PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA
DAERAH PANAS BUMI ARJUNO - WELIRANG,
KABUPATEN MOJOKERTO DAN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
Mochamad Nur Hadi, Dedi Kusnadi, Asep Sugianto
Kelompok Penyelidikan Panas Buml, Pusat Sumber Daya Geologl,
Badan Geologi
SARI
Daerah penyelidikan terpadu Arjuno -Welirang berada di daerah Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya,
Provinsi Jawa Timur. Tatanan tektonik daerah penyelidikan termasuk ke dalam busur magmatik Jawa
bagian selatan pada lingkungan vulkanik Kuarter.
Secara geologi, batuan penyusun pada umumnya berjenis andesit - basaltik yang berasal dari beberapa
pusat erupsi seperti Gunung Arjuno, Welirang, Kembar I - ll, Gunung Bakal, Gunung Pundak dan Gunung
Bulak sehingga Gunung Arjuno Welirang diklasifikasikan sebagai komplek gunungapi dengan tipe
komposit.
Hasil penentuan umur (K-Ar) menunjukkan batuan produk lava basalt Gunung Welirang berumur
Plistosen. Pembentukan komplek Gunung Arjuno Welirang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang
searah dengan pola subduksi pada zaman Kapur (pola Meratus) yang berarah baratdaya - timurlaut.
Sistem panas bumi dicirikan dengan munculnya manifestasi berupa air panas dengan temperatur sekitar
50°C, pH netral sebagai daerah
outflow
, serta solfatara dan fumarol dipuncak Welirang sebagai
upflownya. Fluida bertipe bikarbonat dengan temperatur reservoir sebesar 260°C, entalpi tinggi.
Daerah prospek panas bumi hasil kompilasi sekitar 20 km
2yang tersebar di bagian barat – baratlaut
Gn.Welirang.
Nilai tahanan jenis rendah (<20 ohmm) terkonsentrasi di bagian barat hingga baratlaut Gn.Welirang yang
diduga sebagai batuan penudung pada sistem ini. Puncak reservoir berada pada kedalaman 1500 – 2500
m ke arah utara daerah prospek. Potensi cadangan terduga sekitar 280 Mwe.
Kata kunci : panas bumi, Arjuno, prospek
PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang dimiliki lndonesia
sangatlah beragam dari mulai batubara, minyak
dan gas bumi, mineral dan energi alternatif
lainnya. Salah satunya adalah energi panas
bumi. Daerah Jawa Timur bagian selatan berada
pada jalur vulkanik yang dikenal dengan jalur
ring of fire
dengan rentetan gunungapi aktif yang
berasosiasi dengan pembentukan sistem panas
bumi. Berdasarkan data peta sebaran potensi
panas bumi lndonesia (PMG, 2009) prospek
potensi panas bumi di Jawa Timur adalah
sekitar 1024 MW.
Penyelidikan ini dilakukan dengan
menggunakan metode geologi, geokimia dan
geofisika sehingga diperoleh batasan dan
parameter dalam penentuan karakteristik
reservoir dan luas prospek panas bumi Arjuno
-Welirang.
.
Manifestasi Panas Bumi
Sebaran manifestasi panas bumi di komplek
Arjuno Welirang terdapat di lima lokasi berupa
tiga kelompok air panas (Padusan, Coban, dan
Cangar), fumarol dan alterasi di puncak
Welirang, serta alterasi di sekitar Gunung
Pundak.
a) Air Panas Padusan
Air panas berada di sekitar Kali Kretek,
digunakan sebagai tempat pariwisata. Muncul
pada aliran piroklastik dan bongkah-bongkah
lava andesit produk G.Welirang, Teroksidasi,
jernih, tidak berwarna, tidak berasa. Air panas
Padusan 1 pada koordinat UTM (671.172
mT,9.149.741 mS) elevasi 893 m dpl,
temperatur 55°C pH 6,3. Contoh air panas
Padusan 2 pada koordinat UTM (670.793 mT,
9.150.137 mS) elevasi 901 m dpl, temperatur
50°C, pH 5,87.
b) Air Panas Coban
debit air panas kecil (0,1 l/detik), dengan oksida
besi yang cukup banyak.
c) Air Panas Cangar
Terdapat di dua lokasi dengan jarak sekitar 100
meter. Muncul pada aliran piroklastik produk
G.Kembar (Kembar ll), jernih, tidak berbau dan
tidak berasa, lapisan sinter karbonat ditemukan
tipis dan oksida besi lemah. Contoh air panas
terdiri dari: Ap.Cangar 1 pada koordinat UTM
(669.200 mT, 9.143.910 mS) elevasi 1611 m
dpl., temperatur 54°C, pH 5,9, sedangkan Ap.
Cangar 2 pada koordinat UTM (669.111 mT,
9.143.892 mS) elevasi 1604 m dpl. temperatur
48,3°C, pH 6,0.
d) Fumarol
Sebaran fumarol berada di masing - masing
puncak kerucut komplek Gn.Arjuno - Welirang
seperti di kawah Gn.Arjuno, Gn.Kembar l,
Kembar ll dan kawah Gn.Welirang (Plupuh dan
Jero). Temperatur terukur dilakukan di Kawah
Plupuh dengan kisaran antara 94,1 - 137,5°C,
pada temperatur udara 17,2 °C, hembusan kuat,
beberapa tempat disertai sublimasi belerang
membentuk solfatara. Solfatara/ fumarol Gn.
Welirang terdapat pada elevasi 3050- 3150
mdpl.
e) Alterasi
Sebaran alterasi batuan terbagi di dua lokasi
yaitu di sekitar Kawah Plupuh, dan di bawah Gn.
Pundak. Alterasi yang muncul di sekitar kawah
memiliki penyebaran yang cukup luas, ± 1 km
hingga ke lereng Welirang - Kembar l. Daerah
Alterasi di sekitar Kawah Plupuh dicirikan
dengan kehadiran mineral ubahan seperti alunit,
halloysit dan kaolinit dengan intensitas kuat,
terdapat pula oksida besi dalam jumlah yang
cukup tinggi. Berdasarkan kehadirannya dapat
diinterpretasikan bahwa di daerah tersebut telah
terbentuk alterasi hidrotermal yang dipengaruhi
oleh fluida asam dengan temperatur
pembentukan < 200°C. Zona ubahan termasuk
kedalam Argilik lanjut (
Advance Argillic
).
Alterasi lainnya berada di sekitar Gunung
Pundak, Desa Claket pada koordinat (672529
mT, 9150021 mS) dengan elevasi di atas 1000
m. Alterasi berwarna keputih-putihan pada lava
produk Gn.Pundak yang merupakan erupsi
terbentuk adalah montmorilonit, menunjukkan
alterasi diakibatkan oleh pengaruh fluida panas
dengan pH netral dan kisaran temperatur
pembentukan < 150 °C. Zona ubahan termasuk
kedalam zona argilik.
GEOLOGI
Geomorfologi
Morfologi di komplek Gunung Arjuno - Welirang
dapat dibedakan menjadi tujuh satuan
geomorfologi, yaitu satuan tubuh Gunung
Anjasmoro, tubuh tua komplek Arjuno
-Welirang, erupsi samping Gunung Bulak dan
Pundak, tubuh muda Gunung Arjuno - Welirang,
Puncak Gunung Arjuno - Welirang, Kaki Gunung
Arjuno-Welirang, Kaki Gunung Penanggungan.
Sratigrafi
Berdasarkan data regional dan tatanan tektonik
Jawa Timur, daerah penyelidikan berada pada
Zona Kendeng yang merupakan suatu
antiklinorium dengan batuan dasar berupa
batuan beku dan sedimen. Data pemboran dari
beberapa sumur minyak di sekitar Selat Madura
juga menyebutkan bahwa daerah Jawa Timur
merupakan bagian dari mikro kontinen
Gondwana.
Komplek Gunungapi Arjuno-Welirang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu batuan alas, produk
erupsi Arjuno-Welirang Tua dan produk erupsi
Arjuno-Welirang Muda.
Setelah pembentukan erupsi samping kemudian
terjadi erupsi besar yang mengeluarkan material
vulkanik Arjuno-Welirang tua sehingga
membentuk kekosongan pada produk Arjuno
Welirang Tua, hal tersebut terlihat dengan
nampaknya bentukan
ring fracture
berupa zona
amblesan/
collapse
. Kekosongan tersebut
kemudian memfasilitasi munculnya produk
vulkanik baru berupa produk Welirang dan
Arjuno Muda, yang juga dipengaruhi oleh sesar
mendatar di permukaan (Sesar Dekstral
Padusan) yang berarah baratlaut-tenggara
sebagai antitetik dari Sesar Sinistral Welirang
yang berarah baratdaya-timurlaut.
Setelah terbentuknya Gunung Arjuno dan
Welirang muda proses vulkanik berlanjut dengan
pembentukan Gunung Kembar I, diikuti Gunung
Kembar ll dan Gunung Bakal yang berarah ke
tenggara. Pembentukan erupsi terakhir yang
menghasilkan produk magmatik adalah Gunung
Kembar ll yang berada di tengah antara Gunung
Welirang dan Gunung Arjuno. Catatan erupsi
terakhir yang diperoleh dari data Direktorat
Vulkanologi menyatakan bahwa pada tahun
1950 di puncak Gunung Welirang terjadi erupsi
lumpur dan juga abu dalam volume yang tidak
besar, dan tidak terbentuk adanya bentukan lava
baru. Hal tersebut diperkirakan mencerminkan
dari proses letusan freatik - freatomagmatik
yang mencermikan terbentuknya sistem
hidrotermal di kawasan tersebut.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang
dikelompokkan sesuai arah sesar, yaitu arah
utara selatan, baratlaut tenggara,
baratdaya-timurlaut, dan barat - timur. Selain itu terbentuk
beberapa stuktur vulkanik seperti ring fracture
dan zona amblasan.
Sesar berarah utara selatan.
Beberapa sesar pada arah ini diwakili oleh sesar
Cangar, sesar Puncung dan sesar Claket,
berupa kelurusan manifestasi, munculnya gawir
sesar dan air terjun serta perbedaan ketinggian
pada topografi yang cukup terjal.
Sesar berarah barat laut - tenggara.
Sesar ini diperkirakan sebagai pola struktur
yang muncul berupa antitetik dari sesar utama
dengan arah baratdaya - timurlaut sejajar pola
Meratus. Sesar ini diwakili oleh sesar Padusan,
sesar Kemiri, dan sesar Bakal. Sesar Kemiri dan
sesar Claket diperkirakan membentuk suatu
daerah graben yang bagian turunnya diisi oleh
aliran piroklastik Welirang. Kenampakan
dilapangan dicirikan oleh kelurusan air panas
dan topografi yang terjal. Sesar-sesar ini
kemungkinan mengontrol munculnya air panas
di sekitar Padusan dan berpengaruh dalam
pembentukan daerah impermeabel dalam
system panas bumi Arjuno - Welirang.
Sesar berarah baratdaya - timurlaut.
Sesar ini diperkirakan sebagai sesar utama
yang mempengaruhi munculnya komplek
gunungapi Arjuno-Welirang. Sejajar dengan arah
sesar basement yang berpola Meratus. Memiliki
kecenderungan berasosiasi terhadap munculnya
Gunung Penanggungan yang menerus ke arah
lumpur Sidoarjo. Sesar ini diwakili oleh Sesar
Welirang, sesar Kembar dan sesar Bulak.
Kenampakan di lapangan berupa gawir yang
membentuk air terjun.
Sesar berarah Barat - Timur.
Sesar ini diwakili oleh sesar Ledug dan sesar
Ringit. Penarikan sesar didasarkan pada
kelurusan topografi dan citra
landsat.
Rim Kaldera Anjasmoro.
Sesar ini berjenis sesar normal yang
membentuk gawir curam dan melingkar.
Kenampakan di lapangan dapat dilihat jelas dari
arah jalan menuju Cangar. Diperkirakan
merupakan bentukan dari sisa kaldera tua yang
terbentuk akibat aktivitas vulkano tektonik di
sektor amblasan ditarik berdasarkan kelurusan
dari tubuh tua Gunung Arjuno - Welirang dengan
daerah bukaan ke arah baratdaya. Amblasnya
daerah ini kemungkinan diakibatkan oleh
aktivitas vulkanik Gunung Arjuno - Welirang
yang memuntahkan material vulkaniknya
sehingga terjadi kekosongan dan memicu
munculnya produk vulkanik baru seperti Gunung
Arjuno – Welirang muda, Gunung Kembar l,ll
dan Gunung Bakal.
GEOKIMIA
Kimia Air
Komposisi kimia dari mata air panas di plot pada
diagram segi tiga CI-SO
4-HCO
3, Na-K-Mg, dan
(1988), Berdasarkan diagram segitiga Cl-SO
4-HCO
3(Gambar 3a), air panas Padusan, air
panas Coban, dan air panas Cangar bertipe
bikarbonat. Hal tersebut mengindikasikan telah
terjadinya pencampuran air permukaan
terhadap fluida panas dari sistem panas bumi.
Berdasarkan diagram segitiga Na-K-Mg
(Gambar 3b), semua mata air panas terletak
3c), posisi semua mata air panas cenderung ke
arah Cl-B, ada indikasi air panas berinteraksi
Padusan 1, Ap. Padusan 2, dan Ap.Cangar 1)
serta satu sampel ajr dingin (Ad. Pundak)
diperoleh nilai
18O yang berkisar antara -8,79
sampai -4,88
o/oo dan nilai 6D berkisar antara
-51,3 sampai 42,8
o/oo. Nilai rasio di plot pada
grafik 6D terhadap -6180, dengan garis air
meteorik
D = 8
18O +14.
Plotting
pada grafik dD terhadap
18O (Gambar
3d), memperlihatkan air dingin Pundak, terletak
pada garis Meteoric Water Line (MWL), sebagai
indikasi air meteorik atau air permukaan.
Sedangkan Ap. Padusan 1, Ap. Padusan 2, dan
Ap. Cangar 1 terletak di sebelah kanan
menjauhi garis MWL, yang mengindikasikan
pembentukan mata air panas berhubungan
dengan terjadinya interaksi antara fluida panas
pada sistem panas bumi dengan batuan dan
menyebabkan terjadinya pengkayaan, karena
reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan dengan
oksigen 16 dari fluida panas sebelum muncul ke
permukaan. Berdasarkan data tersebut maka air
panas Padusan dan air panas Cangar berasal
langsung dari kedalaman yang berhubungan
dengan magmatik.
Komposisi Gas
Pada fumarol G. Arjuno Welirang tercium bau
gas H
2S sangat menyengat, dan suara desis
yang kuat. Gas-gas yang terdeteksi adalah CO
2,
H
2S, SO
2, O
2, Ar, dan N
2, yang dinyatakan dalam
konsentrasi %mol. Dengan konsentrasi
didominasi oleh kandungan gas CO
2, H
2S, dan
SO
2dibandingkan gas-gas lainnya yang relatif
sangat kecil. Adanya gas H
2S dan SO
2mengindikasikan daerah tersebut berada pada
lingkungan vulkanik. Sementara gas N
2dimungkinkan dari degradasi materi organik
pada kerak bumi yang berinteraksi dengan
magma.
Sebaran Merkuri (Hg) dalam Tanah
Konsentrasi Hg tanah setelah dikoreksi oleh nilai
konsentrasi H
2O
-, bervariasi dari nilai terendah 6
ppb, sampai dengan 451 ppb. Variasi Hg tanah,
memberikan nilai background 183 ppb, nilai
treshold 262 ppb, dan nilai rata-rata 104 ppb.
