PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI ARJUNO - WELIRANG,
KABUPATEN MOJOKERTO DAN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
Mochamad Nur Hadi, Dedi Kusnadi, Yuanno Rezky Kelompok Peneylidikan Panas Buml,
SARI
Daerah penyelidikan terpadu Arjuno -Welirang berada di daerah Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya, Provinsi Jawa Timur. Tatanan tektonik daerah penyelidikan termasuk ke dalam busur magmatik Jawa bagian selatan pada lingkungan vulkanik Kuarter.
Secara geologi, batuan penyusun pada umumnya berjenis andesit - basaltik yang berasal dari beberapa pusat erupsi seperti Gunung Arjuno, Welirang, Kembar I - ll, Gunung Bakal, Gunung Pundak dan Gunung Bulak sehingga Gunung Arjuno Welirang diklasifikasikan sebagai komplek gunungapi dengan tipe komposit.
Hasil penentuan umur (K-Ar) menunjukkan batuan produk lava basalt Gunung Welirang terbentuk pada umur 200.000 tahun lalu. Pembentukan komplek Gunung Arjuno Welirang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang searah dengan pola subduksi pada zaman Kapur (pola Meratus) yang berarah baratdaya - timurlaut.
Sistem panas bumi dicirikan dengan munculnya manifestasi berupa air panas dengan temperatur sekitar 50°C, pH netral, solfatara dan fumarol dengan temperatur
hingga 137oC dan alterasi batuan di sekitar Gunung Pundak (alterasi argilik).
Fluida panas pada sistem panas bumi Arjuno-Welirang bertipe bikarbonat dan berada pada zona immature water. Temperatur reservoir diambil melalui perhitungan
geotermometer gas CO2 sebesar 260°C yang termasuk entalpi tinggi.
Daerah prospek panas bumi berdasarkan data anomali CO2, Hg dan pola
struktur terbagi dua daerah dengan luas total 30 km2 yang tersebar di sekitar Padusan
dan Coban. Potensi sumber daya hipotetis diduga sekitar 265 Mwe.
Kata kunci : panas bumi, arjuno, prospek
PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang dimiliki lndonesia sangatlah beragam dari mulai batubara, minyak dan gas bumi, mineral dan energi alternatif lainnya. Seiring dengan peningkatan kegiatan industri dan perkembangan pembangunan maka dituntut suatu usaha untuk memaksimalkan potensi alam yang ada sebagai sumber energi, yang salah satunya adalah energi panas bumi. Daerah Jawa Timur bagian selatan
berada pada jalur vulkanik yang dikenal dengan jalur ring of fire dengan rentetan gunungapi aktif yang berasosiasi dengan pembentukan sistem panas bumi. Berdasarkan data peta sebaran potensi panas bumi lndonesia (PMG, 2009) prospek potensi panas bumi di Jawa Timur adalah sekitar 1024 MW.
penentuan luas prospek panas bumi Arjuno - Welirang.
Pemetaan geologi dan geokimia panas bumi di lapangan dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia panas bumi di sekitar manifestasi. ldentifikasi parameter geologi dilapangan dilakukan sesuai dengan prinsip vulkanostratigrafi beserta analisis struktur geologinya sedangkan data kimia berupa air, gas dan udara tanah digunakan untuk memperoleh nilai perhitungan geotermometer dan luas areal anomali kimia.
Manifestasi Panas Bumi
Sebaran manifestasi panas bumi di komplek Arjuno Welirang terdapat di lima lokasi berupa tiga kelompok air panas (Padusan, Coban, dan Cangar), fumarol dan alterasi di puncak Welirang, serta alterasi di sekitar Gunung Pundak.
a) Air Panas Padusan
Air panas berada di sekitar Kali Kretek yang juga digunakan sebagai tempat pariwisata air panas Padusan. Air panas muncul pada batuan aliran piroklastik dan bongkah-bongkah lava andesit produk G.Welirang, terdapat oksida besi, air jernih, tidak berwarna, tidak berasa. Contoh air panas Padusan 1 pada koordinat UTM (671.172 mT,9.149.741 mS) elevasi 893 m dpl, temperatur 55°C pH 6,3. Sedangkan contoh air panas Padusan 2 pada koordinat UTM (670.793 mT, 9.150.137 mS) elevasi 901 m dpl, temperatur 50°C, pH 5,87.
b) Air Panas Coban
Air panas muncul pada elevasi 1348 m dpl., pada koordinat UTM (669.198 mT,9.146.104 mS), pada sela-sela lava andesit produk vulkanik Arjuno-Welirang Tua dengan temperatur 39,4°C, temperatur udara 22,7°C, oksida
besi, air panas jernih tidak berbau dan tidak berasa, pH 6,44, debit air panas kecil (0,1 l/detik), dengan oksida besi yang cukup banyak.
c) Air Panas Cangar
Air panas Cangar terdapat di dua lokasi dengan jarak yang tidak berjauhan hanya sekitar 100 meter. Air panas muncul pada batuan aliran piroklastik produk G.Kembar (Kembar ll), air panas jemih, tidak berbau dan tidak berasa, lapisan sinter karbonat ditemukan tipis dan oksida besi lemah. Contoh air panas terdiri dari: Ap.Cangar 1 pada koordinat UTM (669.200 mT, 9.143.910 mS) elevasi 1611 m dpl., temperatur 54°C, pH 5,9, sedangkan Ap. Cangar 2 pada koordinat UTM (669.111 mT, 9.143.892 mS) elevasi 1604 m dpl. temperatur 48,3°C, pH 6,0.
d) Fumarol
Sebaran fumarol berada di masing - masing puncak kerucut komplek Gn.Arjuno - Welirang seperti di kawah Gn.Arjuno, Gn.Kembar l, Kembar ll dan kawah Gn.Welirang (Plupuh dan Jero). Temperatur terukur dilakukan di Kawah Plupuh dengan kisaran antara 94,1 - 137,5°C, pada temperatur udara 17,2 °C, hembusan kuat, beberapa tempat disertai sublimasi belerang membentuk solfatara. Solfatara/ fumarol Gn. Welirang terdapat pada elevasi 3050- 3150 mdpl.
e) Alterasi
Kawah Plupuh dicirikan dengan kehadiran mineral ubahan yang didominasi oleh mineral alunit, halloysit dan kaolinit dengan intensitas kuat, disamping itu terdapat pula oksida besi dalam jumlah yang cukup tinggi. Berdasarkan kehadirannya dapat diinterpretasikan bahwa di daerah tersebut telah terbentuk alterasi hidrotermal yang dipengaruhi oleh fluida asam dengan temperatur pembentukan < 200°C. Zona ubahan termasuk kedalam Argilik lanjut (Advance Argillic). Alterasi lainnya berada di sekitar Gunung Pundak, Desa Claket pada koordinat (672529 mT, 9150021 mS) dengan elevasi di atas 1000 m. Alterasi benwarna keputih-putihan pada lava produk Gn.Pundak yang merupakan
erupsi samping, luas alterasi ± 0,5 km2.
Karakteristik dicirikan oleh batuan lava andesit, porfiritik, berwarna putih kecoklatan dengan spot hitam dari mineral piroksen. Masih nampaknya fenokris pada tekstur lava menunjukan batuan telah mengalami alterasi dengan tingkatan lemah - sedang. Hasil PIMA menunjukkan bahwa mineral alterasi yang terbentuk adalah montmorilonit. Data tersebut menunjukkan bahwa alterasi yang ada diakibatkan oleh pengaruh fluida panas dengan pH netral dan kisaran temperatur pembentukan < 150 °C. Zona ubahan termasuk kedalam zona argilik.
GEOLOGI
Geomorfologi
Pembagian satuan geomorfologi daerah Arjuno - Welirang dilakukan dengan menganalisa bentuk bentang alam dari ciri - ciri di permukaan dan perhitungan analisis morfometri serta morfografi pada klasifikasi morfologi gunungapi.
Berdasarkan kriteria tersebut maka satuan morfologi di komplek Gunung Arjuno - Welirang dapat dibedakan menjadi tujuh satuan geomorfologi, yaitu satuan tubuh Gunung Anjasmoro, tubuh tua komplek Arjuno - Welirang, erupsi samping Gunung Bulak dan Pundak, tubuh muda Gunung Arjuno - Welirang, Puncak Gunung Arjuno - Welirang, Kaki Gunung Arjuno-Welirang, Kaki Gunung Penanggungan.
Sratigrafi
Secara garis besar Komplek Gunungapi Arjuno-Welirang terbagi menjadi bagian, yaitu batuan alas, produk erupsi Arjuno-Welirang Tua dan produk erupsi Arjuno-Welirang Muda. Berdasarkan data regional dan tatanan tektonik Jawa Timur, daerah penyelidikan berada pada Zona Kendeng yang merupakan suatu antiklinorium dengan batuan dasar berupa batuan beku dan sedimen. Data pemboran dari beberapa sumur minyak di sekitar Selat Madura juga menyebutkan bahwa daerah Jawa Timur merupakan bagian dari mikro kontinen Gondwana.
Berdasarkan data di atas posisi daerah penyelidikan yang berada di bagian selatan zona Kendeng diperkirakan tersusun oleh batuan yang sama berupa batuan beku dan sedimen, walaupun pada pemetaan di lapangan tidak ditemukan batuan sedimen yang muncul di permukaan, hal tersebut diperkirakan karena tutupan dari produk vulkanik Arjuno Welirang yang cukup tebal dan luas.
Pemetaan geologi panas bumi dengan metoda vulkanostratigrafi dapat mendelineasi perpindahan sumber panas (heat source) yang sangat terkait dengan pola struktur geologi di area prospek panas bumi tersebut.
yang membentuk pola kelurusan berarah baratlaut tenggara. Setidaknya terdapat 5 (lima) pusat erupsi yairu Gunung Welirang, Gunung Arjuno, Gunung Kembar l, Gunung Kembar ll, Gunung Bakal dan erupsi samping pada Gunung Bulak, Gunung Pundak di utara dan Gunung Tunggangan di bagian barat. Masing - masing produk gunungapi tersebut diklasifikasikan sebagai letusan magmatik yang menghasilkan produk berupa lava dan piroklastik. Gambaran batuan vulkanik G. Ariuno- Welirang diawali oleh sejarah erupsi G.Arjuno-Welirang Tua. Deformasi tektonik yang sangat kuat mempengaruhi aktivitas vulkanik G.Arjuno-Welirang, sehingga posisi kawah utama G.Arjuno-Welirang Tua sulit ditentukan. Berdasarkan analisis citra dan kenampakan morfologi di lapangan pembentukan batuan erupsi samping terbentuk sebelum terbentuknya Gunung Welirang, dicirikan oleh pola aliran lava yang cenderung menabrak Gunung Pundak dan Gunung Bakal sehingga mengalir ke sampingnya. Setelah pembentukan erupsi samping kemudian terjadi erupsi besar yang mengeluarkan material vulkanik Arjuno-Welirang tua sehingga membentuk kekosongan pada produk Arjuno Welirang Tua, hal tersebut terlihat dengan nampaknya bentukan ring
fracture berupa zona amblesan/ collapse. Kekosongan tersebut kemudian
memfasilitasi munculnya produk vulkanik baru berupa produk Welirang dan Arjuno Muda, yang juga dipengaruhi oleh sesar mendatar di permukaan (Sesar Dekstral Padusan) yang berarah baratlaut-tenggara sebagai antitetik dari Sesar Sinistral Welirang yang berarah
baratdaya-timurlaut. Setelah terbentuknya Gunung Arjuno dan
Welirang muda proses vulkanik berlanjut dengan pembentukan Gunung Kembar I, diikuti Gunung Kembar ll dan Gunung
Bakal yang berarah ke tenggara. Pembentukan erupsi terakhir yang menghasilkan produk magmatik adalah Gunung Kembar ll yang berada di tengah antara Gunung Welirang dan Gunung Arjuno. Catatan erupsi terakhir yang diperoleh dari data Direktorat Vulkanologi menyatakan bahwa pada tahun 1950 di puncak Gunung Welirang terjadi erupsi lumpur dan juga abu dalam volume yang tidak besar, dan tidak terbentuk adanya bentukan lava baru. Hal tersebut diperkirakan mencerminkan dari proses letusan freatik - freatomagmatik yang mencermikan terbentuknya sistem hidrotermal di kawasan tersebut.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang dikelompokkan sesuai arah sesar, yaitu arah utara selatan, baratlaut tenggara, baratdaya-timurlaut, dan barat - timur. Selain itu terbentuk beberapa stuktur vulkanik seperti ring fracture dan zona amblasan.
Sesar berarah utara selatan.
Beberapa sesar pada arah ini diwakili oleh sesar Cangar, sesar Puncung dan sesar Claket, berupa kelurusan manifestasi, munculnya gawir sesar dan air terjun serta perbedaan ketinggian pada topografi yang cukup terjal.
Sesar berarah barat laut - tenggara.
dilapangan dicirikan oleh kelurusan air panas dan topografi yang terjal. Sesar-sesar ini kemungkinan mengontrol munculnya air panas di sekitar Padusan dan berpengaruh dalam pembentukan daerah impermeabel dalam system panas bumi Arjuno - Welirang.
Sesar berarah baratdaya - timurlaut.
Sesar ini diperkirakan sebagai sesar utama yang mempengaruhi munculnya komplek gunungapi Arjuno-Welirang. Sejajar dengan arah sesar basement yang berpola Meratus. Memiliki kecenderungan berasosiasi terhadap munculnya Gunung Penanggungan yang menerus ke arah lumpur Sidoarjo. Sesar ini diwakili oleh Sesar Welirang, sesar Kembar dan sesar Bulak. Kenampakan di lapangan berupa gawir yang membentuk air terjun.
Sesar berarah Barat - Timur.
Sesar ini diwakili oleh sesar Ledug dan sesar Ringit. Penarikan sesar didasarkan pada kelurusan topografi dan citra landsat.
Rim Kaldera Anjasmoro.
Sesar ini berjenis sesar normal yang membentuk gawir curam dan melingkar. Kenampakan di lapangan dapat dilihat jelas dari arah jalan menuju Cangar. Diperkirakan merupakan bentukan dari sisa kaldera tua yang terbentuk akibat aktivitas vulkano tektonik di komplek Anjasmoro.
.
Sektor collapse atau Amblasan.
Sesar yang terbentuk berupa sesar normal ditunjukkan dengan bentukan yang khas setengah melingkar dengan arah bukaan ke tenggara dan timurlaut. Sesar-sesar ini ditunjukkan oleh sesar Arjuno. Disamping itu sektor amblasan ditarik berdasarkan kelurusan dari tubuh tua Gunung Arjuno - Welirang
dengan daerah bukaan ke arah baratdaya. Amblasnya daerah ini kemungkinan diakibatkan oleh aktivitas vulkanik
Gunung Arjuno - Welirang yang memuntahkan material vulkaniknya sehingga terjadi kekosongan dan memicu munculnya produk vulkanik baru seperti Gunung Arjuno – Welirang muda, Gunung Kembar l,ll dan Gunung Bakal.
GEOKIMIA
Kimia Air
Mata air panas di daerah penyelidikan G. Arjuno Welirang terdistribusi pada elevasi lebih rendah dan temperatur air panas lebih rendah dari pada di lokasi fumarol dan solfatara. Komposisi kimia dari mata air panas di
plot pada diagram segi tiga CI-SO4
-HCO3, Na-K-Mg, dan Cl-Li-B yang
mengacu kepada Giggenbach (1988),
Berdasarkan diagram segitiga Cl-SO4-
HCO3 (Gambar 3a), air panas Padusan,
air panas Coban, dan air panas Cangar bertipe bikarbonat. Hal tersebut mengindikasikan telah terjadinya pencampuran air permukaan terhadap fluida panas dari sistem panas bumi
yang mengandung gas CO2 pada
pembentukkan mata air panas yang muncul ke permukaan. Berdasarkan diagram segitiga Na-K-Mg (Gambar 3b), semua mata air panas terletak pada zona immature water, sebagai indikasi adanya pengaruh air permukaan yang tercampur dengan fluida panas pada pembentukan mata air panas. Selain itu air panas dipengaruhi interaksi antara fluida dengan batuan dalam keadaan panas.
batuan sedimen sebelum mencapai permukaan.
lsotop 18O dan2H
Konsentrasi lsotop 18O dan 2H (D)
yang dilakukan pada ketiga sampel air panas (Ap. Padusan 1, Ap. Padusan 2, dan Ap.Cangar 1) serta satu sampel ajr
dingin (Ad. Pundak) diperoleh nilai δ18O
yang berkisar antara -8,79 sampai -4,88 o
/oo dan nilai 6D berkisar antara -51,3
sampai 42,8 o/oo. Nilai rasio di plot pada
grafik 6D terhadap -6180, dengan garis
air meteorik δD = 8δ18O +14.
