iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Christina Sitorus NIM : 09417144050
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial
Judul : “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik”
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang lazim.
Tanda tangan penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi dari fakultas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 05 April 2014 Yang menyatakan
v
MOTTO
• Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang
apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filippi 4: 6-7)
• Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11 : 28)
• Bermimpi, Berlari dan Berdoa
vi
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala curahan anugerah dan pernyertaan yang selalu mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik ” . Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Bapakku N. Sitorus dan Mama tercinta M. Sidabalok. Terimakasih untuk curahan cinta dan setiap doa yang selalu kalian panjatkan untukku. Kebanggaan ini milik kalian.
2. Kakak dan Abangku : Evi Lastriani Sitorus dan Midian Sitorus, terimakasih untuk sayang, perhatian dan doa dari kalian.
vii
MANAGEMENT OF CHANGE
PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA
SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
Oleh Christina Sitorus NIM 09417144050
ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia serta mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dialami. Kajian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Perubahan, Konsep Pelayanan Publik,
Management of Change, dan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, dan Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang memiliki tiga tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa RRI belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh dalam Management of Change yang dilakukan oleh RRI. Management of change
RRI sejak menjadi LPP dapat dilihat dari implementasi strategi dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat demi memperbaiki citra RRI yang semula corong pemerintah, perubahan pola komunikasi dari top-down menjadi
top-down dan buttom-up, melakukan pelatihan dan perbaikan secara terus menerus dalam SDM, bertambahnya program penyiaran perluasan jangkauan demi mewujudkan visi RRI yang bertujuan menjadikan RRI mendunia.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga skripsi ini yang berjudul “Management of Change pada Radio Republik Indonesia Sejak Berubah Menjadi Lembaga Penyiaran Publik ” dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik, apabila tanpa adanya bimbingan, dukungan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab., MA, Rektor UNY yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi.
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat., M.Ag, Dekan FIS UNY atas izin diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Lena Satlita, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Penguji Utama yang telah memberikan izin dan link untuk penelitian dan yang telah memberikan ilmu, kritik dan berbagai masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak Yanuardi, M.Si, Dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan motivasi, serta meberikan ilmu, waktu dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga dapat penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Pak Miko, Admin Jurusan Ilmu Administrasi yang selalu sigap membantu penulis untuk mengurusi keperluan administrasi selama penggarapan skripsi ini dari awal hingga selesai.
8. Ibu Dra. R. Niken Widiastuti, M.Si, Direktur Utama Radio Republik Indonesia, yang telah memberikan ijin penelitian dan telah membantu guna menyelesaikan skripsi.
9. Bapak Adi Suyono, S.Ip, M.M, Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta, yang telah memberikan tambahan informasi yang berguna untuk memeperkuat data dalam penelitian ini.
10.Orangtuaku Bapak N. Sitorus dan Mama M. Sidabalok. Terimakasih untuk kata “Selalu Bersyukur” yang selalu kalian ajarkan kepadaku. Terimakasih untuk dukungan doa dan cinta dari kalian. Kebanggan ini milik kalian. 11.Kakakku Evi L Sitorus dan Abangku Midian Sitorus, kalian teladan yang
x
setiap pembelajaran hidup yang kalian berikan. Kebahagiaan orangtua kita adalah pergumulan kita, namun kebahagiaan mereka hanya sebatas senyuman anak-anaknya.
12.Tante Lina dan Udak Made , serta adek –adek (Asa, Galang, Bintang dan Vasa) Terimakasih untuk setiap dukungan dan pembelajaran lisan yang selalu kalian ajarkan.
13.Keluarga di Lampung dan di Sibolga (Opung, Bapatua, Mamatua, Udak, Tante, Tulang, Nantulang, Amangboru, Namboru, Adek-adek,Sepupu dan Ponakan lainnya) terimakasih untuk setiap dukungan dan doa kalian.
14.Ibu Elia yang menjadi partner melakukan kegilaan dan melewati kebosanan hidup. Terimakasih untuk setiap pembelajaran kedewasaan, dukungan dan celotehnya, yang menjadi semangat untuk tetap fokus mengingat target menyelesaikan Skripsi.
15.Keluarga kecilku Ka.Tina Manik, Ribka, Mba.Meke, Arnis, Efo, Mas Fajar, Ryan, Wulan, Mas Abram, terimakasih untuk tawa dan canda sebagai obat dari kejenuhan dalam mengerjakan skripsi ini.
16.Teman duduk bersama ditiap semester, Maha, Ana, Monik, dan Cicik Kiky. Terimakasi untuk pertemanan ala anak kuliahan tapi rasa SMA, yang pernah kalian suguhkan kepadaku dan terimakasih untuk selalu mendukung dan menemani sehingga skripsi ini cepat terselesaikan.
xi
18.Terimakasih untuk segenap Keluarga Gardep 46 (46eng) PT. Aseli Dagadu Djokja, terutama Valent, Clara, dan Ibnuk serta para GABUTERS dan MENDES lainnya. Kegembiraan, tawa dan pengalaman bekerja bersama kalian adalah pelarian dari kejenuhan dan stress dalam mengerjakan skripsi ini.
19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Harapan penulis adalah apa yang terkandung di dalam skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 05 April 2014 Penulis
xii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Deskripsi Teoritik ... 11
1. Perubahan ... 11
2. Management of Change ... 17
3. Konsep Pelayanan Publik ... 31
4. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik ... 36
B. Penelitian Relevan ... 41
C. Kerangka Pemikiran ... 43
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A. Desain Penelitian ... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
C. Subjek Penelitian ... 49
D. Instrumen Penelitian ... 50
E. Sumber Data ... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ... 52
G. Teknik Analisis Data ... ... 54
H. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data ... . 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58
a. Profil Radio Republik Indonesia ... 58
b. Visi dan Misi RRI ... 59
c. Struktur Organisasi LPP RRI ... 61
d. Badan Hukum Instansi ... 62
e. Variasi Siaran ... 58
2. Deskripsi Data Penelitian ... 63
a. Perkembangan Perubahan RRI ... 63
b. Identifikasi Perubahan ... 67
c. Strategi Perubahan ... 74
d. Implementasi Perubahan ... 81
xiv
f. Kendala Dalam Management Of Change ... 80
B. Pembahasan ... 92
BAB V PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Implikasi ... 109
C. Saran ... 109
xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Skema Tahapan Manajemen Perubahan ... 21
2. Matriks SWOT ... 30
3. Skema Kerangka Pemikiran ... 42
4. Struktur Organisasi RRI ... 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Profil Radio Republik Indonesia
3. Peraturan Pemerintah Reublik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.
MANAGEMENT OF CHANGE
PADA RADIO REPUBLIK INDONESIA
SEJAK BERUBAH MENJADI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
Oleh
Christina Sitorus
NIM 09417144050
ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan
Management of Change yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia serta mengidentifikasi
hambatan atau kendala yang dialami. Kajian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Perubahan, Management of Change, dan RRI sebagai Organisasi Publik.
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Utama Radio Republik Indonesia, Direktur Program dan Produksi Radio Republik Indonesia, dan Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang memiliki tiga tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa RRI belum mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh dalam Management of Change
yang dilakukan oleh RRI. Management of change RRI sejak menjadi LPP dapat dilihat dari
implementasi strategi dengan melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat demi
memperbaiki citra RRI yang semula corong pemerintah, perubahan pola komunikasi dari
top-down menjadi top-down dan buttom-up, melakukan pelatihan dan perbaikan secara terus
menerus dalam SDM, bertambahnya program penyiaran perluasan jangkauan demi mewujudkan visi RRI yang bertujuan menjadikan RRI mendunia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh
Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Radio ini memiliki slogan “sekali mengudara,
tetap mengudara “, slogan dari radio ini dapat terwujud hingga saat ini, dimana sekarang
RRI masih tetap mengudara. RRI merupakan radio yang mempunyai posisi yang strategis,
sebab realitasnya RRI masih merupakan satu-satunya jaringan nasional dan mampu
menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Eksistensi RRI berawal pada saat awal
kemerdekaan, pada saat itu RRI berfungsi sebagai penghubung pemerintah dengan rakyat
dalam menghadapi perjuangan bangsa, serta bekerja sebagai organisasi yang cenderung
berfungsi untuk kepentingan pemerintah. Peran RRI sampai saat ini sangat jelas selain
membantu menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat, RRI tentunya
sangat berperan membantu menjaga stabilitas NKRI dengan memberikan informasi yang
mendidik dan cerdas mengenai tema-tema kebangsaan, nasionalisme, pendidikan, dan
kebudayaan.
Reformasi di Indonesia yang memunculkan perubahan pada sistem pemerintahan juga
berpengaruh terhadap perubahan status RRI. Tuntutan perubahan untuk pembaharuan
organisasi RRI sebagai media massa yang dapat mengakomodir semua pihak, golongan dan
kepentingan secara independen, telah membuat sebagian besar pemimpin RRI yang masih
memiliki hati dan idealisme untuk bersama-sama berani membuat penetapan diri tentang
Indonesia Nomor 37 Tahun 2000, tentang pendirian Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadikan
status RRI sebagai Perjan. Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang
berkarakteristik ; tidak mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada publik,
merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah, dipimpin oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab langsung kepada Menteri atau Direktur Jenderal departemen yang
bersangkutan dan status karyawannya adalah pegawai negeri. Sedangkan maksud dan tujuan
Perjan adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa yang bermutu
dan menandai bagi pemenuhan hajat orang banyak.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,
RRI saat ini berstatus Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Pasal 14 Undang Undang Nomor
32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil
dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran
RRI, dari yang semula government oriented menjadi public oriented. RRI sebagai LPP juga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 Tahun 2005 penjabaran lebih
lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Perubahan RRI menjadi LPP telah melampaui
proses yang cukup panjang, dimulai dari semangat perubahan yang berawal dari internal RRI
yang menganggap bahwa sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah,
sosialisasi perubahan ke pihak eksternal, mengadakan kajian-kajian bersama dengan pakar
hukum dan komunikasi, dan dengan pemantapan status RRI agar disahkan dalam
Undang-undang, sampai akhirnya RRI saat ini menyandang status sebagai LPP . LPP yang bersifat
independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat memberi
arti bahwa status LPP yang saat ini disandang RRI diharapkan mampu melakukan perubahan
masyarakat melalui siaran-siaran yang diberikan untuk menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
RRI resmi menjadi LPP sejak Tahun 2005, repositioning dari Institusi Pemerintah ini
juga ditandai dengan adanya komitmen menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia,
untuk turut aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal,
termasuk mengikuti berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan
luar negeri. RRI merupakan LPP diantara 4 (empat) bentuk lembaga penyiaran lainnya yang
ada di Indonesia, tiga diantaranya yaitu ; lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan. Konsep public service pada LPP menjadi
posisi baru bagi RRI, hal ini menuntut RRI agar membangun image atau citra korporat di
benak publik melalui strategi program komunikasi produk menyeluruh dari kantor pusat
hingga kantor cabang.
Pembangan image periode pertama RRI sebagai LPP dirasakan belum secara fokus
menyentuh core business RRI, tapi lebih pada transformasi nilai untuk mengubah mindset
internal atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebagian besar masih Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di era RRI sebagai Radio Pemerintah. Perubahan mindset pada internal RRI yang
belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, dikarenakan sudah
sejak lama RRI menjadi corong pemerintah, yang segala kegiatan dan siaran harus mengikuti
apa yang diminta oleh pemerintah, hal ini membuat kalangan internal RRI tidak terbiasa
untuk kreatif dan belum bisa menolong dirinya sendiri. Sedangkan LPP adalah lembaga yang
tidak hanya menlayani pemerintah melainkan melayani masyarakat juga, secara tidak
langsung menuntut internal RRI untuk bergerak lebih kreatif dan inisiatif dalam melayani
kini menjadi dua arah top-down dan bottom-up, dimana pada awalnya semua informasi
berasal dari pusat yang di siarkan keseluruh wilayah Indonesia, kini pola itu menjadi dua
arah informasi dari daerah juga akan disiarkan melalui pusat. Perubahan status RRI tentunya
berdampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas siaran, peningkatan siaran informasi
yang aktual, tepat dan terpercaya, selain itu RRI juga memberikan nilai-nilai edukatif,
memberikan porsi pada siaran pendidikan dan seni budaya. Hiburan musik dari manca
Negara juga tersaji dalam siaran Voice of Indonesia (siaran Luar Negeri RRI).
Dalam suatu organisasi/perusahaan tentunya memiliki keinginan yang kuat untuk
maju dan berkembang lebih baik lagi, untuk itu dalam mempersiapkan menuju organisasi
yang lebih maju, maka dibutuhkan strategi untuk melakukan perubahan. Organisasi dalam
melakukan perubahan tentunya memperhatikan berbagai aspek yang mendorong mereka
untuk melakukan perubahan, mulai dari aspek permodalan yang mereka miliki, aspek
penguasaan teknologi informasi, aspek globalisasi ekonomi, aspek persaingan usaha hingga
aspek kebijakan pemerintah ditempat mereka beroperasi. Strategi perubahan yang dibuat oleh
suatu organisasi tentunya memperhatikan berbagai faktor-faktor yang menjadi alasan bagi
suatu organisasi dalam melakukan perubahan, baik dari segi eksternal maupun internal, hal
tersebut bisa berupa peluang, kekuatan, kelemahan dan ancaman. Perubahan yang dilakukan
oleh manajemen RRI, adalah perubahan yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah,
dimana reformasi menuntut RRI untuk menjadi radio yang melayani kebutuhan masyarakat,
bukan lagi sebagai kaki tangan pemerintah. Kemauan dari pihak internal juga merupakan hal
yang paling bepengaruh dalam perubahan RRI, kembalinya semangat Tri Prasetya dalam
internal RRI menyebabkan para pemimpin RRI, mulai memikirkan apa yang akan mereka
Perjalanannya perubahan RRI dalam status maupun peran sudah beberapa kali
berubah, tidak dapat dipugkiri bahwa hal ini terjadi karena imbas dari perubahan sistem
pemerintahan yang terjadi di Negara Indonesia. Pada awal kemerdekaan hingga jaman
Presiden Soeharto RRI adalah radio yang dipakai sebagai alat pemerintah, yang menyiarkan
hal-hal positif dari pemerintah, setelah itu RRI berubah menjadi Perjan dibawah Kementerian
Penerangan, dan saat ini RRI menjadi LPP yang merupakan lembaga independen dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Perubahan status kedudukan inilah yang
merupakan fenomena menarik untuk diteliti mengingat RRI yang sebelumnya merupakan
radio pemerintah yang menggunakan manajemen versi pemerintah harus berubah menjadi
radio publik yang independen, netral dan mandiri. Untuk mengetahui proses perubahan yang
dilakukan RRI dalam menyesuaikan diri dengan statusnya sebagai LPP, maka peneliti akan
menganalisis dengan Manajemen Perubahan (Management of Change), yang merupakan
sebuah proses peyejajaran berkelanjutan sebuah organisasi dengan pasarnya.
Management of Change adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat
yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi, artinya memahami dan
menerapkan strategi yang diperlukan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan
kehidupan baik dari sisi kultur, sosial maupun lingkungan sebagai tempat sebuah organisasi
hidup dan berinteraksi. Peran Management of Change sangat diperlukan sebagai titik awal
untuk menyesuaikan diri menghadapi transformasi yang ada di RRI, supaya organisasi
penyiaran itu dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Management of Change dalam meyesuaikan diri dengan perubahan, akan sangat bermanfaat
untuk RRI, karena dalam teori Management of Change lebih mendalami faktor internal
hal-hal yang harus segera diubah dalam organisasinya termasuk juga struktur organisasi dan
pembagian tugas pegawai. Proses Management of Change dalam organisasi itu meliputi
serangkaian kegiatan yang cukup kompleks, secara garis besar terdiri dari kegiatan fase
pencarian (unfreezing), fase mengubah (changing), dan fase pembekuan kembali
(refreezing). Ketiga fase ini akan selalu dialami tiap tiap organisasi yang akan
bertransformasi. Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipenuhi oleh internal dan
proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya meningkatkan kinerja organisasi
tentunya terkait erat dengan peningkatan faktor internal serta proses manajemen.
Penggunaan Management of Change dimaksudkan agar arus kebijakan dan berbagai bentuk
keputusan serta tindakan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi dapat dikelolah
dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Perubahan status RRI yang merupakan dampak dari perubahan sistem pemerintahan
dan tuntutan reformasi.
2. Perbaikan citra positif RRI, dari radio corong pemerintah menjadi radio Negara.
3. Terbatasnya ruang gerak dalam berinteraksi dengan masyarakat umum, sistem dua
arah yang belum optimal.
4. Strategi yang dilakukan belum optimal, SDM belum mampu menyesuaikan dengan
5. Sulitnya merubah mindset internal RRI, yang terbiasa bergantung pada konsep
penyiaran yang sudah disiapkan pemerintah.
6. Perubahan status RRI dan kedudukannya dalam Lembaga Penyiaran Publik.
7. Proses Management of Change dalam menyesuaikan diri dengan status LPP.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan idenfikasi masalah diatas, penelitian ini membatasi masalah dan
menfokuskan pada Management of Change pada Radio Republik Indonesia sejak berubah
menjadi Lembaga Penyiran Publik. Pembatasan masalah dalam penelitian dimaksudkan agar
penelitian ini bisa lebih fokus, selain itu adanya keterbatasan peneliti untuk meneliti beberapa
masalah yang dihadapi Radio Republik Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Setelah kita mengetahui latar belakang masalah yang teridentifikasi maka dapat
dirumuskan masalah yang ada sebagai berikut :
1. Bagaiman proses Management of Change yang dilakukan Radio Republik Indonesia,
dalam merespon perubahan status menjadi Lembaga Penyiaran Publik?
2. Apa kendala-kendala dalam melakukan Management of Change yang dilakukan oleh
Radio Republik Indonesia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan statusnya
menjadi Lembaga Penyiaran Publik?
1. Mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan proses Management of Change
yang dilakukan oleh Radio Republik Indonesia.
2. Mengetahui kendala-kendala dan cara menghadapi kendala yang terjadi pada Radio
Republik Indonesia dalam melakukan Management of Change.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari sudut pandang keilmuan administrasi publik, pelaksanaan penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan konsep Management of
Change dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi publik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya Management
of Change dalam kehidupan berorganisasi, dalam menghadapi perubahan.
Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Bagi Radio Republik Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan tambahan dan referensi
lingkup internal dalam meperbaiki hal yang dirasa kurang dalam penyesuaian
dengan perubahan pada Radio Republik Indonesia sebagai Lembaga Penyiaran
Publik.
Dapat dijadikan tambahan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Perubahan
Menurut Pasmore (1994 ; 3) dalam Wibowo (2011 : 104), memyatakan bahwa
perubahan dapat terjadi pada diri kita maupun disekeliling kita, bahkan
kadang-kadang kita tidak sadari bahwa hal tersebut berlangsung. Perubahan berarti bahwa
kita harus berubah dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu, yang dapat
menjadi mahal dan sulit. Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari karena
dorongan eksternal dan karena adanya kebutuhan internal. Semua organisasi
menghadapi lingkungan yang dinamis dan berubah, lingkungan eksternal organisasi
cenderung merukapan kekuatan yang mendorong untuk terjadinya perubahan, ada
banyak faktor yang bisa membuat dibutuhkannya tindakan perubahan. Disisi lain bagi
oganisasi secara internal merasakan adanya kebutuhan akan perubahan. Oleh karena
itu, setiap organisasi menghadapi pilhan antara berubah atau mati tertekan oleh
kekuatan perubahan. Pakar perilaku di dalam perusahaan, Kreitner dan Kinicki (2001
: 659) dalam Wibowo (2005 : 82) menyatakan bahwa ada dua kekuatan yang dapat
mendorong munculnya kebutuhan untuk melakukan perubahan di dalam perusahaan
yaitu:
1. Kekuatan eksternal, yaitu kekuatan yang muncul dari luar perusahaan, seperti:
karakteristik demografis (usia, pendidikan, tingkat keterampilan, jenis kelamin, imigrasi, dan sebagainya), perkembangan teknologi, perubahan-perubahan di pasar, tekanan-tekanan sosial dan politik.
2. Kekuatan internal, yaitu kekuatan yang muncul dari dalam perusahaan, seperti:
terpenuhi, ketidak-puasan kerja. Produktifitas, motivasi kerja, dan sebagainya), perilaku dan keputusan menajemen.
Perubahan juga berpeluang menghadapi resistensi (penolakan), baik individual
maupun organisasional, karena merupakan hal yang paling sulit untuk dapat
meninggalkan kebiasaan lama yang sudah melekat dengan kuat. Istilah untuk hal ini
dalam manajemen dikenal dengan resistensi perubahan (resistance of change). Sikap
menolak atas perubahan bisa terjadi karena informasi mengenai perlunya dan dampak
bila tidak melakukan perubahan sangat kurang. Bentuk dari penolakan atas perubahan
tidak selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa
dengan jelas terlihat (eksplisit) dan segera misalnya mengajukan protes, mengancam
mogok, demonstrasi, dan sejenisnya, atau bisa juga tersirat (implisit) dan lambat laun
misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan
kerja meningkat, dan tingkat absensi meningkat. Hal yang lain juga bisa menjadi
masalah seperti tidak tersedianya informasi konfigurasi pada infrakstruktur yang up to
date.
Resistensi sering terjadi karena eksekutif dan pekerjaan, karena eksekutif dan pekerja
melihat perubahan dari sudut pandang yang berbeda. Bagi manajer senior, perubahan
berarti peluang, baik untuk bisnis maupun dirinya sendiri. Akan tetapi banyak pekerja
yang memandang perubahan sebagai kekacauan dan gangguan.
Peter Scholres berpandangan bahwa pada dasarnya karyawan tidak menolak
berubahan, tetapi mereka menolak di ubah (Stettner, 2003:61) dalam (Wibowo 2005 :
152). Sementara itu, Robbins (2001 : 545) dalam Wibowo (2005: 157), Menyebutkan
ada dua kategori penolakan, yaitu resistensi individual dan resistensi organisasi.
1. Resistensi Individual
a. Habits (kebiasaan)
b. Security (keamanan)
c. Economic Factors (faktor ekonomi)
d. Fear of the Unknown (ketakutan atas ketidaktahuan)
e. Selective Information Processing (proses informasi selektif)
2. Resistensi Organisasi :
a. Structural Inertia (kelebaman struktural)
b. Limited Focus of Change ( fokus terbatas atas perubahan)
c. Group Inertia (kelebaman kelompok)
d. Threat to Expertise (ancaman terhadap keahlian)
e. Threat to Established Power Relationships (ancaman terhadap hubungan
kekuasaan yang sudah ada)
f. Threat to Established Resources Allocations (ancaman terhadap alokasi
sumberdaya yang sudah ada)
Kurt Lewin menggambarkan ada Tiga tahap model perubahan terencana yang
menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses
perubahan. Ketiga tahapan tersebut oleh Robbins (2001 : 551) dalam Wibowo (2005 :
199) dinyatakan dalam unfreezing, movement, dan refreezing yang menjelaskan
bagaimana cara mengabil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses perubahan.
Tiga tahapan model perubahan itu adalah :
a. Unfreezing
Unfreezing atau pencarian merupakan tahapan yang memfokus pada
penciptaan motivasi untuk berubah. Individu didorong untuk mengganti
merupakan usaha organisasi untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok. Proses pencarian tersebut merupakan adu kekuatan antara faktor pendorong dan faktor penghambat bagi perubahan dari status quo. Untuk dapat menerima adanya suatu perubahan, diperlukan adanya kesiapan readiness individu. pencarian ini dimaksudkan agar seseorang tidak terbelenggu oleh keinginan mempertahankan diri dari status quo, dan bersedia membuka diri.
b. Movement atau Changing
Changing merupakan tahapan pembelajaran dimana pekerja diberi
informasi baru, model prilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Maksudnya adalah membantu pekerja belajar konsep atau titik pandang baru. Para pakar merekomendasikan bahwa yang terbaik adalah untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukannya kejadian sesaat. Dengan demikian, perlu dibangun kesadaran bahwa pada dasarnya kehidupan adalah suatu proses terus menerus.
c. Refreezing
Refreezing adalah pembekuan kembali merupakan tahapan dimana
perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu pekerja mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah kedalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi pekerja
kesempatan untuk menunjukan prilaku dan sikap yang baru. Sikap dan
prilaku yang sudah mapan kembali tersebut perlu dibekukan, sehingga menjadi norma-norma baru yang diakui kebenarannya. Dengan terbentuknya prilaku dan sikap yang baru, perlu diperhatikan apakah masih sesuai dengan perkembangan lingkungan yang terus berlangsung. Apabila ternyata
diperlukan perubahan kembali, makan proses Unfreezing akan dimulai
kembali.
Setelah memahami tahapan-tahapan dalam perubahan, maka hal yang tidak kalah
penting adalah mengenai kekuatan perubahan. Green dan Baron (1997 : 550) dalam
Wibowo (2005 : 118), berpendapat bahwa terdapat beberapa fakor yang merupakan
kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan, mereka memisahkan antara
perubahan yang terencana dan tidak terencana :
1. Perubahan Terencana
Perubahan terencana adalah aktivitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam
sifat dan desainya untuk memenuhi beberapa tujuan organisasi. Antara lain
ukuran dan struktur organisasi, perubahan dalam sistem administrasi, dan
introduksi teknologi baru.
2. Perubahan Tidak Terencana
Perubahan tidak terencana adalah pergeseran dala aktivitas organisasi karena
adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar kontrol organisasi. Antara lain
adalah pergeseran demografis pekerja, kesenjangan kinerja,peraturan
pemerintah, kompetisi global, perubahan kondisi ekonomi, dan kemajuan
dalam teknologi.
Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah
dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya. Tujuan perubahan adalah untuk mencari cara
baru atau memperbaiki dalam menggunakan resources dan capabilities dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan
meningkatkan hasil yang diinginkan kepada stakeholders.
Semua organisasi merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di
tengah-tengah masyarakat, masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami
perubahan dan perkembangan. Karakteristik masyarakat seperti itu menuntut
organisasi untuk juga memiliki sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan dengan
dinamika masyarakat, organisasi tidak akan dapat bertahan apalagi berkembang. Ini
berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang tidak
dapat dihindari. Secara terus menerus organisasi harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan merupakan salah satu permasalahan besar yang dihadapi organisasi
modern.
Perubahan akan menimbulkan kejadian yang harus dihadapi oleh semua warga
organisasi. Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan manfaat
yang besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa praktisi tetap meyakini
tentang pentingnya suatu organisasi untuk melakukan perubahan.
Perubahan adalahtransformasi dari keadaan yang sekarang menuju keadaan yang
diharapkan di masa yang akan datang. Winardi (2005: 2) menyatakan, bahwa
perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu organisasi dari kondisi yang
berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang di inginkan
guna meningkatkan efektivitasnya. Mengingat begitu pentingnya perubahan dalam
lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan,
penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses kemunduran.
2. Management of Change
Manajemen perubahan (Management of Change) adalah suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan sarana dan sumberdaya yang diperlukan
untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak proses tersebut
(Potts dan LaMarsh 2004 : 16) dalam (Wibowo 2005 : 241). Management of Change
adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena
terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab
yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Management of Change
sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju
kondisi yang diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja yang lebih baik dan untuk
mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut.
Manajemen perubahan ditunjuukan untuk memberikan solusi bisnis yang diperlukan
dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan denga metode melalui pengelolaan
dampak perubahan pada orang yang terlibat didalamnya. Sementara itu perubahan
selalu dimulai dengan inisiatif pandangan pada hasil positif. Hambatan paling umum
untuk keberhasilan perubahan adalah resistensi manusia.
Menurut Wibowo (2005 : 242) pendekatan dalam management of change adalah,
pertama : mengidentifikasi siapa, di antara mereka yang terkrna dampak perubahan,
yang mungkin menolak perubahan; kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat
resistensi perubahan yang mungkin ditemukan; ketiga, mendesain strategi yang
efektif untuk mengurangi resistensi tersebut. Dengan manajemen perubahan, dapat
memperkirakan jumlah resistensi yang mungkin terjadi dan waktu serta uang yang
diperlukan berkaitan dengan resistensi. Hal ini memungkinkan orang yang harus
melakukan perubahan mengukur faktor penting, sperti apakah perubahan berharga
utuk dilakukan dan seberapa kemungkinan keberhasilan yang diperoleh. Memahami
mengapa orang menolak perubahan dan bagaimana mengatasi resistensi itu
merupakan inti dari manajemen perubahan.
Terdapat dua pedekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan
planned change (perubahan terncana) dan emergent change (perubahan darurat).
Pendekatan yang dipergunakan tergantung pada kondisi lingkungan yang dihadapi.
emergent change lebih cocok. Bullock dan Butten (2000: 271) dalam Wibowo (2005 :
246), mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan terencana perlu dilakukan
empat fase tindakan, yaitu sebagai berikut :
1. Exploration phase (fase eksplorasi)
Dalam tahap ini organisasi menggali dan memutuskan apakah ingin membuat
perubahan spesifik dalam operasi, dan jika demikian, mempunyai komitmen
terhadap sumber daya untuk merencanakan perubahan.
2. Planning phase (fase perencanaan)
Sekali konsultan dan organisasi membuat kontrak, tahap brikutnya adalah
pemahaman masalah dan kepentingan organisasi. Proses perubahan
menyangkut pengumpulan informasi dengan maksud menciptakan diagnosis
yang tepat tentang masalahnya ; menciptakan tujuan perubahan dan
mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Action phase (fase tindakan)
Organisasi mengimplementasikan perubahan yang ditarik dari perencanaan.
4. Integration phase (fase integrasi)
Tahapan ini dimulai begitu perubahan telah sukses diimplementasikan. Hal ini
berkaitan dengan mengonsolidasi dan menstabilisasi perubahan sehingga
mereka menjadi bagian yang normal, operasi sehari-hari berjalan dan tidak
memerlukan aturan khusus atau mendorong memelihara mereka.
Selain manajemen terencana, terdapat pula pendekatan manjemen darurat
lima gambaran organisasi yang dapat mengembangkan atau menghalangi
keberhasilan perubahan, yaitu sebagai berikut.
1. Struktur Organisasi
2. Budaya Organisasi
3. Organisasi Pembelajar
4. Perilaku manajerial
5. Kekuatan dan politik
Pada dasarnya, perubahan darurat tidak menginginkan kelima faktor tersebut
berjalan sendiri-sendiri, tetapi memerlukan kerjasama secara sinergis dari semuanya.
Management of Change dalam organisasi publik merupakan suatu proses untuk
mengubah proses dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat
untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan pembangunan nasional atau bisa
dikatakan pengelolaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan
kinerja yang lebih baik. Dengan demikian Management of Change akan menjadi
panduan dasar bagi organisasi dalam menjalani masa transisi dari kondisi saat ini
menjadi kondisi yang diharapkan. Management of Change ini juga akan mengenali
persoalan yang berpotensi muncul dalam setiap proses perubahan tersebut, serta akan
menyediakan alternatif penyelesaiannya.
Perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi biasanya seringkali direncanakan
oleh para stakeholder yang terdapat dalam organisasi tersebut yang bertujuan untuk
mengembangkan organisasi seperti yang dikemukakan oleh J. Winardi (2005:82)
bahwa suatu organisasi yang menginginkan keberhasilan harus terus-menerus
sifatnya penting, seperti kebutuhan para pelanggan, penemuan teknologikal baru dan
peraturan-peraturan pemerintah. Selain itu masih menurut J.Winardi (2005:93) yang
mengutip pernyataan Sweeney, McFarlin bahwa terdapat tipe perubahan yang
berguna bagi perkembangan suatu organaisasi, yaitu berupa perubahan strategik yang
mencakup pada postur pertumbuhan, pendekatan berbalik arah, penarikan diri dan
stabilisasi.
Dalam rangka proses perubahan tersebut, maka disusunlah strategi perubahan
yang memuat rencana dan alokasi sumber daya berdasarkan kebutuhan untuk setiap
proses perubahan. Program Management of Change menjadi salah satu faktor
suksesnya pelaksanaan reformasi birokrasi, dan dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan capaian keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi secara efektif
dan efisien. Menurut Wibowo (2005 :36) manajemen perubahan merupakan suatu
proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya
yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena
dampak dari perubahan tesebut.
Dapat disimpulkan bahwa Management of Change adalah proses penyejajaran
dengan perubahan, adapun tiga kondisi yang diperlukan dalam mewujudkan
perubahan yang efektif adalah :
1. Kesadaran : para stakeholders memahami dan meyakini visi, strategi dan rencana
implementasi.
2. Kapabilitas : para stakeholders meyakini bahwa mereka mampu meraih
ketrampilan yang dibutuhkan serta mampu menangani dan mengambil
3. Keikutsertaan : para stakeholders bisa menghargai tugas dan pekerjaan baru serta
peluang untuk berperilaku dengan cara-cara baru ( sikap, ketrampilan, dan cara
kerja baru).
Pada masa awal perubahan suatu organisasi tentunya dibarengi dengan adanya
perubahan budaya yang dilakukan oleh manajemen atau bentuk pimpinan yang baru
dalam mengambil langkah-langkah untuk melembagakan budaya baru dengan
menciptakan pola-pola baru dengan berupa simbol-simbol, keyakinan-keyakinan dan
struktur-struktur. Menurut Moh. Pabundu Tika (2010 : 77) diperlukan peran
pemimpin dalam proses perubahan budaya organisasi yang ada karena mampu
menciptakan sebuah tim yang melahirkan suatu visi baru dan strategi dalam mengikat
individu-individu yang ada serta memberikan energi yang positif untuk mencapai visi
yang ditetapkan meskipun terdapat banyak tantangan dan rintangan yang akan
dihadapi.
Dalam Management of Change terdapat pula tahapan yang dapat digambarkan
sebagai berikut, pada awalnya organisasi harus mampu mengidentifikasikan
perubahan yang terjadi, setelah itu membuat perencanaan strategis dalam menghadapi
perubahan yang selanjutanya dari perencanaan strategis yang ada dimplementasikan
oleh organisasi perusahaan, setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi dari
strategi yang telah diimplementasikan dan melakukan perbaikan untuk menjalankan
langkah selanjutnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar skema tahapan
Identifikasi Perubahan
•Melakukan identifikasi faktor‐faktor ataupun sumber‐sumber perubahan
Perencanaan Perubahan
•Melakukan atau membuat perencanaan strategis dalam menghadapi Perubahan
Implementasi Perubahan
•Menjalankan perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan
Evaluasi dan Umpan Balik
•Melakukan tahap evaluasi terhadap strategi yang telah dilakukan
•Menjalankan strategi perbaikan dalam menghadapi perubahan
Gambar 1. Skema Tahapan Manajemen Perubahan
Berdasarkan skema yang ada dalam tahapan manajemen perubahan diatas,
dikatakan bahwa ada 4 proses penting dalam perubahan, yaitu :
1. Identifikasi Perubahan
Pada awalnya suatu organisasi harus mampu mengidentifikasikan faktor-faktor
yang menyebabkan suatu organisasi melakukan sebuah perubahan. Seperti kita
ketahui sebelumnya dalam pembahasan pengertian perubahan bahwa ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi organisasi dalam melakukan perubahan seperti
masalah teknologi, konsumen, persaingan global dan kebijakan pemerintah. Untuk itu
dalam tahapan ini stakeholder dalam suatu organisasi harus mampu melakukan
2. Perencanaan Stratejik Dalam Menghadapi Perubahan
Sebuah organisasi baik organisasi profit maupun organisasi non profit untuk
mencapai suatu yang menjadi tujuan yang diinginkan organisasi maka perlu untuk
dibentuk adanya suatu strategi. Adanya strategi sangat penting, mengingat makin
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan tingginya persaingan dan ancaman baik
dari internal maupun eksternal organisasi. Adanya persaingan menuntut organisasi
untuk memiliki strategi yang tepat yang dapat diandalkan untuk mengatasi ancaman
yang ada. Ancaman yang ada tersebut dapat berupa sumber daya organisasi yang
terbatas, ketidakpastian dari daya saing yang dimiliki organisasi,
keputusan-keputusan yang dibuat dan tidak adanya kepastian mengenai pengendalian inisiatif.
Dari ancaman-ancaman tersebut itulah (baik dari internal maupun eksternal
organisasi) nantinya akan dapat dirumuskan suatu strategi untuk mengatasi ancaman
yag dihadapi.
Dalam studi kepustakaan ada beberapa pakar yang mengemukakan konsep
tentang strategi. Menurut Kuncoro (2006:1) yang mengutip pernyataan Chandler ,
strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,
diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal senada juga dikemukakan oleh Kuncoro (2006: 1) yang
mengutip pendapat Andrews, bahwa strategi adalah pola, sasaran, tujuan, dan
kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan
dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan atau yang
disimpulkan bahwa strategi adalah suatu cara atau teknik yang digunakan dan
diterapkan pada sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan
sasaran jangka panjang yang telah ditetapkan menjadi visi dan misi dari organisasi
tersebut. Strategi dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan
organisasi dan perluasan dari misi yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi maupun
perusahaan. Strategi dapat dilakukan dengan menyesuaikan apa yang menjadi tujuan
atau mandat dari suatu organisasi dengan lingkungan dimana strategi itu akan
diterapkan atau diimplementasikan. Penyesuaian dengan lingkungan yang ada
disekitar tersebut sekaligus untuk mengetahui ancaman maupun peluang dari
faktor-faktor lingkungan baik faktor-faktor internal maupun eksternal dari organisasi.
Analisis SWOT adalah analisis yang dirasa cocok untuk menganalisis strategi
perubanah, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dimiliki organisasi. Menurut Freddy Rangkuti (1997:18) analisis SWOT adalah
indentifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat juga
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Merujuk pada
pendapat Freddy Rangkuti (1997:19) yang menyatakanbahwa proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang
Analisis SWOT menurut Pearce dan Robinson (2009: 201) terdiri dari empat
faktor, yaitu:
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya.
b. Weakness (kelemahan)
Merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumberdaya atau kapabilitas suatu perusahaan terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. c. Opportunities (peluang)
Merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan.
d. Threats (ancaman)
Merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Analisis SWOT pada organisasi dapat digunakan untuk memetakan keunggulan
yang dimiliki dengan kelemahan yang ada dan untuk mengetahui apa yang menjadi
peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar organisasi, baik dari
lingkungan eksternal maupun internal organisasi maka dengan begitu akan lebih
mudah untuk melakukan suatu perumusan suatu strategi yang sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Proses dalam pembuatan strategi dengan menggunakan analisis SWOT yaitu
setelah dibuat pemetaan analisis SWOT organisasi, maka selanjutnya adalah
dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian
dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength (Kekuatan)
dan Weakness (Kelemahan) dengan faktor luar Opportunity (Peluang) dan Threat
Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko
dan ancaman yang paling kecil.
Selain pemilihan alternative analisis SWOT juga bisa digunakan untuk melakukan
perbaikan dan improvisasi, dengan mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity)
dan kelemahan (weakness dan threat), maka perusahaan atau organisasi melakukan
strategi untuk melakukan perbaikan diri. Salah satu strateginya adalah dengan
meningkatkan kekuatan dan peluang dan mengurangi kekurangan serta ancaman yang
ada. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya.
Gambar 2. Matriks SWOT (Freddy Rangkuti: 1997: 31)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
3. Implementasi Strategi Perubahan
Dalam sebuah organisasi setelah mampu mengidentifikasikan
faktor-faktor penyebab perubahan dan membuat perencanaan stratejik dalam
menghadapi perubahan tentunya tahapan selanjutnya adalah menjalankan atau
mengimplementasikan perencanaan stratejik yang ada dalam menghadapi
perubahan. Dalam proses implementasi strategi perubahan semua stakeholder
menjalankan strategi yang telah dibuat secara terstruktur agar strategi perubahan
yang telah dirancang oleh sebuah organisasi dapat tepat sasaran. Pada tahapan ini
menurut J.Winardi (2005:97) agen perubahan harus mampu mengidentifikasikan
tingkatan dimaana mereka akan diarahkan, sehingga mereka mamapu
memberikan target tingkatan agar mampu mengubah individu-individu,
kelompok-keleompok dan atau seluruh organisasi.
4. Evaluasi dan Umpan balik Strategi Perubahan
Suatu evaluasi dan umpan balik strategi perubahan sangatlah penting
capai visi dan misi atau tujuan dari sebuah organsisasi. Evaluasi merupakan
tindakan akhir dari sebuah strategi, namun evaluasi adalah tahap awal dari strategi
selanjutnya. Dengan menganalisis kesesuaian antara penyebab perubahan, strategi
perubahan dan implementasi perubahan , maka penulis menarik kesimpulan
bahwa dalam sebuah evaluasi dapat menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan dan sasaran perubahan, tujuan merupakan keinginan yang ingin
dicapai dalam jangka waktu yang akan datang dan relatif panjang serta tidak
terbatas waktu. Sedangkan sasaran lebih menekankan pada kegiatan untuk
mencapai tujuan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan dapat diukur
atau dihitung.
b. Lingkungan, suatu organisasi pasti berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya dan menjadikan organisasi tidak dapat tertutup dari lingkungan.
Sehingga penyesuaian perlu dilakukan.
c. Kemampuan internal, berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
organisasi untuk menghadapi lingkungannya.
d. Kompetisi, dalam pembuatan strategi tentu tidak terlepas dari adanya
kompetisi.
3. Konsep Pelayanan Publik
Administrasi adalah kegiatan pelayanan, salah satu fungsinya dalam
pembangunan adalah menyelenggarakan pelayanan publik. Sondan P Siagian
mengatakan, teori klasik administrasi Negara mengajarkan bahwa pemerintah Negara
dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat Negara
modern sebagai suatu Negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan
dikaitkan dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara kesatuan (welfare state), baik
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelaksanaannya dipercayakan
kepada aparatur pemerintah tertentu yang secara fungsional bertanggung jawab atas
bidang tertentu kedua fungsi tersebut (Siagian 1992 : 128).
Pelayanan merupakan suatu kinerja tidak berwujud dan dapat cepat hilang, lebih
dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta penguna layanan lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam mengkonsumsi pelayanan tersebut. Istilah lain yang sama artinya dengan
pelayanan yaitu pengabdian atau pengayoman dari seorang administrator diharapkan
akan tercermin dari sifat-sifat memberikan pelayanan publik. Pengabdian kepada
kepentingan umum dan memberikan pengayoman kepada masyarakat yang lemah dan
kecil, administrator lebih mendahulukan kepentingan masyarakat ketimbang
kepentingan sendiri. Mifta thoha menyebutkan pelayanan publik sebagai pelayanan
sosial, meurutnya pelayanan sosial meruapakan suatu usaha yang dilakukan seseorang
atau kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan
bantuan pada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991 :
176-177).
Pelaksanaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial warga Negara. Siagian (1972, 45)
mengatakan bahwa salah satu fungsi pemerintah dalam pembangunan adalah sebagai
produktifitas aparat pemerintah sendiri meningkat dan pelayanan kepada masyarakat
menjadi lebih baik dan lebih cepat.
Ratminto, (2000 : 6) mengartikan pelayanan publik sebagai penyedia
barang-barang dan jasa-jasa publik yang pada hakekatnya menjadi tanggung jawab
pemerintah, tetapi pelaksanaannya dapat dilakukan oleh sektor swasta. Pelayanan
publik dibedakan menjadi tiga macam :
a. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh privat, yaitu semua penyedia
barang dan jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta seperti, Rumah Sakit
swasta, PTS, perusahaan angkutan milik swasta.
b. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh publik dan bersifat primer, yaitu
semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah yang didalamnya pemerintah merupakan satu-satunya
penyelenggara dan konsumen mau tidak mau harus memanfaatkannya,
misalnya pelayanan dikantor migrasi, pelayanan panjara dan perizinan.
c. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh publik yang bersifat sekunder,
yaitu segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diiselenggarakan
oleh publik, tetapi yang didalamnya konsumen tidak harus menggunakannya
karenaa adanya beberapa penyelenggaan pelayanan, misalnya program
asuransi tenaga kerja, program pendidikan dan pelayanan yang diberika oleh
BUMN.
Mifta Thoha (1991 : 39) mengatakan pelayanan publik atau pelayanan sosial
menjadi penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat
menjadi sangat rentan apabila kurang sedikit saja pemberian pelayanan, maka akan
dapat menyiggung komentar orang yang merasakan pelayanan sosial tersebut.
Melihat pengertian dan tujuan dari pelayanan publik dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat lebih-lebih pada
masa sekarang ini dengan bergulirnya reformasi telah membawa suatu perubahan di
segala bidang seiring dengan pertumbuhan IPTEK, yang diikuti dengan tuntutan
peningkatan kesejahteraan secara umum, telah mengikuti kesadaran manusia atas
martabat dan makna kehidupan. Kesadaran ini kemudian telah menghadirkan
berbagai tuntutan yang semakin tinggi lagi akan peran organisasi terutama pemerintah
untuk mewujudkan kehidupam masa depan dengan lebih baik. Pelayanan publik
mendapat tuntutan dari masyarakat seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan di
samping keinginan masyarakat untuk mendapatkan suatu pelayanan publik yang baik
menjadi dambaan.
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Pelayanan dibidang komunikasi
merupaka salah satu pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebab dalam
bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran atau pesan dari seseorang kepada yang
lain. Komunikasi merupakan segala upaya untuk mempengaruhi orang lain, yaitu
mekanisme yang menimbulkan dan mengembangkan hubungan manusia, dengan
menggunakan lambang dan pikiran bersama melalui sarana-sarana dan alat-alat untuk
menyiarkan lambang dalam ruang dan waktu.
Media massa berfungsi sebagai alat yang memungkinkan komunikasi berlangsung
jarak jauh. Media tersebut adalah alat-alat yang terdapat didalam proses komunikasi
guna melipatgandakan tulisan (surat kabar) atau menerjemahkan pemandangan dan
pendengaran ( TV dan film) atau pendengaran saja (radio). Saluran media masa
adalah semua alat penyampaian pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai
sasaran yang luas dan tak dikenal. Radio merupakan sarana yang memungkinkan
sumber informasi sampai ke audience yang banyak dan tersebar. Setiap program
radio dibuat tentunya untuk memenuhi selera khalayak agar tujuan tercapai dengan
baik secara efektif dan efisien maka diperlukan mekanisme penyelenggaraan siaran
melalui mekanisme yang telah ditetapkan. Diharapkan proses siaran dapat bekerja
secara optimal, mendukung dan mengarah pada tercapainya tujuan siaran tersebut.
Mekanisme penyelengaraan penyiaran dapat dikatakan baik apabila semua sumber
daya yang ada dapat bekerja secara optimal sehingga proses siaran dapat berjalan
dengan lancar dan baik agar tujuan program siaran dapat tercapai. Tujuan
diadakannya program siaran, adalah untuk memenuhi kebutuhan khalayak pendengar,
jika mekanisme kerja dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat diharapkan tujuan
siaran dapat tercapai, dengan demikian dapat diharapkan pula perhatian dari khalayak
4. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan
hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan
berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Radio Republik
Indonesia (RRI) adalah stasiun radio milik Negara Indonesia. Sebagai Lembaga
Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan
Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI.
Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih
Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan
penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status
sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga ditegaskan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut
dari Undang-Undang Nomor 32/2002.
Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September
1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun
radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan
Menteng Dalam Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik
Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI
yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan
sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi
RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga
aliran/keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat
kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat.
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun
2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan(Perjan) yaitu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan, RRI
telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan
Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari Lembaga Penyiaran
Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.
Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan Government Owned
Radio ke arah Public Service Broadcasting dengan didasari Peraturan
Pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni
2000. Kedudukan Status Radio Republik Indonesia yang semula sebagai Perusahaan
Jawatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2000 secara dinamis
dengan proses yang cukup panjang berganti status sejak tahun 2005
berdasarkan Peraturan Pemerintahnomor 11 Tahun 2005 sebagai Lembaga Penyiaran
Publik. Dewasa ini RRI mempunyai 67 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran
khusus yang ditujukan ke Luar Negeri, "Suara Indonesia". Konsep penyiaran RRI
yang sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik lebih banyak prosentasenya pada
produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi lebih cenderung
“narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat
pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan
kesatuan bangsa. Lembaga penyiaran publik yang memiliki cakupan luas secara
nasional dan berbentuk badan hukum yang dibuat oleh negara yang memiliki sifat
independen, netral, tidak komersial dan berfungsi untuk memberikan layanan bagi
kepentingan masyarakat, sehingga tolak ukur keberhasilannya dinilai dari kepuasan
publik dan dibiayai oleh APBN ditingkat nasional dan APBD ditingkat lokal.
Sebagai stasiun radio nasional milik negara RRI tentunya diharapkan mampu
memberikan pendidikan politik yang lebih bagi rakyat dalam era demokrasi saat ini,
karena wacana yang muncul dipublik akan semakin cepat dengan adanya komunikasi
publik di radio. Hal ini merupakan medium yang paling ideal dalam kondisi kritis
dengan fleksibilitasnya yang mampu mengudara dengan biaya relatif murah,
komunikasi yang dialogis, imajinatif dan memiliki mobilitas yang cukup tinggi. RRI
sebagai LPP harus melaksanakan prinsip-prisip LPP , antara lain :
1. LPP adalah lembaga penyiaran semua warga Negara
2. Siaranya harus merefleksikan keberagaman
3. Siarannya harus berbeda dengan lembaga penyiaran lainnya
4. LPP harus menegakan independensi dan netralitas
5. Siarannya harus bervariasi dan berkualitas tinggi
6. Menjadi Flag Carrier dari bangsa Indonesia
7. Mencarminkan Indetitas bangsa
Selain prinsip-prinsip LPP, RRI juga memiliki tugas pokok sebagai LPP,
Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan
masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh
wilayah NKRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.12 Tahun 2005. Tugas LPP
RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah NKRI tidak bisa
dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI menyelenggarakan siaran
dengan 4 programa:
1. Pro 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat
2. Pro 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda
3. Pro 3 Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio
4. Pro 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan
Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip lembaga penyiaran
publik, dalam menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar
penyiaran :
1. Siaran bersifat independet dan netral
2. Siaran harus memihak pada kebenaran
3. Siaran memberi pemahaman
4. Siaran mengurangi ketidakpastian
5. Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan
yang lainnya.
6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan NKRI
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian Dra. Rosarita Niken Widiastuti tahun 2005 dalam Tesis yang berjudul “
Perubahan status Radio Republik Indonesia :: Dari Radio Pemerintah menjadi
Lembaga Penyiaran Publik “. Dari penelitian tentang perubahan fungsi RRI menjadi
lembaga Penyiaran Publik sesuai UU No. 32 tahun 2002, menunjukkan peningkatan
kuantitas maupun kualitas siaran. Sedangkan dari aspek pendapatan RRI juga
mengalami peningkatan, lebih lanjut diharapkan RRI dapat menjadi lembaga yang
dinamis, kreatif dan sejahtera (wealth creating institution). Dengan adanya perubahan
kelembagaan ini, RRI tidak lagi menjadi alat (corong) pemerintah melainkan
mempunyai tugas melayani masyarakat, namun perubahan mindset sumber daya
manusia di lingkungan RRI belum sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang ada. Relevansi penelitian yang dilakukann oleh Dra. Rosarita Niken
Widiastuti dengan peneliti adalah ingin mengetahui mengenai perubahan status RRI
dari radio pemerintah yang beralih menjadi LPP.
2. Penelitian Ayu Fibri Winarti tahun 2009 dalam Skripsi yang berjudul “ Manajemen
Penyiaran TVRI Daerah Pasca Transformasi Menjadi Televisi Publik “ Hasil dari
penelitian ini dilihat dari manajemen penyiaran sebelum dan sesudah transformasi
TVRI Stasiun DIY menjadi televisi publik, sebagian telah mengalami perubahan dan
sebagian lagi belum mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain, pada
manajemen penyiarannya yang meliputi organizing dan actuating, sumber daya