• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. disajikan sebagai salah satu syarat. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Farikha Wahyu Lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. disajikan sebagai salah satu syarat. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Farikha Wahyu Lestari"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

DALAM MENAATI TATA TERTIB MELALUI LAYANAN

PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK

MODELLING

PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Farikha Wahyu Lestari 1301406025

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2011

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd Drs. Suharso, M.Pd. Kons NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19620220 198710 1 001

Penguji Utama

Dra. Awalya, M.Pd.,Kons. NIP. 19601101 198710 2 001 Penguji/ Pembimbing I Penguji/ Pembimbing II

Drs. Heru Mugiarso, M. Pd., Kons. Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons. NIP. 196106021984031002 NIP. 196112011986011001

(3)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2011

Farikha Wahyu Lestari

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

• Tanpa disiplin kita akan berhadapan dengan banyak hal yang mungkin tidak bisa kita capai (O. Solihin)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Orangtua dan kakakku

2. Guru-guruku

3. Anggun Cost Community 4. Teman-teman BK 2006 5. Almamaterku

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Menaati Tata Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini menelaah kedisiplinan siswa karena dewasa ini remaja dan anak-anak mempunyai tingkat kedisiplinan yang cenderung rendah dalam kedisiplinan. Hal ini juga terjadi pada siswa di SMP N 11 Semarang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.

Penyusunan skripsi berdasarkan atas penelitian eksperimen yang dilakukan dalam suatu prosedur terstruktur dan terencana. Dalam proses penulisan skripsi ini tidak banyak kendala, meskipun diakui penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat rahmat Allah SWT dan usaha, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menyelesaikan studi di UNNES

2. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Suharso, M.Pd., Kons, Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

4. Drs. Heru Mugiarso, M. Pd., Kons, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(6)

vi

5. Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, semangat dan motivasi kepada penulis.

6. Dra. Awalya, M.Pd., Kons dan tim penguji yang telah menguji skripsi dan memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis

8. Kepala SMP Negeri 11 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Dra. Sri Hastuti, M.Pd., Kons yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

10. Siswa siswi kelas VII C SMP N 11 Semarang atas partisipasi dan kerjasamanya. 11. Ibu, ayah, kakak, serta keluarga besarku yang tiada henti memberikan doa dan

dukungan.

12. Sahabat-sahabatku Shelly, Desti, Lilis, Cephy, Ratna, Linda, Mbak Muslikah, Mbak Hikmah, Mbak Fitri dan teman-teman BK ’06, yang menjadi teman berbagi.

13. Sahabat-sahabatku Anggun kos, Esti, Ayu, Melisa, Fidah, Zauma, Uut, dan Haura yang menjadi teman berbagi dan saling memberikan semangat.

14. Keluarga besar PPLK BK-LP3 UNNES yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

15. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk para pembaca.

Semarang, Agustus 2011

(7)

vii

ABSTRAK

Lestari, Farikha Wahyu. 2011. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Menaati Tata Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Drs. Heru Mugiarso, M. Pd., Kons. dan Dosen Pembimbing II: Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons.

Kata Kunci: kedisiplinan dalam menaati tata tertib, layanan penguasaan konten dengan teknik modelling

Disiplin merupakan salah satu kecakapan hidup yang sangat penting dan perlu dimiliki oleh setiap orang guna mencapai kesuksesan dalam hidupnya, tidak hanya kesuksesan dalam belajar tetapi juga kesuksesan dalam hidup bermasyarakat. Sikap disiplin menaati tata tertib meliputi tiga aspek yaitu: pemahaman tentang peraturan yang berlaku, sikap mental yang baik dan kesungguhan dalam menaati tata tertib. Fenomena di lapangan menunjukkan kondisi kedisiplinan siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang dalam ketiga aspek tersebut masih rendah. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran kedisiplinan siswa kelas VII dalam menaati tata tertib sebelum dan setelah diberi layanan penguasaan konten dengan teknik

modelling.

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang. Teknik sampling yang digunakan adalah

Cluster Random Sampling dan kelas VII C yang menjadi sampel penelitian dengan jumlah responden 32 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen skala kedisiplinan sebanyak 63 item. Instrument tersebut telah diujicobakan untuk digunakan dalam penelitian. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase dan t-test.

Hasil penelitian yang diperoleh, tingkat kedisiplinan siswa sebelum mendapatkan layanan penguasaan konten tergolong dalam kategori sedang dengan persentase 66,6% Setelah mendapatkan penguasaan konten meningkat menjadi 77,6% dalam kategori tinggi. Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 11%. Dari perhitungan uji t-test diperoleh t hitung = 10,67 > t tabel = 2,04. Hasil tersebut menunjukkan bahwa layanan

penguasaan konten dengan teknik modelling dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Simpulan dari penelitian ini adalah kedisiplinan siswa dapat ditingkatkan melalui pemberian layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. Saran yang diberikan yaitu, pihak sekolah untuk menyediakan sarana yang mendukung pelaksanaan program BK, guru pembimbing untuk menggunakan layanan penguasaan konten dengan teknik

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 9 1.4.1 Manfaat Teoritis... 9 1.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penyusunan Skripsi ... 10

1.5.1 Bagian Awal Skripsi ... 10

1.5.2 Bagian Isi ... 10

1.5.3 Bagian Akhir ... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Disiplin 2.2.1 Pengertian Disiplin ... 15

2.2.2 Macam-Macam Disiplin ... 15

(9)

ix

2.2.4 Unsur-Unsur Disiplin ... 18

2.2.5 Faktor-Faktor Disiplin ... 19

2.2.6 Pembentukan Disiplin... 20

2.3 Tata Tertib 2.3.1 Pengertian Tata Tertib ... 22

2.3.2 Unsur-Unsur Tata Tertib ... 23

2.4 Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling 2.4.1 Layanan Penguasaan Konten ... 25

2.4.1.1 Pengertian Layanan Penguasaan Konten ... 25

2.4.1.2 Tujuan Layanan Penguasaan Konten ... 26

2.4.1.3 Komponen-Komponen Layanan Penguasaan Konten ... 28

2.4.1.4 Pendekatan, Teknik dan Media Pembelajaran ... 29

2.4.2 Teknik Modelling 2.4.2.1 Pengertian Teknik Modelling ... 31

2.4.2.2 Macam-macam Modelling ... 32

2.4.2.3 Tujuan teknik Modelling ... 34

2.4.2.4 Tahapan-Tahapan Terjadinya Modelling ... 35

2.4.2.5 Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menentukan Model . 37

2.5 Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Menaati Tata Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling ... 38

2.6 Hipotesis ... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian ... 44 3.1.2 Desain Penelitian ... 45 3.1.2.1Pre Test ... 47 3.1.2.2Materi Treatment ... 47 3.1.2.3Perlakuan ... 48 3.1.2.4Post Test ... 49 3.2 Variabel penelitian 3.2.1 Identifikasi Variabel ... 50

3.2.2 Hubungan Antar Variabel ... 50

3.2.3 Definisi Operasional Variabel 3.2.3.1Disiplin dalam Menaati Tata Tertib ... 51

3.2.3.2Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling ... 51

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.3.1 Populasi ... 52

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 53

3.4 Instrumen Penelitian, Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Penyusunan Instrumen ... 53

3.4.2 Validitas Instrumen ... 55

(10)

x

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase ... 59

3.6.2 Uji t-test ... 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Kondisi Kedisiplinan dalam Menaati Tata Tertib Sekolah Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Sebelum Diberi Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling ... 62

4.1.2 Gambaran kondisi kedisiplinan dalam menaati tata tertib sekolah siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Setelah Diberi Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling ... 66

4.1.3 Perbedaan Kondisi Kedisiplinan dalam Menaati Tata Tertib Sekolah Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Sebelum dan Setelah Diberi Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling Simbolik ... 70

4.1.3.1Analisis Deskriptif Persentase ... 70

4.1.3.2Analisis Uji Beda t-test ... 76

4.1.3.3Hasil Pengamatan Saat Penelitian ... 77

4.2 Pembahasan ... 92 4.3 Keterbatasan Penelitian ... 99 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 100 5.2 Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rancangan Materi Layanan Penguasaan Konten ... 47

3.2 Populasi Siswa Kelas VII ... 52

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Skala Kedisiplinan ... 54

3.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kedisiplinan Menaati Tata Tertib ... 60

4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test ... 63

4.2 Hasil Pre Test per Aspek ... 64

4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Post Test ... 67

4.4 Hasil Post Test per Aspek ... 67

4.5 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test ... 71

4.6 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Indikator Pemahaman tentang Peraturan yang Berlaku ... 72

4.7 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Mental yang Baik ... 73

4.8 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Kesungguhan dalam Menaati Tata Tertib Indikator ... 75

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Problematik Skripsi ... 42

3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 46

3.2 Hubungan Antar Variabel ... 50

(13)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pre Test Aspek Pemahaman tentang Peraturan yang Berlaku ... 64

4.2 Hasil Pre Test Aspek Sikap Mental ... 65

4.3 Hasil Pre Test Kesungguhan dalam Menaati Tata Tertib ... 66

4.4 Hasil Post Test Aspek Pemahaman tentang Peraturan yang Berlaku ... 68

4.5 Hasil Post Test Aspek Sikap Mental ... 69

4.6 Hasil Post Test Kesungguhan dalam Menaati Tata Tertib ... 70

4.7 Perbedaan Kedisiplinan Siswa Sebelum dan Setelah Diberi Layanan Penguasaan Konten ... 71

4.8 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Pemahaman tentang Peraturan yang Berlaku ... 72

4.9 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Aspek Sikap Mental yang Baik ... 74

4.10 Perbedaan Hasil Pre Test dan Post Test Kesungguhan dalam Menaati Tata Tertib ... 75

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi-Kisi Instrument Try Out

2. Skala Kedisiplinan Try Out 3. Kisi-Kisi Instrument Penelitian

4. Instrumen Penelitian Skala Kedisiplinan 5. Satuan Layanan dan Materi Pertemuan I

(15)

1

1.1

Latar Belakang

Pada saat ini Indonesia telah memasuki era pasar bebas dimana setiap orang dapat memasuki Indonesia untuk beraktifitas tanpa melihat kewarganegaraannya. Kondisi ini menuntut setiap warga negara Indonesia untuk mampu bersaing dengan warga negara lain karena tonggak kemajuan sebuah bangsa untuk bisa bersaing di pasar bebas bergantung pada mutu sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam kompetensi dan kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia agar mampu bersaing dengan warga negara lain. Salah satu kompetensi tersebut adalah disiplin diri.

Disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan tunduk terhadap peraturan yang berlaku tetapi kepatuhan itu lebih ditekankan pada kesadaran diri bukan karena paksaan. Akan tetapi pada kenyataannya banyak perilaku disiplin manusia yang dilatarbelakangi karena adanya paksaan atau aturan yang mengekang. Sehingga asumsi yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa disiplin itu berarti kaku dan menakutkan.

Mengutip pernyataan dari Durkheim (1990:35) yang menyebutkan bahwa disiplin mempunyai tujuan ganda yaitu untuk mengembangkan suatu keteraturan tertentu dalam tindak-tanduk manusia dan memberikan suatu sasaran tertentu yang sekaligus juga membatasi cakrawalanya. Selain itu Rimm (2003: 47) mengungkapkan bahwa disiplin mempunyai tujuan untuk mengarahkan anak agar

(16)

mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung pada disiplin diri. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa disiplin sangat penting untuk menjadikan individu lebih terarah dalam menjalani kehidupannya.

Disiplin merupakan salah satu kecakapan hidup yang sangat penting dan perlu dimiliki oleh setiap orang guna mencapai kesuksesan dalam hidupnya, tidak hanya kesuksesan dalam belajar tetapi juga kesuksesan dalam hidup bermasyarakat. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri jika masih banyak orang yang tidak menerapkan disiplin dalam kehidupannya. Terdapat banyak alasan mengapa seseorang tidak dapat berlaku disiplin, diantaranya adalah malas, belum terbiasa dengan disiplin, dan belum mampu bersikap tegas pada diri sendiri. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah upaya agar seseorang dapat berlaku disiplin. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal.

SMP Negeri 11 Semarang adalah salah satu sekolah menengah pertama dengan standar nasional. Sebagian besar siswa di sekolah ini berasal dari kalangan keluarga menengah ke bawah, meskipun juga terdapat beberapa siswa yang berasal dari ekonomi mampu. Jadi siswa yang bersekolah di tempat ini heterogen, mereka mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda baik dari cara belajar, bergaul hingga dalam mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.

Seperti halnya di sekolah lain di SMP Negeri 11 Semarang juga terdapat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswa. Peraturan ini ditetapkan dengan tujuan agar para siswa berhasil dalam menuntut ilmu selama berada di

(17)

SMP Negeri 11 Semarang. Peraturan yang ada di sekolah ini tidak hanya berkaitan dengan hal belajar tetapi juga dalam hal beribadah dan bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini bertujuan agar setiap siswa dapat berlaku disiplin dalam segala aspek kehidupan di sekolah pada khususnya dan aspek kehidupan di masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan selama melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 11 Semarang peneliti menangkap fenomena banyaknya siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Pada tata tertib sekolah terdapat poin yang menyebutkan bahwa tanda bel masuk dibunyikan pada pukul 06.45 WIB, siswa harus sudah masuk kelas kemudian berdoa bersama dengan dipandu Bapak/Ibu guru. Akan tetapi peneliti menemui banyaknya siswa kelas VII di dalam kelas yang tidak berdoa dengan khusyuk, mereka sering berbicara dengan teman-temannya atau mengerjakan PR.

