• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN DAN WASIAT DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN DAN WASIAT DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN AHLI WARIS PEREMPUAN DAN WASIAT

DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

ABSTRAK

Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Pembagian

harta warisan, khususnya yang beragama Islam telah diatur dalam Undang

Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. UU ini merupakan revisi

atas beberapa pasal dan ayat dari UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

yang dalam beberapa pasalnya masih mengandung unsur deskriminatif atas

penguasaan hak warisan antara laki-laki dan perempuan. Permasalahan yang

mungkin timbul adalah apakah aturan-aturan hukum tersebut mampu memenuhi

prinsip keadilan bagi semua pihak yang berperkara, terkait dengan putusan hakim,

di mana substansi keadilan bagi salah satu pihak belum tentu dianggap adil oleh

pihak yang lain yang sedang berperkara. Islam sebagai agama dianggap sebagai

agama sempurna dan fleksibel terhadap perkembangan jaman, sehingga di

kalangan aktivis perempuan berkembang anggapan Islam lebih mendahulukan

laki-laki daripada perempuan. Berkaitan dengan wasiat, garis hukum mengenai

wasiat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa ayat 11 dan 12 tidak menghapus

berlakunya Al-Qur`an surat Al- Baqarah ayat 180. Di lain pihak ajaran kewarisan

patrilineal berpendapat bahwa tidak diperbolehkan berwasiat kepada ibu-bapak

dan kerabat, bila mereka mendapat bagian warisan dalam suatu kasus kewarisan.

Dikemukakan lagi hadis yang isinya mengatakan bahwa tidak ada wasiat bagi ahli

waris. Oleh karena itu, ayat-ayat wasiat dihapus oleh ayat-ayat kewarisan.

(2)

dan pembagian waris, sebagaimana diatur dalam masyarakat di Indonesia,

khususnya hak kewarisan perempuan dengan wasiat dalam hukum kewarisan

Islam sudah adil, selama pelaksanaan waris dilakukan dengan mengacu pada

Al-Qur`an, hadits serta Kompilasi Hukum Islam, dan sebagai solusi atas ketimpangan,antara hak laki-laki dan perempuan, dapat dilakukan terobosan

dengan menggunakan wasiat. Dengan kata lain, hak waris diterimakan dulu

sebagaimana adanya, dan setelah diterimakan pada ahli waris yang berhak dengan

masing-masing bagiannya secara ikhlas dan ridha, selanjutnya mau dikemanakan

kelebihan pembagian hak laki-laki terhadap warisan tersebut, dilakukan

kesepakatan untuk sebagian hak tersebut dishadaqahkan kepada mereka yang

memerlukan, yang bukan saja kaum perempuan, akan tetapi juga fakir miskin dan

kerabat dekat yang telah putus nasabnya. Cara-cara ini pun dapat dibenarkan oleh

KHI sebagaimana daitur dalam pasal Pasal 202.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu hal yang baru dalam Kompilasi Hukum Islam, Buku II tentang Hukum Kewarisan tersebut adalah diakuianya keberadaan Ahli Waris Pengganti, walaupun masih sangat simpel

3.1 Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Pembagian Harta Waris Pewaris Muslim Kepada Ahli Waris Non Muslim Melalui Wasiat Wajibah Dalam Putusan Mahkamah Agung RI

“ KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI (MAWALI) MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM ” ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, dorongan

Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif Hukum Positif di Indonesia ..... Pendapat ulama mengenai wasiat wajibah bagi ahli

Akan lebih baik lagi apabila pemerintah mengeluarkan suatu petunjuk pelaksanaan dari Kompilasi Hukum Islam khususnya mengenai ketentuan ahli waris pengganti yang diatur di dalam

mengenai keutamaan ahli waris atau ahli waris pengganti menurut Al-Qur’an adalah, dalam sistem hukum waris Islam menurut Al-Qur’an yang merupakan sistem waris bilateral,

Kajian tentang ahli waris pengganti di dalam hukum kewarisan Islam merupakan kajian baru dan tidak dikenal sebelumnya oleh para fukaha dalam literatur fikih klasik, ketentuan ini

Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif Hukum Positif di Indonesia .... Pendapat ulama mengenai wasiat wajibah bagi ahli waris beda