• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN MASLAHAH MURSALAH TERHADAP PROGRAM STERILISASI TUBEKTOMI KARENA FAKTOR DEMOGRAFI DI KABUPATEN LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN MASLAHAH MURSALAH TERHADAP PROGRAM STERILISASI TUBEKTOMI KARENA FAKTOR DEMOGRAFI DI KABUPATEN LAMONGAN."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PROGRAM

STERILISASI TUBEKTOMI KARENA FAKTOR DEMOGRAFI

DI KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh: Firsty Puji Lestari

NIM: C01212016

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Keluarga Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Tinjauan Masl{ah{ah Mursalah terhadap Program Sterilisasi Tubektomi Karena Faktor Demografi di Kabupaten Lamongan. Rumusan masalah adalah: Bagaimana pelaksanaan program sterilisasi tubektomi karena faktor demografi di Kabupaten Lamongan? Bagaimana kesesuaian program sterilisasi tubektomi karena faktor demografi di Kabupaten Lamongan dengan masl{ah{ah mursalah?

Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan teknik interviu, observasi, dan dokumentasi terkait pelaksanaan program sterilisasi tubektomi karena faktor demografi, kemudian di analisis dengan menggunakan teori mas{lah{ah mursalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Lamongan memberikan pelayanan program sterilisasi tubektomi secara gratis sebagai solusi lajunya pertumbuhan penduduk yang berdampak pada sosial ekonomi, psikologi, dan pendidikan. Program ini dapat menekan jumlah anak, menjaga kesehatan, dapat mengatur jarak kelahiran anak, sehingga tercapailah keluarga saki>nah mawaddah wa rah{mah. Selain itu, kebutuhan jasmani rohani terpenuhi sehingga lahir generasi yang kuat yang terhindar dari kesulitan.

Hasil analisis mas{lah{ah mursalah menunjukkan bahwa pelaksanaan program sterilisasi tubektomi dengan alasan faktor demografi di Kabupaten Lamongan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dalam mengantisipasi bahaya yang akan ditimbulkan telah sejalan dengan tujuan maqa>s{id al-syari>’ah dan mas}lahah} mursalah yaitu terpeliharanya jiwa dan keturunan. Pertama, menjaga keturunan (h}ifz{ al-nas}l) dalam tingkatan h}a>jiyyah, yaitu agar anak terhindar dari kesulitan untuk tumbuh kembang dan pemenuhan hidupnya karena kemampuan orangtua dalam memelihara anak berbeda-beda. Kedua, karena alasan kesehatan, menjaga keselamatan ibu pasca operasi caesar dapat memelihara jiwa (h}ifz{ an-nafs) dalam peringkat h{a>jiyyah, karena cara sterilisasi tubektomi lah yang paling mudah untuk dilakukan dalam mencegah bahaya yang mengancam. Selain itu tingkat kemaslahatan sterilisasi tubektomi lebih besar dibandingkan dengan jenis kontrasepsi yang lain.

Kepada pemerintah Kabupaten Lamongan khususnya badan

(6)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... x

DAFTAR ISI... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Kajian Pustaka ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 17

(7)

xii

BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG MAQA<S{ID SYARI<’AH DAN

MAS{LAH{AH MURSALAH

A. Maqa>s{id al-Shari>‘ah ... 23

1. Pengertian dan dasar hukum maqa>s{id al-shari>‘ah ... 23

2. Macam-macam maqa>s{id al-shari>‘ah ... 24

3. Pokok-pokok kemaslahatan dalam maqa>s{id al-shari>‘ah. 27 4. Cara memahami maqa>s{id al-shari>‘ah ... 31

5. Hubungan maqa>s{id al-shari>‘ah dengan metode mas{lah{ah mursalah ... 33

B. Mas{lah{ah Mursalah ... 35

1. Pengertian dan dasar hukumnya ... 35

2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah ... 37

3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah ... 43

4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan ... 47

BAB III : PELAKSANAAN PROGRAM STERILISASI TUBEKTOMI KARENA FAKTOR DEMOGRAFI DI KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lamongan ... 50

B. Pelaksanaan Program Sterilisasi Tubektomi di Kabupaten Lamongan ... 52

C. Pelaksanaan Program Sterilisasi Tubektomi karena Faktor Demografi di Kabupaten Lamongan ... 65

BAB IV : ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PROGRAM STERILISASI TUBEKTOMI KARENA FAKTOR DEMOGRAFI DI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Program Sterilisasi Tubektomi karena Faktor Demografi di Kabupaten Lamongan ... 81

1. Pelaksanaan program sterilisasi tubektomi di Kabupaten Lamongan ... 81

(8)

xiii

3. Alasan-alasan penggunaan sterilisasi tubektomi ... 86

B. Analisis Mas{lah{ah Mursalah terhadap Faktor Demografi Yang Melatarbelakangi Pelaksanaan Program Sterilisasi Tubektomi di Kabupaten Lamongan ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52 2. Pemenuhan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru dan Pencapaian

Peserta KB Aktif Kabupaten Lamongan bulan Januari s/d Desember Tahun 2010 ... 56 3. Pemenuhan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru dan Pencapaian

Peserta KB Aktif Kabupaten Lamongan bulan Januari s/d Desember Tahun 2011 ... 57\ 4. Pemenuhan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru dan Pencapaian

Peserta KB Aktif Kabupaten Lamongan bulan Januari s/d Desember Tahun 2012 ... 58 5. Pemenuhan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru dan Pencapaian

Peserta KB Aktif Kabupaten Lamongan bulan Januari s/d Desember Tahun 2013 ... 59 6. Pemenuhan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru dan Pencapaian

Peserta KB Aktif Kabupaten Lamongan bulan Januari s/d Desember Tahun 2014 ... 60 7. Metode Operasi Wanita Tahun 2014 Kabupaten Lamongan ... 61 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Angka Kelahiran, Kematian, Migrasi ... 65 9. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan

kepadatan penduduk terbesar di dunia dalam periode tahun 2010 setelah

Negara Cina, India, dan Amerika Serikat berdasarkan sensus penduduk Badan

Pusat Statistik tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa.1 Jumlah ini

diperkirakan akan terus bertambah sehingga diproyeksikan pada tahun 2015

penduduk Indonesia berjumlah 255 juta.2 Isu kependudukan saat ini telah

menjadi isu aktual di Indonesia seiring dengan meningkatnya kompleksitas

dan dinamika kependudukan global.3 Masalah kependudukan yang dihadapi

Indonesia telah mendorong terjadinya perubahan paradigma kebijakan

kependudukan secara mendasar di Indonesia.

Penyebab meningkatnya laju penduduk di Indonesia disebabkan

karena beberapa faktor, di antaranya peningkatan angka kelahiran, umur

panjang, penurunan angka kematian, kurangnya pendidikan, pengaruh

budaya, dan imigrasi. Pertumbuhan alami atau kelahiran, merupakan salah

satu dari sekian faktor yang memicu terjadinya pertumbuhan penduduk

1BPS, ‛Sensus Penduduk‛, dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demografi_indonesia, diakses

pada, 16 September 2015, pukul 15.35.

2 BPS, ‚Proyeksi Penduduk menurut Provinsi tahun 2010-2035 (Ribuan)‛, dalam

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demografi_indonesia, diakses pada 16 September 2015, pukul

15.35 WIB.

3 Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Dinamika Kependudukan dan Kebijakan,

(11)

2

secara pesat. Kelahiran adalah sebuah proses akhir dari kehamilan yang

sukses sehingga manusia menghasilkan bayi yang dilahirkan.

Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia memberikan pekerjaan

rumah bagi pemerintah untuk mengatasi problematika tersebut. Jumlah

penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dari data

Badan Pusat Statistik, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia sebanyak

205.132.458. jiwa.4 Pada tahun 2005 mencapai 218.869.000 jiwa, dan pada

tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 237.641.326 jiwa.5

Salah satu metode yang digunakan pemerintah Indonesia untuk

menekan laju pertumbuhan penduduk saat ini adalah dengan mengadakan

Program Keluarga Berencana, yang selanjutnya disebut dengan KB.