Salah satu guru pembimbing di SMP Negeri 11 mengemukakan bahwa seluruh siswa SMP Negeri11 memahami akan adanya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Akan tetapi hal tersebut masih berhenti pada tingkat pemahaman saja belum dimanifestasikan dalam sebuah tindakan. Masih terdapat banyak siswa yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku sehingga perilaku disiplin belum tampak pada diri setiap siswa. Masalah pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa belum diadministrasikan dengan baik karena tidak adanya petugas khusus yang menangani masalah kedisiplinan siswa. Apabila siswa telah melakukan pelanggaran tata tertib berulang kali biasanya dilimpahkan ke guru pembimbing untuk selanjutnya mendapatkan pelayanan BK.

(18)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada saat melaksanakan PPL di SMP Negeri 11 Semarang diperoleh data bahwa tingkat kesadaran untuk berdisiplin siswa SMP Negeri 11 Semarang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Menurut Wijaya (1991: 18) siswa dikatakan disiplin dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: melaksanakan tata tertib dengan baik, taat terhadap kebijakan yang berlaku, menguasai diri dan introspeksi (mempunyai sense of responsibility). Akan tetapi indikator-indikator tersebut belum ditemukan pada siswa SMP Negeri 11 Semarang khususnya pada kelas VII. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Pelanggaran tata tertib yang sering dilakukan antara lain adalah setiap hari terdapat siswa yang datang terlambat rata-rata sebanyak 1,6%. Selain itu jumlah siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan pada awal tahun ajaran 2010/2011 adalah sebesar 25%.

Selain sering tidak masuk tanpa alasan juga masih ada banyak siswa yang terlambat masuk ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran. Ketika di dalam kelas mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik, biasanya mengobrol sendiri atau lebih asyik menggambar ketika guru sedang menerangkan. Ketika peneliti mengajar ada 30% siswa yang selalu datang terlambat masuk ke dalam kelas, mereka sering beralasan dari kamar mandi. Ketika jam pelajaran sudah dimulai siswa tidak segera masuk kelas tapi harus disuruh dulu baru mereka masuk kelas.

Sense of responsibility yang dimiliki siswa SMP Negeri 11 terutama dalam hal belajar masih rendah. Hal ini ditunjukkan tidak teraturnya jadwal belajar

(19)

siswa, mereka tidak mempunyai jadwal pribadi untuk mengatur belajar di luar jam sekolah. Data ini diperoleh peneliti ketika memberikan layanan penguasaan konten dengan materi keterampilan belajar hanya terdapat 5% siswa yang memiliki jadwal belajar yang telah pasti. Siswa masih belum mampu untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan baik. Dampak yang muncul dari kondisi itu adalah banyaknya siswa yang memanfaatkan waktu luangnya untuk hal-hal yang kurang positif. Peneliti mengamati dampak yang timbul karena siswa tidak mempunyai kedisiplinan dari dalam diri yaitu banyak siswa yang terkena kasus pergaulan bebas yaitu: merokok, video porno dan gaya pacaran yang berlebihan.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi disiplin seseorang, menurut Tu’u (2004: 48-50) disiplin dipengaruhi oleh kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan terhadap peraturan, alat pendidikan yang mempengaruhi perubahan perilaku, serta hukuman sebagai penyadaran. Mengacu pada teori tersebut serta fenomena yang terjadi di SMP Negeri 11 Semarang dapat dikatakan bahwa permasalahan rendahnya disiplin siswa lebih dipengaruhi dari faktor kesadaran diri. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menumbuhkan disiplin siswa yang didasari atas kesadaran dari masing-masing individu.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa adalah dengan menggunakan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling merupakan sebuah bentuk layanan yang ditujukan kepada setiap individu dan bertujuan untuk memandirikan setiap individu. Salah

(20)

satu layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa adalah dengan menggunakan layanan penguasaaan konten.

“Layanan penguasaaan konten merupakan layanan yang mempunyai fungsi agar seseorang dapat menguasai suatu konten tertentu untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara atau kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya” (Prayitno, 2004: 2).

Alasan peneliti menggunakan layanan penguasaan konten untuk meningkatkan disiplin siswa karena peneliti ingin menumbuhkan disiplin yang didasari atas kesadaran diri. Permasalahan kedisiplinan yang dihadapi oleh siswa SMP Negeri 11 Semarang perlu diselesaikan dengan menggunakan pendekatan yang lebih bersifat personal. Layanan penguasaan konten dapat dilakukan secara klasikal tanpa meninggalkan aspek-aspek personal individu yang butuh untuk dikembangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 8) bahwa:

“Layanan penguasaaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka dengan format klasikal, kelompok, atau individual dengan tetap memberikan sentuhan-sentuhan pada aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral)”.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan disiplin pada diri seseorang, antara lain adalah adanya alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku disiplin serta diperlukan adanya teladan untuk membentuk disiplin itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti memilih layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling untuk membantu mengatasi permasalahan disiplin siswa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muslikah (2010: 100), hasil penelitian yang diperoleh adalah “terjadi peningkatan motivasi berprestasi

(21)

setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling simbolik”. Hasil akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah mendapatkan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling.

Berdasarkan profil SMP Negeri 11 Semarang, studi pra penelitian, jurnal penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa masih rendah dan diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Layanan penguasaan konten dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam menguasai konten-konten tertentu, dan diduga efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 11 Semarang.

Mengacu pada penjelasan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib melalui layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2010/2011”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka permasalahan utama adalah “upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib melalui layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2010/2011” yang ingin dikaji lebih lanjut dalam pertanyaan penelitian berikut:

(22)

1. Bagaimana gambaran kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib sebelum diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana gambaran kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah

diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun 2010/2011?

3. Apakah terdapat peningkatan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun 2010/2011?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui “upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib melalui layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2010/2011”. Secara lebih rinci tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib sebelum diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun ajaran 2010/2011.

(23)

2. Untuk mengetahui gambaran kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun 2010/2011. 3. Untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib

setelah diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun 2010/2011.

1.4

Manfaat

Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah sumbangan pemikiran ilmiah dan menambah pengetahuan baru bagi penulis. 2. Menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut tentang

permasalahan yang terkait

3. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta pengembangan ilmu bimbingan dan konseling pada khususnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mempunyai sikap disiplin yang akan bermanfaat untuk kehidupannya ke depan.

(24)

2. Bagi konselor

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan konselor dalam usaha membantu siswa menjadi disiplin tanpa menggunakan hukuman. 3. Bagi sekolah

Memberikan bahan acuan bagi pihak sekolah untuk membentuk pribadi siswa yang disiplin.

1.5

Sistematika

Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1.5.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, lembar pengesahan, pernyataan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 mengkaji landasan teori yang berisi tentang teori yang melandasi penelitian, terdiri dari; (1) Penelitian terdahulu. (2) Disiplin, yang meliputi: pengertian disiplin, macam-macam disiplin, aspek-aspek disiplin, unsur disiplin, indikator-indikator disiplin, faktor-faktor disiplin, dan pembentukan disiplin. (3) Tata tertib, yang meliputi: pengertian tata tertib dan unsur-unsur dalam tata tertib. (4) Layanan penguasaan konten dengan teknik modelling, yang meliputi: layanan

(25)

penguasaan konten (pengertian; materi dalam layanan penguasaan konten; tujuan dan fungsi layanan penguasaan konten; komponen-komponen dalam layanan penguasaan konten; asas layanan penguasaan konten; pendekatan, teknik dan media pembelajaran; operasionalisasi layanan penguasaan konten; penilaian), dan teknik modelling (pengertian; macam-macam model; tujuan teknik modelling, tahapan terjadinya modelling). (4) Meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib melalui layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. (5) Hipotesis.

Bab 3 berisi tentang metodologi penelitian yang terdiri dari (1) jenis dan desain penelitian, (2) variabel penelitian, (3) populasi, sampel, dan teknik sampling (4) instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.

Bab 4 hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian.

Bab 5 penutup yang berisi simpulan dan saran. 1.5.3 Bagian Akhir

Bagian akhir yang terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian terdahulu serta teori-teori yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian. Teori-teori-teori yang akan diuraikan antara lain berkaitan dengan: (1) Disiplin, yang meliputi; pengertian disiplin, macam-macam disiplin, aspek-aspek disiplin, unsur disiplin, faktor-faktor disiplin, dan pembentukan disiplin. (2) Tata tertib, yang meliputi; pengertian tata tertib dan unsur-unsur dalam tata tertib. (3) Layanan penguasaan konten dengan teknik modelling, yang meliputi; layanan penguasaan konten (pengertian; materi dalam layanan penguasaan konten; tujuan dan fungsi layanan penguasaan konten; komponen-komponen dalam layanan penguasaan konten; asas layanan penguasaan konten; pendekatan, teknik dan media pembelajaran; operasionalisasi layanan penguasaan konten; penilaian), dan teknik modelling (pengertian; macam-macam model; tujuan teknik modelling, tahapan terjadinya modelling). (4) Meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib melalui layanan penguasaan konten dengan teknik modelling. (5) Hipotesis.

2.1

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tertentu sesuai dengan kondisi yang ada. Penelitian terdahulu bermanfaat bagi peneliti pemula sebagai

(27)

acuan serta pembanding untuk melaksanakan penelitian berikutnya. Pada sub bab ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan siswa.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Radiana (2003: 4) diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: pembentukan perilaku disiplin pada siswa SMU Terpadu Krida Nusantara menggunakan empat pendekatan yaitu Depdiknas, militer, keagamaan dan wali asuh. Keempat lembaga tersebut cukup efektif dalam meningkatkan disiplin siswa, hal ini terbukti dengan semakin sedikitnya siswa yang melanggar tata tertib sekolah.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Suhada (2006: 5) yakni tentang strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap berbagai peraturan sekolah diketahui bahwa suatu visi sekolah yang bernuansa keagamaan dapat dijadikan landasan bagi guru agama maupun guru mata pelajaran lain untuk mengembangkan pembelajaran terutama dalam penerapan disiplin. Penciptaan suasana yang kondusif dengan peraturan-peraturan sekolah dapat menumbuhkan sikap disiplin, serta pembinaan disiplin akan lebih maksimal hasilnya apabila dilakukan secara sinergik oleh sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Muslikah (2010: 100) diketahui bahwa melalui layanan penguasaan konten dengan teknik modelling simbolik motivasi berprestasi siswa dapat ditingkatkan. Selain ketiga penelitian tersebut terdapat sebuah penelitian tentang penanaman disiplin siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok yang telah diteliti oleh Sari (2009:

(28)

99) memperoleh hasil bahwa pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang efektif dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa.

Mengacu pada beberapa hasil penelitian yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, antara lain dengan menciptakan lingkungan beragama yang kondusif, menerapkan peraturan yang ketat dan memberlakukan sanksi bagi pelanggarnya, serta menggunakan layanan bimbingan dan konseling. Untuk menanamkan disiplin pada siswa diperlukan adanya kerja sama dari pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat baik itu sebagai pembuat peraturan maupun sebagai contoh. Dengan demikian kedisiplinan siswa dapat terbentuk dari hasil pengamatan terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya serta latihan untuk menerapkannya. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut maka dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian dengan asumsi bahwa kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib dapat ditingkatkan melalui pemberian layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling.

2.2

Disiplin

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan disiplin yaitu: pengertian disiplin, macam-macam disiplin, aspek-aspek disiplin, unsur disiplin, faktor-faktor disiplin, dan pembentukan disiplin.

(29)

2.2.1 Pengertian Disiplin

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri. (Lemhanas 1997: 12)

Tu’u (2004: 33) merumuskan bahwa disiplin adalah sebuah upaya untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, yang muncul karena adanya kesadaran diri bahwa ketaatan itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

Sedangkan Semiawan (2009: 89) mendefinisikan bahwa disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa disiplin adalah suatu sikap patuh terhadap suatu peraturan yang dilakukan secara sadar dan tanggung jawab yang berguna untuk mencapai keberhasilan diri dalam hidup bermasyarakat.

2.2.2 Macam-Macam Disiplin

Menurut Bahri (2009: 31-33) disiplin dikelompokkan sebagai berikut: (1) Disiplin pribadi, yaitu pengarahan diri ke setiap tujuan yang diinginkan

melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin pribadi merupakan perintah yang datang dari hati nurani disertai kerelaan untuk melakukan disiplin.

(30)

(2) Disiplin sosial yaitu perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam hidup bermasyarakat. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan negara.

(3) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh negara.

(4) Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan sebagai ilmuwan.

(5) Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah.

Jenis perilaku disiplin menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997: 14) adalah sebagai berikut:

(1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(2) Kepatuhan dinamis artinya bukan kepatuhan yang mati dalam mewajibkan seseorang untuk patuh.

(3) Kesadaran artinya adanya kepatuhan yang sudah menyatu dengan hati dan perbuatan

(4) Rasional artinya kepatuhan melalui proses berpikir

(5) Sikap mental yang menyatu dalam diri, artinya kepatuhan yang sudah dijabarkan dalam setiap perilaku dan perbuatan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

(31)

(6) Keteladanan artinya setiap orang harus dapat menjadi teladan atau contoh yang baik bagi orang lain.

(7) Keberanian dan kejujuran artinya sikap yang tidak mendua, yaitu sikap tegas dan lugas dalam menerapkan aturan atau sanksi.

2.2.3 Aspek-Aspek Disiplin

Menurut Bahri (2009: 27) ada tiga aspek disiplin yaitu sebagai berikut: (1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai

hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

(2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku, pemahaman tersebut menumbuhkan atau kesadaran untuk memahami disiplin sebagai suatu aturan yang membimbing tingkah laku.

(3) Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat difahami bahwa aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk membentuk sikap disiplin adalah pemahaman tentang perilaku, menumbuhkan sikap mental yang taat, norma yang mengatur, keteguhan hati serta kesadaran untuk mematuhi norma yang berlaku.

(32)

2.2.4 Unsur Disiplin

Hurlock (1999: 85-92) menyebutkan 4 (empat) unsur pokok yang digunakan untuk mendidik anak agar berperilaku dengan standar dari keluarga sosial mereka.

1. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku oleh orang tua, guru ataupun teman bermain. Peraturan berfungsi untuk memperkenalkan pada anak bagaimana harus berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan melarang anak untuk berperilaku yang tidak diinginkan oleh anggota keluarga dan masyarakat.

2. Hukuman

Hukuman diartikan sebagai suatu ganjaran yang diberikan pada seseorang karena melakukan kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman digunakan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah.

3. Penghargaan

Penghargaan yaitu setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik, tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa pujian, senyuman ataupun tepukan dipunggung. Penghargaan berfungsi supaya anak mengetahui bahwa tindakan tersebut baik dan anak akan termotivasi untuk belajar berperilaku yang lebih baik lagi.

4. Konsistensi

Konsistensi dapat diartikan sebagai tingkat keseragaman atau stabilitas, yaitu suatu kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus ada dalam

(33)

peraturan, hukuman dan penghargaan. Tujuan dari pada konsistensi adalah anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala sesuatu yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

2.2.5 Faktor-Faktor Disiplin

Tu’u (2004: 48) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai berikut:

(1) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya disiplin.

(2) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur individunya.

(3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

(4) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Selain itu menurut Semiawan (2009: 95) ada beberapa faktor lain lagi yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu yaitu:

(1) Hubungan emosional yang kualitatif dan kondusif sebagai landasan untuk membentuk disiplin.

(2) Keteraturan yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjalankan berbagai aturan.

(3) Keteladanan yang berawal dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin di rumah, seperti belajar tepat waktu.

(4) Lingkungan yang berfungsi untuk pengembangan disiplin, baik lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

(34)

(5) Ketergantungan dan kewibawaan yang harus dimiliki oleh setiap guru dan orang tua untuk memahami dinamisme perkembangan anak.

2.2.6 Pembentukan Disiplin

Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang pada sistem nilai budaya yang telah ada pada masyarakat, ada unsur yang membentuk disiplin yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Disiplin dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan, penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu.

Disiplin akan mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri, peraturan yang ada dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya dan sesama, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri.

Muryanto (2008: 56) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan disiplin pada anak yaitu:

(1) Menunjukkan kasih sayang walaupun mereka melakukan kesalahan (2) Menciptakan disiplin yang tegas dan konsisten

(3) Membiarkan anak menanggung kesalahan yang diperbuat (4) Tidak menggunakan kata-kata kasar

(5) Memberikan pujian yang dapat membangun kepercayaan diri

Sedangkan menurut Hurlock (1999: 93-94) disiplin dapat terbentuk dengan cara:

(35)

(1) Mendisiplinkan secara otoriter yaitu dengan cara menetapkan peraturan dan pengaturan yang keras dan memaksa dengan disertai adanya hukuman terutama hukuman badan apabila tidak dapat memenuhi standar disiplin yang telah ditentukan. Dalam disiplin otoriter sedikit atau sama sekali tidak adanya persetujuan atau tanda-tanda penghargaan lainnya apabila seseorang berhasil memenuhi standar.

(2) Mendisiplinkan secara permisif bisa diartikan sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Dalam cara ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka bebas mengambil keputusan dan berlaku sesuai dengan kehendaknya sendiri.

(3) Mendisiplinkan secara demokratis yaitu dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Cara ini lebih menekankan pada aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Hukuman dalam cara ini tidak diberikan dalam bentuk hukuman badan tetapi lebih pada menghilangkan reward jika anak tidak bisa memenuhi standar.

Berdasarkan pada pendapat yang telah disebutkan sebelumnya, maka ditetapkan bahwa cara pembentukan disiplin yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendisiplinkan anak secara demokratis yaitu mendisiplinkan anak secara tegas dan konsisten dengan menggunakan metode diskusi serta memberikan teladan dan tetap menunjukkan kasih sayang kepada anak.

(36)

2.3

Tata Tertib

2.3.1 Pengertian Tata Tertib

Salah satu indikator sehingga seseorang dapat dikatakan memiliki disiplin diri dalam belajar adalah menjalankan tata tertib dengan baik (Wijaya, 1991: 18). Setiap lembaga mempunyai tata tertib yang digunakan untuk mengatur aktivitas orang-orang yang berada dalam lembaga tersebut. Tata tertib dibuat dengan maksud agar tujuan dari lembaga tersebut dapat tercapai.

Arikunto (1990:122) menyebutkan bahwa tata tertib adalah sesuatu yang mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1148) disebutkan bahwa tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan. Sedangkan Starawaji (2009) mendefinisikan tata tertib sebagai sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, denga tujuan semua orang yang melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tata tertib merupakan serangkaian peraturan yang disusun dalam suatu lembaga secara tersusun dan teratur yang harus ditaati oleh setiap orang yang berada dalam lembaga tersebut dengan tujuan menciptakan suasana yang aman, tertib dan teratur.

Mengacu pada pengertian disiplin dan tata tertib maka dapat dipahami bahwa kedisiplinan dalam menaati tata tertib adalah suatu sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur dalam sebuah lembaga dan

(37)

dilakukan secara sadar serta bertanggung jawab yang berguna untuk mencapai keberhasilan diri dan lembaga.

2.3.2 Unsur-Unsur Tata Tertib

Tata tertib berisi seperangkat peraturan yang meliputi hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang perlu dihindari atau dilarang oleh seseorang, serta ketentuan sanksi yang diberikan bagi orang yang melanggar. Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku secara umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990: 123-124) yaitu:

(1) Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang

(2) Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku dan pelanggar peraturan

(3) Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.

Peraturan yang terdapat dalam tata tertib SMP Negeri 11 Semarang antara lain memuat tentang kegiatan atau aktivitas yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan terutama yang berkaitan dengan kehadiran dalam proses pembelajaran, penggunaan seragam dan atribut sekolah serta hubungan sosialisasi dengan warga sekolah yang lain.

Berdasarkan penjelasan tentang disiplin dan tata tertib maka dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dapat dikatakan disiplin dalam menaati tata tertib sekolah apabila memenuhi indikator sebagai berikut:

(38)

(2) Bertanggung jawab terhadap tugas (3) Berorientasi sukses

(4) Mampu mengendalikan diri

(5) Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan (6) Mampu menjadi teladan

(7) Berani (8) Jujur

(9) Tegas dalam menerapkan aturan (10)Konsisten dalam menjalankan aturan (11)Mematuhi peraturan yang berlaku

(12)Mempunyai hubungan yang baik dengan lingkungan sekolah (13)Dinamis

(14)Paham tentang peraturan yang berlaku di sekolah

(15)Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah (16)Bertingkah laku yang menyenangkan

(17)Rajin belajar

(18)Mampu bekerja sama dengan orang lain (19)Memanfaatkan waktu dengan baik (20)Menerima peraturan yang berlaku

(21)Mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah (22)Mampu mengevaluasi diri (introspeksi diri)

(39)

2.4

Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik

Modelling

2.4.1 Layanan Penguasaan Konten

2.4.1.1 Pengertian Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten dahulu bernama layanan pembelajaran, untuk menghindari kerancuan terhadap istilah suasana belajar dan pembelajaran yang menjadi tugas utama pendidik maka nama layanan pembelajaran dirubah menjadi layanan penguasaan konten.

Sukardi (2003: 39) menyatakan bahwa layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.

Menurut pendapat Prayitno (2004: 2) layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan yang diberikan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

Berdasarkan kedua pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa layanan penguasaan konten adalah sebuah bentuk layanan dalam bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu dengan tujuan agar individu tersebut dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupannya melalui proses belajar. Dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.

(40)

2.4.1.2 Tujuan Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004: 2-4) layanan mempunyai dua tujuan utama yaitu:

(1) Tujuan Umum

Tujuan umum dari adanya layanan penguasaan konten yakni dikuasainya suatu konten tertentu. Layanan penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya. Dengan penguasaan konten diharapkan individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif (effective daily living).

(2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus layanan penguasaan konten dapat dilihat pertama dari kepentingan individu atau klien yang mempelajarinya, dan kedua isi konten itu sendiri. Tujuan khusus layanan penguasaan konten terkait dengan fungsi-fungsi konseling.

(a) Fungsi pemahaman

Menyangkut konten-konten yang isinya merupakan berbagai hal yang perlu dipahami. Dalam hal ini seluruh aspek konten (yaitu fakta, data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, dan bahkan aspek yang menyangkut persepsi, afeksi, sikap dan tindakan) memerlukan pemahaman yang memadai. Konselor dan klien perlu menekankan aspek-aspek pemahaman dari konten yang menjadi fokus layanan penguasaan konten.

(41)

(b) Fungsi pencegahan

Dapat menjadi muatan layanan penguasaan konten apabila kontennya memang terarah kepada terhindarkannya individu atau klien dari mengalami masalah-masalah tertentu.

(c) Fungsi pengentasan

Fungsi pengentasan akan menjadi arah layanan apabila penguasaan konten memang untuk mengatasi masalah yang sedang dialami klien.

(d) Fungsi pengembangan dan pemeliharaan

Penguasaan konten dapat secara langsung maupun tidak langsung mengembangkan disatu sisi, dan disisi lain memelihara potensi individu atau klien. Pengajaran dan pelatihan dalam layanan penguasaan konten dapat mengemban fungsi pengembangan dan pemeliharaan.

(e) Fungsi advokasi

Penguasaan konten yang tepat dan terarah memungkinkan individu membela diri sendiri terhadap ancaman ataupun pelanggaran atas hak-haknya.

Dalam menyelenggarakan layanan penguasaan konten konselor perlu menekankan secara jelas dan spesifik fungsi-fungsi konseling mana yang menjadi arah layanannya dengan konten khusus yang menjadi fokus kegiatannya. Penekanan atas fungsi itulah, sesuai dengan isi konten yang dimaksud.

(42)

2.4.1.3 Komponen-Komponen Layanan Penguasaan Konten

Komponen layanan penguasaan konten adalah konselor, individu atau klien, dan konten yang menjadi isi layanan.

(1) Konselor

Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara layanan penguasaan konten dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan penguasaan konten yang diselenggarakannya.

(2) Individu

Konselor menyelenggarakan layanan penguasaan konten terhadap seorang atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan konten yang menjadi isi layanan. Individu adalah subjek yang menerima layanan, sedangkan konselor adalah pelaksana layanan. Individu penerima layanan penguasaan konten dapat merupakan peserta didik (siswa sekolah), klien yang secara khusus memerlukan bantuan konselor, atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangan dan/ataupun kehidupannya

(3) Konten

Konten merupakan isi layanan penguasaan konten, yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten dalam layanan penguasaan konten dapat diangkat dari bidang-bidang pelayanan konseling, yaitu:

(43)

a) Pengembangan kehidupan pribadi.

b) Pengembangan kemampuan hubungan sosial. c) Pengembangan kegiatan belajar.

d) Pengembangan dan perencanaan karier. e) Pengembangan kehidupan berkeluarga. f) Pengembangan kehidupan beragama

Berkenaan dengan semua bidang pelayanan yang dimaksudkan itu dapat diambil dan dikembangkan berbagai hal yang kemudian dikemas menjadi topik atau pokok bahasan, bahan latihan, dan atau isi kegiatan yang diikuti oleh peserta pelayanan penguasaan konten. Konten dalam layanan penguasaan konten itu sangat bervariasi, baik dalam bentuk, materi, maupun acuannya. Acuan yang dimaksud itu dapat terkait dengan tugas-tugas perkembangan peserta didik, kegiatan dan hasil belajar siswa, nilai, moral, dan tata krama pergaulan, peraturan dan disiplin sekolah, bakat, minat, dan arah karir, ibadah keagamaan, kehidupan, dalam keluarga dan berkeluarga, dan secara khusus permasalahan individu atau klien.

2.4.1.4 Pendekatan, Teknik dan Media Pembelajaran

Layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka, dengan format klasikal, kelompok atau individual. Penyelenggara layanan (konselor) secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan para peserta

(44)

untuk berpartisipasi aktif mengikuti dan menjalani materi dan kegiatan layanan. Dalam hal ini konselor menegakkan dua nilai proses pembelajaran, yaitu

(1) High-touch, yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek-aspek-aspek-aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral), melalui implementasi oleh konselor:

(a) Kewibawaan.

(b) Kasih sayang dan kelembutan. (c) Keteladanan.

(d) Pemberian penguatan.

(e) Tindakan yang tegas yang mendidik.

(2) High-tech, yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten, melalui implementasi oleh konselor:

(a) Materi pembelajaran (konten ). (b) Metode pembelajaran.

(c) Alat bantu pembelajaran. (d) Lingkungan pembelajaran. (e) Penilaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, layanan penguasaan konten dalam penelitian ini akan dilaksanakan oleh peneliti sebagai calon guru pembimbing dan harus menguasai materi terkait dengan atribusi kausal dan teknik modelling untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam berdisiplin diri menaati tata tertib. Media yang digunakan untuk kedua teknik ini adalah LCD. Penilaian kegiatan

(45)

diorientasikan pada tercapainya UCA (Understanding, Comfort, and Action) melalui laiseg.

Untuk mendukung pelaksanaan layanan penguasaan konten dapat digunakan berbagai macam teknik, antara lain adalah:

(1) Penyajian, yaitu konselor menyajikan materi yang berkaitan dengan konten-konten yang perlu dikuasai oleh peserta.

(2) Tanya jawab dan diskusi, konselor bertugas untuk mendorong peserta berpartisipasi aktif untuk meningkatkan pemahaman tentang segala aspek-aspek konten.

(3) Kegiatan lanjutan, kegiatan ini dilakukan untuk melatih peserta menguasai konten. Kegiatan lanjutan dapat berupa diskusi kelompok, penugasan dan latihan terbatas, survei lapangan, percobaan serta latihan tindakan.

2.4.2 Teknik Modelling

2.4.2.1 Pengertian Teknik Modelling

Modelling merupakan salah satu teknik dalam pendekatan behavioristik yang memandang bahwa segala tingkah laku manusia merupakan hasil belajar dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar atau dunia luar. Menurut Bandura (dalam Walgito, 2004: 175) pembentukan atau pengubahan perilaku dilakukan melalui atau dengan observasi, dengan model atau contoh. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rangsangan sebagai sarana untuk mempengaruhi terjadinya proses-proses kognitif untuk membentuk perilaku disiplin.

Menurut Bandura (dalam Feist, 2008: 409) belajar melalui pemodelan mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian

(46)

melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Maksudnya adalah dalam pemodelan tetap melibatkan proses kognitif tidak hanya sekedar meniru karena juga melibatkan penyimpanan informasi dalam bentuk simbol yang selanjutnya akan digunakan dalam kehidupan. Sedangkan menurut Crain (2007: 303) “pengamatan mengajarkan kita sejumlah konsekuensi yang memungkinkan dari sejumlah tingkah laku baru-kita memperhatikan apa yang akan terjadi saat orang lain mencobanya.”

Peery dan Fukurawa (dalam Abimanyu 1996: 256) mendefinisikan modelling sebagai “proses belajar melalui observasi dari seseorang individu atau kelompok sebagai model dan berperan memberikan rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku dari individu yang lain”.

Mengacu pada beberapa pendapat sebelumnya maka dapat dipahami bahwa modelling merupakan salah satu strategi pembelajaran dengan menyediakan model atau contoh untuk dijadikan obyek observasi oleh individu yang sedang belajar dengan tujuan agar individu tersebut meniru atau mencontoh tingkah laku model.

2.4.2.2 Macam-macam Modelling

Cormier dan Cormier (dalam Abimanyu, 1996: 257-304) mengemukakan terdapat enam macam model yang dapat digunakan untuk membentuk perilaku seseorang, yaitu:

(47)

Modelling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku yang hendaknya dimiliki oleh klien melalui contoh langsung dari konselor sendiri, guru atau teman sebayanya.

(2) Model simbolik

Dalam modelling simbolis, modelnya disajikan melalui material tertulis, rekaman video atau audio, film atau slide. Model-model simbolis dapat dikembangkan untuk klien perorangan atau kelompok. Suatu model simbolis dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai-nilai. dan mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial melalui simbol atau gambar dari benda aslinya.

(3) Modelling diri sendiri

Dalam prosedur diri sendiri sebagai model berarti menggunakan diri klien sendiri sebagai model yaitu dengan melakukan tingkah laku yang menjadi tujuan yang diinginkan.

(4) Modelling partisipan

Modelling partisipan berasumsi bahwa unjuk kerja yang sukses dari seseorang adalah alat yang efektif untuk menghasilkan perubahan. Pada modelling partisipan terdiri dari demonstrasi model, latihan terpimpin dan pengalaman-pengalaman yang sukses.

(5) Modelling tertutup

Modelling tersembunyi adalah suatu prosedur dimana klien

membayangkan suatu model melakukan tingkah laku melalui instruksi-instruksi. Prosedur modelling tersembunyi berasumsi bahwa unjuk kerja yang

(48)

sebenarnya atau simbolis oleh suatu model tidak perlu. Sebagai gantinya klien diarahkan untuk membayangkan seseorang mendemonstrasikan perilaku yang diinginkan.

(6) Modelling kognitif

Modelling kognitif merupakan suatu prosedur dimana konselor menunjukkan orang apa yang dikatakan pada diri mereka sendiri selagi melakukan suatu tugas.

Mengacu pada keenam jenis modelling tersebut ditentukan bahwa dalam penelitian ini menggunakan teknik modelling simbolik yaitu dengan menggunakan film, slide dan cerita dari model perilaku yang ditentukan.

2.4.2.3 Tujuan Teknik Modelling

Tujuan teknik modelling menurut Bandura (dalam Rosjidan, 1988: 251-252) ada tiga hal, yaitu:

(1) Untuk mendapatkan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkan perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatannya dengan pola perilaku yang baru.

(2) Untuk menghilangkan respon takut setelah melihat tokoh (sebagai model) yang bagi observer, menimbulkan rasa takut, namun bagi model yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya positif.

(3) Pengambilan suatu respon-respon yang diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru. Melalui pengamatan terhadap tokoh, seorang untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan ternyata tidak ada hambatan.

(49)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik modelling adalah untuk mendapatkan keterampilan baru, menghilangkan ketakutan dan memunculkan keberanian, serta memberikan respon untuk meniru model yang telah diamati sehingga timbul perubahan tingkah laku ke arah yang lebih positif.

2.4.2.4 Tahapan-Tahapan Terjadinya Modelling

Tahapan-tahapan proses modelling menurut Bandura (dalam Feist, 2006: 410) adalah sebagai berikut:

(1) Atensi (perhatian)

Jika individu ingin mempelajari sesuatu, maka individu tersebut harus memperhatikannya dengan seksama. Apabila semakin banyak hal yang mengganggu perhatian maka proses belajar akan semakin lambat. Oleh karena itu dalam mengamati hendaknya klien harus memberikan perhatian secara seksama pada setiap kata-kata dan tingkah laku model. Pada tahap ini karakteristik model sangat mempengaruhi tingkat perhatian yang diberikan oleh individu.

(2) Representasi

Pada tahap ini individu harus mampu mengingat apa yang diperhatikan. Agar pengamatan dapat membawa individu kepada pola-pola respon yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori. Di tahap inilah perumpamaan dan bahasa mulai bermain. Individu

(50)

akan menyimpan apa saja yang dilakukan model yang telah dilihat dalam bentuk citraan-citraan mental atau deskripsi-deskripsi verbal.

(3) Reproduksi

Pada tahap ketiga ini individu belajar untuk menghasilkan perilaku seperti model yang telah diamati. Setiap individu harus menerjemahkan citraan atau deskripsi tadi ke dalam perilaku aktual. Pada proses reproduksi perilaku ini setiap individu melakukan persiapan atau cara melakukan tingkah laku baru, mempraktikkan tingkah laku baru kemudian mengevaluasi tingkah laku yang telah dilakukan.

Aspek lain yang juga penting dalam proses reproduksi ini adalah kemampuan meniru improvisasi-improvisasi ketika sebuah perilaku dipraktikkan. Namun aspek paling penting adalah kemampuan setiap individu untuk berimprovisasi ketika membayangkan dirinya sebagai pelaku.

(4) Motivasi

Dalam tahap ini individu akan menirukan model karena merasakan adanya dorongan-dorongan untuk melakukan apa yang telah diamatinya. Perlu diketahui bahwa doronngan-dorongan (motivasi) secara tradisional dianggap sebagai “penyebab” terjadinya proses belajar. Namun dalam modelling ini bukan yang menyebabkan individu mau belajar, akan tetapi mendorong individu untuk membuktikan bahwa dia telah belajar.

Melihat dari beberapa tahapan, selain faktor model yang begitu penting dalam pembelajaran klien, tetapi kita tidak begitu saja mengabaikan faktor-faktor yang lain. Untuk itu agar orang tidak gagal melakukan permodelan

(51)

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tidak mengamati tingkah laku yang relevan, tidak mengkodekan secara tepat ke dalam ingatan, gagal mengingat yang telah dipelajarinya, dan ketidakmampuan secara fisik untuk melakukan tindakan. Sehingga dalam proses modelling selain memilih model yang tepat, konselor juga mendampingi siswa sehingga tujuan tercapainya peningkatan disiplin melalui model hidup dan model symbol dapat tercapai lebih optimal.

2.4.2.5 Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menentukan Model

Dalam proses modelling diperlukan adanya pemilihan model yang tepat. Menurut Hamalik (2001: 157-158) ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menentukan model tingkah laku:

(1) Guru perlu menetapkan aspek-aspek penting dari tingkah laku yang akan dipertunjukkan sebagai model. Selain itu perlu dijelaskan setiap tahap dan keputusan yang akan ditempuh agar mudah diterima siswa.

(2) Siswa yang dapat menirukan model yang telah dipertunjukkan hendaknya diberikan ganjaran yang setimpal.

(3) Model harus diamati sebagai suatu pribadi yang lebih tinggi daripada siswa sendiri, yang mempertunjukkan hal-hal yang lebih untuk ditiru siswa.

(4) Menghindarkan dari perbenturan antara tingkah laku model dan nilai-nilai atau keyakinan yang ada dalam diri siswa.

(5) Modelling disajikan dalam teknik mengajar atau dalam keterampilan-keterampilan sosial.

(52)

Mengacu pada uraian tersebut, model yang ditampikan harus memiliki kualifikasi yang lebih tinggi dari siswa. Dalam penelitian ini dipilih model yang menunjukkan indikator disiplin yaitu dalam bentuk tokoh popular, gambar, film, dan kisah sukses yang telah dipersiapkan sesuai kebutuhan. Selain itu model juga tidak memiliki nilai-nilai atau keyakinan yang berbenturan dengan siswa, sehingga dapat diterima siswa.

2.5

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dalam Menaati Tata

Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik

Modelling

Dalam perkembangan kehidupannya setiap individu perlu menguasai berbagai macam kompetensi atau kecakapan hidup dengan tujuan individu tersebut mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu kompetensi yang perlu dikuasai oleh individu adalah disiplin diri. Disiplin merupakan sebuah sikap patuh terhadap peraturan yang berlaku baik itu peraturan yang dibuat oleh pihak lain maupun oleh diri sendiri.

Karakteristik orang yang mempunyai sikap disiplin diri diantaranya melaksanakan peraturan yang ada dengan baik, mentaati kebijakan dan kebijaksanaan yang ada, mampu menguasai diri serta mampu melakukan evaluasi pada dirinya sendiri. Orang yang memiliki sikap disiplin akan memiliki keteraturan hidup, ia akan lebih menghargai waktu dan optimis dalam menjalani kehidupan. Dengan demikian seorang siswa yang memiliki disiplin diri akan memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada dengan baik.

Gambar

Tabel 3.1 Rancangan Materi Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik  Modelling
Gambar 3.2. Hubungan antar variabel
Tabel 3.2. Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang   Tahun Ajaran 2010/2011  Kelas   Jumlah  VII A  32  VII B  32  VII C  32  VII D  32  VII E  32  VII F  32  VII G  32
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Kedisiplinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai sekolah umum yang sibuk dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler dan tidak di asramakan, dimana SD Semen Padang berhasil

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk merancang dan mengimplementasikan Sistem Informasi Penjualan dan Persediaan Barang pada PT INDOMARCO Makassar

Tampak pada Tabel 28 bahwa selang kepekaan perubahan biaya transportasi cukup bervariasi, namun sebagian besar memiliki selang kepekaan.. yang relatif panjang. Sama

Parabel: yaitu jenis dongeng yang ceritanya mengandung nilai-nilai pendidikan, baik pendidikan moral, agama, atau pendidikan lainnya yang disampaikan secara tersirat.. Contoh

Pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembelajaran sangat diperlukan oleh pada kurikulum 2013 karena dapat karena Pendekatannya sangat terancang dengan poin-poin yang membuat

Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun

Dari wawancara dan tinjauan lapangan yang dilakukan dapat diidentifikasi berbagai persoalan yang menjadi permasalahan antara lain : (1) nelayan dengan penangkapan ikan

Teori yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teori komunikasi pemasaran menurut Phillip Kottler (1993/378) dengan beberapa aspeknya yaitu segmentasi, produk,