DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
JAKARTA, MEI 2016
Revisi Renstra
Deputi Bidang Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi -
BPPT
Tahun 2015-2019
REVISI RENSTRA
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI
AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI
BPPT
Tahun 2015-2019
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Kondisi Umum 2
1.1.1. Global 2
1.1.2. Nasional 3
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014 4 1.1.4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan 5
1.2. Potensi dan Permasalahan 5
1.2.1. Potensi 6
1.2.2. Permasalahan 6
BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN 9
2.1. Visi BPPT 9
2.2. Misi Deputi Bidang TAB 9
2.3. Tujuan Program Deputi Bidang TAB 9
2.4. Sasaran Proram Deputi Bidang TAB 9
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 11
3.1. Arah Kebijakan BPPT 11
3.2. Arah Kebijakan Deputi Bidang TAB 14
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 17
4.1. Target Kinerja 17
4.2. Kerangka Pendanaan 22
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan ... 5
Tabel 2. Arah Kebijakan dan Strategis Deputi Bidang TAB ... 14
BAB 1 PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah
sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi,
dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan
oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Dalam RPJPN 2005 - 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada
masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global
menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan
kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi
kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek
dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat;
meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi
fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan
ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan Iptek.
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.
Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan
penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap
kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya
sumberdaya Iptek.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah yang
berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk
mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.
1.1. Kondisi Umum
1.1.1. Global
Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan
dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
 Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan
Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
 Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk
manufaktur dalam tren meningkat.
 Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal
31 Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan,
sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih
tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan
penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk
manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun
perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka
peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah
untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu
menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada
peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim
ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak
menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan
dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi
domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa
antar wilayah di Indonesia.
1.1.2. Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di
atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia
jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index –GCI)
berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari
peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi
peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei
Darussalam (26) dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95)
dan Timor-Leste (136).
Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar, yaitu:
Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar,
Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja,
Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi.
Diantara pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan
daya dukung teknologi, yaitu: (1) Kesiapan Teknologi, (2) Kecanggihan Bisnis, dan (3)
Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut relatif rendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6,
Kecanggihan Bisnis 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan
sembilan pilar lainnya (kecuali Efisiensi Pasar Tenaga Kerja). Hal ini mencerminkan bahwa
iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.
Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai
masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah
mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas
barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan
pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.
Beberapa capaian Kedeputian TAB – BPPT selama periode 2010 – 2014 antara lain:
a. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek
BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset di bawah koordinasi Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), sejak tahun 2008 telah
mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan membangun pusat riset
baru maupun pengembangan pusat riset yang telah ada melalui Program Pengembangan
Laboratoria BPPT Terpadu.
Klaster Laboratoria Agroindustri dan Bioteknologi telah dibangun dalam rangka
mendukung kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi, yang terdiri dari Laboratoria
Pengembangan Tekmologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB), Balai Besar Teknologi
Pati (B2TP) dan Balai Bioteknologi. LAPTIAB terdiri dari Laboratorium Teknologi Produksi
Pertanian, Laboratorium Teknologi Agroindustri, Laboratorium Teknologi Bioindustri, dan
Laboratorium Teknologi Farmasi dan Medika.
b. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral Fertilizer, Pilot
Project Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas
lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati
Majemuk.
Pada Tahun 2013 dilaksanakan : Rekomendasi inventarisasi bahan baku industri
pupuk, Rekomendasi teknologi proses dan peralatan industri pupuk, dan Rekomendasi
kebijakan industri pupuk nasional, Rekomendasi pupuk berimbang untuk mendukung
program revitalisasi industri pupuk nasional termasuk rekomendasi pola sebaran
kebutuhan pupuk sesuai karakteristik tanah dan rekomendasi engineering peralatan
pabrik pupuk. Pada Tahun 2014 dapat dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project
pupuk SRF-NPK di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, sehingga secara kualitas pupuk
SRF-NPK granul yang dihasilkan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, dan secara
1.1.4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari perspektif
pemangku kepentingan (lembaga pemerintah, aliansi/pelanggan dan masyarakat),
sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif
1. Lembaga Pemerintah
Pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan program BPPT
Presiden dan Kabinet
Kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa.
2. Aliansi/Pelanggan (Customer) a. Pelanggan/Customer
Pihak yang menggunakan produk dan pelayan BPPT
Industri Ketersediaan sumber daya
teknologi untuk melakukan
inovasi, pendalaman proses
pertambahan nilai, dan
pembaruan proses produksi untuk meningkatkan keuntungan.
Pemerintah Ketersediaan sumber daya
teknologi/ rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pelayanan publik.
b. Aliansi
Lembaga yang bekerjasama dengan BPPT sebagai partner yang mempunyai tujuan, sasaran dan interes bersama
Lembaga, Litbangyasa, Perguruan Tinggi
Efektivitas melakukan pembaruan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Masyarakat DPR,
Masyarakat Umum
Keluaran dan produk BPPT dapat
dimanfaatkan secara luas,
meningkatkan kualitas hidup,
lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Identifikasi potensi dan permasalahan di Deputi Bidang TAB dilakukan dengan
menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan
1.2.1. Potensi
Potensi Deputi Bidang TAB meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan
prasarana meliputi hal sebagai berikut:
a. Memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu
dan bidang keahlian.
b. Memiliki infrastruktur (laboratorium, workshop, pilot plant) yang lengkap dan maju
serta terakreditasi ISO 17025.
c. Menggunakan sistem tata kerja kerekayasaan yang bercirikan kerja tim (team work),
terstruktur (well structured) dan terdokumentasi (well documented).
d. Memiliki jaringan (networking) yang luas dengan mitra (dalam dan luar negeri),
stakeholder, dan pengguna.
1.2.2. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi di Deputi Bidang TAB yaitu :
1) Pemanfaatan hasil Litbangyasa yang belum optimal.
Berdasarkan pelaksanaan Pengukuran dan Evaluasi atas Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran BPPT Tahun 2011 yang mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan No 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas
Pelaksanaan RKA-KL, pengukuran tersebut belum mencerminkan aspek manfaat
dari pelaksanaan RKA-KL.
Dalam mengevaluasi kemajuan pelaksanaan kegiatan di BPPT menggunakan
metode TRL (Technology Readiness Level) yang memiliki filosofi kegiatan dalam
kerekayasaan teknologi, yaitu Research, Development, Engineering, and
Operation (R, D, E & O). Dengan alat ukur ini maka dapat diketahui tingkat
kesiapan dan risiko dari suatu teknologi untuk menuju ke tahap penerapan.
Kesembilan level kesiapan teknologi (TRL, Technology Readiness Level)
TRL 1 : Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
TRL 2 : Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi
TRL 3 : Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau
karakteristik penting secara analitis dan eksperimental
TRL 4 : Validasi kode, komponen dan/atau breadboardvalidation
dalam lingkungan laboratorium
TRL 5 : Validasi kode, komponen dan/atau breadboardvalidation
dalam suatu lingkungan simulasi
TRL 6 : Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem
dalam suatu lingkungan yang relevan
TRL 7 : Demonstrasi prototipe sistem dalam
lingkungan/aplikasisebenarnya
TRL 8 : Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified)
melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/
aplikasi sebenarnya
TRL 9 Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan
pengoperasian
Berdasarkan hasil Evaluasi Kegiatan BPPT Tahun 2015, mengindikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan BPPT Tahun 2015 masih dalam area Risk Technology
(TRL 1-3= 26% & TRL 4-6 = 55%), sedangkan yang sudah masuk kedalam area
Risk Market (TRL 7-9= 19 %). Hal yang sama juga dialami oleh kegiatan di
Deputi Bidang TAB.
Kondisi tersebut di atas menunjukkan adanya permasalahan dalam pelaksanaan
kegaiatan di Deputi Bidang TAB, antara lain:
 Masih rendahnya keseimbangan antara syarat teknis dengan syarat
ekonomis.
 Masih lemahnya kemitraan dengan industri.
 Kurangnya kolaborasi dengan Lembaga komersialisasi/Investor atau
Industri Strategis.
Sedangkan faktor hambatan eksternal BPPT antara lain: banyak perusahaan
yang terikat oleh peraturan prinsipal di luar negeri, serta political will
pemerintah lemah (misalnya aturan tentang royality untuk peneliti dan
perekayasa). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu disusun
strategi yang mencakup apa yang ingin dicapai, langkah dan tahapan untuk
mencapainya, serta sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian
dimaksud.
2) Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan SAKIP belum terkelola dengan baik.
Dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada akhir tahun 2015, BPPT
telah melakukan perampingan struktur organisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi. Sedangkan
beberapa aspek lain masih dirasakan perlu dilanjutkan agar pelayanan prima
kepada pemangku kepentingan dan masyarakat terus meningkat.
Dari hasil penilaian penerapan SAKIP di BPPT pada tahun 2014 oleh
Kementerian PAN dan RB kualitas kinerja BPPT berada pada peringkat nilai B.
Kualitas ini dirasakan belum maksimal, dan BPPT berkeinginan untuk lebih baik
lagi yaitu pada kualitas peringkat BB.
Untuk itu BPPT akan disusun dan ditetapkan sebuah pedoman tentang
pelaksanaan SAKIP, beserta sejumlah dokumen berupa petunjuk teknis dari
komponen SAKIP. Pedoman ini akan menata perencanaan dan pelaksanaan
SAKIP selama lima tahun secara lebih baik. Dan mengatur pembagian tugas para
pejabat struktural sesuai tingkatan kinerja dan tanggung jawab.
Selanjutnya guna mewujudkan pelayanan prima bagi pemangku kepentingan
dan masyarakat secara efisien dan efektif,masih diperlukan perbaikan yang
meliputi:
a) Manajemen dan pembinaan kepegawaian belum sepenuhnya mendorong
peningkatan SDM yang berkompetensi dalam hal pemahaman dan
pelaksanaan SAKIP BPPT guna mempercepat terwujudnya lembaga yang
berkinerja dan akuntabel.
b) Sistem dan prosedur kerja belum memadai.
BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN
2.1. Visi BPPT
Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya untuk periode
2015-2019 maka visi BPPT adalah: Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan
inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan
kemandirian bangsa .
2.2. Misi Deputi Bidang TAB
Upaya untuk mewujudkan visi BPPT tersebut, maka Deputi Bidang TAB mempunyai
misi melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan
layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.
2.3. Tujuan Program Deputi Bidang TAB
1. Terwujud dan berfungsinya Techno Park di 3 lokasi/daerah (Kab. Bantaeng, Kab.
Grobogan, Kab. Lampung Tengah).
2. Termanfaatkannya inovasi teknologi Agroindustri.
3. Termanfaatkannya layanan bioteknologi.
4. Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan berbahan baku lokal.
5. Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat.
2.4. Sasaran Proram Deputi Bidang TAB
Sasaran Program untuk TP 1. Terwujud dan berfungsinya Techno Park di 3
lokasi/daerah (Kab. Bantaeng, Kab. Grobogan, Kab. Lampung Tengah).
a. Implementasi pengembangan Techno Park Kab. Bantaeng (PTPP)
Sasaran Program untuk TP 2. Termanfaatkannya inovasi dan layanan teknologi
Agroindustri.
a. Diterapkannya inovasi teknologi Aroindustri
Sasaran Program untuk TP 3. Termanfaatkannya inovasi dan layanan bioteknologi
a. Dimanfaatkannya layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur
jaringan in-vitro dan ex-vitro oleh mitra
b. Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi bibit mutan tanaman karet
berkadar lateks tinggi oleh mitra
c. Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi bibit hortikultura oleh mitra
Sasaran Program untuk TP 4. Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan
berbahan baku lokal
a. Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan berbahan baku lokal
b. Dimanfaatkannya inovasi teknologi strain unggul udang galah dengan teknologi
neofemale dan nila (salina dan marine tilapia)
d. Dimanfaatkannya inovasi teknologi peternakan sapi melalui sistim integrasi
sapi-sawit
Sasaran Program untuk TP 5. Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi bahan baku
obat
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. Arah Kebijakan BPPT
Arah kebijakan BPPT sangat terkait dengan arah kebijakan dan strategi nasional yang
terdiri dari :
1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka
pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan
Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama Swasta- Pemerintah –
Perguruan Tingi.
2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya
alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya hayati.
3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar.
4. Taman Tekno dan Taman Sains.
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis BPPT maka
arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Mendukung peningkatan daya saing industri melalui :
- Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam
bidang teknologi: energi, informasi, material, transportasi, maritim, hankam,
permesinan, industri kimia, pangan dan pertanian , sistim inovasi untuk
pembangunan taman sains dan tekno, dan inkubasi teknologi.
2. Mendukung kemandirian bangsa melalui :
- Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam
bidang teknologi: obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan
kelautan, lingkungan dan kebencanaan.
3. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya
upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program-program BPPT yang
terdiri dari :
1. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT).
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1). Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industri
Strategi untuk mendukung peningkatan daya saing industry dilaksanakan melalui
pelaksanaan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan sasaran
program sebagai berikut :
1. Terwujud dan berfungsinya techno park dengan indikator Jumlah perusahaan
berbadan hukum yang dilayani di 3 lokasi/daerah (Kab. Pelalawan, Kab. Bantaeng,
Kota Pekalongan)
2. Termanfaatkannya inovasi dan layanan teknologi Agroindustri, dengan indikator
Persentase penurunan jumlah pemakaian enzim impor pada perusahaan terpilih
pengguna enzim1
3. Termanfaatkannya layanan bioteknologi, dengan indikator Jumlah mitra yang
memanfaatkan layanan teknologi produksi bibit tanaman hortikultura melalui kultur
jaringan in vitro dan ex vitro
4. Termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik dengan
indikator Jumlah layanan TCH PLTP binary cycle 500 kW yang beroperasi
5. Termanfaatkannya layanan teknologi di bidang infrastruktur maritim dan transportasi
Dengan indikaotr Jumlah layanan teknologi di bidang infrastruktur maritim,
transportasi dan permesinan
2). Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa
Strategi untuk mendukung kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan
Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan Sasaran Program sebagai
1) Diterapkannya teknologi penanganan bencana di provinsi rawan bencana dengan
indikator Jumlah provinsi rawan bencanayang menerima manfaat penerapan
layanan teknologi Modifikasi Cuaca
2) Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan berbahan baku lokal, dengan
indikaor Jumlah perusahaan yang memanfaatkan inovasi teknologi produksi pangan
non beras
3) Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat dengan indikator
Persentase peningkatan substitusi impor produk Dextrose Mono Hydrate (DMH) pada
perusahaan terpilih yang memanfaatkan inovasi teknologi
4) Terwujudnya sistem elektronika navigasi untuk meningkatkan keselamatan dan
layanan transportasi Dengan indikator Jumlah layanan teknologi elektronika navigasi
yang dimanfaatkan untuk transportasi
5) Terwujudnya e-services berbasis identifikasi dan/atau sertifikat elektronik (KTP-el
dan sertifikat dijital) dengan indikaotr Jumlah layanan teknologi e-services berbasis
identifikasi dan/atau sertifikat elektronik (KTP-el dan sertifikat dijital) yang
dimanfaatkan perusahaan
6) Terwujudnya pemanfaatan teknologi Bahan Bakar Nabati sebagai sumber energi
terbarukan dengan indikaotr Jumlah layanan teknologi produksi Bahan Bakar Nabati
yang dimanfaatkan
7) Termanfaatkannya inovasi teknologi drone dan radar dengan indikator Jumlah inovasi
short/medium range drone yang dimanfaatkan oleh Kemenhan / TNI
3). Strategi untuk meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk
mendukung inovasi dan layanan teknologi
Strategi untuk meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung
inovasi dan layanan teknologi dilaksanakan melalui 2 program yaitu :
1)Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan
berkinerja tinggi dengan indikator Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
2)Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
3.2. Arah Kebijakan Deputi Bidang TAB
Arah kebijakan dan strategi yang digunakan untuk pencapaian visi dan misi BPPT
yang diharapkan dari Deputi Bidang TAB, yaitu melalui peningkatan daya saing industri
dan kemandirian bangsa di bidang teknologi agroindustri, bioteknologi, pangan dan obat.
Tabel 5. Arah Kebijakan dan Strategis Deputi Bidang TAB
No. Tujuan dan Sasaran
Program Arah Kebijakan Strategi
1 TP-1.
Terwujud dan berfungsinya techno parkdi 3 lokasi/daerah (Kab. Bantaeng, Kab. Grobogan, Kab. Lampung Tengah)
SP-1.1
Implementasi
pengembangan Techno Park Kab. Bantaeng (PTPP)
Penerapan teknologi
penyediaan bibit unggul
 Memberikan rekomendasi dan alih teknologi perbanyakan bibit unggul
 Penyusunan SOP pengelolaan Techno Park
 Melakukan advokasi dan alih teknologi
 Memberikan pelatihan
 Pembangunan sistim inovasi (platform)
 Menghasilkan PPBT SP-1.2
Implementasi
pengembangan Techno Park Kab. Grobogan
 Memberikan rekomendasi dan alih teknologi pengolahan pangan berbahan baku jagung dan kedelai
 Penyusunan SOP pengelolaan Techno Park
 Melakukan advokasi dan alih teknologi
 Memberikan pelatihan
 Pembangunan sistim inovasi (platform)
 Menghasilkan PPBT SP-1.3
Implementasi
pengembangan Techno Park Kab. Lampung Tengah (B2TP)
Penerapan teknologi pangan dan bahan baku industri berbasis pati
 Memberikan rekomendasi dan alih teknologi pangan dan bahan baku industri berbasis pati
 Penyusunan SOP pengelolaan Techno Park
 Melakukan advokasi dan alih teknologi
 Memberikan pelatihan
 Pembangunan sistim inovasi (platform)
 Menghasilkan PPBT 2 TP2
No. Tujuan dan Sasaran
Program Arah Kebijakan Strategi
SP-2.4 sawit dan teknologi memperpanjang
 Pengembangan prototipe
 Pengujian dan peningkatan kapasitas produksi
 Pendaftaran paten
 Alih teknologi
3 TP3
Termanfaatkannya inovasi dan layanan Bioteknologi
SP-3.5
Dimanfaatkannya layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan in-vitro dan ex-vitro oleh mitra bibit tanaman oleh mitra
 Verifikasi teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan in-vitro dan ex-in-vitro
 Sosialisasi keunggulan teknologi kepada mitra
 Aplikasi teknologi kepada mitra
 Layanan jasa teknologi
SP – 3.6
Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi bibit mutan tanaman karet
berkadar lateks tinggi oleh mitra
Penerapan
teknologi produksi bibit tanaman karet dalam rangka peningkatan produktivitas perkebunan karet rakyat
 Pengembangan bibit karet unggul
 Perbanyakan bibit karet unggul
 Pengembangan teknologi produksi tanaman karet
 Alih teknologi (disseminasi) produksi tanaman karet
SP – 3.7
Diterapkannya inovasi teknologi produksi bibit hortikultura oleh mitra
Penerapan
teknologi produksi bibit tanaman hortikultura dalam rangka pemenuhan kebutuhan bibit hortikultura unggul
 Pengembangan prototipe bibit hortikultura unggul
 Perbanyakan bibit hortikultura unggul
 Layanan jasa teknologi
4 TP- 4.
Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan berbahan baku lokal
SP-4.8.
 Pengembangan prototipe
 Pengujian dan peningkatan kapasitas produksi
 Pendaftaran paten
No. Tujuan dan Sasaran
Program Arah Kebijakan Strategi
SP-4.9
Dimanfaatkannya inovasi teknologi strain unggul udang galah dengan teknologi neofemale dan nila (Salina & Marine Tilapia)
 Pengembangan galur /strain udang galah unggul
 Pengembangan teknolgi produksi
 Pilot project
 Alih teknologi
SP-4.10
Dimanfaatkannya inovasi teknologi peternakan sapi
melalui sistim integrasi sapi-sawit
 Pengembangan teknologi pakan ternak berbahanbaku limbah sawit
 Pengembangan teknologi sistim penggembalaan terkontrol
 Pengembangan teknologi probiotik berbasis sawit
 Pengembangan teknologi reproduksi dan kesehatan pada kawasan sistim integrasi sapi-sawit
 Pilot project
 Disseminasi 5 TP5
Diterapkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat
SP-5.11
Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat
Penerapan
teknologi produksi bahan baku obat dalam rangka kemandirian bahan baku obat
 Pengembangan prototipe
 Pilot plant
 Uji pre klinis
 Pendaftaran paten
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Target Kinerja Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi (Eselon I)
BPPT sebagai unsur pelaksana lembaga merupakan Tujuan Program yang akan dicapai
oleh Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, dan kemudian dijabarkan
dalam Sasaran Program yang didistribusikan secara top down untuk dibagi habis menjadi
target kinerja dari unit kerja di lingkungan Deputi Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi.
Capaian Kinerja (Outcome) Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi
BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan berjenjang dari capaian kinerja
(output) dari unit kerja di lingkungan Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi yang
telah berhasil dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna layanan teknologi.
Tujuan Program 1 : Terwujud dan berfungsinya Techno Park di 3 lokasi/daerah (Kab.
Bantaeng, Kab. Grobogan, Kab. Lampung Tengah)
Tujuan Program 1 didukung oleh Program dengan Sasaran, Indikator dan target kinerja
seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
TP 1 Terwujud dan berfungsinya Techno Park di 3 lokasi/daerah (Kab. Bantaeng, Kab. Grobogan dan Kab. Lampung Tengah).
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 SP 1.1 Implementasi
pengembangan
TP 1 Terwujud dan berfungsinya Techno Park di 3 lokasi/daerah (Kab. Bantaeng, Kab. Grobogan dan Kab. Lampung Tengah).
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Jml. SOP
pengelolaan Techno Park dan sistim
SP 1.3 Implementasi pengembangan Techno Park Kab. Lampung Tengah
Jml. unit usaha berbadan hukum
Tujuan Program 2 : Termafaatkannya inovasi dan teknologi Agroindustri
Tujuan Program 2 didukung oleh Program dengan Sasaran, Indikator dan target kinerja
seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
TP 2 Termafaatkannya inovasi dan layanan teknologi Agroindustri
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
TP 2 Termafaatkannya inovasi dan layanan teknologi Agroindustri
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Tujuan Program 3 : Termanfaatkannya layanan Bioteknologi
Tujuan Program 3 didukung oleh Program dengan Sasaran, Indikator dan target kinerja
seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
TP 3 Termanfaatkannya layanan Bioteknologi
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
SP 3.5 Dimanfaatkan nya layanan
SP 3.6
Dimanfaatkan-nya inovasi
Tujuan Program 4 : Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi pangan berbahan baku
lokal.
Tujuan Program 4 didukung oleh Program dengan Sasaran, Indikator dan target kinerja seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
TP 4 Diterapkannya layanan teknologi produksi pangan berbahan baku lokal
No. Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
SP 4.8 Dimanfaatkann ya inovasi hasil inovasi tekn. produksi pangan teknologi pati sbg bahan baku aneka produk pangan yg aman dan bergizi hasil inovasi tekn. pengolahan
Teknologi Pangan
Buku - 1 1 1 1
TP 4 Diterapkannya layanan teknologi produksi pangan berbahan baku lokal
No. Sasaran
Program Indikator
Tujuan Program 5 : Termanfaatkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat
Tujuan Program 5 didukung oleh Program dengan Sasaran, Indikator dan target kinerja
seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
TP 5 Diterapkannya inovasi teknologi produksi bahan baku obat
No Sasaran
Program Indikator
Target kinerja
4.2. Kerangka Pendanaan
Pendanaan dari APBN difokuskan untuk mendukung daya saing sektor produksi,
kelestarian dan peningkatan kemanfaatan sumber daya alam, penyiapan masyarakat
menghadapi kehidupan global serta penguatan SDM serta peningkatan sarana dan
prasarana IPTEK.
Dalam pelaksanaan progam dan kegiatan BPPT diperlukan kaidah pelaksanaan yang
tertata dengan baik dan bersinergi antara satu dengan lainnya yang meliputi kerangka
pendanaan, regulasi, kelembagaan dan evaluasi. Kerangka pendanaan ditujukan untuk
mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan
kerangka pendanaan yang dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegitan dan
anggaran tahun sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan
program terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada
output/keluaran serta komponen-komponen di bawahnya. Dengan mempertimbangkan
lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang
yang baru; volume target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi terhadap output
yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.
Perhitungan pada Kerangka Pembiayaan Jangka Menengah (KPJM) yang melalui
perhitungan khususnya di tahun 2015 yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk
biaya operasional maupun non operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil
kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun
perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program,
yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di
masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan
volume komponen dikalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.
Alokasi baseline BPPT untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan capaian visi dan misi
dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia guna menjawab kebutuhan dan
tantangan dilakukan melalui penyusunan skala prioritas anggaran. Alokasi anggaran yang
efektif menjadi faktor penting dalam mewujudkan sasaran prioritas pembangunan. Dalam
mendukung hal tersebut, alokasi anggaran difokuskan pada program dan kegiatan yang
memegang peran penting dalam pencapaian prioritas nasional untuk mendorong
pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, efisiensi dari
belanja terkait operasional akan terus didorong sehingga alokasi yang terbatas menjadi
lebih berdayaguna. Alokasi belanja pada prioritas didukung dengan rencana konkret yang
berorientasi pada hasil dan manfaat (outcome dan impact). Dalam kaitan ini perencanaan
program dan kegiatan pembangunan menjadi salah satu kunci keberhasilan dari
penajaman alokasi pada prioritas tersebut. Rencana yang konkret tersebut bukan saja pada
kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas nasional melalui inovasi dan layanan
teknologi.
Pendanaan Program dan Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka
untuk mewujudkan kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik
Tabel 6. Baseline Pendanaan Deputi Bidang TAB 2015-2019
KODE PROGRAM / KEGIATAN RPJM 1 (2015-2019) Perpres 2015 2016 2017 2018 2019
081.06 Program Pengkajian dan
Penerapan Teknologi 517,3 784,1 803,7 822,1 840,5
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang Agroindustri dan
Bioteknologi
68,1 44,824 74,850 81.950 83,300
Kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan Deputi Bidang TAB Tahun 2015 2019 secara
BAB 5 PENUTUP
Renstra Deputi Bidang TAB 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun dokumen
tahunan Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA KL), dan Perjanjian
Kinerja (PK) di Deputi Bidang TAB.
Pelaksanaan dan pemantauan terhadap program, kegiatan dan anggaran diukur
melalui indikator kinerja dan targetnya. Renstra ini selanjutnya akan menjadi bahan
evaluasi dalam mereview antara rencana dengan pelasaksanaannya yang dituangkan
dalam laporan akuntabilitas lembaga kepada stakeholders dan customers sebagai
pertanggungjawaban kepada masyarakat sebagai lembaga dalam menjalankan tugas
pokok, fungsi dan wewenangnya.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional dan prioritas bidang tentu
akan selalu diutamakan, selain kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT. Namun demikian, untuk hal yang bersifat
mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala
urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya.
Pelaksanaan pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan
prosedur pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah.
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Deputi Bidang TAB 2015 – 2019
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
3503 Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Produksi Pertanian
11,400 19,000 21,500 21,500
Inovasi dan Layanan Teknologi Techno Park Kab Bantaeng
Bantaeng 7,200 7,500 8,500 7,000
- Jumlah perusahaan berbadan hukum yang dilayani
5 5 5 5 6,200 6,000 7,000 6,000 PTPP
- Jumlah penerima manfaat teknologi
100 100 100 100 1,000 1,500 1,500 1,000
Inovasi teknologi peningkatan kualitas dan produktivitas klon tanaman karet
Sum.Sel., Sum. Ut., Banten
250 3,000 3,000 3,000
- Jumlah Prototipe Tanaman Karet Tinggi Lateks Tinggi
KEG.
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
monosex jantan dan teknologi produksi ikan nila (Salina & Marine Tilapia)
- Jumlah prototipe udang galah monosex jantan
1 1 1 1 500 1.000 2.000 2.500 3.000
- Jumlah Alih
teknologi produksi ikan nila salina dan Marine Tilapia
1 1 - - - 500 500 1.000 1.000 1.000
- Jumlah rekomendasi pemeliharaan dan perbaikan kualitas induk ikan nila (salina dan integrasi sapi-sawit
KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
berbasis limbah sawit
- Jumlah prototipe kit pendeteksi dini penyakit busuk pangkal batang dan pembungaan tanaman kelapa sawit yg di kawasan integrasi sapi sawit
- - - - 2 - - 2.000 2.000 2.000
- Jumlah rekomendasi teknologi reproduksi dan kesehatan hewan di kawasan integrasi sapi sawit
- - 1 1 - 400 400 750 750 1.000
- Jumlah
rekomendasi Good Agricultural
Practices (GAP) dan Good Animal Husbandry
Practices (GAHP) di kawasan integrasi
KEG.
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
sapi-sawit
- Rekomendasi kajian gengen potensial -pada tanaman sawit
- 1 - - - - 250 - - -
3478 Pengkajian dan
Penerapan
Inovasi dan Layanan Teknologi Techno Park di Grobogan
Grobogan 4,500 3,400 3,200 3,200
- Jumlah unit usaha berbadan hukum yang dilayani
- 2 2 2 1 3,000 1,000 700 700
KEG.
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L turunan sawit
- - - - 1 - - - 2,000 konsep desain
- - 1 - - - 2,040 - -
- Jumlah prototipe skala pilot berbahan baku lokal
3,100 5.060 4.800 3,050
- Jumlah prototipe pangan non beras
- 1 1 1 - 1,800 1,000 1,000 -
KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
perusahaan yang memanfaatkan hasil inovasi teknologi produksi pangan non beras - Jumlah prototipe
formula pangan fungsional
- 1 1 1 1 800 1,000 1,000 1,000
- Jumlah buku Outlook Teknologi Pangan
- 1 1 1 1 500 500 500 500
Inovasi Teknologi pengolahan rumput laut
1,750 1.750 2.500 2.000
- Jumlah prototipe hasil pengolahan rumput laut
- 1 1 - 1 1,750 500 - 500
- Jumlah alih teknologi pengolahan rumput laut
- - 1 - 1 - 1,250 - 500
- Jumlah
perusahaan yang memanfaatkan hasil inovasi
KEG.
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
pengolahan rumput laut
3480 Pengkajian dan
Penerapan Teknlogi produksi pupuk dan pestisida hayati
1,600 1,453 3,000 3,000 3,000
-Jumlah prototype pupuk dan pestisida hayati
1 1 - - - 1,600 1,453 - - -
-Jumlah paten komersial pupuk dan pestisida hayati
1 1 1 - - 3,000 3,000 3,000
Inovasi teknologi produksi enzim
928 1,363 4,500 4,500 4,500
-Jumlah prototype enzim
1 928 - - - -
-Jumlah paten komersial enzim
1 1 1 1 - 1,363 4,500 4,500 4,500
3482 Pengkajian dan
Penerapan Baku Obat Berbasis Pati/Gula
KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Jumlah prototipe Dextrose
Monohydrate (DMH) sebagai bahan baku obat
- 1 1 - - - 1,043 5,500 - -
Jumlah pilot plant produksi Dextrose Monohydrate (DMH) sebagai bahan baku obat
- - - 1 - - - - 5,500 -
Jumlah paten komersial produksi Dextrose
Monohydrate (DMH) sebagai bahan baku obat
1 5,500
Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat dengan Ekstraksi
4 4 3 3 2,290 4,000 4,500 5,000
Jumlah prototipe bahan baku obat dengan ekstraksi (anti malaria, anti amuba, fitoestrogen, antidiabetes,
immunosurveilans)
3 2 2 2 1,790 2,000 2,000 2,500
KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
baku obat dengan ekstraksi
Jumlah buku outlook teknologi kesehatan
1 1 1 1 500 500 500 500
Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat dengan Bioteknologi
1 1 2 1 4,752 5,500 6,500 6,000
Jumlah prototipe bahan baku obat dengan bioteknologi (stem cell, kit diagnostic,
sefalosforin, vaksin)
1 1 1 1 4,752 5,500 6,500 6,000
3460 Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Pati
Lampung 8,673 16,100 16,900 20,500 B2TP
Inovasi teknologi pati termodifikasi sebagai bahan baku aneka produk pangan yang aman dan bergizi
1,115 4,200 3,500 5,000
-Jumlah prototipe inovasi teknologi pati
KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
-Jumlah Front End Engineering Design teknologi pati
- 1 - 1 - 315 - 500 -
-Jumlah perusahaan yang
memanfaatkan hasil inovasi teknologi pati sebagai bahan baku aneka produk pangan yang aman dan bergizi
- - 1 - 1 - 2,800 - 900
Layanan Teknologi Pati
1,458 2,400 2,900 3,500
-Jumlah perusahaan yang yang
memanfaatkan jasa layanan teknologi produksi
sumberdaya pati dan produk derivatnya
1 1 1 1 1 - 1,458 2,400 2,900 3,500
Inovasi dan Layanan Teknologi Techno Park di Lampung
KEG.
TARGET Alokasi (Rp. Juta)
UNIT P/B/L
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
- Jumlah unit usaha berbadan hukum yang dilayani di Techno Park Kab. Lampung Tengah
3 5 6 6 7 9,000 5,000 6,000 6,000 7,000
- Jumlah perusahaan pemula berbasis teknologi
- - 1 1 1 - - 2,500 3,000 3,000
- Jumlah difusi teknologi
- 2 1 1 1 - 1,100 1,000 1,500 2,000
3465 Pengkajian dan Penerapan yang dimanfaatkan
- - 1 1 1 - - 1.500 1.500 1.500
Layanan Jasa
Bioteknologi (PNBP)
1.500 1.500 2.000 2.500
-Jumlah mitra yang memanfaatkan layanan teknologi produksi bibit tanaman melalui kultur jaringan ex-vitro dan in-ex-vitro