Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia
Daerah Panas Bumi Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
Dedi Kusnadi, M. Nurhadi, Suparman
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
S A R I
Daerah penyelidikan terpadu Kepahiang berada di daerah Kabupaten
Kepahiang dan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Tatanan tektonik daerah
penyelidikan termasuk ke dalam busur magmatik Sumatera dengan lingkungan
vulkanik Kuarter.
Secara geologi, batuan pada komplek Kaba pada umumnya berjenis andesit –
basaltik yang berasal dari Bukit Itam, 1960, Biring, Selojuang, Penyeluan dan Kaba.
Hasil penentuan umur (K-Ar) menunjukkan batuan produk lava basalt Gunung Kaba
Muda terbentuk pada umur 500.000 tahun lalu. Pembentukan komplek gunung Kaba
dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang searah dengan pola sesar Sumatera dan
antitetiknya yang berarah baratdaya timurlaut.
Sistem panas bumi dicirikan dengan munculnya manifestasi berupa air panas
dengan temperatur tertinggi 94°C, pH netral, solfatara dan fumarol dengan temperatur
hingga 360ºC dan alterasi batuan di sekitar Airsempiang, puncak Kaba (alterasi
argilik-argilik lanjut).
Fluida panas pada sistem panas bumi Kepahiang bertipe bikarbonat dan sulfat
yang berada pada zona
immature water
. Temperatur reservoir diambil melalui
perhitungan geotermometer gas CO
2(250°C), termasuk entalpi tinggi.
Daerah prospek panas bumi berdasarkan data anomali CO
2, Hg dan pola
struktur terbagi tiga daerah dengan luas potensi sumber daya hipotetis 24 km
2yang
tersebar di sekitar Airsempiang dan Babakanbogor sebesar 195 MWe dan luas potensi
sumber daya spekulatif 14 km
2di daerah Suban sebesar 60 MWe.
Keywords: Kepahiang, panas bumi, potensi.
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepahiang adalah
salah satu
Daerah Tingkat II
di
Provinsi
Bengkulu
yang berb
atas dengan
kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten
Bengkulu Utara dan Kabupaten Lahat
Provinsi Sumatera Selatan. (gambar 1).
Lokasi penyelidikan dapat dicapai
menggunakan kendaraan roda empat
dari Bengkulu menuju Kepahiang yang
berjarak sekitar 30 km dengan waktu
sekitar 2 jam ke arah timur laut.
Penyelidikan ini dilakukan
dengan metode geologi dan geokimia
secara terpadu dengan harapan dapat
mengetahui kondisi geologi, sifat kimia
dan fisika batuan serta fluida bawah
permukaan guna mengetahui besarnya
nilai potensi sumber daya hipotetis
panas bumi.
GEOLOGI
Morfologi daerah penyelidikan
dikelompokkan menjadi empat satuan
geomorfologi, terdiri dari: satuan
geomorfologi Puncak Kaba, satuan
geomorfologi Tubuh (Taba Penanjung,
Malintang dan Kaba), satuan
geomorfologi Kaki Kaba serta satuan
geomorfologi pedataran.
Stratigrafi daerah penyelidikan
disusun oleh hasil kegiatan 4 pusat
sumber erupsi yang terdiri dari G. Taba
Penanjung, G. Malintang, G. Danau Mas
terdiri dan Komplek G. Kaba sedikitnya
mempunyai 8 pusat letusan (titik erupsi),
dari tua ke muda terdiri dari G. Kaba
Tua, Kerucut-kerucut Sinder, G. Biring,
G. Bukit Itam, G. Bukit 1960, G.
Salojuang, G. Penyeluan, dan G. Kaba
Muda. Satuan batuan terdiri dari lava
berkomposisi dasitik, andesitik dan
andesit basaltik, piroklastika jatuhan dan
aliran, lahar dan endapan permukaan.
(gambar 2).
Hasil pentarikhan umur batuan
pada lava Kaba muda adalah ± 500.000
tahun yang lalu (Lab.PSG, 2010).
Struktur yang berkembang di
daerah penyelidikan adalah
Ring
fracture
, sesar berarah baratlaut –
tenggara, Sesar berarah baratdaya –
timurlaut dan Sesar berarah utara –
selatan. Sesar sesar tersebut
berhubungan dengan kemunculan
manifestasi panas bumi.
Sejarah pembentukan Gunung
Kaba diawali pada Kuarter Awal, berupa
erupsi yang bersifat eksplosif yang
menghasilkan produk lava Kaba Tua I
hingga III dan produk piroklastik aliran
maupun jatuhan. Seiring dengan
aktivitas tektonik yang berkembang di
daerah Sumatera pada Kala tersebut, di
daerah Gunung Kaba mengalami letusan
hebat yang membentuk rim kaldera
seperti yang ditunjukkan pada peta di
bagian barat dan timur Komplek Kaba.
Data tersebut didukung dengan
ditemukannya pumis dan skorea
berukuran bom hingga lapili di daerah
Kampung Bogor dan sekitarnya.
Pelamparan skoria dalam jumlah yang
luas juga mendukung akan terbentuknya
letusan kuat dengan volume piroklastik
yang cukup besar.
Setelah terjadi letusan besar
yang membentuk pola rim kaldera terjadi
kekosongan dan rekahan yang cukup
intensif. Sesar – sesar yang berarah
barat laut – tenggara seperti sesar Kaba
dan sesar Sempiang memfasilitasi
terjadinya erupsi magmatik berikutnya
dari mulai produk Bukit Itam, Bukit 1960,
Biring, Salojuang dan Gunung Kaba
yang berarah hampir barat – timur (63°)
sesuai dengan arah sesar Itam. Masing
masing produk tersebut berada di dalam
rim kaldera Komplek Kaba sedangkan
sesar Bandung Baru yang berkembang
pada tubuh Kaba bagian selatan
memfasilitasi munculnya kerucut –
kerucut sinder seperti yang dijumpai di
daerah Kepahiang Indah.
Catatan erupsi terakhir yang
diperoleh dari data Direktorat
Vulkanologi menyatakan bahwa pada
tahun 1951 terjadi letusan yang
menghasilkan kawah Volgesang di sisi
timur Komplek Kaba. Tahun 2002 terjadi
letusan abu dan hidrotermal erupsi di
Kawah Kaba Besar. Sampai saat ini
tidak ditemukan adanya pembentukan
lava baru sebagai ciri dari aktivitas
magmatik, tapi masih terjadi letusan –
letusan hidrotermal kecil di Kawah Kaba
Besar. Hal tersebut mencerminkan telah
terbentuknya sistem hidrotermal di
kawasan tersebut.
Data geologi daerah Panas Bumi
Kepahiang menunjukkan adanya batuan
yang memiliki sifat
impermeable
dengan
manifestasi Air Sempiang. Batuan
alterasi yang terbentuk merupakan tipe
argilik hingga argilik lanjut. Alterasi
tersebut muncul pada aliran piroklastik
dan lava produk Gunung Kaba. Batuan
penudung ini berada pada zona struktur
sesar Sempiang yang berarah hampir
utara selatan. Selain data alterasi,
kemungkinan lainnya yang dapat
diinterpretasikan sebagai batuan
penudung adalah lava muda produk
Kaba yang masif dan belum terkekarkan
secara kuat.
GEOKIMIA
Manifestasi panas bumi di daerah
Kepahiang dan sekitarnya tediri dari:
Fumarol/solfatara, kawah, disertai
sublimasi belerang cukup tebal di puncak
G. Kaba (temperatur 96-360
oC, pada
temperatur udara 23,1
oC). Fumarol
Sempiang di Bukit Itam disertai air
panas (temperatur 94,1
oC pada
temperatur udara 30,1
oC), sedangkan air
panas lainnya terdistribusi di bagian
baratlaut dari kaki G. Kaba (Ap. Suban,
dan air panas Tempel Rejo terletak di
luar lokasi peta, temperatur air 51,8 dan
47,5
oC, pada temperatur udara 26,6 dan
26,1
oC), di bagian baratdaya (Air panas
Babakan Bogor 1, Air panas Babakan
Bogor 2, dan Air dingin Babakan Bogor ,
temperatur air 41,3 dan 30,1
oC, pada
temperatur udara 24,4; 27,0 dan
25,0
oC), di bagian timur (Air panas
Sindang Jati , temperatur air 36,0
oC,
pada temperatur udara 30,4
oC), di
bagian selatan di luar peta lokasi
penyelidikan yang ditampilkan (Air panas
Bayung temperatur air 49,2
oC, pada
temperatur udara 26,2
oC). Pada fumarol/
solfatara Kawah G. Kaba dan Fumarol
Sempiang hembusan gas dan suara
berdesis sangat kuat.
Pada diagram segi tiga Cl-SO
4-HCO
3(gambar 3a), air panas fumarol
Kawah Kaba dan Sempiang bertipe
sulfat asam, sedangkan Air panas
Babakan Bogor 1, Babakan Bogor 2,
Sindang Jati, Suban, Tempel Rejo, dan
Air panas Bayung, tipe bikarbonat.
Pada diagram segi tiga Na-K-Mg
(gambar 3b), semua mata air panas
pada zona
immature water
, selain
adanya interaksi antara fluida dengan
batuan dalam keadaan panas, juga
bercampur dengan air permukaan
(
meteoric water
).
Pada diagram segi tiga Cl, Li, B
(gambar 3c) posisi semua mata air
panas cenderung ke arah Cl-B,
sedangkan air panas Babakan Bogor 1
dan air panas Babakan Bogor 2 ada
kecenderungan kearah zona tengah
diagram ada indikasi air panas
berinteraksi dengan sistem vulkanik
sebelum mencapai permukaan.
Isotop pada grafik
δ
D terhadap
δ
18O (gambar 3d), memperlihatkan
semua mata air panas termasuk satu
mata air dinginnya, berada pada posisi di
sebelah kanan menjauhi garis MWL,
indikasi pembentukan mata air panas
berhubungan dengan interaksi antara
fluida panas pada sistem panas bumi
dengan batuan telah menyebabkan
terjadinya pengkayaan
18O. Hal ini terjadi
karena reaksi substitusi oksigen 18 dari
batuan dengan oksigen 16 dari fluida
panas pada saat terjadi interaksi fluida
panas dengan batuan sebelum muncul
ke permukaan, yang berarti
kemungkinan air panas Sempiyang, air
panas Babakan Bogor 1, air panas
Suban, dan air panas Bayung, berasal
dari fluida panas pada kedalaman,
berhubungan dengan magmatik
terencerkan oleh air meteorik yang
menyebabkan terjadinya penurunan
temperatur mata air panas yang muncul
ke permukan.
posisi air panas, terletak di sebelah
kanan garis MWL, pengkayaan oksigen
18 oleh terlarutnya
18O dari batuan yang
telah teralterasi berlokasi di dekat lokasi
mata air dingin dan lingkungan
pesawahan yang menyebabkan
penurunan temperatur mata air dingin.
Komposisi gas memperlihatkan
terdeteksinya kandungan gas CO
2, SO
2dibandingkan gas-gas lainnya yang
relatif sangat kecil, adanya gas H
2S dan
SO
2, H
2, N
2, dan NH
3. Pada satu sampel
gas dari Fumarol Kawah Kaba, tidak
terdeteksi gas H
2S, disebabkan oleh
tingginya temperatur pada fumarol
Kawah Kaba tersebut, telah
teroksidasinya gas H
2S yang ada,
menjadi gas SO
2, sehingga konsentrasi
SO
2tinggi. Sedangkan konsentrasi CH
4yang rendah pada 2 sampel gas fumarol
Sempiang dan tidak terdeteksi pada 2
sampel gas fumarol Kawah Kaba
mengindikasikan daerah penyelidikan
berada pada lingkungan vulkanik
temperatur tinggi yang didukung dengan
rendahnya gas N
2dimungkinkan dari
degradasi materi organik pada kerak
bumi yang berinteraksi dengan magma.
Manifestasi panas bumi, di daerah
penyelidikan Kepahiang terdiri dari
fumarol/solfatara di Kawah G. Kaba
bertemperatur tinggi (96-360
oC), pada
elevasi tinggi (1726 m dpl), serta adanya
fumarol pada elevasi lebih rendah (1286
m dpl) terletak 4 km di sebelah selatan
dari lokasi G. Kaba, yaitu Fumarol
Sempiang bertemperatur 94,1
oC. Pada
fumarol tersebut terdapat batuan alterasi,
berair, sublimasi belerang, dan berbau
H
2S yang sangat kuat. Data gas
memperlihatkan konsentrasi SO
2cukup
signifikan (0,2907% mol) indikasi adanya
hubungan Gunung Api Aktif tipe A dari
G. Kaba, sedangkan pada fumarol
Sempiang memperlihatkan konsentrasi
SO
2lebih rendah (0,1302%mol), data
gas lainnya terdeteksi sangat homogen
termasuk dengan terdeteksinya gas CO
2, H
2, dan Ar. Gas ini digunakan untuk
geotermometer gas dengan
menggunakan grid CO
2/Ar-H
2/Ar
(Giggenbach, 1987 dan Arnorsson,
1985). Pada gambar 4 ploting interpolasi
menunjukkan gas yang berasal dari
fumarol Kawah G. Kaba terletak di
sebelah kanan dari garis batas
temperatur, sesuai dengan karakteristik
fumarol dan temperatur yang sangat
tinggi dari Gunung Api Kaba, sedangkan
gas dari Fumarol Sempiang terletak
pada zona garis temperatur 250
oC.
Manifestasi panas bumi di daerah
Babakan Bogor dengan konsentrasi SiO
2masih tinggi (171,85 mg/L, walaupun
temperatur air panasnya tidak terlalu
tinggi hanya 41,3
oC). Indikasi adanya
korelasi antara manifestasi fumarol
Sempiang dan air panas di Babakan
Bogor, maka geotermometer gas untuk
temperatur bawah permukaan
berhubungan dengan temperatur
reservoir panas bumi Kepahiang, sekitar
250
oC.
Temperatur tanah sangat
bervariasi dengan nilai terendah 20,2
oC
sampai tertinggi 57,5
oC. Variasi
temperatur, memberikan nilai
background
29,8
oC, nilai
treshold
34,7
o
C, dan nilai rata-rata 25,0
oC. Peta
distribusi temperatur udara tanah
(gambar 5), memperlihatkan anomali
tinggi > 30
oC, terletak di sekitar lokasi
fumarol /solfatara Kawah G. Kaba dan
Fumarol Sempiang serta di sekitar lokasi
air panas Babakan Bogor. Nilai
temperatur 25-30
oC terdistribusi di
sebelah timur dari lokasi kaki G. Kaba,
sebelah utara dan selatan dari lokasi air
panas Babakan Bogor, sementara nilai
temperatur yang kurang dari 25
oC
terletak di tengah dan bagian barat
daerah penyelidikan.
Variasi pH tanah, memberikan nilai
background
6,78, nilai
treshold
7,23, dan
nilai rata-rata 6,34. Peta distribusi pH
tanah (gambar 6), memperlihatkan nilai
pH rendah < 6 terletak di manifestasi
fumarol/solfatara Kawah G. Kaba,
fumarol Sempiang, dan pada titik amat
C2500 memanjang sampai C6500 yang
terletak 1 km di sebelah selatan dari
lokasi fumarol Sempiang. Nilai pH 6-7
menyebar mendominasi daerah
penyelidikan, sedangkan nilai pH > 7,
hanya sebagian kecil daerah
penyelidikan.
Konsentrasi Hg tanah setelah
dikoreksi oleh nilai konsentrasi H
2O
-,
bervariasi dari nilai terendah 5 ppb,
sampai tertinggi 2915 ppb. Variasi Hg
tanah, memberikan nilai
background
147
ppb, nilai
treshold
208 ppb, dan nilai
rata-rata 86 ppb. Peta distribusi nilai Hg
tanah (gambar 7), memperlihatkan
anomali relatif tinggi > 200 ppb terletak
di sekitar fumarol/solfatara Kawah G.
Kaba, dan Fumarol Sempiang serta di
sekitar air dingin Babakan Bogor dan
lokasi alterasinya di Babakan Bogor ,
yang berasosiasi dengan arah struktur
timurlaut-baratdaya, sedangkan Hg
100-200 ppb di kaki Kawah G. Kaba, serta di
sebelah selatan dan timur dari lokasi
alterasi Babakan Bogor , sementara Hg
<100 ppb tersebar mendominasi daerah
penyelidikan.
Konsentrasi CO
2tanah bervariasi
dari terendah 0,42 % sampai tertinggi
8,14 %. Variasi CO
2Udara tanah,
menunjukkan nilai
background
2,14%,
nilai
treshold
2,75%, dan nilai rata-rata
1,52 %. Peta distribusi nilai CO
2Udara
tanah (gambar 8), memperlihatkan
anomali tinggi > 2,0% berada di disekitar
fumarol/solfatara Kawah G. Kaba,
Fumarol sempiang, di bagian selatan
dari lokasi alterasi Babakan Bogor dan
sebagian terdistribusi secara tidak
beraturan, Konsentrasi CO
2antara
1,5-2,0 %, terdistribusi di sebagian kecil
daerah penyelidikan, sedangkan nilai <
1,5% tersebar merata hampir
mendominasi daerah penyelidikan.
DISKUSI
Pembentukan sistem panas bumi
di Kepahiang khususnya di daerah Kaba
dalam kerangka tektonik lempeng erat
kaitannya dengan jalur
magmatic arc.
Model sistem panas bumi Kepahiang
sangat mirip dengan model yang
dikemukakan oleh Nicholson yaitu model
panas bumi pada sistem vulkanik.
Suplai fluida berasal dari daerah
resapan yang berasal dari lereng
Gunung Kaba dan juga dari daerah luar
komplek Kaba yang meresap jauh ke
bawah permukaan membentuk sistem
akifer dalam dan kemudian mengalami
transfer panas dalam bentuk konveksi,
hingga muncul di daerah limpasan
melalui zona sesar / rekahan ke
permukaan dalam bentuk mata air
panas. Kontak fluida dengan batuan di
sekitarnya akan mengakibatkan
perubahan sifat kimia dan fisika yang
kemudian mengubah batuan tersebut
menjadi mineral baru yang dikenal
sebagai batuan alterasi. Dengan melihat
manifestasi berupa air panas, fumarol
dan alterasi (asam) yang ada di daerah
air panas Sempiang yang diperkirakan
sebagai
upflow
dari sistem panas bumi
Gunung Kaba, sedangkan air panas
Babakan Bogor , Suban, Tempel Rejo,
Sindang Jati yang berada di lereng
bagian bawah Gunung Kaba
diperkirakan merupakan zona
outflow
dari sistem panas bumi Gunung Kaba.
Sumber panas (
heat sources
)
tahun yang lalu (Lab. PSG, 2010),
namun berdasarkan data tersebut
kemungkinan sampel batuan bukan
merupakan produk akhir dari aktivitas
Gunung Kaba. Sejarah vulkanik Gunung
Kaba telah mengalami erupsi terakhir
pada tahun 1951 ketika terjadi erupsi
dan pembentukan kawah Volkgesang
(Direktorat Vulkanologi, 1990) dan pada
tahun 2004 terjadi erupsi hidrotermal
(
freatomagmatik
) di Kawah Gunung
Kaba besar. Berdasar data tersebut,
sumber panas pada sistem ini
diperkirakan berasal dari kegiatan
vulkanisme produk Gunung Kaba Baru.
Perhitungan Kehilangan Panas Daerah
Kepahiang adalah 186.220 kWth.
Lokasi penyelidikan berada
komplek G. Kaba yang merupakan
gunungapi aktif tipe A.
Sumber panas diperkirakan
berhubungan dengan kegiatan
vulkanisme Gunung Kaba Baru.
Batuan penudung diperkirakan
berupa batuan alterasi dan batuan
produk G. Kaba Muda yang belum
terkekarkan.
Permeabilitas batuan sebagai
reservoir dalam sistem panas bumi
Kepahiang diperkirakan batuan produk
Vulkanik KabaTua baik berupa lava
ataupun piroklastika dengan top
reservoir belum diketahui.
Gejala panas bumi di daerah
Kepahiang berupa pemunculan solfatara,
fumarol,dan batuan alterasi, dengan
temperatur tinggi, pH asam pada elevasi
tinggi di Kawah G. Kaba (96-360
oC) dan
komplek Sempiyang (94
oC), air panas
ber pH netral muncul pada elevasi lebih
rendah, dengan temperatur lebih rendah
(36-52
oC) debit air 1 – 30 l/detik .
Konsentrasi kimia air panas
daerah Kepahiang termasuk tipe air
sulfat asam, pada elevasi tinggi
bertemperatur tinggi disertai gas H
2S
sangat kuat, sedangkan air panas pada
elevasi rendah, bertemperatur rendah
dan pH netral, termasuk tipe bikarbonat,
konsentrasi SiO
2masih signifikan. pH
tanah berkisar 4,0–7,0 dan temperatur
udara tanah pada kedalaman 1 meter
berkisar 20–57 °C.
Temperatur bawah permukaan
diperkirakan berhubungan dengan
reservoir panas bumi dari
geotermometer gas 250
oC. termasuk
entalpi tinggi (
high enthalpy
)
.
Anomali konsentrasi Hg tanah,
lebih dari 200 ppb dan anomali
konsentrasi CO
2udara tanah, lebih dari
2.5 % (v/v), terdistribusi pada daerah
sekitar Fumarol G. Kaba dan Sempiang.
Mata air panas di Kepahiang
berada di zona
immature water
(diagram
Na-K-Mg) indikasi air panas muncul ke
permukaan tercampur oleh air meteorik
atau air permukaan.
Sistem panas bumi Kepahiang
merupakan sistem panas bumi di daerah
vulkanik relief tinggi (
high terrain
).
Daerah Air panas Sempiang merupakan
sistem
upflow
sedangkan Babakan
Bogor, Suban, Tempel Rejo dan Sindang
Jati merupakan
outflow
pada sistem
panas bumi Kepahiang.
Sumber panas berasal dari
aktivitas vulkanik Gunung Kaba.
Batuan penudung berasal dari
alterasi argilik- argilik lanjut dan produk
lava muda di sekitar Airpanas Sempiang
di daerah Bukit Itam dengan kedalaman
yang tidak dapat diketahui.
Kedalaman top reservoir tidak diketahui
namun reservoir kemungkinan berada
pada produk Kaba tua.
Total potensi sumber daya
hipotetis adalah sekitar 195 MWe dan
sumber daya spekulatif 60 Mwe.
KESIMPULAN
Kepahiang dan Rejang Lebong, Provinsi
Bengkulu. Tatanan tektonik daerah
penyelidikan termasuk ke dalam busur
magmatik Sumatera dengan lingkungan
vulkanik Kuarter.
Secara geologi, batuan pada
komplek Kaba pada umumnya berjenis
andesit – basaltik yang berasal dari
Bukit Itam, 1960, Biring, Selojuang,
Penyeluan dan Kaba. Hasil penentuan
umur (K-Ar) menunjukkan batuan produk
lava basalt Gunung Kaba Muda
terbentuk pada umur 500.000 tahun lalu.
Pembentukan komplek gunung Kaba
dipengeruhi oleh aktivitas tektonik yang
searah dengan pola sesar Sumatera dan
antitetiknya yang berarah baratdaya
timurlaut.
Sistem panas bumi dicirikan
dengan munculnya manifestasi berupa
air panas dengan temperatur tertinggi
94°C, pH netral, solfatara dan fumarol
dengan temperatur hingga 360ºC dan
alterasi batuan di sekitar Airsempiang,
puncak Kaba (alterasi argilik-argilik
lanjut).
Fluida panas pada sistem panas
bumi Kepahiang bertipe bikarbonat dan
sulfat yang berada pada zona
immature
water
. Temperatur reservoir diambil
melalui perhitungan geotermometer gas
CO
2(250°C), termasuk entalpi tinggi.
Daerah prospek panas bumi
berdasarkan data anomali CO
2, Hg dan
pola struktur terbagi tiga daerah dengan
luas total 38 km
2yang tersebar di sekitar
Airsempiang Babakanbogor dan Suban.
Model sistem panas bumi daerah
Kepahiang, diperkirakan seperti pada
gambar 9.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada pimpinan dan staf
Pusat Sumber Daya Geologi, Badan
Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral atas kesempatan
dan bantuannya, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachrudin R. dan Saputra E., 1988.
Pemetaan Geologi Potret Gunung Kaba,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Direktorat
Vulkanologi.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kepahiang, 2009.
Gafoer dkk., 1992. Peta Geologi Lembar
Bengkulu, Sumatera, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.
Hochstein, M.P., dan Browne, P.R.L.,
2000. Surface Manifestations of
Geothermal System with Vulcanic Heat
Source, dalam Encyclopedia of
Volcanoes, Geothermal Institite,
Auckland.
Katili, J.A. 1998. Geotectonics of
Indonesia: A Modern View, The
Directorate General of Mines, Jakarta.
Kingston Morrison, 1997. Important
Hydrotermal Minerals and their
Significance, Seventh Edition, New
Zealand.
Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids
Chemistry and Exploration Technique
Springer Verlag, Inc. Berlin.
Sujanto, 1990. Berita Berkala
Vulkanologi G.Kaba, Direktorat
Vulkanologi.
Gambar 1 Peta lokasi daerah penyelidikan Kepahiang, Bengkulu
Gambar 3. a. Segitiga Cl-SO
4-HCO
3; b. Segitiga Na-K-Mg;
c. Segitiga Cl-Li-B dan d. Grafik data isotop.
Daerah Panas Bumi Kepahiang, Bengkulu.
KETERANGAN
A p. K W. K aba (A P K K ) A p. S empiyang (A P S E ) A p. B abak an B ogor 1 (A P B B 1) A p. B abak an B ogor 2 (A P B B 2) A p. S indang J ati (A P S J) A p. S uban (A P S ) A p. Tempel Rejo (A P TR) A p. B ayung (A P B )
a
b
c
d
St eam heated wat ers
M a tu
re w a te
rs
P h e rip
h e ra
l w a te
rs Vo
lca nic
w ate
rs
40 20 20
40
60 60
80 80
Cl
SO4 HCO3
KETERANGAN
Ap. KW. Kaba (APKK) Ap. Sem piy ang (APSE) Ap. Babak an Bogor 1 (APBB1) Ap. Babak an Bogor 2 (APBB2) Ap. Sindang J ati (APSJ ) Ap. Suban (APS) Ap. Tem pel R ejo (APTR ) Ap. Bay ung (APB)
Immature waters Partial equilibrium
Full equilibrium
K/100
ROCK
% Na K
% Mg
20 20
40 40
60 60
220°
wei r box
160° 100°
80 80
Mg
T Kn T Km
Na/1000 KETERANGAN
Ap. KW. Kaba (AP KK) Ap. Sempiyang (A PSE ) Ap. Babakan Bogor 1 (APB B1) Ap. Babakan Bogor 2 (APB B2) Ap. Sindang Jati (A PSJ) Ap. Suban (A PS) Ap. Tempel Rejo (A PTR) Ap. Bayung (A PB)
-59 -57 -55 -53 -51
-10 -9 -8 -7 -6
δ
D(
H
2
O )
δ18O (H2O)
Keterangan:
Ap. Sempiyang (APSE)
Ap. Bbk Bogor 1 (APBB1)
Ap. Suban (APS)
Ap. Bayung (APB)
Ad. Bbk Bogor (ADBB)
Gambar 5 Peta distribusi temperatur
Panas Bumi, Kepahiang
.
Gambar 7 Peta distribusi Hg tanah
Panas Bumi Kepahiang.
Gambar 8 Peta distribusi CO
2udara
Tanah Panas Bumi Kepahiang.
Gambar 9 Model Tentatif panas
bumi,Kepahiang
225000 227000 229000 231000 233000 235000 237000 239000 241000 243000 245000 9595000
KPT1KPT2KPT3 KPT4
D urianbubur Palaksiring Pasarngalam
PasarselumaPasartaloTalangdurian BEN GKULU
Talang Padang TAIS CURUP LUBUKLINGGAU KEPAHIANG
Pagragung Kec. Tanjung Sakti Seginim Taba Penanjung Kec. Tebing Tinggi
Kec. Batukuning Lakitan Ulu Kec. Muara Pinang Kec. Pagar Alam Utara Pondok Kelapa
Kec. Ulu Musi Kec. Lubuk Linggau Barat Selebar Teluk Segara
Kec. Muara Kelingi Pino Kerkap
Kec. Pendopo Kec. Muara Beliti Selume Kepahiang Talo Kec. Tugu Mulyo Talang Empat Ketahun
Sukaraja REJANG LEBONG
Kab. SELUMAPAGARALAM BENGKULU UTARA
KAUR BENGKULU SELATAN LEBONG
LAHAT 102§12' 102§36' 103§
-5§ -3§36' -3§12' Peta Indeks
Lokasi Penelitian Kontur topografi interval 25 meter Jalan Raya Sungai dan anak sungai Mata air panas
A5000
Titik Amat Geokimia Mata Air Dingin KETERANGAN
U
0 2000 4000 6000
Fumarola
PETA DISTRIBUSI pH TANAH DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
PROVINSI BENGKULU
> 7 6 s.d 7 < 6
Gambar 4 Ploting Geotermometer
Gas, Kepahiang.
Gambar 6 Peta distribusi pH tanah
Panas Bumi Kepahiang.
225000 227000 229000 231000 233000 235000 237000 239000 241000 243000 245000 9595000
KPT1KPT2KPT3 KPT4
PasarselumaPasartaloTalangdurian BENGKULU Talang Padang
TAIS CURUP LUBUKLINGGAU KEPAHIANG
Pagragung Kec. Tanjung Sakti
Seginim Taba Penanjung Kec. Tebing Tinggi
Kec. Batukuning Lakitan Ulu Kec. Muara Pinang Kec. Pagar Alam Utara Pondok Kelapa
Kec. Ulu Musi Kec. Lubuk Linggau Barat Selebar Teluk Segara
Kec. Muara Kelingi Pino Kerkap
Kec. Pendopo Kec. Muara Beliti Selume Kepahiang Talo Kec. Tugu Mulyo Talang Empat Ketahun
Sukaraja REJANG LEBONG
Kab. SELUMAPAGARALAM BENGKULU UTARA
KAUR BENGKULU SELATAN LEBONG
LAHAT 102§12' 102§36' 103§
-5§ -3§36' -3§12' Peta Indeks
Lokasi Penelitian Kontur topografi interval 25 meter Jalan Raya Sungai dan anak sungai Mata air panas
A5000
Titik Amat Geokimia Mata Air Dingin
PETA DISTRIBUSI TEMPERATUR UDARA TANAH DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
PROVINSI BENGKULU
KETERANGAN
U
0 2000 4000 6000
Fumarola
225000 227000 229000 231000 233000 235000 237000 239000 241000 243000 245000
9595000
KPT1KPT2KPT3
KPT4
Talang Padang TAIS CURUP LUBUKLINGGAU KEPAHIANG
Pagragung Kec. Tanjung Sakti Seginim Taba Penanjung Kec. Tebing Tinggi
Kec. Batukuning Lakitan Ulu Kec. Muara Pinang Kec. Pagar Alam Utara Pondok Kelapa
Kec. Ulu Musi Kec. Lubuk Linggau Barat Selebar Teluk Segara
Kec. Muara Kelingi Pino Kerkap
Kec. Pendopo Kec. Muara Beliti Selume Kepahiang Talo Kec. Tugu Mulyo Talang Empat Ketahun
Sukaraja REJANG LEBONG
Kab. SELUMAPAGARALAM BENGKULU UTARA
KAUR BENGKULU SELATAN LEBONG
LAHAT 102§12' 102§36' 103§
-5§ -3§36' -3§12'
Peta Indeks
Lokasi Penelitian Kontur topografi interval 25 meter
Jalan Raya
Sungai dan anak sungai
Mata air panas
A5000
Titik Amat Geokimia
Mata Air Dingin KETERANGAN
U
0 2000 4000 6000
Fumarola
PETA DISTRIBUSI CO2 TANAH DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
PROVINSI BENGKULU
> 2% 1.5 s.d 2.0 % < 1.5 %
Fumarol Sempiyang
Fumarol Kawah Kaba
225000 227000 229000 231000 233000 235000 237000 239000 241000 243000 245000 9595000
KPT1KPT2KPT3 KPT4 PGK3PGK4 PGK5 ARGAMAKM UR M UARAAMAN
DurianbuburPalaksiring Pasarngalam
Pasarseluma PasartaloTalangdurian BENGKULU Talang Padang
TAIS CU RUP LUBUKLINGGAU KEPAHIANG
Pagragung Kec. Tanjung Sakti
Seginim Taba Penanjung Kec. Tebing Tinggi Kec. Batukuning Lakitan Ulu
Kec. Muara Pinang Kec. Pagar Alam Utara Pondok Kelapa
Kec. Ulu Musi Kec. Lubuk Linggau Barat Selebar Teluk Segara
Kec. Muara Kelingi Pino Kerkap
Kec. Pendopo Kec. Muara Beliti Selume Kepahiang Talo Kec. Tugu Mulyo Talang Empat Ketahun
Sukaraja REJAN G LEBONG
Kab. SELUMAPAGARALAM BENGKULU UTARA
KAUR BENGKULU SELATAN LEBONG
LAHAT 102§12' 102§36' 103§
-5§ -3§36' -3§12' Peta Indeks
Lokasi Penelitian Kontur topografi interval 25 meter Jalan Raya Sungai dan anak sungai Mata air panas
A5000
Titik Amat Geokimia Mata Air Dingin KETERANGAN
U
0 2000 4000 6000
Fumarola
PETA DISTRIBUSI Hg TANAH DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG
PROVINSI BENGKULU