1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi
Djamarah (2008: 148) merujuk pendapat Oemar Hamalik
(1992: 173) menyatakan motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2006)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) merujuk pendapat para ahli
yaitu; Koeswara, Siagian, Schein, Biggs, dan Telfer yang menyatakan
bahwa dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, mengarahkan sikap dan
perilaku invdividu belajar.
Menurut Purwanto (2006: 71) motivasi adalah “pendorongan”
; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang
agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu dorongan baik didalam maupun di luar pribadi
seseorang untuk mewujudkan keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku
seseorang dalam mencapai hasil atau tujuan tertentu.
2.1.2 Pengertian Belajar
Djamarah (2008: 12) merujuk pendapat James O. Whittaker
merumuskan belajar sebagai proses dimana perilaku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Mulyati (2007: 4) belajar merupakan suatu usaha
sadar dari individu, untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau
perubahan diri, melalui latihan- latihan, pengulangan- pengulangan,
dan perubahan terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.
Menurut Slameto dalam Djamarah (2008: 13) merumuskan
pengertian belajar menurutnya adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan belajar
adalah suatu proses usaha sadar dari individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan untuk mencapai
pengulangan-pengulangan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Merujuk dari berbagai pendapat mengenai definisi motivasi
dan belajar maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik untuk merubah
perilaku yang didorong adanya keinginan untuk berhasil, adanya
kebutuhan dalam belajar, cita- cita masa depan, penghargaan dalam
belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan
belajar yang kondusif, yang dilakukan melalui proses belajar.
2.1.3 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar
Djamarah (2008: 149) menyebutkan dua sudut pandang
macam- macam motivasi, yaitu:
(a) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
(b) Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik keduanya memiliki
peranan yang penting dalam aktivitas belajar siswa.Tidak ada seorang
siswapun yang belajar tanpa motivasi. Kekurangan atau ketiadaan
siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di
sekolah maupun di rumah. Dampak lanjutnya adalah pencapaian hasil
belajar yang kurang memuaskan.
2.1.4 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Aktifitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur
jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu
dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari
luar sebagai upaya lain yang juga penting.
Menurut Djamarah (2008: 152-155) ada beberapa prinsip
motivasi belajar: (a) Motivasi sebagai dasar penggerak yang
mendorong aktivitas belajar. (b) Motivasi intrinsik lebih utama dari
pada motivasi ekstrinsik dalam belajar. (c) Motivasi berupa pujian
lebih baik daripada hukuman. (d) Motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan dalam belajar. (e) Motivasi dapat memupuk optimisme.
Menurut Hamalik (2004: 181-183) ada 17 prinsip motivasi
yang dapat dilaksanakan: (a) Pujian lebih efektif daripada hukuman.
(b) Semua siswa memiliki kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang harus mendapat pemuasaan. (c) Motivasi yang berasal dari
dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari
luar. (d) Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)
memerlukan usaha penguatan (reinforcement). (e) Motivasi mudah
jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. (g) Tugas-
tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang
lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas- tugas itu
dipaksakan oleh guru. (h) Pujian-pujian yang datangnya dari luar
(eksternal rewards) kadang- kadang diperlukan dan cukup efektif
untuk merangsang minat yang sebenarnya. (i) Teknik dan prosedur
mangajar yang bermacam- macam ituefektif untuk memelihara minat
siswa. (j) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk
mempelajari hal-hal lainnya. (k) Kegiatan-kegiatan yang dapat
merangsang minat para siswa uang tergolong kurang tidak ada artinya
bagi para siswa yang tergolong pandai. (l) Tekanan dari kelompok
siswa pada umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan
dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. (m) Motivasi yang
tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. (n) Kecemasan
akan menimbulkan kesulitan belajar. (o) Kecemasan dan frustasi dapat
membantu siswa berbuat lebih baik. (p) Tugas yang terlalu sukar
dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada
demoralisasi. (q) Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi
yang berlainan.
2.1.5 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu dalam
memahami dan menjelaskan perilaku individu dalam belajar.Motivasi
kata kunci dalam setiap kegiatan belajar. Adapun fungsi motivasi
belajar menurut Sardiman (2008: 85) adalah sebagai berikut: (a)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepas energi. (b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah
tujuan yang hendak dicapai. (c) Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Djamarah (2008: 152-157) ada tiga fungsi motivasi
belajar yaitu: (a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan artinya
bahwa: dengan adanya motivasi seorang individu akan tergerak dan
terdorong untuk melakukan suatu kegiatan terutama dalam aktivitas
belajar. (b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan artinya bahwa:
sebagai suatu kekuatan yang terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik
yaitu dengan melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan
raga. (c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan artinya bahwa suatu
perbuatan yang dilakukan individu sebagai implikasi dari sebuah
tujuan. Dengan adanya tujuan belajar maka individu akan memiliki
arah dan termotivasi untuk mencapai tujuan/ aktivitas tersebut.
Berdasarkan beberapa teori fungsi motivasi, maka dapat
disimpulkan tiga fungsi motivasi yang utama yaitu motivasi berfungsi
sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan.Ketiganya
fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk
bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena
itulah baik dorongan, penggerak maupun penyeleksi merupakan kata
kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.
2.1.6 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar baik motivasi
intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan, dengan
adanya motivasi siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki,
dan mampu menggerakkan, mengarahkan dirinya dalam aktivitas
belajar.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah. Sardiman (2008: 92-95) yaitu: (a)
Memberi angka: angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai dari
kegiatan belajarnya. (b) Hadiah: Dengan pemberian hadiah sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan kepada siswa dapat digunakan
sebagai motivasi siswa dalam belajar. (c) Saingan/ kompetisi: melalui
persaingan baik individual maupun kelompok dapat digunakan
sebagai motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam belajar. (d)
Ego-involment: salah satu menumbuhkan motivasi yang cukup penting
adalah dengan menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar mampu
merasakan betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu
(e) Memberi ulangan: dengan mengadakan ulangan para siswa akan
giat dalam belajar. (f) Mengetahui hasil: dengan mengetahui hasil
pekerjaan, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Apalagi jika
hasil itu mengalami kemajuan maka siswa akan berusaha
mempertahankannya bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna
mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. (g) Pujian: memuji
keberhasilan siswa merupakan salah satu bentuk motivasi yang dapat
mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar. (h) Hukuman:
hukuman diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan atau tata
tertib sekolah sehingga dengan hukuman yang diberikan maka siswa
tidak mengulangi kesalahanya. (i) Hasrat untuk belajar: adanya hasrat
atau keinginan siswa untuk belajar merupakan potensi yang tersedia
didalam diri siswa sehingga diharapkan akan lebih efektif disbanding
dengan siswa yang tidak berhasrat untuk belajar. (j) Minat merupakan
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktifitas. (k) Tujuan yang diakui: dengan memahami tujuan
yang ingin dicapai akan menimbulkan gairah pada diri siswa untuk
terus belajar.
2.1.7 Upaya meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Decce dan Grawford (1997) dalam Djamarah
(2008: 169) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang
belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik,
memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan
mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunjang tercapainya
tujuan pengajaran.
Menurut Hafi, (http://haveza.multiply.com/reviews/item/3)
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar seorang anak antara lain: (a) Optimalisasi penerapan prinsip
belajar, beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru dalam upaya
pembelajaran kepada siswa diantaranya; guru telah mempelajari bahan
pelajaran, guru telah memahami bagian-bagian yang mudah baik
sedang maupun sukar, guru telah menguasai cara-cara mempelajari
bahan, dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran. Beberapa
prinsip belajar diantaranya belajar menjadi bermakna bila siswa
memahami tujuan belajar, belajar menjadi bermakna bila siswa
dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya, belajar
menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa dalam program tertentu sesuai dengan perkembangan
jiwa siswa, belajar bisa menjadi menantang bila siswa memahami
prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya. (b) Optimalisasi unsur
dinamis belajar dan pembelajaran, upaya optimalisasi tersebut antara
lain memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan
hambatan belajarnya, memelihara minat, kemauan, dan semangat
memberi kesempatan pada siswa mengaktualisasi diri, memanfaatkan
unsur-unsur lingkungan, menggunakan waktu secara tertib,
merangsang siswa dengan memberi penguat rasa percaya diri. (c)
Optimalisasi pemanfaatan, pengalaman dan kemampuan siswa,
beberapa upaya optimalisasi tersebut antara lain menugasi siswa
membaca bahan belajar sebelumnya, guru mempelajari hal-hal yang
sukar bagi siswa, guru memecahkan dan mencari cara memecahkan
hal-hal yang sukar, guru mengajarkan cara memecahkan dan
mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran, guru mengajak serta
siswa mengalami dan mengatasi permasalahan, beri kesempatan siswa
yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekannya. (d)
Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar, beberapa cara mendidik
dan mengembangkan cita-cita belajar antara lain menciptakan suasana
belajar yang menggembirakan, mengikut sertakan semua siswa untuk
memelihara fasilitas belajar, mengajak serta orang tua siswa
memperlengkap fasillitas belajar.
2.1.8 Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran
Menurut Uno (2009: 34-37) beberapa teknik motivasi yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut: (a) Pernyataan
penghargaan secara verbal. (b) Menggunakan hasil ulangan sebagai
pemacu keberhasilan. (c) Menimbulkan rasa ingin tahu. (d)
tahap dini dalam belajaar mudah bagi siswa. (f) Mengunakan materi
yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. (g) Gunakan kaitan
yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip
yang telah dipahami. (h) Menuntut siswa untuk menggunakan hal- hal
yang telah dipelajari sebelumnya. (i) Menggunakan stimulasi dan
permainan. (j) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperlihatkan kemahirannya di depan umum. (k) Mengurangi
akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam
kegiatan belajar. (l) Memahami iklim social dalam sekolah. (m)
Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. (n) Memperpadukan
motif- motif yang kuat. (o) Memperjelas tujuan yang hendak dicapai.
