual atas pembelian suatu barang, sedangkan bagi nasabah mereka
memperoleh modal untuk membeli barang pada saat tidak memiliki dana.
2. Landasan Hukum Mura>bah}ah
Jual beli mura>bah}ah sebagai sarana tolong-menolong dan kerjasama
antara sesama umat manusia mempunyai landasan dalam Al-Qur'an, hadis,
dan ijma' di antaranya adalah:
a. Al-Qur’an
َا ََِّرلا َنوُلُكََْ َنيِذَلا
َكِلَذ ِّسَمْلا َنِم ُناَطْيَشلا ُُطَبَخَتَ ي يِذَلا ُموُقَ ي اَمَك َاِإ َنوُموُقَ ي
ُلْثِم ُعْيَ بْلا اَََِإ ْاوُلاَق ْمُهَ نَِِ
نَمَف ََِّرلا َمَرَحَو َعْيَ بْلا َُّا َلَحَأَو ََِّرلا
ِّبَر نِّم ٌةَظِعْوَم ُءاَج
َفَلَس اَم َُلَ ف َىَهَ تناَف
َلِإ ُُرْمَأَو
َكِئ َلْوُأَف َداَع ْنَمَو َِّا
َنوُدِلاَخ اَهيِف ْمُ ِراَلا ُباَحْصَأ
21“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka
mereka kekal di dalamnya”.22
b. Hadis
ُس ْنَع
ٍبْيَه
َِبَلا َنَأ َُْع ُه َيِضَر
َلَسَو ِْيَلَع ُه ىَلَص
َثَاَث : َلاَق َم
ِف
:ُةَكْرَ بلْا َنِهْي
21 Al-Qur’an, 2: 275.
34
ُ
لْاَو ٍلَجَأ َلِإ ُعْيَ بْلَا
ِعْيَ بْلِل َا ِتْيَ بْلِل ِْرِعَشلَِ ِّرُ بْلا ُطْلَخَو ُةَضَراَق
ج ام نبا اور(
)
“Diriwayatkan dari shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: tiga hal yang mengandung berkah, yaitu jual beli secara tidak tunai, muqa>rad}ah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (H.R. Ibnu Majah)
c. Ijma’
Mayoritas para ulama membolehkan jual beli dengan cara
mura>bah}ah, karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu
membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain.
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Ketentuan mengenai mura>bah}ah telah diatur dalam Fatwa DSN
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 dalam fatwa tersebut, disebutkan
ketentuan umum bagi pihak bank mengenai mura>bah}ah yaitu sebagai
berikut:
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah}ah yang bebas riba. b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian itu dilakukan secara utang. f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya, dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga akad jual beli mura>bah}ah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.23
35
Sedangkan ketentuan bagi nasabah dalam mura>bah}ah yang diatur
dalam Fatwa DSN-MUI adalah sebagai berikut:
a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank.
b. Jika bank menerima permohonan perjanjian ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka tersebut.
e. Jika kemudian nasabah menolak pembelian barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f. Jika nilai uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka maka nasabah dapat memutuskan untuk membeli barang tersebut dan ia tinggal membayar sisa harga dan jika nasabah batal membeli uang muka menjadi milik bank maksimal senilai kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi nasabah wajib melunasi kekurangannya dan dalam pelaksanaannya pihak bank diperbolehkan meminta jaiminan yang dipegang nasabah agar nasabah serius dengan pesannya.24
3. Syarat dan Rukun Mura>bah}ah
a. Syarat-Syarat Mura>bah}ah
Syarat mura>bah}ah dalam perbankan adalah sebagai berikut:25
1) Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari
suatu barang yang hendak dibeli
2) Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untuk tambahan
harga yang ditetapkan tanpa ada sedikitpun paksaan.
3) Barang yang dijual belikan bukanlah barang ribawi.
4) Penjual memberi tahu biaya modal pada nasabah
24 Ibid., 108.
36
5) Kontrak harus bebas riba.
6) penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
7) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
b. Rukun Mura>bah}ah
Adapun rukun mura>bah}ah adalah sebagai berikut:26
1) Orang yang berakad yaitu penjual dan pembeli
2) Ijab dan Qabul
3) Ada barang yang dibeli
4) Ada harga barang.
Rukun dan syarat mura>bah}ah haruslah dipenuhi oleh para pihak dalam
akad mura>bah}ah sebab para pihak yang berakad akan melakukan suatu
perbuatan hukum yang melahirkan adanya hak dan kewajiban. Dalam
prinsip umum barang yang dibeli haruslah terbebas dari unsur yang dilarang
secara syariah yaitu unsur maysir, gharar, dan riba. Transaksi yang
dilakukan dengan unsur gharar akan menimbulkan ketidakadilan dan
ketidakrelaan, oleh karena itu transaksi ini tidak diterima dan dilarang
dalam Islam.27
26 Ibid.
37
4. Macam-Macam Mura>bah}ah
Mura>bah}ah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 28
a. Mura>bah}ah tanpa pesanan, yaitu apabila ada yang memesan atau tidak,
ada yang beli atau tidak, bank menyediakan barang dagangannya. Akan
tetapi, penyediaan barang tersebut tidak terpengaruh atau terkait
langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
b. Mura>bah}ah berdasarkan pesanan, yaitu bank baru akan melakukan
transaksi mura>bah}ah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan
barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan.
Akan tetapi, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung
dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Mura>bah}ah dalam
pesanan dapat dibagi dua yaitu: (1) mura>bah}ah berdasarkan pesanan dan
bersifat megikat, yaitu apabila telah dipesan harus dibeli, dan (2)
mura>bah}ah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak mengikat, yaitu
walaupun nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terkait,
nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
5. Manfaat Mura>bah}ah. Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi mura>bah}ah
memiliki beberapa manfaat demikian juga risiko yang harus diantisipasi.
Mura>bah}ah memberi banyak manfaat kepada bank syariah salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah, selain itu sistem mura>bah}ah juga sangat
38
sederhana yang dapat memudahkan penanganan administrasinya di bank
syariah.
6. Implementasi Akad Mura>bah}ah
Implementasi akad mura>bah}ah secara teknis diatur dalam PBI Nomor
7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi
Hasil yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Intinya dalam penyaluran dana dalam bentuk mura>bah}ah ini harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:29
a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang.
b. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
c. Dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (waka>lah) untuk membeli barang, maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank.
d. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah.
e. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai Bank.
f. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah selama periode Akad.
g. Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional.
Dalam hal Bank meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e maka berlaku ketentuan sebagai berikut :30
29 Bank Indonesia, “PBI Nomor 7/46/ PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Bagi Hasil yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”, dalam
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/5381fcc4facf429e9330ee355087bdc7pbi7 4605.pdf, diakses pada 18 maret 2017.
30 Bank Indonesia, “PBI Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Bagi Hasil yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”, dalam
39
a. Dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh Bank, maka Bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah.
b. Dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbunyang telah dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
C.Take Over
1. Pengertian Take Over
Take over dalam kamus Inggris Indonesia berarti mengambilalih.31
Sedangkan Menurut T. Guritno, yang dimaksud dengan take over adalah
perbuatan atau hal mengambilalih sesuatu.32 Menurut Adiwarman Azwar
Karim, pembiayaan berdasarkan take over merupakan salah satu bentuk
jasa pelayanan keuangan bank syariah dalam membantu masyarakat untuk
mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi
yang sesuai dengan syariah, dalam hal ini atas dasar permintaan nasabah.33
Sedangkan take over yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini
adalah take over menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
31/DSN-MUI/VI/2002, yang disebut juga dengan pengalihan hutang.34 Pengalihan
hutang yang dimaksud di sini adalah pengalihan transaksi non syariah yang
31John M. Ehols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), 578.
32 T. Guritno, Kamus Perbankan dan Bisnis (Yogyakarta: UGM Press, 1996), 298.
33Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 248.
34DSN MUI, “Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang”, dalam http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,c