Peta distribusi nilai Hg tanah (gambar 4),
memperlihatkan anomali relatif tinggi 200>ppb
terletak di sekitar fumarol/solfatara serta di
bagian utara, yang berasosiasi dengan arah
struktur utara-selatan, sedangkan Hg 100-200
ppb berada di sebelah selatan, timur dan utara,
sementara Hg <100 ppb menyebar merata di
bagian tenggara, dan di utara.
Pendugaan Temperatur Bawah Permukaan
Temperatur hasil perhitungan geotermometer
SiO
2(176
oC), sedangkan berdasarkan
geotermometer Na/K (Giggenbach, 1988),
diperoleh temperatur yang terlalu tinggi (313°C),
data gas dari fumarol memperlihatkan
yang masih tinggi (189.75 mg/L,). Data tersebut
menunjukkan adanya korelasi antara
manifestasi fumarol/solfatara di puncak Welirang
dengan air panas di Padusan ataupun Cangar,
maka penggunaan geotermometer gas CO
2lebih cocok diaplikasikan untuk memperkirakan
temperatur bawah permukaan yang
berhubungan dengan temperatur reservoir
panas bumi di Arjuno Welirang, yaitu sekitar 260
o
C.
Gaya Berat
rentang anomali 0-8 mgal dengan gradiasi
anomali yang rendah. Anomali tertinggi
mencapai 20 mgal terdapat di baratdaya dan di
sekitar manifestasi mata air panas Cangar.
Struktur yang mengontrol manifestasi terdeteksi
dari anomali gaya berat seperti liniasi di utara
puncak Gunung Welirang (F7) yang berarah
tenggara-baratlaut. Struktur ini diperkirakan
mengontrol kemunculan mata air panas
Padusan. Untuk manifestasi panas bumi di barat
komplek Gunungapi Arjuno-Welirang (AP Coban
dan Cangar) muncul ke permukaan melalui jalur
sesar yang berarah timur-barat yang terdeteksi
oleh gaya berat (F8 dan F9).
Geomagnet
Anomali Magnet (Gambar 6) relatif rendah
terlihat di sebelah tenggara, baratdaya,
baratlaut, dan timurlaut mata air panas
Padusan. Anomali rendah yang mengisi bagian
tenggara dan baratdaya ditafsirkan berkaitan
dengan batuan yang bersifat non magnetik yang
disusun oleh batuan andesit yang telah terubah
lemah, terutama anomali rendah ini di tenggara
yang membuka ke arah kaldera Gunung
Welirang, sedangkan anomali rendah di bagian
baratdaya kemungkinan berkaitan dengan
aktivitas panas bumi yang dicirikan dengan
keberadaan manifestasi air panas Cangar 1, 2
dan Coban.
Anomali Magnet Total memberikan gambaran
struktur sesar/kelurusan sebanyak 5 (lima) buah
sesar yang mempunyai trend hampir
utara-selatan yaitu sesar F.1, F2, F.3, F.4 dan F.5.
Kemudian 3 (tiga) buah sesar yang berarah
hampir barat-timur, yaitu sesar F.8 dan F.9 dan
F.10. Dan 2 (dua) buah sesar yang berarah
baratlaut-tenggara, yaitu sesar F.6 dan F.7. Di
antara sesar-sesar tersebut yang terpenting
adalah sesar F.3 dan F.4 yang diperkirakan
mengontrol pemunculan dua manifestasi panas
bumi yaitu mataair panas Padusan 1, 2 dan
Coban.
Geolistrik
Pada peta tahanan jenis semu bentangan AB/2
1000 meter, terlihat adanya sebaran tahanan
jenis tinggi (>250 Ohm-m) di sebelah tenggara
mata air panas Padusan dan sebaran tahanan
jenis sedang (antara 50 Ohm-m sampai dengan
250 Ohm-m) di sebelah timur dan timurlaut mata
air panas Padusan. Tahanan jenis sedang dan
tinggi ini diinterpretasikan sebagai respon dari
batuan produk Gunung Welirang yang masif dan
diperkirakan tidak terubahkan oleh adanya
aktivitas panas bumi.
Tahanan jenis rendah (<50 Ohm-m) tersebar di
sekitar mata air panas Padusan, menerus ke
arah selatan dan cenderung membuka ke arah
utara. Tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan
sebagai respon dari batuan yang terubahkan
akibat adanya interaksi antara fluida panas
dengan batuan di sekitarnya. Batuan ubahan ini
diperkirakan merupakan batuan penudung pada
sistem panas bumi di daerah Gunung
Arjuno-Welirang.
Magnetotellurik
Pada peta tahanan jenis hasil survei MT pada
kedalaman 500 meter, tahanan jenis rendah
(<20 Ohm-m) tersebar di sekitar mata air panas
Cangar, mata air panas Coban, dan fumarol
Gunung Welirang. Tahanan jenis rendah ini
diperkirakan merupakan respon dari batuan
ubahan yang berfungsi sebagai batuan
penudung pada sistem panas bumi di daerah ini.
Semakin kedalam sebaran tahanan jenis rendah
ini semakin meluas dan melebar ke arah utara
sampai kedalaman 1500 meter. Namun pada
kedalaman 1500 meter mulai terlihat adanya
sebaran tahanan jenis sedang (20 – 100
Ohm-m) di bagian tengah antara mata air panas
Cangar, mata air panas Coban, dan fumarol
Gunung Welirang. Tahanan jenis sedang ini
diinterpretasikan sebagai respon dari batuan
yang berfungsi sebagai reservoir panas bumi.
meter. Reservoir panas bumi diperkirakan
berada di bawah batuan penudung dengan
ditandai oleh sebaran tahanan jenis sedang (20
– 100 Ohm-m) yang tersebar di bagian tengah
antara fumarol Gunung Welirang, mata air
panas Cangar, mata air panas Coban, dan mata
air panas Padusan. Puncak dari reservoir ini
berada pada kedalaman sekitar 1500 meter di
bawah permukaan tanah. Puncak reservoir ini
semakin mendalam ke sebelah utara dan
baratdaya yang dapat mencapai kedalaman
sekitar 2500 meter di bawah permukaan tanah.
PEMBAHASAN
Sistem Panas Bumi
Dalam kerangka tektonik lempeng, sistem panas
bumi di Jawa Timur khususnya di daerah
Arjuno-Welirang erat kaitannya dengan jalur
magmatic
arc
. Model sistem panas bumi Arjuno- Welirang
sangat mirip dengan model yang dikemukakan
oleh Nicholson yaitu model panas bumi pada
sistem vulkanik (Gambar 5), dimana komplek
Arjuno - Welirang merupakan tipe gunungapi
strato, berumur Kuarter yang masih aktif.
Sistem panas bumi Arjuno- Welirang diawali
dengan terjadinya transfer panas secara
konfektif pada fluida dan konduktif pada batuan
vulkanik maupun sedimen di basement. Suplai
fluida berasal dari daerah resapan yang berasal
dari tubuh Gunung Arjuno-Welirang yang
meresap ke bawah permukaan membentuk
sistem akifer dalam dan kemudian mengalami
transfer panas dalam bentuk konveksi, hingga
muncul di daerah limpasan melalui zona sesar /
rekahan ke permukaan dalam bentuk mata air
panas Padusan, Coban dan Cangar sebagai
outflownya.
Fluida yang kontak dengan batuan di sekitarnya
akan mengalami perubahan sifat kimia dan
fisika yang kemudian mengubah batuan tersebut
menjadi mineral baru berupa alterasi batuan.