(p) Merumuskan tujuan- tujuan sementara. (q) Memberitahukan hasil
kerja yang telah dicapai. (r) Membuat suasana persaingan yang sehat
diantara para siswa. (s) Mengembangkan persaingan dengan diri
2.2 Kecerdasan Emosional
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan
John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan
emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan
sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran
dan tindakan (dalam Amalia, 2004).
Reuven Bar-On (dalam Meta, 2012) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi,
dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dengan
kecerdasan emosi, individu mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurut Goleman (2001) , khusus pada orang-orang yang
murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung
memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel,
cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila
didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka
orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena
sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan
emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang
yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan
cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan, kompetensi
dan kecakapan emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk
memahami, merasakan dan mengelola emosi diri dan kemampuan
2.2.2 Faktor-Faktor dalam Kecerdasan Emosional
Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) merangkum
kecerdasan emosional ke dalam lima area atau ranah yang
menyeluruh, yaitu :
1) Ranah Intra Pribadi
Ranah intra pribadi terkait dengan kemampuan individu untuk
mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah ini meliputi:
(1) Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk mengenal dan
memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita
rasakan dan mengapa hal itu dirasakan, dan mengetahui
penyebab munculnya perasaan tersebut.
(2) Sikap asertif yaitu kemampuan mengungkap perasaan,
mengungkapkan pemikiran, dan kemampuan untuk
mempertahankan hak-hak pribadi.
(3) Kemandirian yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta
tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.
(4) Penghargaan diri yaitu kemampuan untuk menghormati dan
menerima diri sendiri sebagai pribadi yang baik.
(5) Aktualisasi diri yaitu kemampuan untuk menanggung
2) Ranah Antar Pribadi
Ranah antar pribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yaitu
kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang
lain. Ranah ini meliputi:
(1) Empati yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan
menghargai perasaan dan pikiran orang lain.
(2) Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk
menunjukkan bahwa anggota kelompok masyarakat dapat
bekerja sama, berperan, dan konstruktif.
(3) Hubungan antarpribadi yaitu kemampuan membina dan
memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai
dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih
sayang.
3) Ranah Penyesuaian Diri
Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan sikap individu yang
lentur dan realistik dan untuk memecahkan aneka masalah yang
muncul. Ranah ini meliputi:
(1) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mengenali dan
merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan
pemecahannya.
(2) Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa
(3) Sikap fleksibel yaitu kemampuan menyesuaikan emosi,
pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.
4) Ranah Pengendalian Stres
Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan individu
untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls/
dorongan nafsu serta kemampuan untuk menahan atau menunda
keinginan untuk bertindak tanpa menimbang dengan
matang/seksama. Ranah ini meliputi:
(1) Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan untuk
menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi
yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara
aktif dan positif mengatasi stres.
(2) pengendalian impuls/dorongan nafsu yaitu kemampuan
menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk
bertindak.
5) Ranah Suasana Hati Umum
Ranah suasana hati umum berkaitang dengan pandangan individu
tentang kehidupan, bergembira dalam bersendiri maupun bersama
orang lain serta keseluruhan rasa puas-lega yang dirasakan
individu. Ranah ini meliputi:
(1) Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan
kehidupan, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta
(2) Optimisme yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan
dan me-melihara sikap postif, sekalipun ketika berada dalam
kesulitan.
Dari uraian di atas menurut Bar-on kecerdasan emosional
terbagi dalam lima ranah yang menyuluruh, akan tetapi dalam hal ini
penulis mengambil hanya empat ranah saja. Karena menurut Parker
“suasana hati bukan termasuk kompetensi akan tetapi menunjukkan
keadaan saja atau akibat dari sesuatu bukan menunjukkan kemampuan
tetapi menunjukkan keadaan saja dimana ranah suasana hati umum
dapat berubah-ubah atau pasang surut”.
2.3 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Cahyo (2006)
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dari 97 siswa kelas X Teknik
Kendaraan Ringan SMK PIRI I Yogyakarta memperoleh skor rata-rata
156,25 dengan skor minimum 133 dan maximum 186 sedangkan untuk
motivasi belajar memperoleh skor rata-rata 95,34 dengan skor minimum 79
dan skor maximum 111 dan kesimpulan berikutnya terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar pada
siswa kelas X
Penelitian yang dilakukan oleh Randy Susanto (2007) yang dilakukan
pada mahasiswa psikologi UIN Malang yang berjumlah 60 menunjukkan
belajar menengah (sedang). Dan korelasi dua variabel r xy = 0,847 yang
berarti terdapat hubungan yang positif antara kecedasan emosi dan motivasi
belajar.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional