PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI LILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
Dede Iim Setiawan, Soetoyo, Yuanno Rezky Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Lilli-Sepporaki berada pada zona depresi yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik Sulawesi bagian barat pada Kala Oligosen dan tersusun oleh produk vulkanik Tersier. Pola struktur yang paling berperan penting dalam pemunculan manifestasi panas bumi adalah pola struktur baratlaut-tenggara untuk manifestasi Sepporaki dan pola struktur baratdaya-timurlaut untuk manifestasi Matangnga yang
diperkirakan terbentuk bukaan sesar pada bagian perpotongan sesarnya (dilational
faultjog), sebagai media fluida hidrotermal ke permukaan.
Manifestasi panas bumi daerah Lilli-Sepporaki berupa mata air panas bertemperatur hingga 97°C dan batuan ubahan di sekitar manifestasi air panas yang
dapat dikelompokkan ke dalam tipe ubahan silicified.
Panas dari aktivitas plutonik diperkirakan sebagai sumber panas (heat source)
yang membentuk sistem panas bumi daerah Lilli-Sepporaki. Batuan yang memiliki sifat
impermeable dengan kandungan mineral silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas merupakan lapisan penudung. Reservoir panas buminya diduga berupa batuan Vulkanik Walimbong berumur Tersier di bawah satuan vulkanik tak terpisahkan. Pada satuan vulkanik tak terpisahkan juga diperkirakan
memiliki reservoir dangkal (shallow reservoir). Fluida panas bumi di daerah Lilli
mempunyai tipe klorida, yang pemunculannya langsung dari reservoir yang bertemperatur tinggi. Perkiraan temperatur reservoir dari geotermometer Na-K adalah
sebesar 190oC.
Kompilasi data terpadu memperlihatkan bahwa daerah prospek panas bumi daerah Lilli-Sepporaki diperkirakan berada di sekitar manifestasi Sepporaki dan
Matangnga dengan luas sekitar 18 km2. Dengan asumsi tebal reservoir 1 km dan
temperatur cut off 120°C, potensi sumber daya hipotetik daerah Lilli-Sepporaki adalah
sekitar 198 MWe.
Kata kunci: panas bumi Lilli, potensi panas bumi.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi merupakan energi alternatif bersifat terbarukan dan menjadi sumber energi alami untuk mengurangi ketergantungan pemakaian energi listrik dari energi fosil yang kian menipis dari tahun ke tahun.
Keberadaan potensi panas bumi di Indonesia sangat besar. Salah satunya potensi panas bumi di daerah Lilli, Kecamatan Bulo dan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di daerah ini terdapat manifestasi panas bumi berupa mata air
batuan yang mengindikasikan adanya sistem panas bumi di bawahnya.
Untuk lebih mengetahui mengenai karakteristik batuan dan temperatur fluida resrvoir, konfigurasi batuan, struktur geologi, luas daerah prospek, sistem panas bumi dan potensi panas buminya, diperlukan penyelidikan lebih lanjut dengan metode geologi dan geokimia.
Daerah panas bumi Lilli lokasinya berada pada koordinat antara 119° 6' 14,7" - 119° 15' 25,9" bujur timur dan 3° 5' 41.3" - -3° 14' 54.0" lintang selatan, berjarak sekitar 285 km dari Kota Makassar dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat (Gambar 1).
METODOLOGI
Metode geologi digunakan untuk mengetahui sebaran batuan, mengenali gejala tektonik dan batuan ubahan serta karakteristik fisik daerah manifestasi. Pemetaan morfologi, satuan batuan, struktur geologi dan manifestasi panas bumi, dimaksudkan untuk lebih mengetahui hubungan antara semua parameter geologi yang berperan dalam pembentukan sistem panas bumi di daerah tersebut.
Metode geokimia dilakukan untuk mengetahui karakteristik fluida dan kondisi reservoir panas bumi. Karakteristik beberapa parameter diperoleh dari jenis manifestasi, konsentrasi senyawa kimia terlarut dan terabsorpsi dalam fluida panas yang terkandung dalam sampel air, dan anomali distribusi horisontal pada tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter sebagai indikasi sumber daya panas bumi. Parameter yang digunakan meliputi sifat fisika dan kimia manifestasi, data hasil analisis kimia air, serta Hg
tanah dan CO2 udara tanah.
Melalui penyelidikan yang berdasarkan pada konsep geologi, sumber daya panas bumi diharapkan dapat terbentuk dari suatu model geologi dan vulkanisme, model hidrotermal dan sumber panas.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi panas bumi di daerah Lili Sepporaki terdapat di dua lokasi, yaitu kelompok Sepporaki yang terdiri dari air panas Sepporaki-1 dan
Sepporaki-2 (95 - 97oC) di bagian tengah
daerah penyelidikan, tepatnya di dekat sungai Masongi, sekitar 300 meter dari dusun terdekat dusun Gatta, Desa Sepporaki, Kecamatan Bulo, serta kelompok Matangga yang terdiri dari air panas Katimbang-1 dan Katimbang-2
(60,9 - 84,0 oC), terletak di bagian
timurlaut, yaitu di sungai Matangnga, Desa Katimbang, Kecamatan Matangnga. Pengukuran gas dengan
tabung detektor gas untuk CO2, CO, H2S,
dan SO2, dilakukan terhadap bubble gas
air panas Sepporaki-1. Sedangkan sampling gas menggunakan tabung vakum yang telah diisi dengan larutan NaOH tidak berhasil, karena tekanan
dari bubble gas sangat kecil.
Manifestasi panas bumi lainnya adalah batuan terubah yang terdapat di sekitar manifestasi Lilli dan Matangnga. Secara megaskopis dicirikan dengan kehadiran mineral ubahan yang didominasi oleh mineral silika, dengan intensitas sedang hingga kuat. Berdasarkan kehadirannya dapat diinterpretasikan bahwa di daerah tersebut telah terbentuk alterasi hidrotermal yang termasuk kedalam
zona silisifikasi (silicified zone).
memperlihatkan struktur colliform
bended yang menunjukkan terjadinya
perubahan temperatur dan komposisi kimia pada larutan hidrotermalnya di masa lampau.
GEOLOGI
Daerah Lilli didominasi oleh batuan produk vulkanik, terdiri dari aliran lava yang tersebar cukup luas serta kubah-kubah vulkanik (Gambar 2). Sesuai susunan stratigrafinya terdiri dari Satuan Vulkanik Walimbong (Tvw), Andesit Feldspatoid (Tf), Andesit Porfir (Tp), Vulkanik Tak Terpisahkan (Tvt), Lava Andesit Basaltik Buttu Bobongbatu (Tlbb), Lava Trakhit Buttu Pakkedoang (Tlp), Lava Andesit Buttu Sawergading (Tls), Lava Andesit Buttu Butu (Tlb), Lava Andesit Buttu Talaya (Tlt), Lava Andesit Buttu Dambu (Tld), Lava Andesit Buttu Kamande (Tlk), Alluvium (Qal). Terdapat tujuh pola struktur yang berkembang di daerah penyelidikan. Dari ketujuh pola struktur tersebut, yang paling berperan penting dalam pemunculan manifestasi panas bumi adalah pola struktur N110-120°E / N290-300°E dan pola struktur N10-20°E / N190-200°E untuk manifestasi Lilli, kemudian pola struktur N50-60°E / N230-240°E dan pola struktur N80-90°E / N260-270°E untuk manifestasi Matangnga. Diperkirakan terbentuk
bukaan sesar (dilational fault jog) pada
perpotongan sesar – sesar ini sehingga menjadi media jalannya fluida hidrotermal ke permukaan.
Kompilasi pola kelurusan dalam
peta kerapatan struktur (fault and
fracture density map) untuk
mendapatkan zona resapan dan kemungkinan daerah permeabilitas tinggi dengan peta kerapatan perpotongan
struktur (dilational fault and fracture
density map) untuk mendapatkan zona
jalannya fluida hidrotermal menunjukkan
daerah prospek di sekitar manifestasi Lilli ke arah barat dan timur, dan di sekitar manifestasi Matangnga ke arah barat.
GEOKIMIA
Kimia Air
Pada diagram segitiga Cl-SO4
-HCO3 (Gambar 3), air panas kelompok
Sepporaki maupun kelompok Matangnga bertipe klorida. Hal ini merupakan indikasi adanya hubungan
dengan air dari kedalaman (deep water),
didukung pula oleh tingginya temperatur air panas di permukaan yang ber-pH netral serta munculnya sinter silika yang cukup tebal.
Dalam diagram segitiga Na-K-Mg (Gambar 4), air panas Sepporaki-1
terletak pada zona full equilibrium,
indikasi bahwa pembentukan air panas Sepporaki-1 berhubungan dengan fluida panas pada kedalaman, tanpa ada pengaruh air permukaan. Sedangkan mata air panas lainnya terletak pada
zona partial equilibrium, indikasi adanya
pengaruh air permukaan pada pembentukan mata air panas sesaat setelah terjadi interaksi antara fluida panas dengan batuan yang dilaluinya. Berdasarkan diagram segitiga Cl, Li, B (Gambar 5) posisi semua air panas terletak pada zona tengah, mengindikasikan bahwa air panasnya telah berinteraksi dengan sistem panas bumi di kedalaman sebelum akhirnya mencapai ke permukaan sebagai mata air panas.
Isotop
Plotting antara isotop 18O dan
pada sistem panas bumi dengan batuan, telah menyebabkan terjadinya
pengkayaan 18O. Hal ini terjadi karena
reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan dengan oksigen 16 dari fluida panas pada saat terjadi interaksi fluida panas dengan batuan sebelum muncul ke permukaan, berarti kemungkinan air panas Sepporaki-1 dan air panas Katimbang-2 berasal dari fluida panas pada kedalaman, sedangkan pengaruh pengenceran oleh air permukaan sangat jelas terhadap air panas Sepporaki-2 yang lokasinya lebih mendekati ke aliran sungai Masongi, dan Air panas Katimbang-1 yang lokasinya di sungai Matangnga, diindikasikan oleh posisinya
mendekati meteoric water line (MWL),
dan air permukaan ditunjukkan oleh posisi air dingin Sepporaki dan air dingin Katimbang pada garis MWL (Gambar 6).
Kimia Gas
Pengukuran gas menggunakan
tabung detektor gas langsung pada air
panas Sepporaki-1 menunjukkan gas
CO2 (3500 ppm), H2S (40 ppm), CO (20
ppm), sedangkan gas SO2 tidak
terdeteksi. Sampling gas menggunakan tabung vakum yang berisi larutan NaOH tidak berhasil, karena tekanannya sangat kecil. Sehingga tidak diperoleh sampel gas untuk dianalisis di laboratorium.
Kimia Tanah dan Udara Tanah
Sebaran anomali Hg relatif tinggi > 500 ppb terletak di sekitar lokasi air panas Sepporaki memanjang ke arah timurlaut dan tenggara dengan luas
sekitar 4 km2, sedangkan Hg 200-500
ppb di sebagian kecil daerah penyelidikan, sementara Hg <200 ppb tersebar mendominasi daerah penyelidikan (Gambar 7).
Distribusi CO2 udara tanah
anomali tinggi > 4,0% membentuk spots
memanjang berarah utara-selatan,
bagian barat, dan tenggara.
Konsentrasi CO2 antara 2,0-4,0 %,
terdistribusi di bagian tengah, selatan, dan baratdaya daerah penyelidikan, sedangkan nilai < 2,0% tersebar di bagian timur dan timurlaut daerah penyelidikan (Gambar 8).
Geotermometri
Hasil perhitungan geotermometer air menggunakan persamaan
geotermometer SiO2 conductive cooling
(Fornier,1981) menghasilkan temperatur
170oC dan dengan geotermometer Na-K
(Giggenbach, 1988) temperaturnya lebih
tinggi, yaitu 190 oC. Pengaruh
penurunan temperatur oleh air meteorik
mengakibatkan konsentrasi SiO2 lebih
rendah, maka hasil geotermometer Na-K
(189-201oC) lebih valid diaplikasikan
dengan mempertimbangkan temperatur air panasnya yang cukup tinggi, pH netral, bertipe klorida dan terletak pada
zona full equilibrium. Oleh karena itu,
temperatur bawah permukaan yang berhubungan dengan temperatur reservoir panas bumi daerah Lili-Sepporaki adalah 190 °C.
SISTEM PANAS BUMI
Sebaran Prospek
Sebaran area prospek panas bumi Lilli-Sepporaki berdasarkan hasil penelitian metode geologi dan geokimia terdapat di bagian tengah dan utara timurlaut daerah penyelidikan yaitu di sekitar manifestasi Sepporaki dan Matangnga. Area prospek ini didukung oleh hasil kombinasi peta kerapatan
struktur (fault and fracture density map)
dan peta kerapatan perpotongan struktur
(dilational fault and fracture density
map), digabung dengan anomali Hg dan
CO2 tinggi hasil metode geokimia. Hasil
luas area prospek panas bumi
Lilli-Sepporaki sekitar 18 km2 .
Potensi Energi
Daerah panas bumi Lilli mempunyai luas wilayah prospek sekitar
18 km2. Temperatur reservoir diduga
sebesar 190°C, sehingga temperatur
cut-off sebesar 120°C. Dengan
menggunakan metode penghitungan volumetrik, melalui beberapa asumsi
yaitu tebal reservoir = 1 km, recovery
factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan
lifetime = 30 tahun, maka potensi
sumber daya hipotetik dari reservoir panas bumi daerah Lilli adalah sebesar 198 MWe.
DISKUSI
Sumber panas dalam sistem panas bumi diperkirakan berkaitan dengan batuan beku dalam yang tidak tersingkap di permukaan dan masih memiliki sisa panas. Hasil pentarikhan umur batuan sienit di Daerah Kondo (bagian selatan daerah penyelidikan) menunjukkan umur 1,8 ± 0,2 juta tahun, yaitu pada Kala Plistosen Bawah atau Zaman Kuarter.
Batuan yang memiliki sifat
impermeable dengan kandungan mineral
silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas merupakan lapisan penudung yang diperkirakan berada pada zona struktur depresi, dibatasi sisa gawir berbentuk melengkung hingga setengah radial.
Batuan yang memungkinkan sebagai reservoir diduga berupa batuan produk Vulkanik Walimbong berumur Tersier dibawah satuan vulkanik tak terpisahkan. Satuan vulkanik tak terpisahkan sendiri juga memiliki kemungkinan memiliki reservoir dangkal
(shallow reservoir). Batuan tersebut
dianggap cukup baik kerena telah mengalami proses deformasi pada periode Eosen Akhir hingga Oligosen
sehingga memungkinkan membentuk pola rekahan yang intensif dan bersifat permeabel.
Dalam sistem panas bumi Lilli-Sepporaki, suplai fluida berasal dari daerah resapan yang berasal dari satuan vulkanik Walimbong atau pada satuan morfologi vulkanik denudasional yang meresap ke bawah permukaan menuju reservoir panas bumi dan kemudian mengalami transfer panas dalam bentuk konveksi, dan muncul dalam bentuk mata air panas dengan pH netral bertipe klorida di daerah limpasan pada satuan vulkanik tak terpisahkan atau morfologi vulkanik terdeformasi melalui zona sesar/rekahan ke permukaan. Mata air panas ke permukaan dengan media bukaan sesar pada perpotongan sesar
(dilational fault jog). pada pola struktur
N110-120°E/N290-300°E dan pola struktur N10-20°E/N190-200°E untuk manifestasi Sepporaki, kemudian pola struktur N50-60°E/N230-240°E dan pola struktur N80-90°E/N260-270°E untuk manifestasi Matangnga.
Fluida hidrotermal mengalami kontak dengan batuan di sekitar manifestasi sehingga batuan mengalami perubahan sifat kimia dan fisika yang kemudian mengubah batuan tersebut menjadi mineral baru berupa alterasi batuan yang termasuk dalam zona
silisifikasi (silicified zone). Fluida
hidrotermal juga membentuk endapan air panas di permukaan berupa sinter silika.
KESIMPULAN
Sistem panas bumi Daerah Lilli terbentuk dalam zona depresi yang dicirikan oleh sisa gawir yang terbentuk melengkung hingga setengah radial yang
diperkirakan sebagai hasil collapse dari
berasosiasi dengan aktivitas plutonik muda berumur Kuarter.
Temperatur bawah permukaan
diperkirakan sekitar 190 oC, termasuk
dalam entalpi sedang. Konsentrasi Hg tanah relatif tinggi lebih dari 500 ppb terletak di sekitar lokasi air panas Sepporaki memanjang ke arah timurlaut
dan tenggara dengan luas sekitar 4 km2,
sedangkan Hg 200-500 ppb di sebagian kecil daerah penyelidikan termasuk daerah Matangnga.
Area prospek panas bumi di daerah penyelidikan tersebar di bagian tengah dan utara timurlaut yaitu di sekitar manifestasi Sepporaki dan Matangnga dengan luas kurang lebih 18
km2.
Dengan temperatur air panas
bawah permukaan sekitar 190 oC,
potensi energi panas bumi di daerah Lilli Seporraki sebesar 198 Mwe. Potensi panas bumi ini memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik energi panas bumi dan pemanfatan langsung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf beserta pejabat Pusat Sumber Daya Geologi, khususnya pada Kelompok Penyelidikan Panas Bumi atas saran dan kerjasamanya serta pemerintah daerah setempat dan Dinas Pertambangan Kabupaten Polewali Mandar atas bantuannya dalam memperlancar kegiatan penyelidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuri, Sudjatmiko, dkk, 1998, Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi, Edisi Kedua.
Fournier, R.O., 1981. Application of
Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering,Geothermal System:
Principles and Case Histories. John
Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal
Solute Equilibria Deviation of
Na-K-Mg-Ca Geo-Indicators.
Geochemica Acta 52. pp. 2749 –
2765.
Kooten, V., and Gerald, K., 1987, Geothermal Exploration Using
Surface Mercury Geochemistry,
Journal of volcanology and Geothermal Research, 31, 269-280.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System. Short Course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry
and Geothermal System. Academic
Press Inc. Orlando.
Nicholson, Keith, 1993, Geothermal
Fluids, Chemistry and Exploration Techniques.
Sjaiful Bachri, Muzil Alzwar., 1975. Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambridge.
Taran, Y.A., 1986, Gas
Geothermometers for hydrothermal
Systems, Geo-chemistry
International Vol. 23 No.7, 111-126. Tim Survei Pendahuluan Panas bumi,
Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, 2009. Laporan Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi Polewali, Kab. Polewali Mandar, Prov. Sulawesi Barat. Tidak dipublikasikan.
Van Bemmelen (1949) Geology of
Steam heated water s M
a tu
re w
a te
rs
P he
rip h
e ra
l w a
te rs
Vo lca
nic w
ate rs
40 20
20 40
60 60
80 80
Cl
So4 HCO3
KETERANGAN:
Ap. Sepporaki-1 (APS-1) Ap. Sepporaki-2 (APS-2) Ap. Katim bang-1 (APK-1) Ap. Katim bang-2 (APK-2
KETERANGAN:
Ap. Sepporaki-1 (APS-1) Ap. Sepporaki-2 (APS-2) Ap. Katim bang-1 (APK-1) Ap. Katim bang-2 (APK-2
Gambar 3 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 air panas Sepporaki dan Matangnga
Immature waters Partial equilibrium
Full equilibrium
K/100
ROCK
Na/1000
% Na K
% Mg
20 20
40 40
60 60
220°
weir box
160° 100°
80 80
Mg
T Kn T Km
KETERANGAN:
A p. S epporaki-1 (A P S -1) A p. S epporaki-2 (A P S -2) A p. K atimbang-1 (A P K -1) A p. K atimbang-2 (A P K -2
KETERANGAN:
A p. S epporaki-1 (A P S -1) A p. S epporaki-2 (A P S -2) A p. K atim bang-1 (A P K -1) A p. K atim bang-2 (A P K -2
Gambar 5 Diagram segitiga Cl-Li-B air panas Sepporaki dan Matangnga
-65 -60 -55 -50 -45
-13 -11 -9 -7 -5
δ18
O ( o/oo )
δ
D
( o/oo )
Meteoric Water Line
Ap.Sepporaki-1 (APS-1) Ap. Sepporaki-2 (APS-2) Ap. Katimbang-1 (APK-1) Ap. Katimbang-2 (APK-2) Ad. Sepporaki (ADS) Ad. Katimbang(ADK)
δD = 8 δ18O + 14
MWL Keterangan :
736000 738000 740000 742000 744000 746000 748000 Salu Matangga
409 Tannae Buttu
Karobe
Buttu Kullan
Damadama
Talongang
Buttu Kunambangan
Salubulo
738 574
624
502 574 562 506
355
214
574 507
253
501 577
510
309 480 443
343 779
451 591 545
529
PETA DISTRIBUSI CO2 DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
U
0 2000 4000 DATUM HORIZONTAL WGS 84 PROYEKSI PETA UTM ZONE 50 S
KETERANGAN :
Desa / Kampung
Sungai dan anak sungai Jalan
Kontur interval 25 meter
Mata air panas
Mata air Dingin
Kab. B O N E Kab. PINRANG
Kab. W A J O Kab. SIDENRENG RAPANG Kab. TANATORAJA Kab. MAMUJU UTARA
Kota PALOPO Kab. MAJENE
KAb. BARRU Kab. LUWU UTARA
Kab. L U W U Kab. MAMUJU
Kab. DONGGALA
Kab. SOPPENG Kab. ENREKANG Kab. MAMASA
Kota PARE PARE Kab. POLEWALI MAMASA
Kab. P O S O
Kab. KOLAKA Kota. KENDARI
Kab. KENDARI Kab. LUWU TIMUR
Kab. MOREWALI
Kab. KOLAKA UTARA
Kab. KONAWE SELATAN
118ø30'119 ø119ø30'120 ø120ø30'121 ø121ø30'122 ø122ø30'
Peta Indeks
Lokasi Penelitian
Titik Pengambilan Sampel Geokimia A 5500
> 4 %
2 s/d 4 %
< 2 %
736000 738000 740000 742000 744000 746000 748000 9638000 Salu Matangga
409 Tannae Buttu
Karobe
Buttu Kullan
Damadama
Talongang
Buttu Kunambangan
Salubulo
738 574
624
502 574 562 506
355
214
574 507
253
501 577
510
PETA DISTRIBUSI Hg DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
U
0 2000 4000 DATUM HORIZONTAL WGS 84 PROYEKSI PETA UTM ZONE 50 S
KETERANGAN :
Desa / Kampung
Sungai dan anak sungai Jalan
Kontur interval 25 meter
Mata air panas
Mata air Dingin
Kab. B O N E Kab. PINRANG
Kab. W A J O Kab. SIDENRENG RAPANG Kab. TANATORAJA Kab. MAMUJU UTARA
Kota PALOPO Kab. MAJENE
KAb. BARRU Kab. LUWU UTARA
Kab. L U W U Kab. MAMUJU
Kab. DONGGALA
Kab. SOPPENG Kab. ENREKANG Kab. MAMASA
Kota PARE PARE Kab. POLEWALI MAMASA
Kab. P O S O
Kab. KOLAKA Kota. KENDARI
Kab. KENDARI Kab. LUWU TIMUR
Kab. MOREWALI
Kab. KOLAKA UTARA
Kab. KONAWE SELATAN
118ø30'119 ø119ø30'120 ø120ø30'121 ø121ø30'122 ø122ø30' -4 ø -3ø30' -3 ø -2ø30' -2 ø
Peta Indeks
Lokasi Penelitian
Titik Pengambilan Sampel Geokimia A 5500
> 500 ppb
200 s/d 500 ppb
< 200 ppb
Gambar 9 Model sistem panas bumi tentatif daerah panas bumi Lilli