• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Logam Dasar di Daerah Ratenggo, Kab. Ende dan Daerah Wai Wajo, Kab. Sikka, NTT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prospek Logam Dasar di Daerah Ratenggo, Kab. Ende dan Daerah Wai Wajo, Kab. Sikka, NTT."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-1

PROSPEK LOGAM DASAR DI DAERAH RATENGGO KABUPATEN ENDE DAN DAERAH WAI WAJO KABUPATEN SIKKA - PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh: Franklin

SUBDIT MINERAL LOGAM

ABSTRACT

The prospect area is located in Wai Wajo, Sikka district and Ratenggo, Ende district, East Nusa Tenggara province, Republic of Indonesia. The prospect area was discovered as a result of a systematic exploration program by Directorate of Mineral Resources (DMR) since 1999-2000 and 2002, and than proceed on the year 2003 – 2004 by DMRI – KORES, focused on base metal and precious metal mineralization.

The geology of the prospect area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite and Quaternary volcanics. From the chemical analysis results of major elements of representative volcanics shows characteristic of toleiitic magma. The predominant system of lineaments in the prospect area tends to be NE-SW trend. This fault system appears to have a closed relationship with the mineralization in the prospect area.

Most of base metal mineralization were hosted by phyllic – argillic andesitc to dacitic tuff of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite with the occurrences of structure control of epithermal type or massive sulphide type. Rock samples indicate the mineralization types are disseminated, fracture filling and quartz vein containing chalcopyrite, galena, sphalerite, covellite and pyrite. The best grade revealed from these rocks of 6,980 ppm Cu and 50 ppb Au, and from quartz vein of 4,868 ppm Cu and 57 ppb Au.

The geochemical anomaly zones are identifying two combined anomaly i.e. Au-Cu-Zn-Mo and Ag-Pb-Zn. And those anomalies are concentrated in the phyllic and argillic andesitic tuff of Kiro Formation. Further this anomaly area also occupied by base metal and gold mineralization outcrops.

Interesting IP anomalies are found in electrode separation index of n=5 and n=7 in line WA7 with chargeability value of 405.7 Msec and resistivity value of 37.7 Ohm-m. In general high chargeability and low resistivity anomalies are developed of direction from southwest to northeast of prospect area and these anomalies still open to the northeast. The high chargeability value lets to predict presenting of blind copper deposits. Some bore holes will be proposed for the next survey to confirm the present of blind ore deposit in the prospect area.

Pendahuluan

Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data geologi, geokimia dan geofisika di daerah Ratenggo Kabupaten Ende dan Wai Wajo – Magepanda Kabupaten Sikka Flores Nusa Tenggara Timur yang di duga merupakan daerah potensi endapan tembaga serta mineral ikutannya, terutama di lokasi Wolo Deba (Blok A) serta Lia Kutu – Ghera (Blok C).

Hasil penyelidikan ini didasarkan pada study quantitatif pada batuan dan karateristik mineral seperti misalnya melalui pemetaan geologi, petrografi, mineragrafi, inklusi fluida, geokimia batuan dan data geokimia serta data geofisika.

Penyelidikan yang telah dihasilkan ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai perbandingan dengan keterdapatan endapan

mineral tembaga beserta mineral ikutannya di daerah-daerah lainnya.

Daerah penyelidikan terletak pada koordinat 121° 47’ 09” – 122° 06’ 05” Bujur Timur dan 8° 34’ 07” – 8° 44’ 21” Lintang Selatan dengan luas kurang lebih 36.380 hektar (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia dari Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten yaitu Maumere, dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat kurang lebih 45 menit ke arah baratdaya Kecamatan Mego.

Hasil Penyelidik Terdahulu

(2)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-2 difokuskan pada penyelidikan logam dasar

dan logam mulia.

Tahun 1999, di daerah Wai Wajo, tim eksplorasi menemukan adanya tempat kedudukan tembaga sulfida tersebar pada batuan gunungapi Tersier, intrusi granitik dan urat kuarsa. Hasil penyontoan geokimia sedimen sungai aktif dan penyontoan batuan apungan pada daerah ini menunjukkan adanya beberapa daerah anomali tembaga termasuk emas. Analisis batuan apungan dari Sungai Mego menghasilkan kandungan tembaga 10 % dan emas 520 ppb.

Penyelidikan lanjutan pada tahun 2000 oleh tim geofisika telah mengidentifikasi

adanya zona anomali geomagnetik/mineralisasi mengikuti arah

NW-SE, N-S, and NE-SW searah dengan struktur patahan.

Sedangkan untuk daerah Ratenggo, berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2000 disimpulkan adanya indikasi mineralisasi dan anomali logam dasar dan emas berdasarkan hasil analisis kimia dari conto endapan sungai aktif dan batuan serta conto tanah yang diambil pada punggungan dan spur-spurnya di sejumlah tempat seperti di Wologai, Lowo Lise, Kogogamba dan Keli Ndati.

Pada tahun 2002 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melanjutkan penyelidikan yang difokuskan pada daerah Lowo Mego dan cabang sungainya dan hasil penyelidikan menunjukkan adanya zona anomali yang kuat dari Cu-Pb-Mn-Mo pada ubahan pilik– argilik lanjut di batuan tufa gunungapi Tersier dan dari paritan uji menunjukkan mineralisasi yang potensil pada andesitik tersilisifikasi. Analisis batuan menghasilkan 4.980 ppm Cu and 45 ppb Au.

Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka pada tahun 2003 kembali dilakukan penyelidikan lanjutan pada daerah-daerah mineralisasi seperti di Lowo Deba, Lia Kutu – Ghera, Lowo Polut, Keli Ndati dan Kogogamba dengan metoda pemetaan alterasi, paritan uji, geokimia tanah grid sistem yang hasilnya semakin memperjelas tempat kedudukan mineralisasi tembaga dan mineral ikutannya di sejumlah tempat.

Hasil Penyelidikan

Geologi Survei

Dari enam formasi batuan dan batuan terobosan yang menyusun daerah penyelidikan, ditemukan empat jenis batuan yang memegang peranan penting sebagai tempat kedudukan mineralisasi dan zona prospek endapan logam dasar beserta mineral ikutannya.

Keempat jenis batuan tersebut adalah tufa andesitik Formasi Kiro, tufa lapili dasitik Formasi Tanahau, batuan gunungapi Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan granodiorit, diorit/diorit kuarsa (Gb.2 dan 3).

Di daerah Wai Wajo (Wolo Deba dan Lia Kutu – Ghera, Franklin, dkk, Fase I), tufa andesitik dominan menutupi daerah tersebut dan umumnya telah mengalami ubahan serta pemineralan. Hasil studi petrografi menunjukkan batuan ini telah mengalami gejala deformasi yang diduga akibat tektonik atau disebabkan oleh terobosan batuan beku granitik – granodioritik, sehingga beberapa mineral menunjukkan gejala retakan-retakan yang diisi oleh mineral mineral lain seperti karbonat dan aktinolit serta beberapa mineral telah terubah antara lain plagioklas terubah menjadi karbonat – lempung – serisit dan opak mineral (LP 16/12R).

Di daerah Ratenggo (Keli Ndati, Gb.4), dijumpai mineralisasi pada lava andesitik dan dasitik yang terbreksikan dengan diameter 25 – 30 meter dan panjangnya 150 – 200 meter. Zona mineralisasi ini mengandung dominan pirit dan bercak-bercak kalkopirit serta galena seperti yang ditemukan pada conto batuan KN 21/6R dan KN 14/16R. Sementara itu di daerah Kogogamba (Gb.5) tebalnya lapisan penutup menyulitkan untuk menemukan singkapan batuan termineralisasi, namun demikian beberapa conto batuan yang dianalisis (KG 18/18R dan KG 9/12R) menunjukkan kandungan logam yang kurang berarti demikian juga logam mulianya.

(3)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-3 Granodiorit dan diorit/diorit kuarsa yang

ditemukan di daerah Lowo Polut dan Keli Ndati umumnya telah terubah dan pada bagian yang mengalami ubahan ditemukan mineral serisit, kaolinit dan klorit serta dipotong oleh urat kuarsa – magnetit – kalkopirit. Ubahan serta pemineralan yang terjadi kemungkinannya disebabkan oleh retas-andesit yang menerobos batuan granodiorit – diorit/diorit kuarsa ini.

Zona Mineralisasi

Blok A Wolo Deba dan Blok C Lia Kutu Ghera

Pada fase kedua, hasil dari pembuatan parit uji (Foto 1) di blok A dan Blok C ini memperlihatkan zona mineralisasi dan ubahan yang lebih jelas lagi seperti yang diperlihatkan pada Gb.7,8 dan 9.

Histogram dan kumulatif probabiliti dari unsur Cu dan Au di paritan uji blok A mencerminkan bahwa kedua polulasi unsure yang tergambar menunjukkan sebaran yang log normal artinya kedua unsur tersebut tidak berasal dari satu sumber mineralisasi.

Lowo Polut (Magepanda)

Mineralisasi pirit dominan bersama magnetit sekunder, diikuti kalkopirit dan sedikit galena terdapat menyebar pada batuan dioritik.Sedangkan pada batuan sampingnya yaitu tufa dasitik mineral pirit sangat dominan terdapat secara menyebar dan mengisi rekahan/retakan dengan sedikit kalkopirit, terutama yang kontak langsung dengan batuan terobosan dioritik (Gb.6)

Hasil analisis mineragrafi dari conto batu LP 12/12 R1 dan LP 1/11 R menunjukkan hadirnya mineral magnetit, pirit, arsenopirit disertai dengan tembaga sulfida yang sebagian telah mengalami ubahan menjadi oksida besi dan azurit.

Keli Ndati (Ratenggo)

Zona ubahan propilitik berkembang pada batuan tufa lapili andesitik – breksi andesitik Formasi Kiro (Gb.4), sedangkan zona ubahan argilik berkembang pada batuan tufa lapili dasitik dan tufa breksi dasitik Formasi Tanahau. Zona ubahan pilik terutama berkembang pada batuan lava dasitik diikuti oleh pemineralan yang intensif. Mineralisasi sulfida (pirit) sangat dominan yang terdapat secara tersebar pada batuan lava dasitik

terbreksikan. Mineral kalkopirit terdapat sedikit dan umumnya terbentuk bersama pirit, sfalerit, terlihat berupa bintik-bintik berwarna coklat semi transparen.

Di Sungai Keli Ndati yang juga merupakan patahan utara – selatan, mineral pirit terdapat dominan, tersebar pada batuan tufa lapili dan tufa breksi Formasi Kiro, yang tersingkap karena adanya erosi jendela. Urat kuarsa bersama pirit, sedikit ditemukan.

Kogogamba (Ratenggo)

Zona ubahan klorit – epidot – kuarsa hanya berkembang pada batuan tufa andesitik di bagian utara sementara zona ubahan argilik terdapat secara setempat-setempat pada batuan tufa dasitik, sedangkan zona ubahan pilik (dominan serisit, kuarsa) berkembang tidak luas, terbatas di sekitar mineralisasi pada batuan tufa lapili dasitik.Minaral pirit terdapat tersebar pada batuan tufa dasitik yang tersilisifikasi, sedangkan kalkopirit terdapat sebagai bercak-bercak (Gb.5).

Geokimia Survei

Berdasarkan data geokimia tanah daerah Keli Ndati, Kogogamba (Ratenggo) dan Lowo Polut (Magepanda) yang telah diolah menunjukkan adanya dua kelompok anomali yaitu logam dasar dan logam emas.

(4)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-4 potasik serta di bagian selatan dan setempat di

bagian utara juga barat, menempati tufa breksi dasitik Formasi Tanahau, lava andesitik Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan diorit/diorit kuarsa yang telah mengalami ubahan propilitik – argilik Formasi Tanahau yang telah mengalami bahan Kelompok-kelompok tersebut tersebar bi bagian baratlaut – timurlaut menempati tufa lapili dasitik terbreksikan Formasi Tanahau yang telah terpropilitkan – terargilikan dan sedikit terubah menjadi potasik serta di bagian selatan dan setempat di bagian utara juga barat, menempati tufa breksi dasitik Formasi Tanahau, lava andesitik Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan diorit/diorit kuarsa yang telah mengalami ubahan propilitik – argilik (Gb.10, 11 dan 12).

Geofisika Survei

Hasil penyelidikan geofisika polarisasi induksi di Blok A Lowo Deba dan Blok C Lia Kutu – Ghera Wai Wajo (Gb.13) telah memberikan gambaran tentang zona mineralisasi mineral logam di bawah permukaan terutama hasil pengukuran pada indeks polarisasi n5 dan n7.

Di Lowo Deba sedikitnya ditemukan 5 lokasi anomali mineral logam yang cukup potensil. Kelima titik lokasi tersebut adalah lintasan WA4 pada titik 7, WA7 pada titik 11 dan 14, WA9 antara titik10 dan 11 serta WA11 antara titik 16 dan 17. Titik-titik tersebut mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan lokasi tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan tubuh endapan mineral logam.

Di Lia Kutu - Ghera sedikitnya ditemukan 2 lokasi anomali mineral logam yang cukup potensil. Kedua titik lokasi tersebut adalah lintasan WC7 antara titik 9 dan titik 10 serta WC8 pada titik 9. Titik-titik tersebut mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan lokasi tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan tubuh endapan mineral logam.

4. Kesimpulan

Temuan beberapa mineral logam dasar (Cu, Pb, Zn) beserta mineral ikutannya (Au, Ag) di daerah penyelidikan telah memberikan gambaran adanya beberapa zona mineralisasi yang prospek dan cukup luas penyebarannya

berdasarkan pengamatan di permukaan dan hasil dari pengamatan paritan uji serta pengukuran geofisika polarisasi induksi seperti di daerah

Gn. Keli Ndati, Wolo Desa, Lia Kutu, Magepanda (Lowo Polut) yang perlu ditindaklanjuti penyelidikannya ke arah yang lebih rinci seperti misalnya di Wolo Desa dengan pemboran, Keli Ndati dengan geofisika prospeksi dan paritan uji serta di Lowo Polut dengan geofisika dan paritan uji, sehingga diperoleh data tambahan baru mengenai luas penyebaran zona mineralisasi ke arah bawah permukaan, struktur bawah permukaan, kadar logam dan perkiraan bentuk endapan. Sesuai dengan hasil yang telah dicapai pada penyelidikan tahap kedua ini, maka disarankan untuk tahap selanjutnya dilakukan pemboran geologi di Blok A dan blok C masing-masing sebanyak lima titik dan dua titik dengan kedalaman tiap titiknya minimal 150 – 200 meter. Untuk pengukuran geofisika di Keli ndati dan Lowo Polut sebaiknya dilakukan titik pengukuran geofisika induksi polarisasi dengan metoda kombinasi (N1=25 m, N3=50, N5 =100 m).

Pada daerah yang sama juga disarankan untuk dibuat paritan uji masing-masing satu parit dengan panjang 50 meter.

Daftar pustaka

Ahrens, L.H., 1954. Lognormal distributions of the elements. Geochim. Cosmochim. Acta 5, p. 49 – 73.

Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Wolowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Logam, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung.

Budhi Priatna, et.al, 2000, Laporan Eksplorasi Geofisika Mineral Logam di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, TA. 2000, Direktorat Sumber Daya Mineral Bandung.

(5)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-5 Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya

Mineral, Bandung.

Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan Molibdenum dan Logam Dasar Serta Mineral Logam Ikutannya di Daerah Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi Nusa Tenggara Timur, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Franklin dkk, 2003, Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral logam di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende - Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DIM – KORES Tahap I, Tahun Anggaran 2003.

Hamilton, W.B., 1979, Tectonics of the Indonesian region. Prof.Paper 1078, U.S.Geol.Surv. Washington, DC, 345 pp.

Hendaryono, 1999, Geologie de I’ile de Flores . Apports a l’etude de la geodynamique de l’archipel indonesien oriental. 200 p. ISBN 2-904431-21-7. Resume Francais, indonesien.

Katili.J.A., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesia Island arc, Tectonophysics, 26,p 165 – 188.

J.C, Carlile; A.H.G.Mitchelle, 1994, Journal of Geochemical Exploration 50. 91 - 142 pp.

N.Suwarna,S.Santosa, Koesoemadinata., 1990, Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa Tenggara Timur., Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. PT.Nusa Lontar Mining, 1987, Contract of

Work, First Relinquishment Report, Nusa Tenggara Timur, Indonesia (9757).

Sumpena, A. dkk, 2000, Eksplorasi Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar Daerah Rotenggo dan Sekitarnya Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

Tudor, A, 1999, First Relinguishment Report and Upgrade from general Survey Period to Exploration Period, Internal Flores Barat Mining (FBM) report. Tukey, J.W., 1977. Exploratory Data Analysis.

Addison-Wesley, Reading, Mass. 506 pp.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol.IA, 1st Edition. Govt.Printing office, The Hague, pp 104-136.

(6)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-6 Gambar 2 Peta geologi daerah Ratenggo dan Wai Wajo

(7)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-7 Gambar 4. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Keli Ndati

(8)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-8 Gambar 6. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Lowo Polut (Magepanda)

Gambar 7. Penampang parit uji di blok A Wolo Deba Wai Wajo

(9)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-9 Gambar 8. Penampang paritan uji 1 di Blok C

Gambar 9. Penampang paritan uji 2 di Blok C

Foto 2. Lokasi paritan uji 1 di Diang Gajah Blok C

(10)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-10 Gambar 10. Zona anomali gabungan unsur-unsur daerah Keli Ndati

(Ratenggo)

Gambar 11. Peta zona anomali gabungan unsur-unsurdaerah Kogogamba (Ratenggo)

(11)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 5-11

Gambar 13. Zona anomali IP di Wolo Deba dan Lia Kutu – Ghera

Cha

Lintasan WC8

Scale :

392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 375

392 750 392 800 392850 392900 392 950 393000 393 050 393100 393150 393 200 393 250 425

WA11-8WA11-9WA11-10WA11-11WA11-12 WA11-13WA11-14

392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250

0 m 50 m 100 m 150 m 200 m

392 750 392800 392850 392 900 392950 393 000 393050 393 100 393150 393200 393 250 425

WA11-8WA11-9WA11-10WA11-11WA11-12 WA11-13WA11-14

39545 39550 39555 39560 39565 39570 39575 39580 39585 39590 39595

0

395450 395500 395550 395600 395650 395700 395750 395800 395850395900395950 400 m Lintasan WC7

Resi

395 395 395 395 395 395 395 395 395 395 395

0

WCWCWCWCWCWCWC

WCWCWCWC WCWC

Gambar

Gambar 3. Kolom stratigrafi daerah Ratenggo - Wai Wajo
Gambar 6. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Lowo Polut (Magepanda)
Gambar 8.  Penampang paritan uji 1 di Blok C
Gambar 10. Zona anomali gabungan unsur-unsur daerah Keli Ndati   (Ratenggo)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam slektifitas penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan mulut trawl. atau didalam lingkaran purseseine).Kegiatan

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa pelabuhan Sorong untuk keadaan sekarang maupun keadaan di 5 tahun dan 10 tahun yang akan datang

Gambar 3.12 merupakan Activity Diagram Melihat Detail Pengumuman menjelaskan alir kerja actor untuk melakukan proses Melihat Detail dari Info Pengumuman

[r]

Dalam rangka kelancaran pembuktian Kualifikasi untuk Pekerjaan Supervisi Lanjutan Pembangunan Tugu Perbatasan Kalteng-Kalsel Serapat, maka Panitia Pengadaan akan

User  semakin luwes bahasa yang digunakan, lebih baik. Perancang sistem  makin luwes bahasa user, makin rumit

Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru BTA Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Cukirpada tanggal 30 Maret-28 Aprir 2016,diperoleh kesimpulan sebagai berikut .Dari

Menurut para ulama yang dimaksud dengan ilmu Tajwid adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Lalu, yang dimaksud dengan