BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reformasi Birokrasi pada Pemerintah dan Pemerintah Daerah
merupakan kebutuhan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik ( Good
Governance ). Good governance tersebut merupakan prasyarat untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta
cita-cita berbangsa dan bernegara. Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme mengamanatkan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Dalam kerangka pembangunan good governance, kebijakan umum
pemerintahan adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil
(result oriented government). Untuk itu sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang telah dibangun dalam rangka mewujudkan good governance dan
sekaligus result oriented government perlu terus dikembangkan dan informasi
kinerjanya diintegrasikan kedalam sistem penganggaran dan pelaporan sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta
berbagai peraturan perundangan dibawahnya. Dengan demikian anggaran Negara
baik pusat maupun daerah menjadi anggaran berbasis kinerja, yaitu anggaran yang
dihitung dan disusun berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan out put dan out
come yang diinginkan masyarakat. Dengan anggaran berbasis kinerja ini akan dapat
dilakukan penelusuran alokasi anggaran kinerja yang direncanakan dan pada setiap
akhir tahun anggaran juga dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui cost efficiency
dan cost effectiveness anggaran instansi yang bersangkutan sekaligus pencegahan
dan deteksi kebocoran anggaran.
Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate
secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan
nepotisme. Dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan
serta cita-cita bangsa dan Negara.
Guna memenuhi aspek akuntabilitas pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan tersebut, maka Pemerintah menetapkan instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).Konsep dasar
akuntabilitas tersebut didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap
lingkungan organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada
bagian.Sehingga masing-masing individu bertanggungjawab atas kegiatan yang
dilaksanakan pada bagiannya.Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan
yang terkendali (controliable activities) dengan kegiatan yang tidak terkendali
(uncontroliable activities).
Amanat dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah setiap Pemerintah Daerah (Pejabat Eselon
II) diminta untuk menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) kepada Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban secara periodic setiap akhir anggaran.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disamping
berfungsi sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
pengelolaan sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada
setiap instansi pemerintah, juga berfungsi pula sebagai alat kendali, alat penilai
kinerja dan juga alat pendorong terwujudnya good governance. Dalam perspektif
yang lebih luas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berfungsi
pula sebagai media pertanggungjawaban kepada publik yang memerlukan dukungan
dan peran aktif seluruh lembaga lembaga pemerintah (pusat dan daerah ) dan juga
masyarakat.
Bertolak dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Ngawi ( RPJMD ) Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2015 dan Instruksi
(AKIP) serta memperhatikan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan
ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam Dokumen
Penetapan Kinerja dan Dokumen Perencanaan.
Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai
pencapaian RPJMD Tahun 2010 – 2015 Pemerintah Kabupaten Ngawi, realisasi
pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas
pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja, karena itulah maka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten
Ngawi Tahun 2012 ini merupakan laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan
oleh Bupati yang disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku.
Realisasi dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini
merupakan hasil kegiatan Tahun 2012.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 ini dimaksudkan sebagai
pertanggungjawaban pemerintahan kabupaten ngawi dalam mencapai visi dan
misi pembangunan kepada masyarakat maupun Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi dalam kurun waktu satu tahun anggaran sebagai sarana
perwujudan good governance.
1.2.2. Tujuan
Sedangkan tujuan disusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 ini adalah:
a. Memberikan informasi mengenai perencanaan, pengukuran, pelaporan dan
evaluasi kinerja Pemerintah Kabupaten Ngawi selama Tahun Anggaran
2014
b. Sebagai bahan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja Pemerintah
Kabupaten Ngawi selama Tahun Anggaran 2014.
c. Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan program
1.3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;
b. Undang-Undang Nomor 117 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara ;;
e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional ;
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang ;
g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah ;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah ;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal ;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah ;
k. Instruksi Presiden Noomor 7 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;
l. Peraturan Menteri Dalam Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
m. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003
tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
n. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BIrokrasi
Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ;
o. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010 – 2015 ;
p. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012 ;
1.4. Bidang Kewenangan
Salah satu amanat dari Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, maka kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis urusan yaitu Urusan Wajib dan Urusan Pilihan sedang untuk
Urusan Wajib dibedakan pula dalam 2 (dua) Bidang yaitu Urusan Wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar masyarakat dan kewenangan Urusan Wajib yang
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
(1) Urusan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar Meliputi :
1. Pendidikan ;
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
5. Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Sosial
6. Sosial
(2) Urusan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar Meliputi :
1. Tenaga Kerja
2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
3. Pangan
4. Pertanahan
5. Lingkungan Hidup
6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
9. Perhubungan
10. Komunikais dan Informatika
12. Penanaman Modal
13. Kepemudaan dan Olah Raga
14. Statistik
15. Persandian
16. Kebudayaan
17. Perpustakaan
18. Kearsipan
(3) Urusan Pilihan meliputi :
1. Kelautan dan Perikanan
2. Pariwisata
3. Pertanian
4. Kehutanan
5. Energi dan Sumber Daya Mineral
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi
1.5. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi
1.5.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah
Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 km2 atau 129.598,51 Ha yang secara
administratif pemerintahan terbagi dalam 19 kecamatan, 4 kelurahan dan
213 desa. Secara astronomis terletak pada posisi 7o21’ – 7o31’ LS dan
111o07’ – 111o40’ BT , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi Jawa
Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro (Provinsi Jawa
Timur)
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Provinsi
Sebelah Selatan: Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun (Provinsi
Jawa Timur)
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur)
Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi darat,
bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi dengan ketinggian
40 hingga 3.031 meter di atas permukaan laut.
Secara umum, di bagian tengah adalah dataran yang merupakan
lahan pertanian subur, di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat, meliputi wilayah
Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan
Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu. Sedangkan di bagian
Utara, membujur dari Timur ke Barat merupakan deretan pegunungan
Kendeng yang kurang subur terdiri dari batuan kapur.
Secara geografis Kabupaten Ngawi dialiri dua sungai besar:
1. Bengawan Solo yang membujur dari Barat ke Timur ; dan
2. Sungai Madiun dari Selatan ke Utara.
Kedua sungai tersebut bertemu di Kota Ngawi dan mengalir
menjadi satu ke Utara memasuki wilayah Kabupaten Bojonegoro. Di
samping itu terdapat sistem sungai seperti Sungai Banger, Sawur, Sidolaju,
Alas Tuwo, Batu Bunder, Kenteng, Kelompok dan Ketonggo yang bermuara
pada Bengawan Solo dan Sungai Kukur Ketonggo yang bermuara pada
sungai Madiun.
1.5.2. Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2013 mencapai
915.491 jiwa, terdiri dari laki-laki 449.945 jiwa dan perempuan 465.546 jiwa,
dengan kepadatan penduduk rata-rata 706 jiwa/km2 yang tersebar di 19
kecamatan dengan tingkat penyebaran bervariasi antara 24.545-88.510
jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk paling banyak adalah
sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kasreman dengan jumlah
penduduk sebesar 24.727 jiwa. Adapun data penduduk Kabupaten Ngawi
adalah sampai keadaan Desember 2013 adalah sebagaimana dalam tabel
1.1 berikut:
Tabel 1.1
Data Penduduk Kabupaten Ngawi
Menurut Jenis Kelamin (Keadaan s.d. Desember 2013)
No. Kecamatan Jumlah Desa
Penduduk (Jiwa)
Penduduk Kabupaten Ngawi digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok usia, yaitu:
• Kelompok usia 0-20 tahun sebanyak 267.908 jiwa; • Kelompok usia 21-50 tahun sebanyak 431.272 jiwa; • Kelompok usia 51 tahun ke atas sebanyak 216.311 jiwa.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk adalah
kelompok usia produktif (21-50 tahun) yang mencapai 47,10%, disusul kemudian
kelompok anak-anak (usia 0-20 tahun) mencapai 29,26% dan kelompok lanjut
usia (usia di atas 50 tahun) mencapai 23,64%.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Ngawi didominasi pada 6 kecamatan
yang mempunyai kepadatan lebih dari 900 jiwa / Km2sedangkan yang terendah
tingkat kepadatannya berada pada Kecamatan Karanganyar dari 4 Kecamatan
yang mempunyai kepadatan dibawah 600 jiwa / Km2.
Gambar 1.1
PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN NGAWI
< 600 Jiwa/Km2
600 – 800 Jiwa/Km2
Dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Ngawi sebagian besar tinggal di
daerah pedesaan sehingga sesuai potensi daerah yang agraris maka mata
pencahariannya sebagian besar adalah bekerja di bidang pertanian, baik sebagai
buruh tani atau petani penggarap. Adapun data penduduk menurut mata
pencaharian, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.2.
Data Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Mata Pencaharian
(Keadaan s.d. Desember 2013)
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1. Belum Bekerja 149.229
2. Pelajar/Mahasiswa 132.979
3. PNS/Guru/TNI/Polri 26.441
4. Karyawan Swasta 134.820
5. Petani 238.246
6. Perdagangan 46.470
7 Industri/Jasa 33.361
8 Wiraswasta 153.794
8. Lainnya 153
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
belummendapatkan pekerjaan di Kabupaten Ngawi masih tinggi yakni sejumlah
132.979 jiwa. Sedangkan mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bekerja
di bidang pertanian, baik sebagai buruh petani atau petani penggarap yang
mencapai 238.246 jiwa atau 26,02%. Sehingga bidang pertanian menjadi fokus
Sedangkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel 1.3.berikut ini:
Tabel 1.3.
Data Penduduk Kabupaten Ngawi
Menurut Tingkat Pendidikan (Tahun 2013 dan 2014)
No. Tingkat
JUMLAH 911.911 915.491
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dari data di atas, jumlah penduduk belum sekolah turun 394 jiwa dari tahun
2014, sedangkan yang hanya tamat Sekolah Dasar turun 10.837, sedangkan
yang mengalami peningkatan paling besar terdapat pada penduduk yang telah
lulus SMA sederajat sebanyak 8.297 jiwa dari tahun 2014, disusul dengan
penduduk yang tamat jenjang pendidikan SMP/Sederajat yang mengalami
kenaikan sebesar 5.560 jiwa dari tahun 2010, dan tingkat pendidikan Strata 1 (S1)
1.5.3. Sosial Ekonomi
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi
dalam satu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya.Salah satu indikator
yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB
Kabupaten Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan
jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi.
Sampai dengan tahun 2014 perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi
sektor pertanian dengan 5 (lima) sub sektor yaitu tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sumbangan sektor ini
terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2013 sebesar 36,63%. Sedangkan
sektor lain ditempati secara berurutan Perdagangan 28,66% , Jasa-jasa 13,73%,
Industri 6,28% dst.
Gambar 1.2
Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi
sebesar5,62% dan untuk tahun 2010 mencapai 6,10% atau meningkat 0,48%
dari tahun sebelumnya. Jadi pertumbuhan ekonomi untuk Kabupaten Ngawi dari
tahun ke tahun secara umum mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu
besar.
Berikut ini tabel agregat PDRB Kabupaten Ngawi tiga tahun terakhir.
Tabel 1.4.
PDRB Kabupaten NgawiTahun 2010-2012
Uraian 2010 2011 2012
PDRB berlaku (juta Rp.) 6.444.782,83 7.245.842,42 7.416.546,18
PDRB konstan (juta Rp.) 2.942.602,51 3.121.821,49 3.222.043,23
PDRB perkapita berlaku (Rp.) 7.033.529,80 7.547.781,25 7.615.441,12
PDRB perkapita konstan (Rp.) 3.211.416,58 3.251.909,76 3.271.045,18
Inflasi (%) 5,96 6,00 6,05
Pertumbuhan (%) 5,62 6,10 6,18
Penduduk pertengahan tahun
(jiwa)
893.363 911.911 915.491
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi
Mendasar data tersebut diatas dapatlah dilihat adanya trend
kenaikan PDRB konstan maupun PDRB berdasar harga berlaku dari tahun 2010
sampai dengan 2012. Hal tersebut diiringi dengan laju inflasi yang juga naik dan
1.6. Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah
1.6.1. Kelembagaan
Di dalam pelaksanaan Pemerintahan di Kabupaten Ngawi didukung
oleh aparatur pemerintah yang tersusun dan terorganisasi dalam suatu
kelembagaan. Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Ngawi dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah, yaitu:
a. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Staf Ahli dan Sekretariat
DPRD;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah;
d. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Satuan polisi Pamong Praja;
e. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
e. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan;
f. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KORPRI.
Mendasar peraturan daerah tersebut, susunan organisasi
1.6.1.1 Sekretariat Daerah kabupaten
a. Asisten Administrasi Pemerintahan
1) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum;
2) Bagian Hukum;
3) Bagian Hubungan Masyarakat.
b. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan
1) Bagian Administrasi Pembangunan;
2) Bagian Administrasi Perekonomian;
3) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat.
c. Asisten Administrasi Umum
1) Bagian Organisasi;
2) Bagian Umum dan Protokol;
3) Bagian Keuangan.
6.1.1.2 Staf Ahli
a. Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan;
b. Staf Ahli Bidang Pembangunan
c. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia ;
d. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan..
6.1.1.3 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
a. Bagian Umum;
b. Bagian Keuangan;
c. Bagian Persidangan;
d. Bagian Perundang-undangan;
6.1.1.4 Dinas Kabupaten
a. Dinas Pendidikan;
c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
d. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
e. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
f. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perindustrian;
g. Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga;
h. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;
i. Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan;
j. Dinas PU Pengairan Pertambangan dan Energi;
k. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura;
l. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
m. Dinas Perikanan dan Peternakan;
n. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar.
6.1.1.5 Inspektorat
6.1.1.6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
6.1.1.7 Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
a. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan;
b. Badan Kepegawaian Daerah;
c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;
d. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;
e. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu ;
f. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;
g. Kantor Lingkungan Hidup;
h. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi;
6.1.1.8 Satuan Polisi Pamong Praja;
6.1.1.9 Sekretariat KORPRI;
6.1.1.10 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
6.1.1.11 Kecamatan terdiri dari 19 Kecamatan;
6.1.1.11. Kelurahan terdiri dari 4 Kelurahan.
1.6.2. Aparatur
Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Ngawi pada Tahun
2014sejumlah 12.875orang atau turun sebesar 2,52% dari Tahun 2013 sejumlah
350 orang. Masing-masing aparatur Pegawai Negeri Sipil tersebut merupakan
komponen pendukung utama jalannya pemerintahan dan pembangunan di
Kabupaten Ngawi. Jumlah Pegawai tersebut termasuk dalam kategori yang
besar apabila dibandingkan dengan komposisi rata-rata jumlah Pegawai Negeri
Sipil yang ada didaerah sekitar ( Magetan, Madiun, Ponorogo).
Besarnya jumlah Pegawai Negeri tersebut disatu sisi merupakan
potensi yang amat besar dalam menopang pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan, akan tetapi dari sisi lain merupakan tantangan
untuk lebih mengoptimalkan kinerja Pegawai Negeri tersebut sesuai dengan
kapasitasnya, sehingga tercapai proporsi ideal distribusi pegawai tersebut ( the
Tabel 1.5
Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, PNS di Kabupaten
Ngawi terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, pendidikan SMA/sederajat dan
Sarjana Strata 1 (S-1) merupakan komposisi terbanyak dari hal jumlah PNS di
Kabupaten Ngaawi yaitu sebesar 35% diikuti oleh Jenjang Pendidikan Sarjana
Muda/Diploma sebesar 23% diikuti oleh jenjang pendidikan SLTP dan Pasca
Sarjana sebagaimana gambar dibawah ini :
Gambar 1.3
PNS Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Berdasarkan jenjang pendidikan