Kuarter, dimana pada tahun 1950 terjadi erupsi
hidrotermal di puncak Gunung Welirang. Oleh
sebab itu maka sumber panas pada sistem ini
berasal dari kegiatan vulkanisme produk
Gunung Welirang Muda. Hasil pentarikhan umur
batuan pada lava welirang muda adalah
struktur graben yang dibatasi oleh sesar Kemiri
dan sesar Claket – Bulak pada elevasi 1400
mdpl.
berasal dari air meteorik, namun terdapat pula
fluida yang berasal dari magma (
juvenile
) dan
batuan yang masing masing memiliki
karakteristik kandungan unsur kimianya.
Segitiga tipe air termasuk tipe air bikarbonat
dengan konsentrasi Cl cukup signifikan, hal
tersebut menunjukkan air panas mengalami
pengenceran (
diluted
) air klorida oleh air
bikarbonat dari air permukaan yang menyusup
melalui zona porous maupun rekahan batuan.
Perhitungan geotermometer gas CO
2diperoleh
nilai temperatur hingga 260
oC. Nilai tersebut
diperkirakan sebagai temperatur reservoir
sistem panas bumi Arjuno - Welirang walaupun
diperoleh dari data gas di kawah Welirang. Data
terjadinya erupsi hidrotermal pada tahun 1950
ditentukan dengan menggunakan metode
volumetrik (Lump Parameter) dengan
menggunakan asumsi tebal reservoir = 1.5 km,
recovery factor
= 50%, faktor konversi = 10%,
dan
lifetime =
30 tahun. Dengan luas daerah
prospek terduga (A) = 20 km
2, temperatur
bawah permukaan 260
oC (Tim Survei Terpadu,
2010), dan temperatur cut-off yang digunakan
180
oC, maka potensi energi panas bumi di
daerah Gunung Arjuno-Welirang adalah 280
MWe dan termasuk pada kelas cadangan
terduga.
KESIMPULAN
Daerah prospek panas bumi komplek Gunung
Arjuno-Welirang termasuk sistem
high terrain
dimana munculnya airpanas di lereng bawah
Komplek Arjuno - Welirang sebagai zona
outflow
nya sedangkan di kawah merupakan
upflow
- nya. Wilayah prospek dibatasi berupa
peta kompilasi yang berada di sebelah barat dari
puncak Gunung Welirang (di bagian tengah
antara fumarol Gunung Welirang, mata air
panas Cangar, mata air panas Coban, dan mata
air panas Padusan). Daerah prospek ini dibatasi
oleh nilai yang dianggap sebagai nilai anomali
Hg > 200 ppb, CO
2> 4.5 %, alterasi argilik
-argilik lanjut dan kontras tahanan jenis di
sebelah utara dan barat yang dibatasi struktur
geologi di sekitar Anjasmoro. Cap rock berupa
batuan teralterasi dengan nilai tahanan jenis <20
ohmm. Top reservoir dari hasil MT berada pada
kedalaman 1500 m dan mendalam hingga 2500
m ke bagian utara. Luas daerah prospek ini
sekitar 20 km
2. Potensi kelas sumber daya
hipotetis adalah 280 Mwe.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan makalah ini tentulah berkaitan
dengan informasi dan data yang telah tersedia
di instansi pemerintah. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas digunakan-nya data - data dari
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, 1992,
G. Arjuno Welirang, Jawa Timur
E.S. 1983. Laporan geologi daerah panasbumi
Cangar-Padusan Komplek Arjuno-Welirang,
Jawa Timur. Unpublished Report, VSl.
Hadisudewo, Dj. 1982. Penelitian geokimia
daerah panasbumi Cangar-Padusan-Komplek
G.Arjuno-Welirang-Anjasmoro Kabupaten
Kusumadinata,K.,1979, Data Dasar Gunungapi
lndonesia, Direktorat Vulkanologi.
Gambar 1. Peta Indeks Penyelidikan
Gambar 5. Peta anomali sisa gaya berat
Gambar 6. Peta anomali magnet total
Gambar 7. Peta tahanan jenis layered Gambar 8. Model Tentatif Panas Bumi