• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH : STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PEMBANTU MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH : STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PEMBANTU MOJOKERTO."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN

HUNIAN SYARIAH

(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)

SKRIPSI

Oleh:

Adi Purwanto

NIM. C04211004

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)

i

ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN

HUNIAN SYARIAH

(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh Adi Purwanto NIM. C04211004

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)”. Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yakni, bagaimana implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini dihimpun melalui observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data-data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan pola pikir deduktif yang berangkat dari fakta-fakta yang bersifat umum dan akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat khusus.

Hasil penelitian ini memyimpulkan bahwa implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto menggunakan akad qard} dan mura>bah}ah yang merupakan alternatif pertama dari empat alternatif akad yang ditetapkan oleh DSN-MUI dalam fatwa No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto memberikan qard} kepada nasabah untuk melunasi sisa hutang pokok (outstanding) di bank konvensional. Dengan qard} tersebut nasabah dapat melunasi kreditnya di bank konvensional, sehingga dengan demikian aset (dalam hal ini rumah) yang dibeli dengan kredit dapat menjadi milik nasabah secara penuh. Selanjutnya nasabah menjual aset yang sudah menjadi miliknya kepada Bank Muamalat Indonesia, dan dari hasil penjualan itu nasabah dapat melunasi qard}-nya kepada Bank Muamalat Indonesia. Kemudian Bank Muamalat Indonesia menjual kembali secara mura>bah}ah (jual-beli) aset yang telah menjadi miliknya kepada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan. Jika dilihat dengan pandangan ekonomi Islam terkait take over yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto, maka proses tersebut sudah sesuai dengan syariah karena pelaksanaan pembiayaan berdasarkan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah melibatkan dua akad yang tidak bersamaan pada satu waktu yaitu akad qard} terlebih dahulu kemudian diakhiri dengan pemberian akad mura>bah}ah. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dari bank konvensional ke Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto meliputi beberapa faktor diantaranya: produk Pembiayaan Hunian Syariah telah sesuai dengan prinsip syariah, angsuran tetap hingga lunas, bebas dari bunga bank, rekomendasi dari teman/kerabat, dan lokasi bank yang mudah dijangkau.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 23

(8)

3. Akad-akad Yang Digunakan Dalam Pembiayaan Take Over Berdasarkan Prinsip Syariah ... 35

4. Dasar Hukum Pembiayaan Take Over ... 41

C. Preferensi Konsumen ... 44

D. Perilaku Konsumen ... 46

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 47

1. Faktor Budaya ... 48

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia ... 61

1. Sejarah PT. Bank Muamalat Indonesia ... 61

2. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia ... 63

3. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ... 63

4. Produk-produk PT. Bank Muamalat Indonesia ... 66

B. Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto . 72

(9)

2. Persyaratan Pembiayaan Hunian Syariah PT. Bank Muamalat Indonesia ... 74 3. Prosedur Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah PT.

Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto . 75 4. Akad Pembiayaan Take Over Pada pembiayaan Hunian

Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ... 80 C. Faktor-faktor PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu

Mojokerto Dalam Memberikan Pembiayaan Take Over Kepada Calon Nasabah ... 82 D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Melakukan Take Over

Pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ... 85

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH DI PT>. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PEMBANTU MOJOKERTO

A. Analisis Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ... 100 B. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Melakukan

Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank

Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ... 106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 114 B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan kebutuhan setiap manusia. Rumah menjadi tempat kembali dari aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga merupakan tempat untuk melakukan berbagai aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, misalnya tempat untuk tidur, makan, tempat berkumpulnya keluarga, dan lain sebagainya.1

Permintaan akan kepemilikan rumah dari tahun ke tahun pun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan akan rumah yang sangat signifikan ini, pada akhirnya diantisipasi oleh perbankan dengan melahirkan suatu produk atau sistem yang dikenal dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Berdasarkan sifatnya, KPR tergolong dalam jenis kredit konsumsi yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.2

Hadirnya perbankan syariah di Indonesia merupakan bukti bahwa Islam telah memberikan petunjuk bagi manusia dalam melakukan berbagai aktivitas yang terkait dengan ekonomi. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

1 Mahmud Asy-Syahrowi, Mengundang Malaikat ke Rumah, (Yogjakarta: Mutiara Media, 2010), 48.

(11)

2

Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta mengedepankan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, dan menghindari kegiatan yang spekulatif dalam bertransaksi keuangan dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang lebih bervariatif. Perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.3

Salah satunya adalah PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia juga mengeluarkan produk dalam rangka memperluas segmentasi pembiayaan disektor properti dengan menerbitkan produk KPR yang sesuai dengan prinsip syariah. Pada awal peluncuran KPR Syariah bulan Februari 2007, Bank Muamalat Indonesia menggunakan nama brand Baiti Jannati. Namun sejak Agustus 2010, Bank Muamalat Indonesia berusaha terus untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat luas dengan meningkatkan fitur-fitur dari produk KPR Syariah dengan melakukan peluncuran kembali nama brand sebelumnya Baiti Jannati menjadi Pembiayaan Hunian Syariah

(12)

3

Muamalat (PHSM) atau dalam praktiknya lebih sering dikenal sebagai Pembiayaan Hunian Syariah yang merupakan fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan rumah, ruko, rukan, apartemen, kios dan pengalihan take over dari bank lain.4

Tidak seperti Baiti Jannati yang batas maksimum plafondnya hanya Rp. 10 miliar, Pembiayaan Hunian Syariah memiliki plafond maksimal hingga Rp. 25 miliar. Bank Muamalat Indonesia memberikan dua alternatif transaksi bagi nasabah, yaitu secara kongsi (Musha>rakah Mutana>qis}ah) ataupun jual beli (Mura>bah}ah). Pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi kalangan individu ini, memiliki jangka waktu pengembalian hingga 15 tahun. Terkecuali untuk kepentingan renovasi dengan plafond di bawah Rp. 25 juta maka jangka waktu yang diberikan hanya 5 tahun. Produk pembiayaan ini tidak hanya comply dengan syariah, namun juga kompetitif dengan jangka waktu pengembalian yang panjang, nilai angsuran yang tidak fluktuatif seperti menggunakan sistem bunga, serta tidak adanya penalti (denda) bagi yang melunasi lebih awal. 5

Seperti diketahui pada posisi Desember 2014, pembiayaan KPR Syariah di Bank Muamalat Indonesia telah memiliki outstanding (sisa pembiayaan) sebesar Rp. 8,8 triliun dengan target pertumbuhan pada tahun 2015 yang diprediksikan akan terus tumbuh hingga 11% - 12%.6

4 http://bankmuamalat.co.id/produk/pembiayaan-hunian-syariah, diakses pada 2 Juni 2015. 5 Bidik Sektor Properti, dalam http://bankmuamalat.co.id/berita/detail/bidik-sektor-properti-bmi-andalkan-pembiayaan-hunian-syariah-muamalat, diakses pada 2 Juni 2015.

(13)

4

Untuk mencapai target yang telah ditentukan dan untuk menarik nasabah agar menggunakan produk tersebut, Bank Muamalat Indonesia khususnya BMI Cabang Pembantu Mojokerto gencar melakukan sosialisasi produk Pembiayaan Hunian Syariah kepada masyarakat. Mulai dari promosi melalui iklan, brosur, baliho, melakukan open table di institusi-institusi pemerintahan, personal selling serta pemberian hadiah atau cinderamata bagi nasabah yang loyal. Strategi ini dinilai efektif untuk memperkenalkan dan mengembangkan produk tersebut sebagai salah satu produk unggulan dari Bank Muamalat Indonesia karena mengingat hampir setiap bank pasti memiliki produk yang sejenis.

Selain gencar melakukan kegiatan pemasaran, terdapat pula pembiayaan yang diberikan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menarik nasabahnya dimana sebelumnya nasabah tersebut masih memiliki fasilitas pinjaman di bank lain, utamanya yang berasal dari bank konvensional. Pembiayaan inilah yang disebut sebagai pembiayaan take over. Istilah take over dalam ekonomi mempunyai arti pengambilalihan atau akuisisi.7 Di dalam hukum Islam pemindahan hutang dikenal dengan nama h}iwa>lah, yaitu akad pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung.8 Menurut Adiwarman Karim, pembiayaan berdasarkan take over merupakan salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah dalam membantu

7 Damos Sihombing, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994), 637.

(14)

5

masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah dalam hal ini atas permintaan nasabah.9

Pembiayaan take over (pengalihan hutang) dipandang sebagai bentuk persaingan antar bank dalam memikat masyarakat serta dianggap bagian dari strategi untuk menambah dan memperluas nasabahnya. Terlebih dengan perkembangan bank syariah yang menawarkan kelebihan tersendiri terutama dalam sisi idealisme, sistem bagi hasil tanpa tergantung pada fluktuatifnya suku bunga bank, melatarbelakangi masyarakat melakukan take over pada bank syariah. Respon positif ini yang telah membawa masyarakat pada suatu kebutuhan untuk mengalihkan dana yang selama ini mereka taruh di lembaga keuangan konvensional.

Seperti yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto. Berbagai faktor yang mendasari nasabah mengalihkan KPR-nya, mulai dari alasan nasabah yang merasa pernah dikecewakan hingga kekawatiran nasabah mengenai besarnya cicilan KPR di bank konvensional yang tidak pasti sehingga mengakibatkan cicilan yang harus dibayar meningkat, serta keinginan nasabah memperoleh tambahan jumlah plafond dari kredit sebelumnya. Di samping juga banyaknya nasabah yang ingin berhijrah menuju bank yang bersyariat Islam karena prinsip idealisme kesyariahan dalam bertransaksi sehingga

(15)

6

dengan jalan memindahkan KPR tersebut mereka merasa lebih aman dan nyaman.10

Terkait pembiayaan KPR melalui mekanisme take over di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto, memiliki prosedur bahwa KPR yang bisa dipindahkan minimal sudah berjalan satu tahun atau lebih. Dengan mekanisme seperti pengajuan pembiayaan baru yang diawali dari permohonan pembiayaan take over KPR oleh calon nasabah, penyerahan kelengkapan dokumen dan persyaratan untuk diverifikasi, kemudian dilakukannya survey oleh Account Manager dan bagian Support (BI checking, trade checking, dan wawancara debitur serta

appraisal/penilaian ulang jaminan). Setelah dipastikan bahwa calon nasabah berstatus ‘aman’ maka dilanjutkan dengan pembuatan proposal atau usulan pembiayaan yang akan direview oleh komite pembiayaan. Jika disetujui, langkah selanjutnya adalah penandatanganan akad dan pengikatan jaminan yang wajib dihadiri pihak bank, debitur dan pasangan (serta penjamin jika ada) dihadapan Notaris/PPAT rekanan bank. Setelah melakukan pengikatan jaminan maka calon nasabah dengan didampingi marketing menuju ke kreditur awal untuk melakukan pelunasan dengan dana yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia. Apabila pelunasan telah dilakukan maka wajib meminta slip tanda pelunasan serta asli bukti kepemilikan jaminan untuk selanjutnya dapat dibebani hak tanggungan dengan terlebih dahulu dilakukan roya atas nama kreditur awal. Sehingga

(16)

7

dari proses peralihan kredit tersebut adalah berakhirnya hubungan hukum antara kreditur awal (bank konvensional) dengan debitur.11

Dalam setiap kegiatan operasionalnya, Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto berpedoman kepada akad-akad yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) melalui fatwa-fatwanya. Khususnya mengenai pembiayaan take over sudah diatur di dalam Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang, yang menjelaskan bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah, lembaga keuangan syariah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya melalui akad pengalihan hutang.12

Di dalam fatwa ini juga telah ditetapkan empat alternatif akad yang dapat digunakan oleh perbankan syariah dalam memberikan fasilitas pembiayaan take over kepada nasabah, yaitu:

1. Qard} dan mura>bah}ah

2. Syirkah al-milk dan mura>bah}ah 3. Qard} dan ija>rah

4. Qard} dan IMBT (Ija>rah Munta>hiya bit-Tamli<k)

Dari empat alternatif akad di atas, Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto menggunakan alternatif pertama yaitu

(17)

8

dengan memberikan dana qard} kepada nasabah yang sebelumnya telah membuka rekening di Bank Muamalat Indonesia. Dari qard} tersebut nasabah dapat melunasi kredit (utang)-nya, sehingga asset (dalam hal ini rumah) yang dibeli dengan kredit di bank konvensional menjadi milik nasabah secara penuh. Kemudian nasabah menjual aset yang sudah menjadi miliknya ke Bank Muamalat Indonesia, dari hasil penjualan tersebut nasabah melunasi qard}-nya kepada BMI Cabang Pembantu Mojokerto, selanjutnya BMI Cabang Pembantu Mojokerto menjual kembali secara mura>bah}ah (jual-beli) aset yang telah menjadi miliknya kepada nasabah dengan pembayaran secara cicilan.13

Perlu diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto hanya men-take over sisa pokok dari pinjaman nasabah di bank konvensional. Misalnya jika nasabah mempunyai KPR di bank konvensional sebesar Rp. 100 juta dengan jangka waktu yang diberikan 10 tahun, dan bunga 14%. Pada tahun kedua katakanlah hutang nasabah tinggal Rp. 90 juta. Apabila nasabah dikenakan denda karena memindahkan KPR yang baru berjalan 1-2 tahun oleh bank konvensional, maka terlebih dahulu nasabah harus membayar penalti (denda) sebelum dilakukannya take over. Selain itu, terdapat alasan mengapa dana qard} masuk terlebih dahulu ke dalam rekening nasabah di Bank Muamalat Indonesia, hal ini dikarenakan Bank Muamalat Indonesia menerapkap prinsip kehati-hatian jika dikemudian hari terjadi wanprestasi, sehingga

(18)

9

dari bukti transfer ke rekening tersebut bisa dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.

Dengan adanya fenomena KPR take over menjadi suatu hal yang lazim saat ini serta bukti bahwa seorang nasabah bisa melawan jika bank tidak memberikan yang terbaik, terutama untuk produk KPR. Hal ini menjadi pemicu para bank untuk tidak sekadar memikirkan keuntungan perusahaan, tetapi juga keuntungan nasabahnya. Di samping kebutuhan masyarakat akan kepemilikan rumah dengan cara cicilan yang sesuai syariah serta mengingat banyaknya masyarakat yang ingin berhijrah menuju perbankan yang bersyariat Islam, maka penulis bermaksud meneliti lebih mendalam terhadap pengalihan hutang (take over) pada Pembiayaan Hunian Syariah yang terjadi di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto. Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis tertarik dengan mengangkat judul “Analisis Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

(19)

10

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

c. Prosedur dan mekanisme take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

d. Implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut di atas, perlu diperjelas batasan-batasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan hanya terfokus pada implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pemaparan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

(20)

11

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat

Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto ? D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.14 Adapun kajian pustaka ini dibutuhkan untuk membedakan hasil skripsi ini dengan hasil penelitian yang sebelumnya, penulis menelusuri kajian pustaka yang permasalahannya sedikit hampir sama dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Penelitian sebelumnya sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Joseph Cristianto yang mengangkat judul “Mekanisme Peralihan Kredit (Take Over) pada PT. Bank Mayapada Internasional Tbk. Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong”, 2010. Hasil dari penelitian ini selain mengkaji mengenai mekanisme peralihan kredit (take over) dan akibat hukumnya dari proses take over yaitu berakhirnya perjanjian antara debitur dengan bank awal dan lahir perjanjian kredit baru antara pihak PT. Bank Mayapada Internasional Tbk Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong

(21)

12

dengan pihak debitur sehingga Hak Tanggungan lama akan hapus karena sifat accesoir yang dimilikinya.15

Perbedaan dengan penelitian penulis, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris dengan berpedoman pada segi-segi empiris yang digunakan sebagai alat bantu. Sedangkan dalam penelitian penulis merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif serta hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh M. Koni Rumaini Aziz yang mengangkat judul “Analisa Perjanjian Take Over di Bank DKI Syariah”, 2011. Hasil dari penelitian ini dalam pembuatan kontrak take over terdapat tahapan yang harus dilalui oleh bank dan nasabah

guna memperoleh pembiayaan yang diinginkan. Namun dari hasil penelitian menyatakan terdapat isi kontrak perjanjian take over yang dinilai belum sesuai antara aplikasi take over dengan teori akad pengalihan hutang (h}iwa>lah). Beberapa aspek yang dinilai belum sesuai yaitu jaminan, status hak kepemilikan barang yang tidak ada penggantian balik namanya, pajak yang ditanggung oleh musta’jir

(22)

13

(nasabah), pembatasan tindakan musta’jir, kerugian atas objek take over yang ditanggung oleh musta’jir dan klausula sanksi-sanksi.16

Perbedaan dengan penelitian penulis, pada penelitian ini analisis take over diarakan pada analisa hukum perjanjian kontra di Bank DKI Syariah, sedangkan pada penelitian penulis diarahkan pada analisa implementasi take over di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah Chamidun yang mengangkat judul “Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take Over di PT. Federal International Finance (FIF) Syariah Cabang Kudus”, 2009. Hasil dari penelitian ini menyatakan dalam pelaksanaan transaksi pengalihan hak dan kewajiban (take over) di PT. Federal International Finance (FIF) Syariah Cabang Kudus mengenakan biaya administrasi sebagai biaya addendum pengalihan. Hal ini berbeda dengan teori dasar pengalihan hutang (h}iwa>lah). Selain itu mengenai penerima fasilitas baru sebelumnya tidak mempunyai hutang kepada penerima fasilitas, sehingga jika dilihat dari praktek tersebut hampir sama dengan kafalah dan ini harus dengan keridloan tiga pihak (muhil, muhal dan muhal ‘alaih).17

Perbedaan dengan penelitian penulis, pada penelitian ini pelaksanaan take over dilakukan di lembaga keuangan non bank PT.

16 M. Koni Rumaini Aziz, “Analisa Perjanjian Take Over di Bank DKI Syariah” (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011).

17 Abdillah Chamidun,”Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take Over di PT. Federal

(23)

14

Federal International Finance (FIF) Syariah Cabang Kudus, sedangkan pada penelitian penulis dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto .

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya :

1. Untuk mengetahui implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna dalam dua aspek :

1. Aspek keilmuan (teoritis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan ekonomi Islam dalam bertransaksi di bank syariah.

(24)

15

dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, referensi, dan acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya.

G. Definisi Operasional

Agar penelitian lebih terarah dan tidak salah pengertian pada judul skripsi penulis, maka perlu dijelaskan tentang istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Analisis implementasi adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa yaitu implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

b. Take Over (Pengalihan Hutang) adalah bentuk jasa pelayanan bank syariah dalam membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan di bank konvensional menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah atas permintaan nasabah.

c. Pembiayaan Hunian Syariah adalah fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan hunian sesuai dengan prinsip syariah yang membantu nasabah guna memiliki rumah (ready stock baik baru/bekas), apartemen, ruko, kios, maupun take over KPR dari bank lain.

d. PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto merupakan Kantor Cabang Pembantu dari PT. Bank Muamalat Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 98 D Mojokerto dan merupakan obyek yang digunakan penulis untuk penelitian

H. Metode Penelitian

(25)

16

penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.18 Oleh karena itu

metode penelitian membahas tentang konsep teoriti berbagai metode,

kelebihan dan kelemahan yang dalam suatu karya ilmiah. Kemudian

dilanjutkan dengan pemilihan metode yang akan digunakan dalam

penelitian nantinya.19

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research)

dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang lebih menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan deduktif serta pada analisis terhadap

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan

logika ilmiah.20

Dalam penelitian tentang “Analisis Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto)”, maka penulis perlu untuk mendeskripsikan metode dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

a. Data mengenai sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan produk-produk dari PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

18 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 6. 19 Ibid., 3.

(26)

17

b. Data mengenai ketentuan; persyaratan, proses dan prosedur take over pada Pembiayan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat

Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

c. Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

2. Sumber Data a. Sumber primer

Sumber primer adalah subjek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung.21 Untuk sumber primer pada penelitian ini, data yang diambil melalui wawancara dengan Relationship Manager (RM) Financing, Account Manager (AM) dan Financing Support Manager serta

pembagian kuesioner kepada 30 nasabah Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

Penelitian kualitatif melihat penentuan sampel sebagai suatu proses yang dinamis, bertahap, sebagai tim, tidak ditetapkan sebelumnya secara pasti. Sampel penelitian kualitatif dapat berkisar dari satu sampai 40 orang bahkan lebih. Penentuan besarnya sampel didasarkan atas tujuan penelitian, fokus dari

(27)

18

penelitian, cara pengumpulan data, kelayakan informan, kebaharuan informasi, kelengkapan informasi.22

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang dibutuhkan untuk mendukung sumber primer yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud data dokumen dan bahan-bahan pustaka (literatur buku) yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data tersebut diperoleh dari :

1) Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.

2) Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. 3) Ismail, Perbankan Syariah.

4) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.

5) Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen

6) Philip Kotler dan Gerry Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran.

7) Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.

8) Dokumen-dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan pembahasan.

(28)

19

3. Teknik Penentuan Subjek

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek dilakukan dengan teknik Sampling Purposive. Sampling Purposive adalah salah satu macam teknik dari Nonprobability Sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.23

Pertimbangan pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus penelitian terkait implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penggumpulan data, ada beberapa metode yang digunakan oleh penulis diantaranya adalah :

a. Observasi: Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.24 Dalam hal ini observasi dilakukan untuk mengetahui implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto agar mendapatkan data yang akurat dan valid dalam menyusun penelitian ini.

b. Interview (wawancara): Pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

(29)

20

dikonstruksikan makna dalam suatu topik.25 Wawancara ini dilakukan menggunakan tanya jawab secara langsung kepada dengan berdialog kepada Relationship Manager (RM), Account Manager (AM), dan Financing Support Manager, sehingga akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam terkait implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat

Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto

c. Angket: Metode yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi, setelah diisi angket dikirim kembali/dikembalikan ke peneliti.26 Dalam hal ini penulis mengambil data atau informasi yang diinginkan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan berupa angket kepada responden, dalam hal ini 30 nasabah Pembiayaan Hunian Syariah yang aktif selama 3 bulan terakhir tahun 2015. d. Dokumentasi: Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.27 Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian pada KPR Syariah yaitu brosur Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang pembantu Mojokerto.

25 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 135.

(30)

21

5. Teknik Pengolahan Data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan, maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselarasan antara satu dengan yang lainnya.28 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis sesuai dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh dalam kerangka uraian yang telah dirumuskan.29 Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyususn data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data.

c. Coding, yaitu pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data.

d. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan

28 Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UU AMP YKPN, 2004), 127.

(31)

22

mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.30

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.31 Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir deduktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu hendak menilai suatu kejadian yang khusus.32

Fakta-fakta yang dikumpulkan adalah terkait implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto. Penulis mulai memberikan pemecahan persoalan yang bersifat umum, melalui penentuan rumusan masalah sementara dari observasi awal yang telah dilakukan. Dalam hal ini penelitian dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto, sehingga ditemukan pemahaman terhadap pemecahan persoalan dari rumusan masalah yang telah ditentukan untuk

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif ..., 246.

(32)

23

menguraikan bagaimana implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman masalah-masalah dalam penelitian ini. Agar dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis sesuai dengan alur berpikir ilmiah. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya :

Bab pertama, merupakan pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metodologi penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik penentuan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika pembahasan.

(33)

24

tentang perilaku konsumen, faktor-faktor perilaku konsumen serta ketentuan umum lainnya yang dibutuhkan dalam pembahasan penelitian terkait.

Bab ketiga, merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum PT. Bank Muamalat Indonesia meliputi sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan produk-produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Implementasi Pembiayaan Hunian Syariah yang meliputi keunggulan, persyaratan pengajuan, prosedur dan alur proses mekanisme take over serta faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia

Cabang Pembantu Mojokerto.

Bab keempat, merupakan analisa hasil penelitian lapangan mengenai analisis implementasi take over pada Pembiayaan Hunian Syariah dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan take over pada Pembiayaan Hunian Syariah di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Mojokerto.

(34)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Salah satu fungsi bank adalah menyalurkan pembiayaan.

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan

dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana.1

Pembiayaan menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang RI

Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan

dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :

a. Transaksi mud}a>rabah dan musha>rakah.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ija>rah atau sewa beli

dalam bentuk ija>rah muntahiya bittamli<k.

c. Transaksi dalam bentuk piutang mura>bah}ah, salam dan istish}na’.

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard} .

e. Transaksi sewa–menyewa jasa dalam bentuk ija>rah untuk

transaksi multijasa.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah

dan/atau UUS atau pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

(35)

26

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,

atau bagi hasil.2

Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan

dana atau barang yang difasilitasi oleh bank kepada nasabah. Di

dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak

pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah yaitu aturan yang

digunakan sesuai dengan hukum Islam.3

2. Unsur-unsur Pembiayaan4

a. Bank syariah, merupakan badan usaha yang memberikan

pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.

b. Mitra usaha atau partner, merupakan pihak yang mendapatkan

pembiayaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang

disalurkan oleh bank syariah.

c. Kepercayaan (trust), bank syariah memberikan kepercayaan

kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan

memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah

sesuai dengan jadwal waktu tertentu yang diperjanjikan.

d. Akad, merupakan suatu kontra perjanjian atau kesepakatan yang

dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.

e. Risiko, setiap dana yang disalurkan/diinvestasikan oleh bank

syariah selalu mengandung risiko tidak kembalinya dana. Risiko

2 UU Perbankan Syariah, dalam http://www.bi.go.id, diakses pada 9 Oktober 2015. 3Ismail, Perbankan Syariah ..., 106.

(36)

27

pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul

karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali.

f. Jangka waktu, merupakan periode waktu yang diperlukan oleh

nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah

diberikan oleh bank syariah.

g. Balas jasa, sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank

syariah, maka nasabah membayar sejumlah uang sesuai dengan

akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.

3. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan merupakan suatu proses yang dilakukan

oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang

telah diajukan oleh calon nasabah. Dengan melakukan analisis

permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan

bahwa proyek yang akan dibiayai layak (feasible). Bank melakukan

analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah secara dini

kemungkinan terjadinya default oleh nasabah.5

Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode

sesuai kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan

metode analisa 5C, yaitu sebagai berikut: 6

5 Ibid., 119.

(37)

28

a. Character (Karakter)

Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat

dideteksi secara numerik. Namun demikian, hal ini merupakan

pintu gerbang utama proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan

dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada

kemungkinan pembiayaan. Untuk memperkuat data ini, dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Wawancara; karakter seseorang dapat dideteksi dengan

melakukan verifikasi data dengan interview.

2) BI (Bank Indonesia) Checking; BI Checking dilakukan untuk

mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima oleh

nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh BI.

3) Bank Checking; dilakukan secara profesional antara sesama

officer bank, baik dari bank yang sama maupun dari bank yang

berbeda.

4) Trade Checking; analisa dilakukan terhadap usaha-usaha

sejenis, pesaing, pemasok dan konsumen.

b. Capacity (Kapasitas/ kemampuan)

Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk

memahami kemampuan seseorang untuk berbisnis. Hal ini dapat

dipahami karena watak yang baik semata-mata tidak menjamin

seseorang mampu berbisnis dengan baik. Untuk perorangan hal ini

(38)

29

dimilikinya. Hal ini dapat menggambarkan pengalaman kerja atau

bisnis yang bersangkutan. Untuk perusahaan, dapat terlihat dari

laporan keuangan dan past performance usaha.

c. Capital (Modal)

Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar

tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika

nasabahnya sendiri tidak yakin akan usahanya, maka orang lain

akan lebih tidak yakin. Untuk pembiayaan konsumtif, hal ini dapat

tercermin dari uang muka yang sanggup dibayar oleh calon

nasabah.

d. Condition (Kondisi)

Analisa dilakukan terhadap kondisi sekitar yang secara

langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha

calon nasabah. Kondisi yang harus diperhatikan bank antara lain :

1) Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan

usaha calon nasabah.

2) Kondisi usaha calon nasabah, perbandingannya dengan usaha

sejenis, dan lokasi lingkungan wilayah usahanya.

3) Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon nasabah.

4) Prospek usaha dimasa yang akan datang.

5) Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek industri

(39)

30

e. Collateral (Jaminan)

Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan.

Jaminan dimaksud harus mampu mengcover risiko bisnis calon

nasabah.

B. Take Over

1. Pengertian Take Over

Take Over terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa

Inggris take dan over. Take mempunyai arti mengambil sedangkan

over diartikan dengan pengalihan. Jadi dapat diartikan pengertian take

over dalam kamus Inggris-Indonesia yang berarti mengambil alih.7

Salah satu bentuk jasa keuangan bank syariah adalah

membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi nonsyariah yang

telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah. Dalam

hal ini atas permintaan nasabah, bank syariah melakukan

pengambilalihan hutang nasabah di bank konvensional dengan cara

memberikan jasa h}iwa>lah atau dapat juga menggunakan qard},

disesuaikan dengan ada atau tidaknya unsur bunga dalam hutang

nasabah kepada bank konvensional. Setelah nasabah melunasi

kewajibannya kepada bank konvensional, transaksi yang terjadi

adalah transaksi antara nasabah dengan bank syariah.8

7 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), 578.

(40)

31

2. Take Over Dalam Ekonomi Islam

Dalam dunia perbankan pengalihan hutang disebut dengan

take over namun dalam ekonomi Islam pengalihan hutang disebut

dengan h}iwa>lah/h}awa>lah.

a. Pengertian h}iwa>lah

Menurut bahasa, yang dimaksud dengan h}iwa>lah ialah

al-intiqal dan al-tahwil, artinya ialah memindahkan atau

mengoperkan maka Abdurrahman al-Jaziri, berpendapat bahwa

yang dimaksud dengan h}iwa>lah menurut bahasa ialah pemindahan

dari suatu tempat ke tempat yang lain.9

H{awa>lah atau h}iwa>lah adalah akad pengalihan hutang dari

pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung

(membayar)-nya.10 Dalam praktik perbankan pengertian h}iwa>lah

adalah pemindahan utang atau piutang nasabah (muhal) ke bank

(muhal’alaih).11

b. Rukun dan syarat h}iwa>lah

Menurut Hanafiyah, rukun h}iwa>lah hanya satu yaitu ijab

dan qabul yang dilakukan antara yang meng-h}iwa>lahkan dengan

yang menerima h}iwa>lah. Syarat-syarat h}iwa>lah menurut

Hanafiyah ialah:12

9 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 99.

(41)

32

1) Orang yang memindahkan hutang (muhil) adalah orang yang

berakal, maka batallah h}iwa>lah yang dilakukan muhil dalam

keadaan gila atau masih kecil.

2) Orang yang menerima h}iwa>lah(rah al-dayn) adalah orang yang

berakal, maka batallah h}iwa>lah yang dilakukan oleh orang

yang tidak berakal.

3) Orang yang dih}iwa>lahkan (muhal’alaih) juga harus orang

berakal dan disyaratkan pula dia meridhainya.

4) Adanya hutang muhil kepada muhal’alaih.

Rukun h}awa>lah menurut fatwa DSN-MUI

No.12/DSN-MUI/IV/2000 adalah :13

1) Muhil, yakni orang yang berhutang sekaligus membayar

hutang.

2) Muhal atau muhtal, yakni orang berpiutang.

3) Muhal’alaih, yakni orang yang berhutang kepada muhil dan

wajib membayar hutang kepada muhtal.

4) Muhal bih, yakni hutang muhil kepada muhtal.

5) Sighat, yakni ijab qabul.

c. Jenis-jenis h}iwa>lah

Mahzab hanafi membagi h}iwa>lah dalam beberapa bagian.

Ditinjau dari segi objek akad maka h}iwa>lah dapat dibagi dua :14

13 Fatwa DSN-MUI No.12/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Hawalah.

(42)

33

1) H{iwa>lah al-haqq (pemindahan hak), apabila yang dipindahkan

itu merupakan hak untuk menuntut hutang.

2) H{iwa>lah al-dain (pemindahan hutang), apabila yang

dipindahkan itu kewajiban untuk membayar hutang.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.10/14/DBpS

Maret 2008 :

Pemberian jasa pengalihan utang atas dasar h}awa>lah terdiri

dari h}awa>lah muthlaqah dan h}awa>lah muqayyadah. H{awa>lah

muthlaqah ialah transaksi yang berfungsi untuk pengalihan hutang

dari pihak yang menimbulkan adanya dana keluar (cash out) bank.

H{awa>lah muqayyadah ialah transaksi yang berfungsi untuk

melakukan set off (penyelesaian) utang piutang diantara tiga

pihak yang memiliki hubungan muamalah (utang piutang) melalui

transaksi pengalihan utang, serta tidak menimbulkan adanya dana

keluar (cash out). 15

Jadi, jika perpindahan hutang piutang menyebabkan

adanya pembayaran yang dilakukan oleh bank, pengalihan tersebut

masuk dalam kategori h}iwa>lah muthlaqah. Seperti pada contoh di

bawah ini :

1) Arief selaku seorang pengusaha ekspor impor memperoleh

fasilitas kredit dari bank ABC sebesar Rp. 1 miliar.

(43)

34

2) Karena tertarik pada penawaran yang diajukan oleh bank

syariah, arief telah setuju untuk memindahkan fasilitas kredit

yang diterimanya dari bank ABC tersebut kepada bank

syariah.

3) Bank syariah melakukan take over fasilitas kredit dari bank

ABC dengan membayarkan sejumlah Rp. 1 miliar (secara

h}awa>lah muthlaqah).

4) Utang piutang antara Arief dan bank ABC menjadi berakhir,

kemudian menimbulkan utang piutang baru antara Arief dan

bank syariah.

Untuk contoh kasus tersebut, dalam praktik perbankan

syariah, perkembangan konsep h}awa>lah diterjemahkan sebagai

“take over pembiayaan” dan tidak menggunakan istilah h}awa>lah.

Ini karena, apabila menggunakan konsep h}awa>lah akad yang

digunakan harus berupa akad tabbaru’. Akad tabbaru’ pada

prinsipnya merupakan akad tolong-menolong. Artinya, harus

murni bersifat sosial dan tidak boleh mengambil keuntungan dari

peristiwa akad dimaksud. Hal ini kurang cocok dalam praktik

perbankan karena tentu saja bank mengharapkan adanya margin

tertentu atas suatu peristiwa transaksi perbankan. Oleh karena itu,

dibuatlah istilah perjanjian take over pembiayaan.16

(44)

35

Jadi dalam praktiknya (sesuai contoh di atas), antara bank

syariah dan Arief dibuatkan akad qard} sebesar Rp 1 miliar. Dana

qard} sebesar Rp 1 miliar tersebut lalu digunakan oleh Arief untuk

melunasi hutangnya pada bank konvensional. Kemudian antara

bank syariah dan Arief dibuatkan suatu skema perjanjian tertentu

sesuai kepentingan dari Arief sebagai nasabah baru dari bank

syariah.17

3. Akad-akad Yang Digunakan Dalam Pembiayaan Take Over

Berdasarkan Prinsip Syariah a. Qard{

Al-qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh

klasik, qard} dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad saling

membantu dan bukan transaksi komersil.18

Perikatan jenis ini bertujuan untuk menolong, bukan

sebagai perikatan mencari untung. Oleh karena itu bank hanya

akan mendapatkan kembali sejumlah modal yang diberikan kepada

nasabah. Bank syariah dapat menyediakan fasilitas ini dalam

bentuk sebagai berikut :19

17 Ibid.,122.

18 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 131.

(45)

36

1) Sebagai dana talangan untuk jangka waktu singkat, maka

nasabah akan mengembalikannya dengan cepat, seperti

compensating balance dan factoring (anjak piutang).

2) Sebagai fasilitas untuk memperoleh dana cepat karena nasabah

tidak bisa menarik dananya, misalnya karena tersimpan dalam

deposito.

3) Sebagai fasilitas membantu usaha kecil atau sosial.

Adapun rukun dari akad qard} yang harus dipenuhi dalam

transaksi adalah sebagai berikut: 20

1) Pelaku akad, yaitu muqtarid} (peminjam), pihak yang

membutuhkan dana, dan muqrid} (pemberi pinjaman), pihak

yang memilik dana.

2) Objek akad, yaitu qard} (dana)

3) Tujuan yaitu berupa pinjaman tanpa imbalan.

4) S}ighat, yaitu ijab qabul.

Sedangkan syarat dari akad qard} yang harus dipenuhi

dalam transaksi yaitu :

1) Kerelaan kedua belah pihak.

2) Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.

Ketentuan al-Qard} dalam fatwa DSN-MUI

No.19/DSN-MUI/IV/2001 : 21

20 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Cet IV (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 48.

(46)

37

1) Al-Qard} adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah

(muqtaridh) yang memerlukan.

2) Nasabah al-Qard} wajib mengembalikan jumlah pokok yang

diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana

dipandang perlu.

5) Nasabah al-Qard} dapat memberikan (sumbangan) senang

sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah

memastikan ketidakmampuannya LKS dapat :

- Memperpanjang waktu pengembalian, atau

- Menghapus (write off) sebagian atau seluruh

kewajibannya.

b. Mura>bah}ah

Mura>bah}ah adalah istilah dalam fiqih Islam yang berarti

suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya

perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain

yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan

tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.22

(47)

38

Mura>bah}ah sebagaimana digunakan dalam perbankan

Islam, ditemukan berdasarkan dua unsur harga membeli dan biaya

yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungan).

Dalam prinsip ini, antara bank dan nasabah dapat melakukan

perikatan jual beli dengan sistem mura>bah}ah, yaitu jual beli

dengan adanya tambahan dari harga asal.23

Adapun rukun dari akad mura>bah}ah yang harus dipenuhi

dalam transaksi ada beberapa yaitu :24

1) Pelaku akad, yaitu bai’ (penjual) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual, musytari (pembeli) adalah pihak yang

memerlukan dan akan membeli barang.

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman

(harga).

3) S}ighat, yaitu ijab qabul.

Sedangkan syarat pokok mura>bah}ah menurut Usmani

(1999), antara lain sebagai berikut:25

1) Mura>bah}ah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika

penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang

yang akan dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan

menambahkan tingkat keuntungan yang diinginkan.

23 Gemala Dewi, et al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia ..., 156. 24 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah ..., 82.

(48)

39

2) Tingkat keuntungan dalam mura>bah}ah dapat ditentukan

berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum

atau persentase tertentu dari biaya.

3) Semua biaya dikeluarkan oleh penjual dalam rangka

memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak dan

sebagainya dimasukkan dimasukkan kedalam perolehan

untuk menentukan harga agregat dan margin keuntungan

didasarkan pada harga agregat ini.

4) Mura>bah}ah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya

perolehan barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya

biaya tidak dapat dipastikan, barang/komoditas tersebut

tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.

c. Syirkah Al-Milk

Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah

kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari

suatu properti.26Syirkah al-milk dapat juga diartikan sebagi

kepemilikan bersama antara pihak yang berserikat dan

keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih secara

kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu

kepemilikan bersama atas suatu kekayaan tanpa adanya perjanjian

kemitraan yang resmi.27

(49)

40

Menurut ulama fiqih syirkah al-milk adalah dua orang atau

lebih yang memiliki harta bersama tanpa melalui atau didahului

oleh akad asy-syirkah.28 Status harta masing-masing bersifat

berdiri sendiri secara hukum. Apabila masing-masing ingin

bertindak hukum terhadap harta serikat itu, harus ada izin dari

mitranya, karena seseorang tidak memiliki kekuasaan atas bagian

harta orang yang menjadi mitra serikatnya.29

d. Ija>rah

Ija>rah adalah akad perpindahan hak guna atas barang atau

jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu

sendiri. 30Ija>rah biasa disebut sewa, jasa, atau imbalan jasa. Ija>rah

adalah istilah dalam fikih Islam dan berarti memberikan sesuatu

untuk disewakan. Menurut Sayyid Sabiq, ija>rah adalah suatu jenis

akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi,

hakikatnya ija>rah adalah penjualan manfaat.31

Dalam transaksi ija>rah, akad sewa menyewa dilakukan

antara mua’jir (pemilik barang) dan musta’jir (penyewa) atas

objek sewa (ma’jur) untuk mendapatkan imbalan atas barang yang

disewakan. Bank sebagai mua’jir yang menyewakan objek sewa,

akan mendapat imbalan dari penyewa. Imbalan atas transaksi sewa

28 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Cet I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 167. 29 Ibid.,167.

(50)

41

menyewa ini disebut dengan pendapatan sewa (ujrah). Pendapatan

sewa merupakan bagian dari pendapatan operasional bank

syariah.32

e. Ija>rah Muntahiya Bit-Tamli<k (IMBT)

Ija>rah muntahiya bit-tamli<k (IMBT) disebut juga dengan

ijarah waiqtina adalah perjanjian sewa antara pihak pemilik aset

tetap dan penyewa, atas barang yang disewakan. Penyewa

mendapat hak opsi untuk membeli objek sewa pada saat masa

sewa berakhir. Ija>rah muntahiya bittamli<k dalam perbankan

dikenal dengan financial lease, yaitu gabungan antara transaksi

sewa dan jual beli, karena pada akhir masa sewa, penyewa diberi

hak opsi untuk membeli objek sewa. Pada akhir masa sewa, objek

sewa akan berubah dari pemilik barang menjadi milik penyewa.

Pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ija>rah

biasa.33

4. Dasar Hukum Pembiayaan Take Over

a. Al-Quran

Dasar yang menjadi landasan take over (pengalihan

hutang) adalah ayat-ayat al-Quran, sebagaimana firman Allah

SWT tentang perintah untuk saling tolong-menolong dalam

perbuatan positif dalam QS. al-Ma’idah ayat 2 :

(51)

Artinya : “.... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya”.34

Firman Allah swt, dalam QS. al-Baqarah ayat 275 :

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”.35

b. Hadis Nabi

Hadis Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf

al-Muzani, Nabi s.a.w bersabda :

34 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan, (Semarang: Toha Putra, 1989), 157.

(52)

Artinya : “Perjanjian boleh dilakukan diantara kaum muslimin

kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram”.36

Hadis Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-Daruquthni, dan

yang lain, dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda:

ْﻦَﻋ

Artinya : “Dari Jabir dan Abu Hurairah ra, mereka berkata : Tidak boleh menimbulkan mudharat bagi diri sendiri maupun

orang lain”.37

c. Fatwa DSN MUI

Dewan Syariah Nasional MUI mengeluarkan Fatwa

No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.

Pertimbangan ekonomis yang diambil dalam pemutusan fatwa ini

adalah bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang

menjadi kebutuhan masyarakat adalah membantu masyarakat

untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan

menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah, bahwa Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat

(53)

44

tersebut dalam berbagai produknya melalui akad pengalihan

hutang.38

C. Preferensi Konsumen

Preferensi merupakan pilihan seseorang terhadap suatu objek.

Preferensi masing-masing orang berbeda karena adanya beda

kecenderungan dan pengalaman. Preferensi merupakan salah satu unsur

penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang berinteraksi dengan

lembaga keuangan mikro syariah.39

Dalam membangun suatu teori perilaku konsumen dalam

kaitannya untuk memaksimumkan kepuasan, digunakan tiga prinsip

pilihan rasional dalam preferensi konsumen, antara lain : 40

a. Kelengkapan (completeness)

Prinsip ini, menyatakan bahwa setiap individu selalu dapat

menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua

keadaan. Konsumen dapat membandingkan dan menilai semua produk

yang ada. Bila A dan B ialah dua keadaan produk yang berbeda, maka

individu selalu dapat menentukan secara tepat satu diantara

kemungkinan yang ada. Dengan kata lain, untuk setiap jenis produk A

dan B, konsumen akan lebih suka A dari pada B, lebih suka B dari

pada A, suka akan keduanya, atau tidak suka akan keduanya.

Preferensi ini mengabaikan faktor biaya dalam mendapatkannya.

38 Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.

39 Bank Indonesia Padang dan Universitas Andalas, Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Sumatra Barat, Penelitian, 2000, 13.

(54)

45

b. Transitivitas (transitivity)

Prinsip ini, menerangkan mengenai konsistensi seseorang

dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh

beberapa alternatif pilihan produk. Dimana jika seseorang individu

mengatakan bahwa produk A lebih disukai dari pada B, dan produk B

lebih disukai dari pada produk C, maka ia pasti mengatakan bahwa

produk A lebih disukai dari pada produk C. Prinsip ini sebenarnya

untuk memastikan adanya konsistensi internal didalam diri individu

dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini, menunjukan bahwa pada

setiap alternatif pilihan seorang individu akan selalu konsisten dalam

memutuskan preferensinya atas suatu produk dibandingkan dengan

produk lain.41

c. Kontinuitas (continuity)

Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seorang individu

mengatakan produk A lebih disukai dari pada produk B, maka setiap

keadaan yang mendekati produk A pasti juga akan lebih disukai dari

pada produk B. Jadi ada suatu kekonsistenan seorang konsumen dalam

memilih suatu produk yang akan dikonsumsinya.

Diasumsikan preferensi setiap orang mengikuti prinsip di atas,

dengan demikian tiap orang selalu dapat membantu menyusun ranking

semua situasi kondisi mulai yang paling disenangi hingga yang paling

tidak disukai dari bermacam barang dan jasa yang tersedia. Seseorang

(55)

46

yang rasional akan memilih barang yang paling disenangi. Dengan kata

lain, dari sejumlah alternatif yang ada orang lebih cenderung memilih

sesuatu yang dapat memaksimumkan kepuasannya. Hal ini sejalan dengan

konsep “barang yang diminati menyuguhkan kepuasan yang lebih besar

dari barang yang kurang diminati”.42

D. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,

termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan

ini.43

Menurut John C. Mowen dan Michael Minor, perilaku konsumen

(consumen behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian

(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,

konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.44

Sementara itu, menurut Bilson Simamora perilaku konsumen adalah

perilaku yang menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.45

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika

42 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2002), 32.

43 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 3.

(56)

47

membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah

melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.46

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan konsumen di dalam menentukan pilihannya terhadap

suatu barang atau jasa sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor

budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. Sebagaian

besar dari faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar

(manajemen) tetapi harus benar-benar diperhitungkan, karena pengaruh

tiap faktor dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Keempat faktor

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen47

Budaya Sosial Pribadi Psikologi

Pembeli

46 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 5.

Gambar

Tabel 2.1
tabel di
Gambar 2.1  Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengolesan telur ayam ras dengan minyak kelapa dapat berfungsi sebagai pelindung kerabang telur sehingga dapat mempertahankan kualitas telur (kedalaman

V3 beradaptasi secara spesifik pada lingkungan tumbuh yang sama dengan lokasi penanaman kencur di Cileungsi, Cijeruk dan lokasi asalnya di Sumedang dengan rata-rata produksi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat dan ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akh ir ini dengan

sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana. simpanan

Dari hasil analisis percepatan durasi proyek dengan metode time cost trade off pada proyek pembangunan perumahan Cemara Kuta, untuk alternatif penambahan jam kerja

Tabel 1 menunjukkan tiga isolat (Swn-1, Ksn, dan Psr-2) diperoleh dari jenis pisang Ambon dengan lokasi yang berbeda, dan tiga isolat lainnya (Swn-2, Psr-1, dan Psr-3) diperoleh

Adapunkriteria inklusi dari subyek penelitian adalah anak jalanan di Kota Semarang, pernah mengalami kekerasan seksual berupa perkosaan, baik per vaginal maupun per anal (sodomi),

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh perpanjangan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (6), dalam waktu 3 (tiga) tahun