Plotting pada grafik dD terhadap
δ18
O (Gambar 3d), memperlihatkan air dingin Pundak, terletak pada garis Meteoric Water Line (MWL), sebagai indikasi air meteorik atau air permukaan. Sedangkan Ap. Padusan 1, Ap. Padusan 2, dan Ap. Cangar 1 terletak di sebelah kanan menjauhi garis MWL, yang mengindikasikan pembentukan mata air panas berhubungan dengan terjadinya interaksi antara fluida panas pada sistem panas bumi dengan batuan dan menyebabkan terjadinya pengkayaan too, karena reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan dengan oksigen 16 dari fluida panas sebelum muncul ke permukaan. Berdasarkan data tersebut maka air panas Padusan dan air panas Cangar berasal langsung dari kedalaman yang berhubungan dengan magmatik.
Komposisi Gas
Pada fumarol G. Arjuno Welirang tercium bau gas H2S sangat menyengat, dan suara desis yang kuat. Gas-gas
yang terdeteksi adalah CO2, H2S, SO2,
O2, Ar, dan N2, yang dinyatakan dalam
konsentrasi %mol. Dengan konsentrasi
didominasi oleh kandungan gas CO2 ,
H2S, dan SO2 dibandingkan gas-gas
lainnya yang relatif sangat kecil. Adanya
gas H2S dan SO2 mengindikasikan
daerah tersebut berada pada lingkungan
vulkanik. Sementara gas N2
dimungkinkan dari degradasi materi organik pada kerak bumi yang berinteraksi dengan magma.
Sebaran Merkuri (Hg) dalam Tanah
Konsentrasi Hg tanah setelah
dikoreksi oleh nilai konsentrasi H2O-,
bervariasi dari nilai terendah 6 ppb, sampai dengan 451 ppb. Variasi Hg tanah, memberikan nilai background 183 ppb, nilai treshold 262 ppb, dan nilai rata-rata 104 ppb. Peta distribusi nilai Hg tanah (gambar 4), memperlihatkan anomali relatif tinggi 200>ppb terletak di sekitar fumarol/solfatara serta di bagian utara, yang berasosiasi dengan arah struktur utara-selatan, sedangkan Hg 100-200 ppb berada di sebelah selatan, timur dan utara, sementara Hg <100 ppb menyebar merata di bagian tenggara, dan di utara.
Pendugaan Temperatur Bawah Permukaan
Temperatur hasil perhitungan
geotermometer SiO2 sangat rendah
(176oC), sedangkan berdasarkan
geotermometer Na/K, mengacu kepada Giggenbach, 1988, diperoleh temperature yang terlalu tinggi (313°C), data gas dari fumarol memperlihatkan
konsentrasi SO2 dalam gas cukup
signifikan (0,0645 dan 0,1890 % mol) mengindikasikan adanya hubungan dengan daerah vulkanik. Maka
berdasarkan geotermometer gas CO2
mengacu kepada D'Amore dan Panici
1987, diperoleh temperatur 262-263 oC.
Dengan manifestasi panas bumi di daerah Padusan menunjukkan
konsentrasi SiO2 pada air panas yang
Welirang dengan air panas di Padusan ataupun Cangar, maka penggunaan
geotermometer gas CO2 lebih cocok
diaplikasikan untuk memperkirakan temperatur bawah permukaan yang berhubungan dengan temperature reservoir panas bumi di Arjuno Welirang,
yaitu sekitar 260 oC.
PEMBAHASAN
Sistem Panas Bumi
Dalam kerangka tektonik lempeng, sistem panas bumi di Jawa Timur khususnya di daerah Arjuno-Welirang erat kaitannya dengan jalur
magmatic arc. Model sistem panas bumi
Arjuno- Welirang sangat mirip dengan model yang dikemukakan oleh Nicholson yaitu model panas bumi pada sistem vulkanik (Gambar 5), dimana komplek Arjuno - Welirang merupakan tipe gunungapi strato, berumur Kuarter yang masih aktif.
Sistem geotermal diklasifikasikan berdasarkan kondisi geologi, hidrologi dan karakter heat transfernya didukung dengan nilai temperatur geotermometer pada reservoimya. Suplai fluida berasal dari daerah resapan yang berasal dari tubuh Gunung Arjuno-Welirang yang meresap ke bawah permukaan membentuk sistem akifer dalam dan kemudian mengalami transfer panas dalam bentuk konveksi, hingga muncul di daerah limpasan melalui zona sesar / rekahan ke permukaan dalam bentuk mata air panas. Fluida yang kontak dengan batuan di sekitarnya akan mengalami perubahan sifat kimia dan fisika yang kemudian mengubah batuan tersebut menjadi mineral baru berupa alterasi batuan. Manifestasi berupa fumarol dan alterasi yang ada di daerah Puncak Welirang kemungkinan merupakan upflow dari sistem panas bumi Arjuno-Welirang sedangkan air
panas Padusan, Coban dan Cangar serta alterasi di Gunung Pundak dengan jarak yang cukup jauh dan muncul di bagian lereng Gunung Arjuno-Welirang, diperkirakan merupakan zona outflow dari sistem panas bumi Gunung Arjuno-Welirang.
Sumber Panas.
Sumber panas (heat sources) merupakan komponen utama dalam suatu sistem panas bumi. Pada sistem panas bumi yang berhubungan dengan sistem vulkanik biasanya yang menjadi sumber panas adalah batuan termuda (Kuarter) yang masih memiliki kandungan panas dan muncul di permukaan. Kaitannya dengan sistem panas bumi Arjuno - Welirang yang secara sejarah erupsi berumur Kuarter dan pada tahun 1950 terjadi erupsi hidrotermal di puncak Gunung Welirang maka diambil kesimpulan bahwa sumber panas pada sistem ini berasal dari kegiatan vulkanisme produk Gunung Welirang. Hasil pentarikhan umur batuan pada lava welirang muda adalah 200.000 tahun yang lalu (Lab.PSG,2010).
Batuan Penudung (Cap Rock).
1400 mdpl. Selain data alterasi, kemungkinan lainnya yang dapat diinterpretasikan sebagai batuan penudung adalah lava muda produk Welirang yang masif dan belum terekahkan secara kuat.
Reservoir.
Data geologi menunjukkan batuan yang memungkinkan sebagai pembentuk reservoir diduga sebagai batuan produk Vulkanik Arjuno-Welirang Tua baik berupa lava ataupun piroklastik. Batuan tersebut dianggap cukup baik kerena telah mengalami proses deformasi pada periode Plistosen Akhir sehingga memungkinkan membentuk pola rekahan yang intensif dan bersifat permeabel. Sifat permeable itu sendiri bisa diakibatkan oleh rekahan yang terbentuk akibat aktifitas struktur sesar yang ada atau akibat sifat fisik batuan itu sendiri yang banyak mengandung pori (porous) terutama pada batuan piroklastik.
Fluida.
Fluida panas di kedalaman secara konveksi teralirkan naik kepermukaan melalui permeabilitas batuan/rekahan batuan dan zona patahan, muncul sebagai mata air panas dengan pH relatif normal. Suplai fluida terbesar yang banyak terdapat dari sistem panas bumi berasal dari air meteorik, namun terdapat pula fluida yang berasal dari magma (juvenile) dan batuan yang masing masing memiliki karakteristik kandungan unsur kimianya. Segitiga tipe air termasuk tipe air bikarbonat dengan konsentrasi Cl cukup signifikan, hal tersebut menunjukkan air panas mengalami pengenceran (diluted) air klorida oleh air bikarbonat dari air permukaan yang menyusup melalui zona porous maupun rekahan batuan.
Perhitungan geotermometer gas CO2
diperoleh nilai temperatur hingga 260oC.
Nilai tersebut diperkirakan sebagai temperatur reservoir sistem panas bumi Arjuno - Welirang walaupun diperoleh dari data gas di kawah Welirang. Data terjadinya erupsi hidrotermal pada tahun 1950 menunjukkan bahwa sistem yang ada merupakan sistem hidrotermal di daerah tersebut.
Estimasi Potensi Panas Bumi
Perhitungan potensi kelas sumber daya spekulatif dilakukan dengan metode lump parameter dengan mengacu pada luas total daerah prospek
(30 km2), pendugaan temperatur
geotermometer gas (260 °C), asumsi ketebalan reservoir 1 km, maka diperoleh total potensi kelas sumber daya hipotetis adalah 264 MW = 265 Mwe.
KESIMPULAN
Daerah prospek panas bumi komplek Gunung Arjuno-Welirang termasuk sistem high terrain dimana munculnya airpanas di lereng bawah Komplek Arjuno - Welirang sebagai zona
outflownya sedangkan di kawah
merupakan upflow - nya. Wilayah prospek dibatasi berupa peta kompilasi yang berada di sebelah barat dari puncak Gunung Welirang (di bagian tengah antara fumarol Gunung Welirang, mata air panas Cangar, mata air panas Coban, dan mata air panas Padusan). Daerah prospek ini dibatasi oleh nilai yang dianggap sebagai nilai anomali Hg
> 200 ppb, CO2 > 4.5 %, alterasi argilik -
argilik lanjut dan kontras tahanan jenis di sebelah utara dan selatannya dan dibatasi struktur geologi di sebelah barat dan timurnya. Luas daerah prospek ini
sekitar 30 km2. Potensi kelas sumber
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan makalah ini tentulah berkaitan dengan informasi dan data yang telah tersedia di instansi pemerintah. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas digunakan-nya data - data dari Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, 1992, G. Arjuno Welirang, Jawa Timur
Bronto,S., A. Zaenudin dan R.Dasoeki Erfan, 1985, Peta Geologi G. Arjuno Welirang, Jawa Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Wahyudin D, dan N. Djuhana, 1995, Laporan Pengamatan / Pengawasan Kegiatan Vulkanik G. Arjuno Weliran, Jawa Timur, Proyek Pengamatan / Pengawasan dan Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Erfan, R.D.; Setiawan, Tj.; Nanlohy, F. & Rab, E.S. 1983. Laporan geologi daerah panasbumi Cangar-Padusan Komplek Arjuno-Welirang, Jawa Timur. Unpublished Report, VSl. Hadisudewo, Dj. 1982. Penelitian geokimia daerah panasbumi Cangar-Padusan-Komplek G.Arjuno-Welirang-Anjasmoro
Kabupaten Malang-Mojokerto-Pasuruan, JawaTimur. Unpublished Report, VSl.
Kasturian, P., Wirasaputra A.,1980, Pemeriksaan Puncak dan Pemetaan Daerah Bahaya G.Arjuno-Welirang.
Kusumadinata,K.,1979, Data Dasar Gunungapi lndonesia, Direktorat Vulkanologi.
Gambar 1. Peta Indeks Penyelidikan
666000 668000 670000 672000 674000 676000 678000
KECAMATAN PACET
KECAMATAN BUMIAJI
KECAMATAN BUMIAJI KECAMATAN GONDANG
KECAMATAN GONDANG
KECAMATAN GONDANG
G. Bendo G. Jambe
G. Penanggungan
G. Limas G. Seloungkat
G. Arjuna G. Bulak
G. Pringgodani
G. Grogol G. Watukutu
G. Rawung 112º15' 112º30' 112º45'
-8º15'
680500681000681500682000 682500683000683500 9139500
Kontur topografi interval 25 meter
Jalan Raya
Sungai dan anak sungai Mata air panas
A-2000
Titik Amat Hg tanah dan CO2 udara tanah
Fumarola/Solfatara
PETA SEBARAN Hg TANAH DAERAH PANAS BUMI ARJUNO-WELIRANG
PROVINSI JAWA TIMUR
Peta Indeks > 200 ppb 100 s.d 200 ppb < 100 ppb
0 2000 4000 6000
Gambar 5. Model Tentatif Panas Bumi Daerah Arjuno Welirang