Pelayanan yang diberikan berupa nasihat perkawinan termasuk pemeriksaan

kesehatan calon suami istri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam

perkawinan dan pengatur kehamilan.

Dalam Islam, sejak zaman Rasulullah saw. Keluarga berencana itu

sudah ada yaitu disebut dengan istilah ‘azl atau dalam bahasa kedokteran

sering disebut dengan coitus interuptus yakni menarik zakar dari vagina

tepat sebelum keluarnya mani.6 Dalam hadis disebutkan, Rasulullah saw.

bersabda:

4Wikipedia, ‚Penduduk Indonesia Tahun 2000‛, dalam http://id.mwikipedia.org diakses pada 25

Oktober 2015, pukul 21.38 WIB.

5 BPS, ‛Sensus Penduduk 2010‛, dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demografi_indonesia,

diakses pada, 25 Oktober 2015, pukul 21.50 WIB.

(12)

3

Dari Jabir ra. Ia berkata Rasulullah saw. bersabda: ‛kami pernah

melakukan 'azl pada zaman Rasulullah saw. sedangkan ayat

al-Qur’an masih diturunkan. Dan jika seandainya ada sesuatu yang

dilarang tentu al-Quran melarang kami melakukan perbuatan itu.‛7

Adapun pandangan Islam tentang arti Keluarga Berencana yaitu:

1. Keluarga Berencana harus diartikan sebagai upaya untuk mengatur jarak

kehamilan demi kesejahteraan keluarga atau yang biasa disebut dengan

tanz}i>m al-nasl ( 8

2. Keluarga Berencana tidak boleh dilakukan dengan pengguguran

kandungan juga tidak boleh merusak atau menghilangkan bagian tubuh

suami atau istri.

3. Keluarga Berencana merupakan masalah perorangan (sukarela) dan bukan

merupakan gerakan massal atau dipaksaan dan harus ada persetujuan

suami atau istri yang bersangkutan.

4. Perencanaan Keluarga Berencana harus ditujukan dan diarahkan kepada

pembentukan kebahagiaan suami istri, kesejahteraan keluarga, keturunan

yang sehat jasmani, rohani serta akal, ilmu dan iman juga pembinaan

(13)

4

masyarakat, bangsa serta pembangunan negara dengan mengharap rida

Allah Swt.9

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 dinyatakan bahwa: Perkawinan

menurut hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mi>sa\>qa>n ghali>z}an

untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

ibadah. Sedangkan dalam Pasal 3 KHI menyebutkan: Perkawinan bertujuan

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang saki>nah mawaddah wa

rah}mah.10

Ketentuan tentang perkawinan ini dimaksudkan agar tujuan dari

sebuah perkawinan untuk membentuk keluarga yang sejahtera tercapai.

Tujuan perkawinan antara lain yaitu:

1. Mendapatkan dan melanjutkan keturunan yang merupakan sambungan

hidup dan penyambung cita-cita.

2. Memperbanyak umat Nabi Muhammad saw.

3. Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah untuk ayah

dan ibu mereka saat masuk surga.

4. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

9 Ibid., 54.

10 Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam,

(14)

5

5. Memperbanyak keturunan umat Islam dan menyemarakkan bumi melalui

proses pernikahan.11

Kamal Mukhtar menambahkan tujuan lain yaitu untuk menimbulkan

rasa cinta antara suami istri, menimbulkan rasa kasih sayang antara orang tua

dengan anak-anaknya dan adanya rasa kasih sayang antara sesama anggota

keluarga.12

Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum Islam mempunyai lima

tujuan kemaslahatan yaitu memelihara agama, memelihara akal manusia,

memelihara jiwa manusia, harta manusia, dan memelihara keturunan

manusia. Bila suatu pemahaman terhadap ajaran Islam tidak didasarkan

kepada lima kemaslahatan tersebut, maka dia tidak memperhatikan kelima

unsur dan aspek pada diri manusia. 13

Tujuan Program KB Nasional adalah membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak, agar menjadi keluarga bahagia sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk peningkatan ketahanan, memperbaiki

kesehatan ibu, anak, keluarga dan bangsa, mengurangi angka kelahiran untuk

menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, serta memenuhi permintaan

rakyat.14

11 Huzaimah Tahido Yanggo, Masa>il Fiqhiyah (Kajian Hukum Islam Kontemporer), (Bandung:

Angkasa, 2005), 134.

12 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),

14.

(15)

6

Dari penjelasan di atas terdapat petunjuk tentang perlunya

memperhatikan beberapa hal tentang KB dan pengaruhnya terhadap

keturunan, sebagai berikut:

1. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.

2. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan.

3. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak

kelahiran anak terlalu dekat.15

Penunjukkan manusia sebagai khalifah di muka bumi pada hakikatnya

adalah demi kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. Kemaslahatan tersebut

harus lah diciptakan guna terlaksananya tugas dan peranan manusia baik

sebagai mahluk individu, sosial maupun sebagai hamba Allah. Artinya

mendatangkan keuntungan bagi mereka dan menolak mudarat serta

menghilangkan kesulitan dari padanya.16

Mas{lah{ah mursalah adalah h}ujjah syari‘ah yang dijadikan dasar

pembentukan hukum, dan bahwasannya kejadian yang tidak ada hukumnya

dalam nas dan ijmak atau kias atau istihsan itu disyariatkan padanya hukum

yang dikehendaki oleh maslahat umum.17

Dijelasakan dalam Keputusan Konferensi Besar Syuriyah Nahdlatul

Ulama Ke-1 pada tanggal 18-22 April tahun 1960 di Jakarta dalam masalah

family planing (perencanaan keluarga). Umpamanya saja karena terlalu

banyak melahirkan anak yang menurut pendapat orang yang ahli tentang hal

15 Musthafa Kamal, Fiqih Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002), 293.

16 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, vol. 2, terjemah Moch. Tochah Mansoer

dan Iskandar Al-Barsani(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 127.

(16)

7

ini bisa menjadikan bahaya, maka hukumnya boleh dengan jalan apa saja

yang ada.18

Apa yang diperbolehkan oleh darurat maka, diukur menurut kadar

kemudaratannya.19

KB menurut ulama yang menerimanya, merupakan salah satu bentuk

usaha manusia dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna

menghasilkan keturunan generasi yang kuat di masa yang akan datang.

Program KB dilakukan dengan banyak cara. Untuk dapat

menyukseskan Program KB, maka pemerintah menyediakan berbagai macam

metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen.

metode alat kontrasepsi yang digunakan di antaranya adalah pil KB, suntikan

KB, alat kontrasepsi bawah kulit yang disebut dengan istilah

(AKBK/IMPLANT), dan alat kontrasepsi bawah rahim (AKBR/IUD).20

Selain itu, metode yang sedang berkembang saat ini dan sebagian kaum hawa

menggunakannya adalah metode kontrasepsi mantap (KONTAP) terdiri dari

vasektomi yang diistilahkan dengan metode operasi pria (MOP) dan

18Bahtsul Masail, ‚Hukum Sterilisasi Kandungan‛ dalam m.nu.or.id/a,public

-m,dinamic-lang,id-ids,59-t,bahtsul+masail-t,Hukum+Sterilisasi+Kandungan-.phpx, diakses pada 16, September, 2015, pukul 10. 28 WIB.

19 Al- Ima>m Jala>luddi>n bin Abi Bakr As-Suyut}i Al-Syafi’i, Al-Asybah Wa> Al Naz}a>ir, (Beirut: Da>r

al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t), 60.

(17)

8

tubektomi yang disebutkan juga metode operasi wanita (MOW), karena

dinilai sangat efektif.21

Metode kontrasepsi mantap merupakan alat kontrasepsi yang

benar-benar harus melalui pertimbangan yang cukup matang. Harus disepakati oleh

pihak suami dan istri yang akan menggunakannya, oleh karena itu dinamakan

metode kontrasepsi mantap. Sterilisasi ini, sekalipun sacara teori orang yang

disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversable), tetapi para ahli

kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.22

Dalam penulisan ini, metode KB yang akan diteliti adalah jenis

sterilisasi tubektomi atau yang disebut dengan metode operasi wanita,

selanjutnya disebut dengan MOW. Sterilisasi pada wanita berarti

pemblokkan atau pemutusan saluran telur yang menyalurkan ovum.23

Program sterilisasi tubektomi ini merupakan program kontrasepsi

yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai solusi untuk meminimalisasikan

laju pertumbuhan penduduk. Banyak program dan upaya yang juga dilakukan

baik secara nasional diinisiasi oleh BKKBN Pusat, dibantu dengan struktur

pelaksanaannya ditingkat provinsi dan kabupaten-kabupaten, maupun

program kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Yang menjadi fokus obyek penelitian penulis tentang program

sterilisasi tubektomi di Kabupaten Lamongan. Kabupaten Lamongan Jawa

21 Ibid., 53.

(18)

9

Timur pada bulan September 2015 telah berhasil menerima penghargaan

tertinggi bidang kependudukan tingkat nasional yakni Satyalancana

Wirakarya Kencana dari Pemerintah Pusat, setelah dianggap mampu

menekan laju penduduk di kawasan tersebut. Selain untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk yang pesat, program ini juga bertujuan membantu

menjaga kesejahteraan masyarakat dengan mengatur jumlah kelahiran,

menjaga kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan anak juga menjadi

alasannya.

Mengapa di Kabupaten Lamongan sangat antusias dalam

melaksanakana program KB khususnya sterilisasi tubektomi? Mengapa

masyarakat banyak beralih menggunakan sterilisasi? Dalam dekade terakhir

ini, penggunaan metode sterilisasi tubektomi di Kabupaten Lamongan

semakin banyak diminati oleh masyarakat daripada dekade sebelumnya, salah

satu alasannya adalah karena didukung faktor pelaksanaan dan pelayanan KB

secara gratis oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Sehingga dengan

pelayanan KB sterilisasi gratis inilah banyak masyarakat yang antusias untuk

melakuknnya. Sterilisasi tubektomi terbukti sangat akurat, efektif,

kemungkinan kecil untuk hamil lagi serta tidak ada efek samping jangka

panjang. Pemerintah Kabupaten Lamongan sangat menghimpau agar dapat

menyukseskan program kesehatan bagi ibu dan anak melalui KB ini dengan

(19)

10

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa permasalahan tentang

keturunan, kemaslahatan, kependudukan, serta dampak kesehatan dan

kesejahteraan bagi masyarakat terutama bagi ibu dan anak perlu diusut dan

dicermati dengan lebih mendalam lagi. Anak adalah amanah yang diberikan

oleh Allah Swt. untuk dapat menjadikannya sebagai generasi penerus dalam

menjaga dan meneruskan perjuangan agama Islam.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebijakan program pemerintah

tentang alat kontrasepsi sterilisasi tubektomi bagi masyarakat Lamongan

adalah terbantunya masyarakat dalam hal biaya, membantu memenuhi

kebutuhan KB, menciptakan keluarga sejahtera, dapat memberikan fasilitas

yang terbaik bagi anaknya, tidak ketergantungan pada obat-obatan,

menghindari kegemukan pada fisik ibu, serta terjaminnya kesehatan terutama

bagi ibu dan anak pasca operasi caesar.

Dari permasalahan yang dipaparkan tersebut di atas, penulis hendak

menganalisa dengan menggunakan metode mas{lah{ah mursalah. Apakah

kebijakan program sterilisasi tubektomi sejalan dengan konsep mas{lah{ah

mursalah? Apakah program sterilisasi tersebut akan mendatangkan banyak

maslahat terutama maslahat terhadap keluarga? Apakah unsur-unsur yang

terdapat dalam program sterilisasi tubektomi sesuai dengan dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku pada teori mas{lah{ah mursalah.

Dengan demikian, maka penulis merasa tertarik dan mencoba

(20)

11

‚Tinjauan Mas{lah{ah Mursalah terhadap Program Sterilisasi Tubektomi

karena Faktor Demografi di Kabupaten Lamongan‛.

Penelitian ini akan mengkaji dari segi mas{lah{ah mursalah yaitu

sesuatu yang dianggap baik dan menghasilkan maslahat, tetapi tidak ada

dalam nas secara spesifik menjelaskannya terhadap kebijakan program

sterilisasi tubektomi pemerintah Kabupaten Lamongan dalam pengaruhnya

terhadap kemaslahatan keluarga sebagai suatu hal yang menarik untuk

diteliti.

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi inti

permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk di Kota Lamongan

2. Faktor-faktor munculnya program pelayanan sterilisasi di Kabupaten

Lamongan

3. Pemberian pelayanan dan pelaksanaan sterilisasi tubektomi secara gratis

oleh pemerintah Kabupaten Lamongan

4. Dasar hukum sterilisasi

5. Proses pelaksanaan program sterilisasi tubektomi di Kabupaten

Lamongan

6. Kesesuaian mas{lah{ah mursalah dengan pelaksanaan program sterilisasi

(21)

12

Dengan adanya banyak permasalahan tersebut di atas, maka untuk

memberikan arah yang jelas atau fokus dalam penelitian ini penulis

membatasi hanya beberapa masalah saja yaitu:

1. Tentang pelaksanaan program sterilisasi tubektomi di Kabupaten

Lamongan

2. Tentang kesesuaian mas{lah{ah mursalah dengan pelaksanaan program

sterilisasi tubektomi karena faktor demografi di Kabupaten Lamongan

C. Rumusan Masalah

Agar lebih praktis, maka permasalahan-permasalahan ini akan penulis

rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan program sterilisasi tubektomi karena faktor

demografi di Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana kesesuaian mas{lah{ah mursalah terhadap program sterilisasi

tubektomi karena faktor demografi di Kabupaten Lamongan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka penelitian ini pada dasarnya adalah untuk

mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian

sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya

(22)

13

Untuk mengetahui originalitas penelitian ini, penulis perlu

mengemukakan karya tulis (penelitian) tedahulu tentang tema tinjauan

mas{lah{ah mursalah terhadap program sterilisasi tubektomi karena faktor

demografi. Ada beberapa penelitian yang membahas sterilisasi tubektomi,

yaitu:

Pertama, skripsi Ahmad Satun yang berjudul ‚KB dengan Sterilisasi

(Tubektomi) di Desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten

Gresik Dalam Tinjauan Hukum Islam‛ pada tahun 2003. Skripsi ini kurang

spesifik dalam membahas sterilisasi karena alasan demografi dan bukan

korelasinya dengan kebijakan pemerintah kota. Skripsi ini pembahasannya

masih pada tiga pokok bahasan yaitu Sterilisasi karena alasan kesehatan,

banyak anak serta alasan ekonomi.24

Kedua, ‛Sterilisasi Dengan Alasan Faktor Ekonomi Dalam Perspektif

Hukum Islam di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk‛

skripsi yang ditulis oleh Nanang Pujianto pada tahun 2011. Pembahasan

tentang pandangan Hukum Islam terhadap sterilisasi tubektomi yang

dilakukan di desa tertentu karena faktor ekonomi sebagai alasan utama. Jadi

skripsi ini tidak membahas masalah program sterilisasi karena faktor

demografi sama sekali dan implementasinya terhadap kemaslahatan.25

24 Ahmad Satun, KB dengan Sterilisasi Tubektomi Di Desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujung

Pangkah Kabupaten Gresik Dalam Tinjauan Hukum Islam‛, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2003), 11.

25 Nanang Pujianto, ‚Sterilisasi Dengan Alasan Faktor Ekonomi Dalam Perspektif Hukum Islam

(23)

14

Sedangkan skripsi ini lebih fokus terhadap pelaksanaan program

pemerintah khususnya Kabupaten Lamongan yang memberikan kebijakan

pelayanan sterilisasi tubektomi secara gratis kepada masyarakatnya serta

ditinjau dari kesesuaian mas{lah{ah mursalah-nya tentang sterilisasi tubektomi

tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian penulisan masalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program sterilisasi tubektomi karena

faktor demografi di Kabupaten Lamongan.

2. Untuk menganalisis dari sudut pandang mas{lah{ah mursalah terhadap

program sterilisasi tubektomi karena faktor demografi di Kabupaten

Lamongan.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk hal-hal sebagai

berikut:

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

(24)

15

pembaca pada umumnya, dan khusus bagi mahasiswa/i yang berkaitan

dengan masalah hukum keluarga Islam.

b. Menyumbang ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi wanita

dalam perspektif hukum Islam.

c. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi

mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang hukum keluarga.

2. Secara praktis

a. Untuk menjadi sumbangan pemikiran terhadap kebijakan pemerintah

Kabupaten Lamongan dalam hal program sterilisasi berdasarkan

maslahatnya.

b. Bagi pemegang kebijakan untuk memberi jalan keluar yang akurat

terhadap permasalahan yang dihadapi dan memberikan pelayanan

terbaik untuk masyarakat secara syariat Islam.

c. Diharapkan agar dapat mengungkap penemuan teori-teori baru serta

mengembangkan teori-teori yang sudah ada.

d. Menyumbang informasi terutama kepada masyarakat Kabupaten

Lamongan.

G. Definisi Operasional

Permasalahan di atas tidak hanya diselesaikan dengan pemikiran saja,

(25)

16

karya ilmiah yang memiliki bobot keilmuan. Untuk memperjelas kemana arah

pembahasan masalah yang diangkat, maka penulis perlu memberikan definisi

dari judul tersebut, yakni dengan menguraikan sebagai berikut:

Mas{lah{ah mursalah : Hujah syariat yang dijadikan dasar

pembentukan hukum, dan bahwasannya kejadian

yang tidak ada hukumnya dalam nas dan ijmak

atau kias atau istihsan itu disyariatkan padanya

hukum yang dikehendaki oleh maslahat umum,

dan tidaklah berhenti pembentukan hukum atas

dasar maslahah ini karena adanya saksi yang

sesuai syariat Islam yang mengakuinya.26

Program sterilisasi tubektomi karena faktor demografi: Ketentuan rancangan

kegiatan pemerintah tentang kebijakan

pemberian alat kontrasepsi sterilisasi tubektomi

yaitu suatu kontrasepsi untuk mencegah

keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat

dan atau memotong pada kedua saluran tuba,27

dengan alasan karena faktor kependudukan

(perubahan) manusia. Meliputi ukuran, struktur,

dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah

(26)

17

penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,

kematian, migrasi, serta penuaan.28

H. Metode Penelitian

Penelitian yang akan digunakan dalam rangka penulisan skripsi ini

adalah penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu, data-data yang

dikumpulkan berasal dari data lapangan sebagai obyek penelitian. Untuk

memperoleh validitas data, maka tekhnik pengumpulan data yang relevan

menjadi satu hal yang sangat penting. Adapun metode penelitiannya adalah

kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena datanya bersifat verbal (secara

sentence), meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Disebut deskriptif

karena menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis fakta dan

karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara tepat.

1. Data yang dikumpulkan

Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka penulis membutuhkan data sebagai berikut:

a. Data tentang keadaan demografi secara umum di Kabupaten

Lamongan.

b. Data tentang pelaksanaan program sterilisasi tubektomi di Kabupaten

Lamongan yang dilatar belakangi oleh faktor demografi. Yang

dimaksud data pelaksanaan disini adalah data dari hasil interviu

28 Wikipedia, ‚Demografi‛, dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demografi, diakses pada 26

(27)

18

dengan kepala bidang KB Lamongan, para akseptor KB dan data yang

berupa dokumentasi atau arsip dari badan pemberdayaan perempuan

dan keluarga berencana yang selanjutnya disebut dengan BPPKB.

c. Teori tentang konsep mas{lah{ah mursalah terhadap program sterilisasi

tubektomi.

Subjek dalam penelitian ini adalah bapak Shaumintari selaku

kepala bagian Program KB beserta BPPKB terkait pembentukan program

KB gratis khususnya sterilisasi tubektomi dan peserta sterilisasi

tubektomi (akseptor).

2. Sumber data

Berdasarkan jenis data yang ditentukan sebelumnya maka dalam

penelitian ini sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari subyek penelitian. Adapun sumber primer meliputi:

1) Keterangan dari bapak Shaumintari sebagai kepala bidang KB

BPPKB Kabupaten Lamongan.

2) Akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan sterilisasi

tubektomi dengan cara interviu.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti, seperti literatur-literatur mengenai

mas{lah{ah mursalah dan sterilisasi tubektomi. Antara lain:

1) Jalaluddin Abdur Rahman, Al-Mas{alih{ al-Mursalah wa

(28)

19

2) Amin Farih, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam.

3) Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam.

4) Masfuk Zuhdi, Masa>il Fiqhiyah.

5) Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam.

6) Masfuk Zuhdi, Islam Dan Keluarga Berencana di Indonesia.

7) Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam.

8) Satria Effendi, M. Zein,Ushul Fiqh.

9) Musthafa Kamal, Fiqih Islam.

10)Yusuf Qardhawi, Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam.

3. Tekhnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat

menentukan baik tidaknya sebuah penelitian. Maka kegiatan

pengumpulan data harus dirancang dengan baik dan sistematis, agar data

yang dikumpulkan sesuai dengan permasalahan penelitian. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teknik wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi

secara langsung antara pewawancara atau peneliti dengan informan.

Peneliti melakukan wawancara dengan informan di tempat penelitian

kantor BPPKB Kabupaten Lamongan dan instansi-instansi terkait.

Dengan tekhnik wawancara ini peneliti akan memperoleh data yang

bersifat fakta.29 Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara

(29)

20

kepada kepala bagian program KB Kabupaten Lamongan untuk

memperoleh informasi tentang pelaksanaan program sterilisasi

tubektomi di Kabupaten Lamongan, pihak terkait kebijakan program

sterilisasi tubektomi, dan akseptor.

b. Studi dokumen

Studi dokumen adalah suatu teknik untuk menghimpun data

melalui data tertulis dengan menggunakan konten analisis.30 Teknik

ini digunakan penulis untuk pengumpulan data tertulis terkait proses

pelaksanaan sterilisasi tubektomi, data kegiatan prioritas sterilisasi

tubektomi pertahun, dokumen-dokumen, laporan-laporan, arsip-arsip

terkait pelaksanaan sterilisasi tubektomi, dan kemudian menelaah

sumber data sekunder yang berupa buku maupun literatur lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknis analisis data

Setelah data yang diperoleh dalam penelitian terkumpul, langkah

selanjutnya adalah menganalisis data. Peneliti akan menganalisisnya

dengan menggunakan metode kualtitatif deskriptif, yaitu dikatakan

sebagai kualitatif karena bersifat verbal atau kata dan dikatakan sebagai

deskriptif karena menggambarkan dan menguraikan terhadap segala

sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan program sterilisasi

tubektomi karena faktor demografi kemudian akan menganalisisnya

dengan menggunakan konsep mas{lah{ah mursalah.

30 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Uneversitas Indonesia UI-Press,

(30)

21

Dalam penelitian ini, menggunakan pola pikir induktif yaitu pola

berpikir yang diawali dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus

yang terjadi di lapangan yaitu pelaksanaan program sterilisasi tubektomi

di Kabupaten Lamongan kemudian dianalisis dengan menggunakan

teori-teori yang bersifat umum yang berkenaan dengan mas{lah{ah mursalah.

5. Teknik pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh dengan

memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang

meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,

kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.31

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa

sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan

masalah.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Agar dapat

dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka

pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:

31 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004),

(31)

22

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, identifikasi dan batasan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi tinjauan umum

tentang maqa<s{id shari>‘ah, dan tentang mas{lah{ah mursalah.

Bab ketiga, berisi gambaran secara normatif tentang data yang

berhasil dikumpulkan peneliti berkenaan dengan hasil penelitian di lapangan

terhadap pelaksanaan program sterilisasi tubektomi oleh pemerintah

Kabupaten Lamongan. Dalam subbab ini dibahas tentang gambaran umum

Kabupaten Lamongan, pelaksanaan program sterilisasi tubektomi, serta

faktor yang melatarbelakangi program sterilisasi tubektomi di Kabupaten

Lamongan.

Bab keempat, merupakan bab analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan melalui penelitian lapangan. Aspek-aspek yang dianalisis

tentang pelaksanaan sterilisasi tubektomi dan tinjauan mas{lah{ah mursalah

terhadap faktor demografi yang melatarbelakangi pelaksanaan sterilisasi

tubektomi di Kabupaten Lamongan.

Bab kelima, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian lapangan dan saran yang diberikan sesuai dengan permasalahan

(32)

23

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG

MAQA<S{ID AL-SHARI<

AH

, DAN

MAS{LAH{AH MURSALAH

A. Maqa>s{id al-Shari>‘ah

1. Pengertian dan dasar hukumnya

Secara lughawi, maqa>s{id al-shari>‘ah terdiri dari dua kata, yakni

maqa>s{id dan al-shari>‘ah. Maqa>s{id adalah bentuk jamak dari maqa>s{id yang

berarti kesengajaan atau tujuan. Al-Shari>‘ah secara bahasa berarti

yang berarti jalan menuju sumber air, dapat dikatakan sebagai jalan ke

arah sumber pokok kehidupan.1 Dari segi bahasa, maqa>s{id al-shari>‘ah

berarti maksud atau tujuan disyariatkan hukum Islam. Pembahasan utama

di dalamnya adalah mengenai masalah hikmah dan ilat ditetapkannya

suatu hukum.2 Tujuan hukum Islam itu menjadi arah setiap perilaku dan

tindakan manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan hidupnya dengan

mentaati semua hukum-hukum-Nya.3

Dalam Islam secara tegas dijelaskan bahwa Allah tidak

menciptakan segala sesuatu itu sia-sia sebagaimana firman-Nya berikut:

1

Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus us}u>l Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2005), 196.

2 Akhmad al-Raisyuni, Nazhariyat al-Maqa>s{id ‘Inda al-Syatibi>, (Rabath: Da>r al-Ama>n, 1991), 67. 3 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM

(33)

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya bermain-main‛4 (QS. Alanbiya’ : 16).

Bagian besar dalam penciptaan Allah adalah manusia, karena

manusia mempunyai kemungkinan untuk menerima peradaban dan

kebudayaan. Dengan demikian, tiadalah Allah mengutus rasul-rasul-Nya

dan menurunkan wahyu-Nya selain untuk menegakkan keteraturan

manusia. Seperti dalam Alquran surah Alhadid ayat 25:

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan‛5 (QS. Alhadid : 25)

2. Macam-macam Maqa>s{id al-Shari>‘ah

Substansi maqa>s{id al-shari>‘ah adalah kemaslahatan. Kemaslahatan

dalam taklif Tuhan dapat berwujud dua bentuk. Pertama, dalam bentuk

hakiki, yaitu manfaat langsung dalam arti kausalitas. Kedua, dalam

bentuk majasi yaitu bentuk yang merupakan sebab yang membawa

kepada kemaslahatan.6

4 Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jilid 6, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 106. 5 Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jilid 9..., 692-693.

(34)

25

Kemaslahatan menurut al-Syatibi dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yaitu:

a. Maqa>s{id al-shari>‘ah (tujuan Tuhan).

Maqa>s{id al-shari>‘ah mengandung empat aspek, yaitu:

1) Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan

akhirat

2) Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami

3) Syariat sebagai hukum taklifyang harus dilakukan

4) Tujuan syariat adalah membawa manusia kebawah naungan

hukum.7

b. Maqa>s{id al-Mukallaf (tujuan mukallaf)

Kemaslahatan sebagai substansi maqa>s{id al-shari>‘ah dapat

terealisasikan apabila lima unsur pokok dapat diwujudkan dan

dipelihara. Kelima unsur pokok tersebut adalah, agama, jiwa,

keturunan, akal, dan harta.8

Untuk kepentingan menetapkan hukum, kelima unsur dari

maqa>s{id al-shari>‘ah tersebut dibedakan menjadi tiga peringkat,

diantaranya:

1) al-D{aru>riyyah (primer)

Yang dimaksud dengan memelihara kelompok

al-d{aru>riyyah adalah memelihara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat

7 Ibid.,197.

(35)

26

esensial bagi manusia.9 Tujuan primer hukum Islam adalah tujuan

hukum yang mesti ada demi adanya kehidupan manusia. Apabila

tujuan itu tidak tercapai, maka akan menimbulkan ketidakajegan

kemaslahatan hidup manusia di dunia dan di akhirat, bahkan

merusak kehidupan itu sendiri.

Kebutuhan primer ini hanya bisa dicapai bila

terpeliharanya lima tujuan hukum Islam yang disebut al-kulliyat

al-h{ams yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan

memelihara harta.10

2) al-H{a>jiyyah (sekunder)

Yaitu kebutuhan yang dapat menghindarkan manusia dari

kesulitan dalam hidupnya. Terpeliharanya tujuan kehidupan

manusia yang terdiri atas berbagai kebutuhan sekunder hidup

manusia itu. Bila kebutuhan sekunder ini tidak dipenuhi, akan

menimbulkan kesempitan yang mengakibatkan kesulitan hidup

manusia.

Contoh dalam adat, seperti adanya kebolehan dalam

berburu dan menikmati segala yang baik-baik selama hal itu

dihalalkan, baik dalam hal makanan, minuman, sandang, atau

papan, dsb. 11

9 Faturrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 126. 10 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam..., 101.

(36)

27

3) al-Tah{si>niyyah (tersier)

Tujuan hukum tah{si>niyyah adalah tujuan hukum yang

ditujukan untuk menyempurnakan hidup manusia dengan cara

melaksanakan apa-apa yang baik dan yang paling layak menurut

kebiasaan dan menghindari hal-hal yang tercela menurut akal

sehat. Pencapaian tujuan tersier hukum Islam ini biasanya terdapat

dalam bentuk budi pekerti yang mulia atau akhlak karimah. Budi

pekerti ini mencakup etika hukum, baik etika hukum ibadah, adat,

pidana atau jinayah, dan muamalah atau keperdataan.12

3. Pokok-pokok kemaslahatan dalam maqa>s{id al-shari>‘ah

Menurut al-Syatibi, penerapan kelima pokok di atas didasarkan

atas dalil-dalil Alquran dan hadis. Dalil-dalil tersebut berfungsi sebagai

al-qawa>’id al-kulliyat dalam menetapkan al-kulliyat al-khams.13 Guna

memperoleh gambaran yang utuh tentang teori maqa>s{id al-shari>‘ah,

berikut akan dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya

masing-masing:

a. Memelihara agama (h{ifz{ al-di>n)

Menjaga atau memelihara agama, berdasarkan kepentingannya

dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:

(37)

28

1) Memelihara agama dalam peringkat d{aru>riyyah, yaitu memelihara

dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat

primer, seperti hukuman bagi orang yang murtad.

2) Memelihara agama dalam peringkat h{a>jiyyah, yaitu melaksanakan

ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan, seperti

salat jamak dan qasar bagi orang yang bepergian. Kalau ketentuan

ini tidak dilaksanakan, maka tidak akan mengancam eksistensi

agama, hanya mempersulit bagi orang yang melakukannya.

3) Memelihara agama dalam peringkat tah{si>niyyah, yaitu mengikuti

petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia,

sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap Tuhan.

Misalnya menutup aurat, membersihkan badan atau pakaian.

Kalau hal ini tidak mungkin untuk dilakukan, maka hal ini tidak

akan mengancam eksistensi agama dan tidak mempersulit bagi

orang yang melakukannya.14

b. Memelihara jiwa (h}ifz{ al-nafs)

1) Memelihara jiwa dalam peringkat d{aru>riyyah, seperti memenuhi

kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup.

Jika diabaikan, maka akan merusak eksistensi jiwa manusia

2) Memelihara jiwa dalam peringkat h{a>jiyyah, seperti diperbolehkan

berburu hewan untuk menikmati makanan yang halal. Jika

(38)

29

diabaikan, tidak akan mengancam eksistensi jiwanya, melainkan

akan mempersulit hidupnya

3) Memelihara jiwa dalam peringkat tah{si>niyyah, seperti

ditetapkannya tata cara makan dan minum.15

c. Memelihara akal (h{ifz{ al-‘aql)

1) Memelihara akal dalam peringkat d{aru>riyyah, seperti diharamkan

meminum minuman keras. Jika ketentuan ini dilanggar, maka

akan mengakibatkan terancamnya eksistensi akal.

2) Memelihara akal dalam peringkat h{a>jiyyah seperti dianjurkannya

menuntut ilmu pengetahuan. Jika tidak diindahkan, maka akan

mempersulit diri seseorang.

3) Memelihara akal dalam peringkat tah{si>niyyah, seperti

menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu

yang tidak berfaedah.16

d. Memelihara keturunan (h}ifz{ al-nas{l)

1) Memelihara keturunan dalam peringkat d{aru>riyyah, seperti

disyariatkannya menikah dan dilarang berzina. Jika hal ini

diabaikan, maka akan mengancam eksistensi keturunan.

2) Memelihara keturunan dalam peringkat h{a>jiyyah, seperti

ditetapkan ketentuan menyebutkan mahar bagi suami pada waktu

(39)

30

akad nikah dan diberikan hak talak padanya. Jika ketentuan ini

diabaikan, maka akan mempersulitkannya.

3) Memelihara keturunan dalam peringkat tah{si>niyyah, seperti

disyariatkan khitbah atau walimah dalam perkawinan.17

e. Memelihara harta (h}ifz{ al-ma>l)

1) Memelihara harta dalam peringkat d{aru>riyyah, seperti syariat

tentang tata cara pemilikan harta dan larangan mengambil harta

orang lain dengan cara yang tidak sah. Jika dilanggar, maka akan

mengancam eksistensi harta.

2) Memelihara harta dalam peringkat h{a>jiyyah, seperti syariat

tentang jual beli dengan cara salam. Jika diabaikan, maka akan

mempersulit orang yang membutuhkan modal.

3) Memelihara harta dalam peringkat tah{si>niyyah, seperti tentang

ketentuan menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.18

Mengetahui urutan peringkat maslahat di atas menjadi penting,

apabila dihubungkan dengan skala prioritas penerapannya, ketika

maslahat yang satu berbenturan dengan maslahat yang lain. Dalam hal

ini, maslahat d{aru>riyyah harus didahulukan daripada peringkat kedua

h{a>jiyyah dan peringkat ketiga tah{si>niyyah.19

Tujuan hukum harus diketahui oleh mujtahid dalam rangka

mengembangkan pemikiran hukum dalam Islam secara umum dan

17

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam..., 27.

(40)

31

menjawab persoalan-persoalan hukum kontemporer yang kasusnya tidak

diatur secara eksplisit oleh Alquran dan hadis.

Dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer, perlu

diteliti lebih dahulu hakikat dari masalah tersebut. Penelitian terhadap

kasus yang akan ditetapkan hukumnya sama pentingnya dengan

penelitian terhadap sumber hukum yang akan dijadikan dalilnya. Artinya,

bahwa dalam menetapkan nas terhadap satu kasus yang baru, kandungan

nas harus diteliti secara cermat, termasuk meneliti tujuan syariat hukum

tersebut, setelah itu perlu dilakukan ‚studi kelayakan‛ (tanqi> al-mana>t),

apakah ayat atau hadis tertentu layak untuk diterapkan pada kasus baru.20

4. Cara memahami maqa>s{id al-shari>‘ah

Al-Syatibi dalam memahami maqa>s{id al-shari>‘ah memadukan dua

pendekatan, yakni pendekatan z}a>hir al-lafz{ dan pertimbangan atau ilat.

Realisasi pemikiran itu menurut Syatibi ada tiga cara untuk

memahaminya, antara lain:

a. Melakukan analisis terhadap lafal perintah dan larangan



Maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual

beli...‛ (QS. Aljumu’ah : 9).21

Larangan jual beli bukanlah larangan yang berdiri sendiri, akan

tetapi hanya bertujuan menguatkan perintah untuk melakukan

(41)

32

penyegeraan mengingat Allah (menunaikan salat Jumat). Jual beli

sendiri hukum asalnya bukanlah sesuatu yang dilarang. Sehingga tidak

terdapat aspek maqa>s{id al-shari>‘ah yang hakiki dari teks pelarangan

jual beli itu.22

b. Penelaahan ‘illat al-amr (perintah) dan an-nahy (larangan)

Pemahaman al-maqa>s{id asy-syari>’ah dapat dilakukan melalui

analisis ilat hukum yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan hadis.

ilat ini adakalanya tertulis secara jelas dan adakalanya tidak jelas.

Apabila ilat tersebut tertulis secara jelas dalam ayat atau hadis maka

menurur asy-Syatibi harus mengikuti apa yang tertulis itu. Misalnya

ilat yang tertulis jelas dalam persyariatan nikah yang bertujuan antara

lain untuk melestarikan keturunan. Jika ilat hukum tidak diketahui

dengan jelas, maka harus melakukan tawaqqu>f (menyerahkan hukum

itu kepada pembuat hukum). Sikap ini didasarkan dua pertimbangan:

1) Tidak boleh melakukan ta‘addi> (perluasan cakupan) terhadap apa

yang ditetapkan dalam nas

2) Pada dasarnya tidak dibenarkan melakukan perluasan cakupan

terhadap apa yang telah ditetapkan dalam nas. Namun hal ini

dimungkinkan apabila tujuan hukum dapat diketahui tabiatnya.23

c. Analisis terhadap as-sukut} an syar‘iyyah al-amal ma‘a qiya>m al ma‘na>

al-muqtadalat (sikap diam shari’ dari persyariatan sesuatu).

As-Syatibi membagi menjadi dua:

22

Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus Us}u>l Fiqih..., 196.

23

(42)

33

1) As-Sukut} karena tidak adanya motif atau tidak ada faktor yang

dapat mendorong syari>’ untuk menetapkan hukum. Misalnya

pengumpulan mushaf Alquran

2) As-Sukut} walau ada motif atau faktor pendorong tabiat.

Maksudnya, sikap diam seorang shari’ terhadap suatu persoalan

hukum, walaupun pada dasarnya terdapat faktor yang

mengharuskan shari’ untuk tidak bersikap diam. Misalnya tidak

disyariatkannya sujud syukur dalam mazhab Malik.24

5. Hubungan maqa>s{id al-shari>‘ah dengan metode mas{lah{ah mursalah

Sebagaimana metode ijtihad lainnya, mas{lah{ah mursalah juga

merupakan metode penetapan hukum yang kasusnya tidak dijelaskan

secara eksplisit dalam Alquran dan hadis. Hanya saja metode ini

menekankan pada aspek maslahat secara langsung. Sehubungan dengan

metode ini, dalam ilmu usul fikih dikenal ada tiga macam maslahat, yaitu

mas{lah{ah mu‘tabarah, mas{lah{ah mulgha>t, dan mas{lah{ah mursalah.

Maslahat yang pertama adalah maslahat yang diungkapkan secara

langsung baik dalam Alquran dan hadis. Sedangkan maslahat yang kedua

adalah yang bertentangan dengan ketentuan yang termaktub dalam nas.

Diantara kedua maslahat tersebut, ada yang disebut mas{lah{ah mursalah

(43)

34

yang ditetapkan oleh kedua sumber tersebut dan tidak pula bertentangan

dengan keduanya.25

Mas{lah{ah mursalah harus memenuhi beberapa syarat yaitu tingkat

keperluan harus diperhatikan. Apakah akan sampai mengancam eksistensi

lima unsur pokok maslahat atau belum sampai pada batas maslahat

tersebut, bersifat qat}‘i, artinya maslahat tersebut benar-benar telah

diyakini maslahat, dan kemaslahatan itu bersifat kulli, artinya bahwa

kemaslahatan itu berlaku secara umum dan kolektif, tidak bersifat

individual.

Berdasarkan persyaratan di atas, maslahah yang dikemukakan oleh

para ahli usul fikih, dapat dipahami bahwa betapa eratnya hubungan

antara metode mas{lah{ah mursalah dengan maqa>s{id al-shari>‘ah. Ungkapan

Imam Malik, bahwa mas{lah{ah itu harus sesuai dengan tujuan

disyariatkannya hukum dan diarahkan pada upaya menghilangkan

kesulitan, jelas memperkuat asumsi ini.26

25 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Us{u>l al-Fiqh, terjemah Moch. Tochah Mansoer dan Iskandar

Al-Barsani(Jakarta: Al-Majlis al-A’la al-Indunisi Li al-Islamiyyat, 1972), 84.

(44)

35

B. Masl{ah{ah Mursalah

1. Pengertian dan dasar hukumnya

Mas{lah{ah berasal dari kata s{alah{a (َحَلَص) dengan

penambahan alif di awalnya yang secara arti kata berarti baik lawan dari

buruk atau rusak. Mas{lah{ah adalah mas{dar dengan arti kata s{alahu

yaitu manfaat atau terlepas dari padanya kerusakan. Pengertian mas{lah{ah

dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada

kebaikan manusia.27

Menurut Abdul Wahhab Khallaf pengertian mas{lah{ah mursalah

(kesejahteraan umum) yaitu sesuatu yang dianggap maslahat dimana

shari‘ tidak mensyariatkan hukum untuk mewujudkan maslahat itu, juga

tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau

pembatalannya.28

Sedangkan menurut Muhammad Abu> Zahra mas{lah{ah mursalah

adalah segala kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-tujuan shari>’ah

(dalam mensyariatkan hukum Islam) dan kepadanya tidak ada dalil

khusus yang menunjuk tentang diakuinya atau tidaknya.29

Mas{lah{ah ini disebut mutlak karena tidak dibatasi dengan dalil

pengakuan atau dalil pembatalan. Contohnya yaitu, mas{lah{ah yang karena

27 Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Us}u>l Fiqih..., 200. 28 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, vol. 2..., 126.

(45)

36

mas{lah{ah itu sahabat mensyariatkan pengadaan penjara, ditentukan

pajak-pajak penghasilannya, atau maslahah-maslahah lain yang harus dituntut

oleh keadaan-keadaan darurat kebutuhan dan atau karena kebaikan, dan

belum disyariatkan hukumnya. Artinya, mendatangkan keuntungan bagi

mereka dan menolak mudarat serta menghilangkan kesulitan

daripadanya.30

Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. Alanbiya>’ : 107).31



Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit-penyakit (yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira, karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari pada apa yang kamu kumpulkan. (QS. Yunus: 58).33

(46)

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Albaqarah 185).35

2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah

Dilihat dari pembagian mas}lah}ah ini, dibedakan menjadi dua

macam yaitu, dilihat dari segi tingkatannya dan eksistensinya

a. Mas}lah}ah dari segi tingkatannya

1) Al-Mas}lah}ah al-d}aru>riyyah ( )

Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah adalah kemaslahatan yang

menjadi dasar tegaknya kehidupan asasi manusia baik yang

berkaitan dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dari

kehidupan manusia maka mengakibatkan rusaknya tatanan

kehidupan manusia tersebut. Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah ini

meliputi (1) memelihara agama (muh}afaz}at al-di>n), untuk

memelihara agama maka disyariatkan manusia untuk beribadah

kepada Allah, menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi

semua larangan-Nya; (2) memelihara jiwa (muh}afaz}at al-nafs),

untuk memelihara jiwa maka agama mengharamkan

pembunuhan tanpa alasan yang benar, dan bagi yang

(47)

38

melakukannya dijatuhi hukuman kisas, (3) memelihara

keturunan (muh}afaz}at al-nasl), maka agama mengharamkan

zina, dan bagi yang melakukannya di dera; (4) memelihara harta

benda (muh}afaz}at al-ma>l), untuk memelihara harta benda maka

agama mengharamkan pencurian, bagi yang melakukannya akan

diberi siksa; dan (5) memelihara akal (muh}afaz}at al-‘aql), untuk

memelihara akal maka agama mengharamkan minum arak

(khamr).36 Sementara itu, ada ulama yang memasukkan yang

kelima, yaitu memelihara kehormatan (muh}a>faz}at al-‘ird)

secara berdiri sendiri, sehingga menjadi yang keenam. Hanya

saja bagi yang mencantumkan lima, maka al-‘ird dimasukkan

dalam memelihara keturunan (nasl atau nasb)37dan ada yang

memasukkan dalam memelihara jiwa (nafs) seperti Abd.

Wahha>b Khallaf.38 al-Juwayni>, al-Ghaza>li>, dan al-Sha>t}ibi>

termasuk ulama yang memesukkan al-‘ird} ke dalam nasl.39

Contoh mas}lah}ah al-d}aru>riyyah pada mas}lah}ah mursalah yaitu

pembuatan rambu-rambu lalu lintas, guna untuk menghindarkan

diri dari kecelakaan.

36 Ramli SA, Muqaranah Mazaib Fil Us}u>l, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 159-161. 37 Fa>d}il Abd al-Wah}id Abd al-Rahman, al-Anmu>dhaj fi> U}su>l al-Fiqh, (Baghdad: Matba’at al

-Ma’arif, 1969), 248.

38 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam..., 141.

(48)

39

2) Al-Mas}lah}ah al-h}a>jiyyah ( )

Persoalan-persoalan yang dibutuhkan oleh manusia

untuk menghilangkan kesulitan dan kesusahan yang dihadapi.

Apabila tidak ada, maka tidak sampai menyebabkan rusaknya

tatanan kehidupannya. Dengan kata lain, dilihat dari segi

kepentingannya maka mas}lah}ah ini lebih rendah tingkatannya

dari al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah. Misalnya, menikahkan

anak-anak untuk menghindarkan dari kesulitan.40 Dan diberikannya

hak talak bagi suami, jika penyebutan talak tidak dilakukan

maka akan mempersulit suami karena diharuskan untuk

membayar mahar misl. Sedangkan contoh mas}lah}ah al-h}a>jiyyah

dalam mas}lah}ah mursalah adalah kewajiban menyalakan lampu

pada siang maupun malam hari guna menghindarkan diri dari

kesulitan di jalan raya.

3) Al-Mas}lah}ah al-tah}si>niyah

Mas}lah}ah ini juga bisa disebut mas}lah}ah takmi>liyah

yaitu mas}lah}ah yang sifatnya untuk memelihara kebagusan dan

kebaikan budi pekerti serta keindahan saja. Sekiranya

kemaslahatan tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan

tidaklah menimbulkan kesulitan dan kegoncangan serta

rusaknya tatanan kehidupan manusia. Namun kebutuhan

(49)

40

tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi kesempurnaan

dan keindahan dalam hidup manusia.41 Dalam mas}lah}ah

mursalah contoh yang berkaitan dengan tingkatan mas}lah}ah

al-tah}si>niyah misalnya adalah penggunaan helm berstandar

Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai pelengkap dalam

berkendara terutama pengendara roda dua agar tercipta

keamanan secara tepat.

b. Mas}lah}ah dilihat dari segi eksistensinya

1) Al-Mas}lah}ah al-mu‘tabarah

Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas

menjelaskan dan mengakui keberadaannya dan terdapat dalil

untuk memelihara dan melindunginya. Contohnya, dalil nas

yang menunjukkan langsung kepada mas}lah}ah misalnya, tidak

baiknya mendekati perempuan yang sedang haid dengan alasan

haid itu adalah penyakit.42

2) Al-Mas}lah}ah al-mulghah

Mas}lah}ah yang berlawanan dengan ketentuan nas}.

Artinya, mas}lah}ah yang tertolak karena ada dalil yang

menunjukkan bahwa ia bertentangan dengan ketentuan dalil

yang jelas. Contohnya, masyarakat pada jaman sekarang lebih

mengakui emansipasi wanita untuk menyamakan derajat

dengan laki-laki dalam memperoleh harta warisan dan inipun

(50)

41

dianggap sejalan dengan tujuan ditetapkannya hukum waris

oleh Allah Swt. untuk memberikan hak waris kepada

perempuan sebagaimana yang berlaku bagi laki-laki. Dalam hal

ini, hukum Allah Swt. telah jelas dan ternyata berbeda dengan

apa yang dikira baik oleh akal itu, yaitu hak waris laki-laki

adalah dua kali lipat hak waris perempuan, sebagaimana

ditegaskan dalam Q>S Annisa’(4): 11.

3) Al-Mas}lah}ah al-mursalah

Mas}lah}ah mursalah merupakan mas}lah}ah yang secara

eksplisit tidak ada satu dalil pun baik yang mengakuinya

maupun yang menolaknya. Dengan demikian, mas}lah}ah ini

merupakan mas}lah}ah yang sejalan dengan tujuan syara‘ dan

dapat dijadikan dasar pijakan dalam mewujudkan kebaikan

yang dihajatkan oleh manusia serta terhindar dari kemudaratan.

Misalnya, pernikahan di bawah umur tidak dilarang dalam

agama dan sah dilakukan oleh wali yang berwenang, namun

data statistik menunjukkan bahwa pernikahan dibawah umur

banyak menyebabkan perceraian, karena anak yang menikah di

bawah umur belum siap secara fisik maupun mentalnya untuk

menghadapi peran dan tugas sebagai suami-istri.43 Pengadaan

rambu-rambu lalu lintas guna melindungi diri dari kecelakaan

yang berbahaya bagi jiwa.

(51)

42

Dari macam-macam peringkat mas}lah}ah tersebut di atas, dapat

diketahui dari cara memandangnya, di antaranya:

a. Kemaslahatan ditinjau dari segi pengaruhnya atas kehidupan umat

manusia. Kemaslahatan ini meliputi tiga kemaslahatan yaitu primer,

sekunder, dan tersier seperti yang telah dijelaskan di atas.

b. Kemaslahatan ditinjau dari segi hubungannya dengan kepentingan

umum dan individu dalam masyarakat. Dapat dipandang dari dua

bentuk kemaslahatan, yaitu kemaslahatan yang bersifat universal dan

menyangkut kepentingan kolektif (kulliyah) dan kepentingan individu

(fard{iyah). Dalam praktiknya, pengukuran kemaslahatan ini

bergantung pada kesepakatan masyarakat dan individu, kemaslahatan

ini lebih bersifat pragmatis.

c. Kemaslahatan ditinjau dari segi kepentingan pemenuhannya dalam

rangka pembinaan dan kesejahteraan umat manusia dan individu.

Kemaslahatan ini ada tiga peringkat, yaitu:

1) Kemaslahatan yang mau tidak mau mesti ada bagi terpenuhinya

kepentingan manusia.

2) Kemaslahatan yang di duga kuat mesti ada bagi kebanyakan

orang.

3) Kemaslahatan yang diperkirakan harus ada.44

(52)

43

3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah

Untuk menetapkan apakah sesuatu itu mengandung maslahat atau

tidak, diperlukan pendidikan yang mendalam atas kemanfaatan dari

kemudaratannya. Para ulama yang menjadikan hujah mas{lah{ah mursalah,

mereka berhati-hati dalam hal itu, sehingga tidak menjadi pintu bagi

pembentukan hukum syariat menurut hawa nafsu dan keinginan

perorangan. Oleh karena itu, dibentuk syarat-syarat dalam mas{lah{ah

mursalah sebagai metode istinbath hukum Islam, di antaranya:

a. Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip apa yang ada dalam

ketentuan shari‘, yang secara us{u>l dan furu>‘nya tidak bertentangan

dengan nas.

b. Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan diaplikasikan dalam

bidang-bidang sosial dimana dalam bidang ini menerima dengan

rasionalitas dibandingkan dengan bidang ibadah, karena tidak diatur

secara rinci dalam nas. 45

c. Berupa maslahat yang hakiki, bukan maslahat yang bersifat dugaan.

Yaitu agar dapat direalisir pembentukan hukum suatu kejadian itu,

dan dapat mendatangkan keuntungan atau menolak mudarat.

d. Berupa maslahat yang umum, bukan mas{lah{ah yang bersifat khusus

(perorangan). Yaitu agar dapat direalisir bahwa dalam pembentukan

hukum suatu kejadian dapat mendatangkan keuntungan kepada

kebanyakan umat manusia, atau dapat menolak mudarat dari mereka,

(53)

44

bukan mendatangkan keuntungan pada seseorang atau beberapa orang

saja di antara mereka.46

e. Hasil maslahat merupakan pemeliharaan terhadap aspek-aspek

d{aru>riyyah, h{{a>jiyyah, dan tah{si>niyyah. Metode mas{lah{ah adalah

sebagai langkah untuk menghilangkan kesulitan dalam berbagai aspek

kehidupan, terutama dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan.47

Allah Swt. berfirman dalam Alquran Surah Alhajj ayat 78:



Adapun Alasan yang dikemukakan jumhur ulama dalam

menetapkan mas{lah{ah sebagai hujah dalam menetapkan hukum, sebagai

berikut:

a. Bahwa mas{lah{ah mursalah umat manusia itu selalu baru dan tidak ada

habisnya. Maka seandainya tidak disyariatkan hukum mengenai

kemaslahatan manusia yang baru dan mengenai sesuatu yang

dikehendaki oleh perkembangan mereka, serta pembentukan hukum

itu hanya berkisar atas maslahat yang diakui oleh shari’ saja, maka

berarti telah ditinggalkan beberapa kemaslahatan umat manusia pada

berbagai zaman dan tempat.

46 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah..., 131. 47 Al-Syatibi, al-I’tis{om..., 115-129.

Gambar

tabel sebagai berikut:
 TABEL II
TABEL III
TABEL IV
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya aplikasi surat menyurat, maka diharapkan proses sirkulasi surat yang dilakukan secara manual dapat dikembangkan menjadi proses digital. Proses surat menyurat

1. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak yang ditulis oleh Anna Yulia Tahun 2005 di dalamnya dijelaskan mengenai tips dan trik menumbuhkan minat baca pada anak.

Berkaitan dengan hipotesis 2 a dalam penelitian ini, hasil pengujian wilcoxon rank sign test menunjukkan tidak terdapat signifikansi perbedaan pola manajemen laba pada

Pada penelitian ini data penelitian merupakan data hasil observasi berupa proses tindakan kelas dilaksanakan, walaupun terdapat angka-angka data tersebut merupakan data

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Didik Isnadi (2005) dengan judul Analisis Pengaruh Customer Relationship Management Terhadap

Pinandita (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi, diperoleh hasil

Untuk citra pemandangan di depan traktor dengan rintangan berupa manusia yang diambil dari jarak 2 meter seperti pada Gambar 4.16 dan Gambar 4.17, setelah

Disiplin kerja (X) -Taat terhadap aturan Waktu - Masuk kerja sesuai waktu yang ditentukan perusahaan -Pulang kerja sesuai waktu yang ditentukan perusahaan