• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENANAMKAN AKHLAKUL KHARIMAH PADA PESERTA DIDIK DI MAN 2 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PEMBELAJARAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENANAMKAN AKHLAKUL KHARIMAH PADA PESERTA DIDIK DI MAN 2 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

79

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah penulisan paparan data dan data temuan yang dihasilkan oleh

peneliti dari wawancara, observasi dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti

akan menganalisis data yang telah terkumpul.

Dari paparan data dan hasil sub bab hasil temuan penelitian yang dijabarkan

pada sub bab sebelumnya, maka perlu adanya analisi hasil penelitian. Hal ini

dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi

sehingga dapat mengambil kesimpulan penelitian sesuai dengan rumusan masalah

yang diajukan. Dalam hal ini Nasution seperti yang dikutip oleh Sugiyono

menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan

selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data.1

Penelitian disini menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dari

data yang didapatkan baik memalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dari

pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan. Selanjutnya dari

hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagai berikut :

1. Perencanaan Guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan Akhlakul Kharimah pada Peserta Didik di MAN 2 Tulungagung

Mengenai perencanaan guru dalam menanamkan akhlakul karimah,

bahwa perencanaan adalah sebuah persiapan yang harus disusun sebaik

(2)

mungkin oleh guru, karena perencanaan ini sangatlah menentukan kemana arah

kegiatan pembelajaran akan berlangsung. Dalam sebuah perencanaan

pembelajaran tentunya diperlukan pengetahuan yang mendalam oleh guru,

tentang hakekat perencanaan pembelajaran, prinsip perencanaan pembelajaran,

tujuan perencanaan pembelajaran dan juga prinsip pembuatan perencanaan

pembelajaran. Karena dengan pengetahuan yang mendalam tentang

perencanaan pembelajaran, maka seorang Guru akan lebih profesional atau

lebih bermutu dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. perencanaan

pengajaran memainkan peran penting dalam memandu Guru untuk

melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar

siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal

sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum menerapkan pasti ada perencanaan seorang Guru tentunya

sangat berpengaruh besar dalam kegiatan dan keberhasilan dalam menjalankan

diantaranya:

1. Mempersiapkan materi pembelajaran, merumuskan tujuan yang hendak

dicapai, materinya itu tentang pengertian akidah itu apa, akhlak yang baik

dan buruk atau mahmudah dan madzmumah apa, dan kisah teladan Nabi

dan lain-lain.

2. Keterampilan seorang Guru sangatlah dibutuhkan dalam mendukung

pembelajaran terutama dalam penyusunan antara media, alat peraga dan

metode pembelajaran dengan materi yang diajarkan. Seorang Guru haruslah

(3)

karena kesadaran seorang Guru dalam tujuan pembelajaran akan mendorong

semangat Guru dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran.

Berikut ini beberapa Strategi Pembelajaran yang dapat diterapkan proses

pembealajaran:

1. Strategi Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)

Strategi Pembelajaran Bermain Peran adalah salah satu proses

belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson

(1962) yang dikutip oleh Moedjiono dan Dimyati (1992:80)

mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum

berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang

mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali (1996:83)

mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran

dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.

Dengan demikian pembelajaran bermain peran merupakansalah satu

strategi pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan

masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal

relationship), terutama yang menyangkut kehidupan sekolah, keluarga

maupun perilaku masyarakat sekitar Peserta Didik.2

2. Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contexrual Teaching and Learning)

Strategi Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and

Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan anatara materi pembelajaran dengan dunia

(4)

kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses

pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan

materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (kontekls

pribadi, sosial dan kultural) sehingga peserta didik memiliki

pengetahuan/ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

(ditrasnfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks

lainnya.3

3. Strategi Pembelajaran Partisipasif

Strategi Pembelajaran Partisipasif (Participative Teaching and

Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta

didik secara aktif secara aktif dalam perencanaan, pelaksannaan, dan

evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles,

(E.Mulyasa, 2003) menyebutkan indikator pembelajaran poartisipasif,

yaitu:

a. Adanya keterlibatan emosioanl dan mental peserta didik

b. Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi

dalam pencapaian tujuan

(5)

c. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta

didik4

4. Strategi Pembelajaran Belajar Tuntas

Diknas (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran tuntas (mastery

learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompotensi dimaksudkan

adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta

didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun

kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran tuntas

adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk

memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap

kompetensi tertentu.5

5. Strategi Pembelajaran Dengan Modul

Strategi Pembelajaran Modul adalah suatu proses pembelajaran

mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematris

dan operasioanl dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik disertai

dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.6 6. Strategi Pembelajaran Inkuri

Strategi Pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,

yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskien yang berarti saya

mernemukan. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses

mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara

langsung. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan

4 Ibid, hal. 53

(6)

menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Strategi

pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara

guru dan peserta didik.7

7. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

berkenaan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik

dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi

pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Peserta didik tidak dituntut

untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur,

maka sering juga dinamakan strategi “chalk and talk”.8

2. Pelaksanaan Guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan Akhlakul Kharimah pada Peserta Didik di MAN 2 Tulungagung.

Selain itu berkaitan dengan penerapan Akhlakul Kharimah dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak harus ada langkah-langkanya sebagai berikut: . a)

Guru menunjuk 4 siswa untuk maju ke depan kelas untuk mempraktekan

drama dan keterkaitan di dunia nyata disertai penjelasan singkat dari Guru,

7 Ibid, hal. 71

(7)

sedangkan teman yang lain mengamatinya. b) Guru memberikan pertanyaan

terkait dengan Akhlakul kharimah. c) Guru memberikan kesempatan kepada

siwa lain untuk berkomentar d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya, dan memberikan kesimpulan terkait materi yang diajarkan hari

ini.

Selanjutnya membahas tentang peran guru dalam kegiatan

pembelajaran,yang mana dalam kajian teori dalam peningkatan mutu

pembelajaran dibutuhkan kreatifitas guru dalam mendidik siswa agar kreatif,

dan dari data yang diperoleh peniliti guru sudah melakukan apa yang ada

dalam teori, yaitu guru berperan sesuai materi dan tidak selalu menjadi

pemimpin kegiatan pembelajaran, supaya siswa dapat aktif, kreatif, dan

mandiri dalam kegiatan pembelajaran. dan dari observasi, peneliti menyaksikan

secara langsung adegan drama yang dirancang oleh siswa sendiri, dengan tema

yang diambil dari pengaplikasian pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru

beserta siswa. seperti beberapa pendapat yang telah diambil oleh peneliti

menyangkut peran guru dalam pembelajaran, yaitu diantaranya :

Dalam hal pembelajaran guru mempunyai banyak peran yang harus bisa

diperankan oleh seorang guru, seperti yang peneliti kutip dibawah ini :

1) Guru sebagai fasilitator

Menurut Ramayulis, peran guru sebagai fasilitator adalah

(8)

belajar”.9

Oleh karena itu guru harus mampu menyediakan fasilitas sumber

belajar guna menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

2) Guru sebagai pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing adalah “Memberikan bimbingan

terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar”.10

Dalam memberikan

bimbingan hendaknya mengetahui dan mengerti berbagai potensi diri anak

didik untuk dapat lebih dikembangkan.

3) Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator adalah “Memberikan dorongan dan

semangat agar siswa mau dan giat belajar”.11

Dalam upaya memberi

motivasi anak didik guru harus mampu menciptakan kondisi sedemikian

rupa sehingga anak mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.12 Guru sebagai motivator harus paham dan mengerti kondisi siswa untuk dapat

mengantarkan peserta didik pada pengalaman-pengalaman yang

memungkinkan mereka dapat belajar.

4)Guru sebagai pengelola kelas

Sejalan dengan tujuan pengelolaan kelas menurut Djamarah, “Agar

anak didik betah tinggal di kelas dan memiliki motivasi belajar yang tinggi

untuk senantiasa belajar di dalamnya”.13

Sebagai pengelola kelas guru

mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mengarahkan kegiatan

9Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal.26 10Ibid, hal.5

11Ibid, hal. 26 12

Zakiyah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal.140

13Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka

(9)

belajar mengajar, baik pengelolaan tempat duduk siswa maupun

pengelolaan siswa itu sendiri.

5) Guru sebagai mediator

Menurut Usman sebagai mediator “Guru menjadi perantara dalam

hubungan antara manusia. Dalam hal ini tentunya guru harus mempunyai

ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik”.14 Dengan demikian peran guru sebagai mediator tidak hanya sebagai

penghubung antara siswa dengan guru, akan tetapi lebih dari itu harus

memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan media

pembelajaran.

6)Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator harus dapat melaksanakan penilaian dengan

baik dan jujur. Dalam hal ini guru harus menilai segi-segi yang seharusnya

dinilai, yaitu kemampuan intelektual, sikap dan tingkah laku anak didik,

karena dengan penilaian guru dapat mengetahui sejauh mana kreativitas

pembelajaran yang dilakukan. 15

3. Evaluasi Guru Aqidah Akhlak dalam menanamkan Akhlakul Kharimah pada Peserta Didik di MAN 2 Tulungagung

Hasil observasi ini mengenai evaluasi penilaian terhadap siswa

menunjukan bahwa dengan adanya strategi bermain peran siswa akan lebih

mudah memahami materi yang disampikan oleh guru, siswa akan terampil

mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk pelaksanaan

(10)

penelaian otentik, guru menggunakan, a) tes buatan guru, b) penialain sikap, c)

tugas individu, d) tugas kelompok dan portofolio.

Data diatas diperkuat dengan hasil observasi mengenai anak bermain

peran meliputi: a) guru menunjuk 4 siswa untuk maju di depan kelas untuk

diberi bagian untuk mempraktekan anak yang mempunyai akhlak yang baik

dan yang buruk, b) siswa yang lain diberi kesempatan untuk mengomentari

siswa yang di depan kelas, c) guru memberi kan kesimpulan terkait materi

yang diajarkan hari ini, d) guru memberikan motivasi untuk lebih baik

menjalani hidup dikemudian hari e) guru memberikan gambaran hikmah dalam

menajali hidup berakhalak karimah.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat

dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal

yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah

sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan

hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :

1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang

kemampuan, yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,

prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat

menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan

(11)

memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan,

membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang

materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya

tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan

ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan,

menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang

dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan,

membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan,

memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.

c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun

metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata

kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah,

menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan

dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan,

menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke

dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan

analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis

(12)

operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat

diagram, Evaluasi Pembelajaran Ruang Lingkup, Karakteristik dan

Pendekatan Evaluasi Pembelajaran memisah-misahkan,

menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan,

merinci.

e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa

tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan diantaranya: menggolongkan, menggabungkan,

memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan,

merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir,

merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,

pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting

dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa,

sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan

untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan diantaranya: menilai, membandingkan,

mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan,

(13)

2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk

ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar

tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi

bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.

Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu :

a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau

rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran

kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional

yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih,

menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab,

menggunakan.

b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang

kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada

suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.

Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara

sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan diantaranya :

menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,

menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan,

menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.

c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

(14)

konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya :

melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil

bagian, dan memilih.

d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan

masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang

dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan,

membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.

3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik

yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari

gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan

pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja

operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan

masing-masing, yaitu :

a. Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak,

menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.

b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi,

menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan,

menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,

menarik dan menggunakan.16

16 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta, PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 2,

(15)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, di dalam mengevaluasi hasil

belajar Guru Akhidah Akhlak lebih menggunakan domain afektif, karena berisi

Referensi

Dokumen terkait

1 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan Dinas/Operasional Barang 1 tahun Rp.. No

[r]

Sehubungan dengan Paket Pengadaan Peralatan Pendidikan SD (DAK SD 2014 + pendamping) dan sesuai dengan hasil evaluasi Kelompok Kerja (Pokja) III Unit Layanan

Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) FIK UNY dalam melaksanakan semua gerak dan langkahnya didukung oleh berbagai sumber daya dari berbagai jurusan sesuai dengan

Faktor harga ini sekalipun tidak terlalu penting karena untuk beberapa tabloid memiliki harga yang sama tetapi dengan beberapa kebijakan harga yang kreatif dari penerbit

- Direktur perusahaan hadir langsung , apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan ,

[r]

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana media massa online detik.com dan okezone.com mengonstruksi berita tentang Jokowi-Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2012