• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Getasan T1 132009032 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi

Djamarah (2008: 148) merujuk pendapat Oemar Hamalik

(1992: 173) menyatakan motivasi adalah suatu perubahan energi

dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2006)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 80) merujuk pendapat para ahli

yaitu; Koeswara, Siagian, Schein, Biggs, dan Telfer yang menyatakan

bahwa dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, mengarahkan sikap dan

perilaku invdividu belajar.

Menurut Purwanto (2006: 71) motivasi adalah “pendorongan”

; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang

agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

(2)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah suatu dorongan baik didalam maupun di luar pribadi

seseorang untuk mewujudkan keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

seseorang dalam mencapai hasil atau tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Belajar

Djamarah (2008: 12) merujuk pendapat James O. Whittaker

merumuskan belajar sebagai proses dimana perilaku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut Mulyati (2007: 4) belajar merupakan suatu usaha

sadar dari individu, untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau

perubahan diri, melalui latihan- latihan, pengulangan- pengulangan,

dan perubahan terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Menurut Slameto dalam Djamarah (2008: 13) merumuskan

pengertian belajar menurutnya adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan belajar

adalah suatu proses usaha sadar dari individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan untuk mencapai

(3)

pengulangan-pengulangan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Merujuk dari berbagai pendapat mengenai definisi motivasi

dan belajar maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada peserta didik untuk merubah

perilaku yang didorong adanya keinginan untuk berhasil, adanya

kebutuhan dalam belajar, cita- cita masa depan, penghargaan dalam

belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan

belajar yang kondusif, yang dilakukan melalui proses belajar.

2.1.3 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar

Djamarah (2008: 149) menyebutkan dua sudut pandang

macam- macam motivasi, yaitu:

(a) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap

diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

(b) Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar.

Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik keduanya memiliki

peranan yang penting dalam aktivitas belajar siswa.Tidak ada seorang

siswapun yang belajar tanpa motivasi. Kekurangan atau ketiadaan

(4)

siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di

sekolah maupun di rumah. Dampak lanjutnya adalah pencapaian hasil

belajar yang kurang memuaskan.

2.1.4 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Aktifitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur

jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu

dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari

luar sebagai upaya lain yang juga penting.

Menurut Djamarah (2008: 152-155) ada beberapa prinsip

motivasi belajar: (a) Motivasi sebagai dasar penggerak yang

mendorong aktivitas belajar. (b) Motivasi intrinsik lebih utama dari

pada motivasi ekstrinsik dalam belajar. (c) Motivasi berupa pujian

lebih baik daripada hukuman. (d) Motivasi berhubungan erat dengan

kebutuhan dalam belajar. (e) Motivasi dapat memupuk optimisme.

Menurut Hamalik (2004: 181-183) ada 17 prinsip motivasi

yang dapat dilaksanakan: (a) Pujian lebih efektif daripada hukuman.

(b) Semua siswa memiliki kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)

yang harus mendapat pemuasaan. (c) Motivasi yang berasal dari

dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari

luar. (d) Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)

memerlukan usaha penguatan (reinforcement). (e) Motivasi mudah

(5)

jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. (g) Tugas-

tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang

lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas- tugas itu

dipaksakan oleh guru. (h) Pujian-pujian yang datangnya dari luar

(eksternal rewards) kadang- kadang diperlukan dan cukup efektif

untuk merangsang minat yang sebenarnya. (i) Teknik dan prosedur

mangajar yang bermacam- macam ituefektif untuk memelihara minat

siswa. (j) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk

mempelajari hal-hal lainnya. (k) Kegiatan-kegiatan yang dapat

merangsang minat para siswa uang tergolong kurang tidak ada artinya

bagi para siswa yang tergolong pandai. (l) Tekanan dari kelompok

siswa pada umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan

dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. (m) Motivasi yang

tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. (n) Kecemasan

akan menimbulkan kesulitan belajar. (o) Kecemasan dan frustasi dapat

membantu siswa berbuat lebih baik. (p) Tugas yang terlalu sukar

dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada

demoralisasi. (q) Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi

yang berlainan.

2.1.5 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu dalam

memahami dan menjelaskan perilaku individu dalam belajar.Motivasi

(6)

kata kunci dalam setiap kegiatan belajar. Adapun fungsi motivasi

belajar menurut Sardiman (2008: 85) adalah sebagai berikut: (a)

Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepas energi. (b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah

tujuan yang hendak dicapai. (c) Menyeleksi perbuatan, yakni

menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Djamarah (2008: 152-157) ada tiga fungsi motivasi

belajar yaitu: (a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan artinya

bahwa: dengan adanya motivasi seorang individu akan tergerak dan

terdorong untuk melakukan suatu kegiatan terutama dalam aktivitas

belajar. (b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan artinya bahwa:

sebagai suatu kekuatan yang terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik

yaitu dengan melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan

raga. (c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan artinya bahwa suatu

perbuatan yang dilakukan individu sebagai implikasi dari sebuah

tujuan. Dengan adanya tujuan belajar maka individu akan memiliki

arah dan termotivasi untuk mencapai tujuan/ aktivitas tersebut.

Berdasarkan beberapa teori fungsi motivasi, maka dapat

disimpulkan tiga fungsi motivasi yang utama yaitu motivasi berfungsi

sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan.Ketiganya

(7)

fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk

bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena

itulah baik dorongan, penggerak maupun penyeleksi merupakan kata

kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

2.1.6 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar baik motivasi

intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan, dengan

adanya motivasi siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki,

dan mampu menggerakkan, mengarahkan dirinya dalam aktivitas

belajar.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah. Sardiman (2008: 92-95) yaitu: (a)

Memberi angka: angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai dari

kegiatan belajarnya. (b) Hadiah: Dengan pemberian hadiah sebagai

penghargaan atau kenang-kenangan kepada siswa dapat digunakan

sebagai motivasi siswa dalam belajar. (c) Saingan/ kompetisi: melalui

persaingan baik individual maupun kelompok dapat digunakan

sebagai motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam belajar. (d)

Ego-involment: salah satu menumbuhkan motivasi yang cukup penting

adalah dengan menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar mampu

merasakan betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu

(8)

(e) Memberi ulangan: dengan mengadakan ulangan para siswa akan

giat dalam belajar. (f) Mengetahui hasil: dengan mengetahui hasil

pekerjaan, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Apalagi jika

hasil itu mengalami kemajuan maka siswa akan berusaha

mempertahankannya bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna

mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. (g) Pujian: memuji

keberhasilan siswa merupakan salah satu bentuk motivasi yang dapat

mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar. (h) Hukuman:

hukuman diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan atau tata

tertib sekolah sehingga dengan hukuman yang diberikan maka siswa

tidak mengulangi kesalahanya. (i) Hasrat untuk belajar: adanya hasrat

atau keinginan siswa untuk belajar merupakan potensi yang tersedia

didalam diri siswa sehingga diharapkan akan lebih efektif disbanding

dengan siswa yang tidak berhasrat untuk belajar. (j) Minat merupakan

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktifitas. (k) Tujuan yang diakui: dengan memahami tujuan

yang ingin dicapai akan menimbulkan gairah pada diri siswa untuk

terus belajar.

2.1.7 Upaya meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decce dan Grawford (1997) dalam Djamarah

(2008: 169) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang

(9)

belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik,

memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan

mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunjang tercapainya

tujuan pengajaran.

Menurut Hafi, (http://haveza.multiply.com/reviews/item/3)

beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi

belajar seorang anak antara lain: (a) Optimalisasi penerapan prinsip

belajar, beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru dalam upaya

pembelajaran kepada siswa diantaranya; guru telah mempelajari bahan

pelajaran, guru telah memahami bagian-bagian yang mudah baik

sedang maupun sukar, guru telah menguasai cara-cara mempelajari

bahan, dan guru telah memahami sifat bahan pelajaran. Beberapa

prinsip belajar diantaranya belajar menjadi bermakna bila siswa

memahami tujuan belajar, belajar menjadi bermakna bila siswa

dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya, belajar

menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan

mental siswa dalam program tertentu sesuai dengan perkembangan

jiwa siswa, belajar bisa menjadi menantang bila siswa memahami

prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya. (b) Optimalisasi unsur

dinamis belajar dan pembelajaran, upaya optimalisasi tersebut antara

lain memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan

hambatan belajarnya, memelihara minat, kemauan, dan semangat

(10)

memberi kesempatan pada siswa mengaktualisasi diri, memanfaatkan

unsur-unsur lingkungan, menggunakan waktu secara tertib,

merangsang siswa dengan memberi penguat rasa percaya diri. (c)

Optimalisasi pemanfaatan, pengalaman dan kemampuan siswa,

beberapa upaya optimalisasi tersebut antara lain menugasi siswa

membaca bahan belajar sebelumnya, guru mempelajari hal-hal yang

sukar bagi siswa, guru memecahkan dan mencari cara memecahkan

hal-hal yang sukar, guru mengajarkan cara memecahkan dan

mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran, guru mengajak serta

siswa mengalami dan mengatasi permasalahan, beri kesempatan siswa

yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekannya. (d)

Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar, beberapa cara mendidik

dan mengembangkan cita-cita belajar antara lain menciptakan suasana

belajar yang menggembirakan, mengikut sertakan semua siswa untuk

memelihara fasilitas belajar, mengajak serta orang tua siswa

memperlengkap fasillitas belajar.

2.1.8 Teknik-teknik Motivasi dalam Pembelajaran

Menurut Uno (2009: 34-37) beberapa teknik motivasi yang

dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut: (a) Pernyataan

penghargaan secara verbal. (b) Menggunakan hasil ulangan sebagai

pemacu keberhasilan. (c) Menimbulkan rasa ingin tahu. (d)

(11)

tahap dini dalam belajaar mudah bagi siswa. (f) Mengunakan materi

yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. (g) Gunakan kaitan

yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip

yang telah dipahami. (h) Menuntut siswa untuk menggunakan hal- hal

yang telah dipelajari sebelumnya. (i) Menggunakan stimulasi dan

permainan. (j) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperlihatkan kemahirannya di depan umum. (k) Mengurangi

akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam

kegiatan belajar. (l) Memahami iklim social dalam sekolah. (m)

Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. (n) Memperpadukan

motif- motif yang kuat. (o) Memperjelas tujuan yang hendak dicapai.

(p) Merumuskan tujuan- tujuan sementara. (q) Memberitahukan hasil

kerja yang telah dicapai. (r) Membuat suasana persaingan yang sehat

diantara para siswa. (s) Mengembangkan persaingan dengan diri

(12)

2.2 Kecerdasan Emosional

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada

tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan

John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan

kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi

keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan

emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan

sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah

semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran

dan tindakan (dalam Amalia, 2004).

Reuven Bar-On (dalam Meta, 2012) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi,

dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional adalah kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan

baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dengan

kecerdasan emosi, individu mengatur kehidupan emosinya dengan

inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga

(13)

emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,

pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Menurut Goleman (2001) , khusus pada orang-orang yang

murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung

memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel,

cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit

mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila

didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka

orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena

sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan

emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang

yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya

kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan

cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,

dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun

memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan

bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan, kompetensi

dan kecakapan emosi individu yang terdiri atas kemampuan untuk

memahami, merasakan dan mengelola emosi diri dan kemampuan

(14)

2.2.2 Faktor-Faktor dalam Kecerdasan Emosional

Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) merangkum

kecerdasan emosional ke dalam lima area atau ranah yang

menyeluruh, yaitu :

1) Ranah Intra Pribadi

Ranah intra pribadi terkait dengan kemampuan individu untuk

mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah ini meliputi:

(1) Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita

rasakan dan mengapa hal itu dirasakan, dan mengetahui

penyebab munculnya perasaan tersebut.

(2) Sikap asertif yaitu kemampuan mengungkap perasaan,

mengungkapkan pemikiran, dan kemampuan untuk

mempertahankan hak-hak pribadi.

(3) Kemandirian yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta

tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.

(4) Penghargaan diri yaitu kemampuan untuk menghormati dan

menerima diri sendiri sebagai pribadi yang baik.

(5) Aktualisasi diri yaitu kemampuan untuk menanggung

(15)

2) Ranah Antar Pribadi

Ranah antar pribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yaitu

kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang

lain. Ranah ini meliputi:

(1) Empati yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan

menghargai perasaan dan pikiran orang lain.

(2) Tanggung jawab sosial yaitu kemampuan untuk

menunjukkan bahwa anggota kelompok masyarakat dapat

bekerja sama, berperan, dan konstruktif.

(3) Hubungan antarpribadi yaitu kemampuan membina dan

memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai

dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih

sayang.

3) Ranah Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan sikap individu yang

lentur dan realistik dan untuk memecahkan aneka masalah yang

muncul. Ranah ini meliputi:

(1) Pemecahan masalah yaitu kemampuan untuk mengenali dan

merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan

pemecahannya.

(2) Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa

(16)

(3) Sikap fleksibel yaitu kemampuan menyesuaikan emosi,

pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.

4) Ranah Pengendalian Stres

Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan individu

untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls/

dorongan nafsu serta kemampuan untuk menahan atau menunda

keinginan untuk bertindak tanpa menimbang dengan

matang/seksama. Ranah ini meliputi:

(1) Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan untuk

menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi

yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara

aktif dan positif mengatasi stres.

(2) pengendalian impuls/dorongan nafsu yaitu kemampuan

menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk

bertindak.

5) Ranah Suasana Hati Umum

Ranah suasana hati umum berkaitang dengan pandangan individu

tentang kehidupan, bergembira dalam bersendiri maupun bersama

orang lain serta keseluruhan rasa puas-lega yang dirasakan

individu. Ranah ini meliputi:

(1) Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan

kehidupan, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta

(17)

(2) Optimisme yaitu kemampuan melihat sisi terang kehidupan

dan me-melihara sikap postif, sekalipun ketika berada dalam

kesulitan.

Dari uraian di atas menurut Bar-on kecerdasan emosional

terbagi dalam lima ranah yang menyuluruh, akan tetapi dalam hal ini

penulis mengambil hanya empat ranah saja. Karena menurut Parker

“suasana hati bukan termasuk kompetensi akan tetapi menunjukkan

keadaan saja atau akibat dari sesuatu bukan menunjukkan kemampuan

tetapi menunjukkan keadaan saja dimana ranah suasana hati umum

dapat berubah-ubah atau pasang surut”.

2.3 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Cahyo (2006)

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dari 97 siswa kelas X Teknik

Kendaraan Ringan SMK PIRI I Yogyakarta memperoleh skor rata-rata

156,25 dengan skor minimum 133 dan maximum 186 sedangkan untuk

motivasi belajar memperoleh skor rata-rata 95,34 dengan skor minimum 79

dan skor maximum 111 dan kesimpulan berikutnya terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar pada

siswa kelas X

Penelitian yang dilakukan oleh Randy Susanto (2007) yang dilakukan

pada mahasiswa psikologi UIN Malang yang berjumlah 60 menunjukkan

(18)

belajar menengah (sedang). Dan korelasi dua variabel r xy = 0,847 yang

berarti terdapat hubungan yang positif antara kecedasan emosi dan motivasi

belajar.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain lapor

1. Tema Drama: Motivasi, Kesadaran Diri, Pengendalian diri, Empati, Hubungan dengan orang lain. Ritma Cerita Drama : Ricky adalah anak yang berbakat di bidang olahraga, yaitu bulu

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,maupun

kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta.. mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk

intelligence adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan.. dengan orang

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotifasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik

Jadi jika pegawai kantor kelurahan memiliki kemampuan dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan