• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Pengaruh campuran ransum komersil dan dedak padi yang ditambah CaCO3 dan premix A terhadap pertumbuhan ayam buras periode stater

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3. Pengaruh campuran ransum komersil dan dedak padi yang ditambah CaCO3 dan premix A terhadap pertumbuhan ayam buras periode stater"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN RANSUM KOMERSIL DAN DEDAK PADI YANG DITAMBAH CaCO3 DAN PREMIX A TERHADAP

PERTUMBUHAN AYAM BURAS PERIODE STATER

EFFECT MIXED COMMERCIAL FEED AND PADDY BRAN PLUS CaCO3 AND PREMIX A TO NATIVE CHICKEN GROWTH STATER

PERIOD

Mihrani

Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian ransum campuran dedak padi dengan ransum komersil disertai CaCO3 dan premix A, dan

untuk mendapatkan pertumbuhan ayam buras yang optimal. Dalam penelitian ini 5 macam ransum perlakuan yaitu: A (control 100% ransum komersil), B (60% B (60% ransum komersil, 40% dedak padi, 0.61% CaCO3, 0.20 premix A), C (50% ransum komersil, 50%

dedak padi, 0.76% CaCO3, 0.30 premix A), D (40% ransum komersil, 60% dedak padi,

0.92% CaCO3, 0.40 premix A), E (30% ransum komersil, 70% dedak padi, 0.61% CaCO3,

0.50 premix A), Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan enam ulangan, parameter yang diukur adalah konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerian ransum komersil dengan penggantian dedak padi serta penambahan CaCO3 dan

premis A, pada berbagai perbandingan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi ransum. Dilihat dari konversi dan bobot badan penggantian ransum komersil dengan 70% dedak padai serta penambahan 1.07 CaCO3 dan 0.05% premix A masih dapat ditolerir oleh ayam

buras periode stater.

ABSTRACT

This research aim to know how long is effect of bran mixed feed and commercial feed with CaCO3 and Premix A, and to native chicken optimum growth. In this research, 5

kind of feed, there is: A (control 100% commercial feed), B (60% commercial feed, 40% bran, 0.61% CaCO3, 0.20 premix A), C (50% commercial feed, 50% dedak padi, 0.76%

CaCO3, 0.30 premix A), D (40% commercial feed, 60% bran, 0.92% CaCO3, 0.40 premix

A), E (30% commercial feed, 70% bran, 0.61% CaCO3, 0.50 premix A), This research was

arranged according to RAL with 5 treatment and 6 replication, and parameter was measured included feed consumption, body weight gain, feed conversion. The result showed that commercial feed and bran with CaCO3 and Premix A, in the various compare

give different effect that real (P<0.01) concerning feed consumption, body weight gain, and feed conversion. If we seen by conversion and chicken body weigt gain that given commercial feed with 70% bran mixed 1,07 CaCO3 and 1,50% premix A still be fine to

(2)

PENDAHULUAN

Ayam buras merupakan ayam yang popular di Indonesia karena cara pemeliharaannya tidak membutuhkan persyaratan berat, mempunyai daya tahan yang cukup baik terhadap penyakit serta mudah beradaptasi dengan keadaan lingkungan, dilain pihak permintaan pasar masih sangat tinggi dan harganya pun relative mahal dibandingkan produk unggas lain. Perkembangan ayam buras masih sangat lambat karena produksi dan kondisi makanan yang tidak memadai, apabila dipelihara dengan tata laksana yang baik akan meningkatkan produktifitas dari ayam buras tersebut. Produktifitas ayam buras yang optimal harus didukung oleh penyediaan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan ayam adalah faktor makanan. Biaya makanan bila ditekan lebih rendah tanpa mengurangi kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi ternak, maka didapatkan keuntungan yang lebih besar.

Rasyaf (1990), menyatakan pemeliharaan ayam buras secara intensif telah banyak dilakukan saat ini seperti halnya pemeliharaan ayam ras. Pada umumnya demi alasan praktis, para peternak banyak menggunakan ransum komersil yang dicampur dengan dedak padi untuk menekan biaya produksi. Nataamijaya (1992), menyatakan bahwa

penurunan kualitas ransum akibat pencampuran dengan dedak padi menyebabkan turunnya kandungan zat nutrisi tertentu, karena ada zat makanan yang terdapat dalam jumlah yang sangat rendah pada dedak padi, terutama kalsium (Ca). Selanjutnya dikatakan bahwa selain penambahan Ca juga dianjurkan ditambahkan feed suplemen agar penambahan dedak padi bisa lebih tinggi dari penggunaan yang hanya 50%. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian tentang penambahan kalsium dan feed suplemen kedalam campuran ransum komersil dan dedak padi terhadap pertumbuhan ayam buras.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan 150 ekor anak ayam buras(DOC), terdiri dari jantan dan betina, dengan menggunakan 30 unit kandang box ukuran (75 x 50 x 50) cm yang dilengkapi dengan tempat minum dan tempat makan serta alat penerang, satu buah timbangan teknis 2610 gram.

(3)

Tabel 1. Kandungan Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Bahan Penyusun ransum Penelitian.

Bahan Makanan Protein Lemak SK Ca P ME

(%) (%) (%) (%) ( %) kkal/kg

Ransum Komersil 25.50 6.44 5.91 1.72 0.93 3100

(CP 311)

Dedak padi 9.62 5.70 12.95 0.21 0.60 1630**

CaCO3 - - - 40* - -

Premix A - - - -

Sumber: Hasil Analisa lab. Nutrisi dan Makanan Ternak UNPAD, Bandung 2005. * Wahju (1991)

**Scott dkk., 1982

Tabel 2. Susunan Ransum Penelitian.

Bahan Makanan Perlakuan

A B C D E

Ransum Komersil 100.00 60,00 50,00 40,00 30,00

(CP 311)

Dedak padi - 40,00 50,00 60,00 70,00

CaCO3 - 0,61 0,76 0,92 1,07

Premix A - 0,20 0,30 0,40 0,50

Sumber: Dihitung berdasarkan Tabel1.

Tabel 3. Kandungan zat-zat makanan dan Energi Metabolisme (ME) Ransum Penelitian..

Bahan Makanan Perlakuan

A B C D E

Protei Kasar (%) 23.50 17.95 16.56 15.17 13.78

Lemak Kasar (%) 6.44 6.14 6.07 5.99 5.92

Serat Kasar 5.91 8.68 9.42 10.13 10.83

Ca (%) 1.72 1.72 1.72 1.72 1.72

P (%) 0.93 0.79 0.76 0.73 0.70

ME kkal /kg 3.100 2.512 265 2.218 2.071

(4)

Tabel 4. Komposisi Zat-zat Makanan pada Premix A.

No. Bahan Jumlah

1. Vitamin A 10.000.000 IU

2. Vitamin D3 1.000.000 IU

3. Vitamin E 7.000 Mg

4. Vitamin K3 (Menadion-Bisulphite) 1.000 Mg

5. Vitamin B1 (Thiamin) 1.000 Mg

6. Vitamin B2 (Riboflavin 6.000 Mg

7. Vitanmin B6 (Pyridoxin) 500 Mg

8 Niacin (Nicotine acid) 10.000 Mg

9. Pantothenic acid (Ca – pant) 500 Mg

10. Choline Chlorine 10.000 Mg

11. Vitamin B12 (Cyanocabalamin) 4.000 Mg

12. DL – Methionine 227.000 Mg

13. Antioxidant – Exhoxyguin 125.000 Mg

14. Mg 50.000 Mg

15. Fe 10.000 Mg

16. Cu 2.000 Mg

17. Mn 15.000 Mg

18. Zn 10.000 Mg

19. I 100 Mg

Sumber : PT. Prizer Indonesia, Jakarta, Under Authority – Pfizer Inc., New York. N. Y. USA.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima macam perlakuan dan enam ulangan. Model penelitian dari rancangan ini menurut Stell and Torry (1991) adalah:

Yij = U + Pi + Eij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan ke i ulangan j (A,B,C,D,E)

U = Nilai tengah umum Pi = Pengaruh perlakuan ke i Eij = Pengaruh acak dari perlakuan ke i ulangan ke j

i = Banyak perlakuan (5) j = Banyak ulangan (6)

Parameter yang diukur

1. Konsumsi ransum per ekor selama

(5)

2. Pertambahan berat badan selama penelitian, diukur dengan menimbang berat badan setiap minggu kemudian dikurangkan dengan berat badan minggu sebelumnya, kemudian pertambahan berat badan tiap gramnya dibedakan perunit kandang.

3. Konversi ransum, diperoleh dengan

jalan menghitung perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian dengan pertambahan berat badan yang diperoleh selama penelitian.

Prosedur Penelitian

Menyiapkan kandang dan mencuci hamakan dengan cara pengapuran dan penyemprotan dengan rodalon, kemudian dilakukan pengacakan untuk penempatan ransum perlakuan pada setiap unit kandang. Untuk menempatkan anak ayam terlebih dahulu dicari interval berat badan, kemudian ditimbang satu persatu dan ditempatkan pada setiap unit kandang, tiap perlakuan diulang enam kali, tiap unit kandang ditempatkan lima ekor ayam sehingga dibutuhkan 150 ekor. Setiap minggu ayam ditimbang sebelum diberi makan untuk menentukan

pertambahan berat badan. Menyiapkan

ransum perlakuan, ransum diaduk sesuai dengan susunan ransum pada Tabel 3, yaitu dengan penambahan CaCO3 dan Premix A ke dalam ransum komersil dicampur dengan dedak padi. Ransum diberikan pada ayam terlebih dahulu ditimbang, diberikan secara ad-libitum atau dilebihkan 15% dari kebutuhan dengan frekwensi pemberian dua kali sehari yaitu pagi jam 07.30 dan sore jam 16 dan setiap minggu sisa makanan

ditimbang. Pemberian air minum secara ad-libitum. Untuk penerangan dan pemanas diberi lampu pijar 40 watt (1 lampu untuk 2 unit kandang. Setiap hari kandang dibersihkan dari kotoran termasuk pembersihan tempat makan dan tempat minum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum

(6)

Tabel 7. Konsumsi Ransum Rata-rata per ekor Ayam Buras Tiap Perlakuan Selama Penelitian.

Ulangan Perlakuan

A B C D E ………..gram………

1 2104.0 1818.0 1814.0 1758.3 1559.0

2. 2109.0 1899.9 1788.8 1748.9 1701.4

3. 2110.8 1777.0 1817.6 1775.5 1627.8

4. 2006.8 1887.7 1794.7 1660.1 1607.2

5. 2119.5 1866.9 1780.5 1649.0 1582.6

6. 2123.2 1811.0 1775.0 1621.5 1471.7

Total 12573.3 11060.5 10770.6 10213.8 9549.7

Rata-rata 2095.5a 1843.4b 1795.1b 1702.3c 1591.6d

SE = 21.87

Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan

Hasil penelitian didapatkan pertambahan berat badan ayam buras rata-rata per ekor selama 8 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa tingkat subsitusi dedak padi dengan ransum komersil berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap pertambahan berat badan. Hal ini desebakan karena tingkat kandungan zat-zat gizi ransum percobaan berbeda, terutama kadar protein dan energi metabolisnya.

Tabel 8. Pertambahan Berat Badan Ayam Buras Tiap Perlakuan Selama Penelitian Ulangan Perlakuan

A B C D E ………gram………..

1 792.9 653.8 633.5 527.3 458.8

2. 743.3 729.5 600.1 539.1 488.4

3. 822.4 636.6 598.0 563.3 466.3

4. 792.5 633.9 541.7 537.1 461.6

5. 802.6 684.9 613.9 479.9 438.4

6. 802.6 589.5 646.2 487.95 486.0

Total 4756.2 3928.2 3633.4 3134.6 2799.5

Rata-rata 792.7a 654.74b 605.6bc 522.4d 466.6de

SE = 13.33

(7)

Sesuai dengan pendapat Bundy dkk., (1975), bahwa ransum yang baik yaitu ransum yang seimbang antara protein dan energi serta zat-zat makanan lainnya. Uji lanjut menunjukan pertambahan berat badan antar perlakuan A, B, C, D dan E masing-masing berbeda sangat nyata (P< 0,01).

Berbeda sangat nyata antara perlakuan A,B,C,D, dan E ini bukan berarti bahwa pemberian ransum komersil yang ditambah dedak padi dan supplement kalsium serta feed supplement tidak efisien, namun pertambahan berat badan pada kisaran 466.6 - 792.7 gram masih dalam batas optimum. Welliayanti (1994) menyatakan ayam buras yang dipelihara secara intensif selama delapan minggu berat hidup mencapai 335,9 gram. Sedangkan Rasyaf (1990) menyatakan bahwa berat hidup ayam buras umur delapan minggu adalah 370 gram.

Berbeda nyata antar perlakuan B dan C dengan perlakuan D dan E menunjukkan bahwa pemberian ransum komersil yang ditambah dengan dedak padi dan supplementasi kalsium serta feed supplement sampai 50% masih dalam batas optimum kebutuhan anak ayam buras. Hal ini tidak berbeda dengan yang dilaporkan Natamijaya (1992), bahwa pencampuran dedak pada ransum komersil petelur untuk anak ayam kampung dapat dilakukan sampai 50% apabila disertai dengan supplementasi kalsium.

Jika dilihat berdasarkan kandungan gizinya, protein ransum percobaan pada perlakuan A,B,C,D dan E berkisar antara 23,50% sampai 13,78% protein dan energi metabolismenya 3100 kkal/kg sampai 2071 kkal/kg. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Zein (1988), bahwa pertumbuhan anak ayam buras yang terbaik pada pemberian ransum dengan kadar protein 14% EM 2900 kkal/kg. Selanjutnya Abbas (1990) menyatakan bahwa patokan

pada pemberian makanan yang mengandung protein 12 – 14% serta EM 2450 – 2600 kkal/kg.

Dalam hal perbedaan kebutuhan imbangan protein dan energi metabolis diatas terlihat bahwa kebutuhan pakan untuk ayam buras masih belum dapat distandarkan seperti ayam ras sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rasyaf (1994), bahwa di Indonesis belum diketahui berapa kebutuhan gizi ayam buras secara lengkap dan ideal.

Pertambahan berat badan pada perlakuan D dan E adalah paling rendah dibandingkan perlakuan lain (466.6 gram) tetapi masih diatas dari berat badan hasil penelitian Rasyaf (1990) menyatakan bahwa berat hidup ayam buras umur delapam minggu adalah 370 gram, hal ini disebabkan karena kekurangan protein sampai (13.78%) dan energi metabolis sampai (2071 kkal/kg) dalam ransum untuk menunjang pertumbuhan jaringan masih bisa diimbangi dengan penambahan kalsium dan premis A. Namun menurut Tami, dkk., (1980), menyatakan bahwa premix A merupakan suatu feed supplement yang berguna untuk meransang pertumbuhan, melengkapi kebutuhan zat-zat makanan berupa asam-asam amino, vitamin, dan mineral. Ditambahkan oleh Wahju (1994), menyatakan bahwa penambahan premix A kedalam ransum anak ayam stater dengan dosis 0.2 kedalam ransum anak ayam dengan kadar protein 19.5% terlihat hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan dibandingkan ransum biasa tanpa pemberian premix A.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum

(8)

seperti Tabel 9. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan

berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap konversi ransum.

Tabel 9. Konversi Ransum Ayam Buras Rata-rata Per Ekor Tiap Perlakuan Selama Penelitian.

Ulangan Perlakuan

A B C D E

1 2.65 2.78 2.86 3.33 3.39

2. 2.84 2.60 2.98 3.48 3.48

3. 2.56 2.79 3.04 3.15 3.49

4. 2.53 2.98 3.31 3.09 3.38

5. 2.64 2.72 2.90 3.43 3.60

6. 2.64 3.07 2.75 3.32 3.03

Total 15.86 16.94 17.84 19.56 20.47

Rata-rata 2.64a 2.82ab 2.97b 3.26c 3.41c

SE = 0.07

Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01)

Konversi ransum rata-rata dari perlakuan A,B,C,D dan E berturut-turut 2.64, 2.82, 3.26, dan 3.41. Setelah dilakukan uji lanjut ternyata perlakuan A berbeda tidak nyata (P> 0,01) dengan perlakuan B, tetapi sangat nyata (P< 0,01) terhadap perlakuan C, D, dan E. Perlakuan B tidak berbeda nyata (P>0,01) dengan perlakuan C dan berbeda nyata (P> 0,01) dengan perlakuan D dan E. Perlakuan C berbeda nyata (P> 0,01) dengan perlakuan A,D, dan E. Pada Tabel 9 terlihat bahwa semakin tinggi substitusi dedak padi ransum, konversi semakin besar yang berarti makanan yang dibutuhkan untuk setiap satuan pertambahan berat badan semakin tinggi, berarti makanan yang dibutuhkan untuk satuan tambahan berat badan dalam batas tertentu semakin banyak karena pada masing-masing ransum

perlakuan mempunyai perbedaan kandungan gizi tertentu.

Sesuai dengan pendapat Togatorop (1981) bahwa peningkatan energi sangat nyata menghasilkan konversi ransum yang lebih baik sebab konversi adalah merupakan perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi selama penelitian dengan pertambahan berat badan yang diperoleh pada waktu bersangkutan.

KESIMPULAN

(9)

kedalam ransum komersil serta penambahan kalsium dan Premix A masih dapat distimulir pada pertumbuhan ayam buras periode stater.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M,H. 1990. Pengolahan Ternak ayam Buras makalah untuk diskusi dengan masyarakat Pakan Solok selas Kab. Solok dalam Rangka

pengembangan masyarakat. Fakultas Peternakan UNAND.

Bundy, C. E. and R.V. Diggins. 19975. Poultry Production Pretiice Hall Inc. Englewood Cliffs. New ersey.

Nataamijaya, A.P. Sinurat, A. Habibie, Yulianti, Nurdiani, Suhendar dan Subarna. 1992. Pengaruh penambahan kalsium terhadap anak ayam diberi ransum komersil

dicampur dedak padi. Pros Agro

Industri Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Hal. 400 – 406. 27.

Rasyaf, M. 1990. Memelihara Ayam Buras. Cetakan kedua. Penerbit Kanisus, Jakarta.

---. 1994. Beternak Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakrta.

Scott, M. M. C. Nesheim, and R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chiken. Scott M. L. and Associates, Ithaccd, New Tork.

Stell, R. G., J. H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistka ; Suatu

Pendekatan Biometrik, Alihbahasa,

S. Bambang. Ed. 2, Cet. 2. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Tami, D., M.H., Abbas., A. Syamsuddin, D.

Harahap. 1980. Ilmu Makanan ternak Unggas Fakultas Peternakan. Universitas Andalas, Padang.

Togatorop, M. H., D. Sugangi, S. Penni, S. Harjosworo, Ch Lenggu dan A.P. Siregar, 1981. Pengaruh tingkat energi Ransum terhadap performans ayam pedaging. Procending. Seminar Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian Bogor.

Wahju,.1991. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Welliayanti 1994. Pengaruh tingkat energi termetabolis dalam ransum dengan kandungan protein yang sama terhadap performans ayam buras. Tesis. Fakultas Peternakan UNAND, Padang.

Gambar

Tabel 1.   Kandungan Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Bahan Penyusun ransum Penelitian
Tabel 4.  Komposisi Zat-zat Makanan pada Premix A.
Tabel 7.  Konsumsi Ransum Rata-rata per ekor Ayam Buras Tiap Perlakuan Selama Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjalankan aktivitas kegiatan sehari-harinya Adpers Art mengalami beberapa kendala diantaranya pemasaran dan promosi yang belum maksimal dilakukan karena masih

Pada Gambar 2.11 terlihat data peminjam, koleksi yang masih dipinjam tidak terisi atau kosong karena tidak ada peminjaman lagi dan daftar koleksi yang

Selanjutnya cacing tersebut akan bermigrasi ke jaringan subcutan dan permukaan kulit, terutama bagian tubuh yang banyak kontak dengan air3. Saat ujung kepala cacing betina

Wahid Hasyim 02 Dau Malang secara keseluruhan adalah sebesar 81,83%, masuk kategori baik sekali dan soal angket nomor 6 yaitu motivasi intrinsik aspek hal yang ingin

Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.. Merujuk pada al-Qur’ân banyak ayat menjelaskan tentang prinsip-prinsip kesetaraan gender. Nasaruddin Umar

Namun kemudian, sebagai- mana dikemukakan oleh Muhammad Hami- dullah, secara bertahap, berdasarkan wahyu (al-Qur’an) dan sunnah Nabi Muhammad, sistem sosial yang

UU PVT yang memberikan perlindungan hukum bagi pemulia untuk menikmati manfaat ekonomi dan hak-hak lainnya yang dimiliki pemulia, diharapkan dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan