BAB III
METODE PENELITIAN
A. Informan dan Lokasi
Dalam penelitian ini, pengambilan struktur melodik dan struktur temporal
bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur asli bahasa Korea dan penutur asli
bahasa Indonesia dapat ditemukan melalui informan yang dianggap cukup mewakili.
Dalam hal ini, tidak mudah memilih informan yang mampu memunculkan data yang
sesuai dengan keperluan penelitian.
Penelitian ini mengambil kriteria pemilihan informan menurut Ladefoged
dalam Mahsun (2006: 134-135). Akan tetapi, kriteria informan yang diambil
disesuaikan dengan kepentingan penelitian. Secara umum, informan yang diambil
adalah berstatus mahasiswa berusia antara 20-25 tahun. Penelitian ini mengambil
mahasiswa Korea yang memiliki kemampuan mahir berbahasa Indonesia. Informan
yang diambil adalah mahasiswa Korea yang berasal dari Universitas Youngsan.
Mahasiswa tersebut melakukan pelatihan bahasa Indonesia sejak tanggal 1-2 Juli
2014 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penutur asli BK yang diambil
berjumlah tiga orang. Pemilihan informan berjumlah tiga informan berlandaskan pada
kajian mendalam tentang ciri akustik bahasa Indonesia oleh penutur asli BK.
Sehingga tiga informan jika dianalisis bisa menggambarkan secara mendalam ciri
akustik penutur asli bahasa BK dalam merealisasikan bahasa Indonesia.
Penutur asli BI yang diambil berjumlah tiga orang. penutur asli bahasa
Indonesia yang diambil berlandaskan pada tuturan yang tidak terlalu terpengaruhi
oleh dialek Sunda Bandung ketika merealisasikan bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan
untuk melihat gambaran ciri akustik Indonesia karena belum ada standar baku ciri
bahasa Indonesia yang berasal dari Bandung dengan dialek Sunda Bandung.
Pemilihan informan tersebut berlandaskan bahwa penutur Indonesia berdialek Sunda
Bandung cenderung lebih mudah terkontaminasi oleh bahasa lain. Dalam hal ini,
tingkat loyalitas penutur Sunda Bandung sangat kurang. Berbeda dengan penutur
Jawa, tingkat loyalitas penutur Jawa masih tinggi. Beberapa ahli bahasa di Indonesia
mengungkapkan bahwa bahasa Sunda mulai terancam punah. Sehingga, penutur asli
bahasa Indonesia berdialek Sunda Bandung diharapkan mampu memberikan
gambaran ciri akustik bahasa Indonesia. Agar lebih menguatkan ciri akustik bahasa
Indonesia, informan yang diambil berasal dari mahasiswa bahasa Indonesia di UPI
yang berasal dari Bandung. Hal tersebut disebabkan mahasiswa akan mendapat
pengaruh terhadap perkembangan kebahasaan Indonesia apabila pembelajaran bahasa
Indonesia secara intens dilakukan. Dalam Dialektologi pun dijelaskan bahwa bahasa
pertama seorang penutur akan mendapat pengaruh yang signifikan apabila
dipengaruhi oleh bahasa atau dialek lain dalam jangka waktu tertentu.
Lokasi penelitian untuk penutur asli BK dilakukan di tempat tinggal
sementara penutur asli BK, sedangkan lokasi penelitian untuk penutur asli BI
dilakukan di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), UPI.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut
Sarwono (2006, hlm.259), penelitian deskriptif memunculkan data berupa
gejala-gejala, kejadian, dan peristiwa yang dianalisis dalam bentuk kategori. Hasil tujuan
penelitian deskriptif menggambarkan informasi karakteristik fisik, sosial, perilaku,
dll. Dalam penelitian ini, metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk
menggambarkan struktur melodik dan struktur temporal penutur asli BK dan penutur
dalam setiap segmentasi vokal dan konsonan BI yang direalisasikan penutur asli BK
dan penutur asli BI.
C. Metode Kajian
Metode kajian fonetik dilakukan dengan fonetik impresionistik dan
eksperimental. Berdasarkan pada pendapat Hayward (Nicolic, 2007, Hlm.32) sebagai
salah satu ahli fonetik eksperimental yang terkenal. Hayward (Nicolic, 2007)
mengungkapkan bahwa fonetik eksperimental adalah kajian bahasa lisan atau ujaran
apapun yang diproses dengan instrumen. Instrumen tersebut digunakan agar berbagai
aspek dari suatu tuturan dapat divisualisasikan dan digunakan pula sebagai dasar
untuk pengukuran-pengukuran data bunyi. Hasil penelitian yang diolah dalam
instrumen direpresentasikan berdasarkan impresionistik secara akurat. Impresionistik
ini digunakan untuk mendeskripsikan gejala akustik penutur asli BK dan penutur asli
BI.
D. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Ciri akustik adalah ciri yang menyertai bunyi tunggal (segmental), yakni
frekuensi, intensitas, dan durasi oleh penutur asli BK dan penutur asli BI.
2) Durasi adalah waktu yang diperlukan dalam merealisasikan sebuah bunyi bahasa
oleh penutur asli BK dan penutur asli BI.
3) Frekuensi adalah nada dari sebuah bahasa oleh penutur asli BK dan penutur asli
BI.
4) Intensitas adalah tekanan yang diucapkan dalam sebuah bunyi bahasa oleh
5) Struktur melodik adalah variasi nada yang melapisi sebuah tuturan pada bahasa
tertentu oleh penutur asli BK dan penutur asli BI. struktur melodik disebut juga
dengan intonasi.
6) Struktur temporal adalah tekanan dan durasi dalam tuturan yang diucapkan dalam
sebuah bahasa oleh penutur asli BK dan penutur asli BI.
7) Penutur asli bahasa Korea (penutur asli BK) adalah mahasiswa dari Universitas
Korea yang berasal dari Busan dengan berdialek Kyeongsangdo
8) Penutur asli bahasa Indonesia (penutur asli BI) adalah mahasiswa Prodi Bahasa
dan Sastra Indonesia dari Universitas Indonesia yang berasal dari Kota Bandung
dengan berdialek Sunda Bandung.
9) Speech Analyzer adalah program komputer untuk mengukur ciri akustik yang
berupa nada, tekanan, dan durasi pada penutur asli BK dan penutur asli BI.
10) Tuturan lisan adalah wacana yang memuat seluruh fonem bahasa Indonesia yang
dibacakan oleh penutur asli BK dan penutur asli BI.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah wacana. Wacana digunakan untuk
pengambilan data penelitian. Dalam hal ini, wacana yang dimaksud adalah wacana
bertemakan sastrawan Indonesia. Berikut adalah wacana yang diberikan kepada para
informan.
Andrea Hirata
merasa terbebani dengan nama itu. Ketika menginjak remaja, Ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun. Andrea dibesarkan dalam masyarakat yang miskin di desa terpencil. Meskipun dia tinggal di sebuah desa yang penuh dengan segala keterbatasan, dia mampu mengarifi lingkungan sekitar untuk dijadikan motivasi dalam mewujudkan mimpinya.
Berdasarkan data di atas, informan penutur asli BK dan penutur asli BI
membaca wacana yang di dalamnya memuat seluruh fonem bahasa Indonesia.
pemilihan wacana di atas pun dikaitkan dengan pembelajaran BIPA yang
menggunakan tema sastrawan Indonesia dalam salah satu pembelajarannya.
Dalam teknik pengambilan data, intrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hanphone Blackberry 9330 untuk merekam bunyi tuturan
informan. Tidak hanya itu, penelitian ini menggunakan speech analyzer (SA) untuk
menganalisis struktur temporal dan melodik dengan cara mensegmentasikan bunyi
vokal dan konsonan bahasa Indonesia. Dengan menggunakan SA, penelitian ini akan
mampu mendeskripsikan gejala akustik, yakni nada, tekanan, durasi, dan jeda penutur
asli BK dan penutur asli BI.
F. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua, yakni data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah bunyi tuturan bahasa
Indonesia yang direalisasikan oleh penutur asli BK dan penutur asli BI dalam bentuk
wacana yang telah dibuat oleh peneliti. bunyi tuturan yang direkam terdiri dari 11
kalimat. Dalam hal ini, wacana yang diambil mengambil tema sastrawan Indonesia,
yakni Andrea Hirata. Data sekunder dalam penelitian ini adalah sistem klasifikasi
vokal dan konsonan BI. Data sekunder tersebut digunakan karena wacana tersebut
memuat seluruh fonem (vokal dan konsonan) bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan
Indonesia dari setiap fonem bahasa Indonesia yang direalisasikan oleh penutur asli
BK dan penutur asli BI. Struktur melodik menyangkut nada dan tekanan atau
intensitas, sedangkan struktur temporal menyangkut durasi dan jeda.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak.
Metode simak adalah metode penyediaan data yang dapat dilakukan dengan cara
menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2005, hlm.90). Metode ini dapat
disejajarkan dengan metode observasi atau pengamatan (Gunarwan dalam Mahsun)
yang biasanya digunakan dalam disiplin dan ilmu sosial serta ilmu-ilmu lainnya.
Dalam penerapannya, metode ini diikuti dengan teknik-teknik yang menjadi
bawahannya karena metode simak merupakan metode dasar. Teknik yang digunakan
untuk pelaksanaan metode simak adalah teknik sadap. Hal tersebut karena
penyimakan pada umumnya diwujudkan dengan penyadapan (Mahsun, hlm.2005).
Penelitian ini menggunakan teknik rekam untuk mengambil data. Data yang
diperoleh dalam bentuk rekaman dengan format wav. Penelitian ini pun menggunakan
teknik lanjutan, yakni teknik simak bebas libat cakap. Dalam teknik simak bebas libat
cakap, peneliti berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa para informan
(Mahsun, 2005, Hlm.91) dan teknik catat yang dilakukan ketika menerapkan metode
simak dengan teknik lanjutan di atas (Mahsun, 2005, Hlm.91).
H. Teknis Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian ini diawali dengan mentranskripsi
fonetis dari sumber data. Setelah mentranskripsikan wacana dalam lambang fonetis,
dilakukan pensegmentasian per kalimat dalam SA. Terdapat sebelas kalimat yang
disegmentasikan dalam SA. Setelah itu, bunyi tuturan pada sebelas kalimat tersebut
disegmentasikan menjadi per fonem. Selanjutnya, hasil segmentasikan bunyi tuturan
tersebut disimpan dalam format wav dan dimasukan ke dalam SA untuk analisis data.
Hal ini dilakukan untuk memproses tuturan-tuturan tersebut dengan mengolahnya,
menemukan dan memisahkan ciri akustik mengenai frekuensi (Hz), intensitas (dB),
dan durasi (md) sebagai ciri akustik ujaran yang paling penting. Di bawah ini akan
disertakan contoh sederhana yang menjelaskan tahap analisis suatu kalimat.
Gambar 3.1
Gambar 3.3
informan 01, laki-laki: durasi dan tekanan pada kalimat 1
Setelah mensegmentasikan perfonem dilakukan pemisahan ciri akustik
menyangkut frekuensi (Hz), intensitas (dB), dan durasi (md) pada gambar di atas
sebagai ciri akustik ujaran yang paling penting. Setelah itu, ciri akustik yang muncul
informan BK dan BI dilakukan pengambilan ciri akustik rata-rata dari ketiga
Informan. Ciri akustik tersebut akan dipindahkan dalam bentuk tabel agar dapat
tergambar secara jelas. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Nilai Rata-Rata Nada, Tekanan, dan Durasi per Segmen pada kalimat 1
Ciri akustik rata-rata per Segmen fonem
Fonem Nada (Hz) Tekanan (dB) Durasi (md)
[a]
Selanjutnya, penelitian ini akan melihat bagaimana nada, tekanan (intensitas),
dan durasi pada penutur asli BK dan penutur asli BI. Nada berhubungan dengan
tinggi-rendahnya sebuah bunyi ujaran, tekanan (intensitas) berhubungan dengan
keras-lemahnya sebuah ujaran; dan durasi berhubungan waktu ujaran (Marsono,
asli BK dan penutur asli BI. Sehingga ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli