• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONSEP DESAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONSEP DESAIN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV KONSEP DESAIN

4.1 Landasan Teori

4.1.1 Teori Film Dokumenter

Pada tahun 1926 Robert Grierson menjabarkan definisi atau kriteria film dokumenter yaitu “Karya film dokumenter merupakan sebuah ‘laporan aktual yang kreatif’ (creative treatment of actuality).” Kriteria ini dijabarkan pada saat Robert Grierson mengulas film Moana karya Robert Flaherty. Empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi adalah :

- Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa intepretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya)

- Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila film dokumenter memiliki intepretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif

- Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan

- Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Di tahun 1990-an lahir Hybrid Doucmentary Form, yaitu gaya kemasan baru pada dokumenter yang mencangkok berbagai bentuk media audio-visual, termasuk gaya bertutur fiksi, untuk menciptakan daya tarik bagi penonton atau pemirsa untuk tujuan komersial. Dokumenter seri televisi berjudul America pada tahun 1989 yang memperkenalkan gaya ini. Gaya ini juga disebut Postmodern Documentary atau Neo- Documentary.

(2)

Animasi dokumenter adalah salah satu bentuk perkembangan dari film dokumenter, yang tetap memiliki sifat sebuah film dokumenter yaitu untuk mendokumentasikan realitas, memaparkan sebuah kejadian, sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi. Kees Driessen mengukapakan : “When you think of documentaries, you think of realism, reality, of going outside and capturing what’s going on in the world. Animation preeminently falls under the domain of fantasy, of imagination, of staying inside and painstakingly inventing a world, frame by frame. But just as there are different forms of documentaries, animation is more than just talking mice. Just as the boundary between documentary and feature film is not always so clear-cut, there is also an overlap between documentary and animation.” Dari penuturannya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah film dokumenter yang biasanya selalu berhubungan dengan realisme atau kenyataan dan Animasi yang biasanya berhubungan dengan khayalan atau fantasi dapat saling melengkapi.

Contoh film animasi dokumenter antara lain adalah: The Sinking of Lusitania (1918), Abductees (2005) karya Paul Vester, Selain itu ada juga Waltz With Bashir (2008) yang masuk dalam nominasi Academy Awards sebagai Best Foreign Languages Film menceritakan tentang perang Libanon di tahun 1982 dibuat dalam bentuk animasi sepenuhnya.

4.1.2 Metode Subjektivitas dan Objektivitas Film Dokumenter

Menurut Daniel B. Wood (2006), film-film dokumenter telah lama meninggalkan objektivitasnya yang menyebabkan pindahnya paham "kabarkan beritanya pada audiens" menjadi "pengaruhi audiens". Keuntungan dari film-film seperti ini adalah mereka menimbulkan diskusi dalam masyarakat, entah melalui protes dan kemarahan ataupun pujian. Film-film dokumenter sejenis ini dinilai memiliki terlalu banyak sisi opini yang dapat mengarahkan opini publik juga, terlepas dari "baik" ataupun "buruk". Contoh terbaik datang dari "An Inconvenient Truth" yang merupakan film dokumenter Al Gore yang mengarahkan publik akan bahaya pemanasan global.

Namun, jika sebuah film dibuat dengan menggunakan sudut pandang dari kedua belah pihak, maka hasilnya adalah tontonan yang membosankan. Argumentasi ini menyebutkan bahwa media film tidaklah sama dengan media jurnalistik.

(3)

Sisi lemah dari film dokumenter sejenis ini ("docu-ganda", sebuah istilah yang akhirnya dipakai, sebuah singkatan dari "documentary propaganda") adalah bahwa film sejenis ini membatasi target audiens hanya pada mereka yang setuju dengan premis film yang bersangkutan.

Tema tentang Rudy Hartono yang penulis angkat dalam dokumenter ini apabila disesuaikan dengan tujuan desain "menjadikan dokumenter ini sebagai referensi historis untuk memberikan semangat pada kaum muda untuk tidak pernah menyerah mengejar cita-citanya" maka penulis merasa ada "agenda" yang hendak dimasukkan di dalam film dokumenter ini, yaitu membuat penonton dapat merasakan spirit dari Rudy Hartono yang tidak pernah menyerah dari tiap perjuangan yang dihadapinya. Namun penulis mempertahankan keseimbangan antara "subjektivitas" dan "objektivitas", yaitu segala konten yang dimuat di dalam film animasi dokumenter ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan secara mendalam dan tidak mengandung sama sekali opini dari penulis, namun dikemas untuk memberi impact kepada penonton untuk menumbuhkan rasa semangat. Keseimbangan yang dimaksud oleh penulis ini adalah "subjektivitas dalam tujuan" dan "objektivitas dalam penyampaian".

4.1.3 Bentuk Bertutur Film Dokumenter

Beberapa contoh bentuk bertutur dalam film dokumenter antara lain adalah :

1. Laporan Perjalanan. Penuturan model laporan perjalanan mendokumentasikan pengalaman yang didapat selama melakukan perjalanan jauh

2. Sejarah. Merepresentasikan fakta sejarah sesuai dengan periode (waktu peristiwa sejarah), tempat (lokasi peristiwa sejarah), dan pelaku sejarah.

3. Potret/Biografi. Representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang riwayat hidupnya dianggap hebat, menarik, unik, atau menyedihkan

4. Perbandingan. Mengetengahkan perbedaan situasi atau kondisi, dari satu objek/subjek dengan yang lainnya.

(4)

5. Kontradiksi. Dari sisi bentuk maupun isi, tipe ini memiliki kemiripan dengan tipe perbandingan; hanya saja tipe kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal alam mengupas permasalahan.

6. Ilmu Pengetahuan. Menyampaikan informasi mengenai suatu teori, system, berdasarkan disiplin ilmu tertentu.

7. Nostalgia. Mengangkat suatu kisah kilas-balik

8. Rekonstruksi. Pecahan-pecahan atau bagian-bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini disususun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah.

9. Investigasi. Mengetengahkan adegan-adegan terhadap sebuah persitiwa yang coba diungkap karena masih menjadi misteri atau tidak pernah terungkap jelas.

10. Association Picture Story. Disebut sebagai film eksperimen atau film seni. Gabungan gambar, music dan suara atmosfer (noise) secara artisitik menjadi unsur utama.

11. Buku Harian. Penuurannya sama seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari dalam buku harian pribadi.

12. Dokudrama. Rekonstruksi suatu peristiwa atau potret mengenai seseorang yang direpresentasikan secara kreatif, dalam tipe ini subjek yang berperan adalah artis film karena gaya bertutur ini memiliki motivasi komersial.

Berdasarkan bentuk bertutur film dikumenter di atas, maka animasi dokumenter Rudy Hartono penulis mengangkata tema ini dengan cara bertutur utama yaitu biografi, dengan mempresentasikan kehidupan Rudy Hartono sejak kecil hingga mampu menjuarai beberapa ajang kejuaraan Internasional.

4.1.4 Prinsip-Prinsip Komposisi

Menurut Krasner (2008, pp209-226) ada beberapa prinsip motion graphic yang komposisi yang penulis aplikasikan di dalam pembuatan film dokumenter ini. Prinsip – prinsip itu antara lain adalah:

(5)

1. Unity. Adalah sebuah prinsip yang menentukan koherensi dari segala elemen, sebuah benang merah yang menyatukan semua bagian sehingga mendukung gagasan utama.

2. Field and Ground, adalah pembagian ruang di dalam sebuah komposisi, hal ini menentukan bagian mana yang merupakan bidang depan (foreground) dan yang mana yang merupakan latar (background).

3. Positive and Negative Space, adalah penentuan bagian mana dalam komposisi yang merupakan "isi" (positive) dan bagian mana yang merupakan area kosong (negative). Prinsip ini akan menentukan keseimbangan dari komposisi., baik dari segi estetis maupun dari segi psikologis.

4. Size and Scale, merupakan patokan ukuran dari elemen komposisi. Size merupakan format dimana sebuah elemen ditempatkan, dan scale merupakan hubungan relatif yang mempengaruhi tiap elemen. Kedua hal ini akan mempengaruhi peran dari tiap objek dalam komposisi, baik statis maupun yang bergerak.

5. Edge, merupakan batasan dari sebuah komposisi, dimana keempat batasan layar bisa menjadi titik masuk dan keluarnya elemen desain. Edge merupakan bagian penting yang menentukan batasan pergerakan dan peletakan elemen-elemen.

6. Direction, adalah prinsip yang mengatur pergerakan mata audiens terhadap sebuah komposisi, terutama pergerakan-pergerakan elemen. Direction menentukan tujuan dari sebuah komposisi dengan cara menentukan arah gerak, menghubungkan dan memisahkan elemen-elemen yang penting.

7. Visual Contrast, adalah prinsip yang memasukkan variasi ke dalam komposisi, baik untuk memperjelas sebuah informasi, memperkuat makna, maupun memperkuat pesan yang disampaikan. Visual Contrast dapat berupa kontras dalam ukuran, warna, orientasi, dan lain-lain. Perbedaan dalam ukuran akan menentukan elemen mana yang lebih dominan dan yang didominasi. Perbedaan dalam warna akan menunjukkan elemen mana yang lebih diutamakan. Hal ini berlaku pula untuk visual contrast lainnya.

8. Hierarchy, adalah sebuah prinsip yang mengorganisasikan informasi yang kompleks agar perhatian pemirsa dapat terarahkan kepada informasi yang seharusnya pada saat yang bersamaan secara visual.

(6)

9. Repetition and Variety, adalah pengulangan dan keragaman, dimana repetition menunjukkan pengulangan elemen-elemen visual, sedangkan variety adalah keragaman elemen-elemen visual di dalam pengulangan tersebut yang dapat mencegah kebosanan dan kesan monoton.

Film animasi dokumenter yang dibuat oleh penulis mengaplikasikan prinsipprinsip komposisi yang telah dijabarkan diatas dalam pemilihan framing maupun blocking. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai komunikasi yang maksimal, sehingga tujuan pembuatan film dokumenter ini dapat tercapai kepada target audiens.

4.1.5 Teori Scriptwriting

4.1.5.1 Teori Penentuan Ide Skrip

Menurut buku Wolff dan Cox (1988), pembuatan sebuah skrip harus dimulai dengan salability factors, yaitu faktor-faktor yang membuat skrip menjadi menarik dan menjual. Check list dari skrip yang menjual adalah:

1. Mempunyai “strong hook” yaitu sebuah kalimat atau premis yang kuat. 2. Tingkat relevansi terhadap masyarakat.

3. Ide yang baru dan fresh.

4. Ada moral atau arti yang ingin disampaikan.

5. Memiliki konflik batin bagi penonton maupun konflik antar karakter di skrip yang menarik dan digarap dengan baik.

6. Terbayang visual yang dapat menarik penonton yang sesuaidengan visi penulis.

4.1.5.2 Teori Struktur Plot

Plot dibagi menjadi 3 bagian utama menurut yaitu: 1. Act I : Awal dari cerita

Biasanya dimulai dengan pengenalan akan karakter dan set yang dipilih. 2. Act II : Pertengahan dari cerita

Berisikan tentang karakter dan tindakannya terhadap masalah yang ada dimana klimaksnya ada pada di bagian ini juga.

(7)

Berisikan kesimpulan dari cerita baik diakhiri dengan senang, sedih, atau perasaan lainnya.

4.1.6 Teori Narasi

Teori ini merupakan ilmu mengenai penceritaan atau kisah, tertulis ataupun tidak. Penemu teori narasi adalah Aristoteles, dimana pengetahuannya mengenai plot didalam drama membesarkan ilmu narasi sebagai bentuk seni, yang kemudian kita kenal sebagai puisi.

Selain itu bentuk teori narasi disebut juga sebagai salah satu bentuk kerja oleh Walter Fisher, dan dengan apa yang didiskusikan pada pekerjaan Fisher. Teori narasi Fisher didasarkan pada konsep bahwa masyarakat pada dasarnya ada seorang pencerita. Penceritaan adalah salah satu metode yang paling tua dan umum untuk komunikasi sehingga para individu dapat menanggapi dunia sosial mereka dalam mode narasi dan membuat pilihan serta melakukan dalam bentuk narasi cerita. (Fisher 1984).

Walter Fisher adalah orang yang pertama kali mengembangkan teori narasi guna mendapatkan gelar Ph.Dnya di Universitas Iowa pada tahun 1960. Mungkin kontribusi terbesar Fisher adalah formulanya untuk pendekatan narasi pada rhetoric dan teori komunikasi. Pada tahun 1979, ia dianugerahkan penghargaan pada Golden Anniversary Monograph pada pidatonya di Asosiasi Komunikasi untuk artikel yang mengedepankan teori narasi pada bidang komunikasi.

Rasionalitas narasi dan emosi didalamnya adalah sampingan pada teori narasi. Pendekatan rasionalnya bekerja pada efektifitas lensa narasi yang bekerja dalam suatu cerita, yang sama dengan implikasi sosial didalamnya. Emosi narasi lain halnya mengedepankan terombang ambingnya emosi karakternya dan ditambahkan dengan reaksi fiksi dan analisan untuk kegunaan narasi dan hasilnya. Narasi emosi belajar bagaimana “emosi dengan proksi” mengkarakterkan pengalaman keikutsertaan pada narasi.

4.1.7 Teori Warna

Scott Mcloud dalam bukunya understanding comics (1993) menjelaskan bahwa dengan warna sebuah komik dapat menjadi lebih menarik perhatian dapat memberikan

(8)

beberapa pengaruh, dimana hal ini juga dapat diterapkan ke dalam animasi. Puguh Raharjo dalam bukunya Step by Step Digital Coloring (2003) juga menjelaskan bahwa warna juga dapat memberikan atau membangkitkan suasana tertentu. Dalam lingkup tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa komposisi yang disesusaikan pada setiap adegan yang ada untuk memberikan kesan atau untuk memberikan suasana tertentu. Dalam buku DC Comics Guide to Coloring and Lettering diterangkan bahwa ada 5 prinsip dasar yaitu :

1. Hue

2. Complementary 3. Value

4. Intensity

5. Color Temperature

4.1.8 Metode Pipeline Film Animasi Dokumenter

Dalam tahap ini, akan menjabarkan proses pembuatan yang dilakukan dalam pembuatan film animasi dokumenter, dengan urutan sebagai berikut :

4.1.8.1 Tahap Pra Produksi

1. Brainstroming, Mind Mapping dan Pencarian Ide

Pencarian ide cerita untuk diangkat ke dalam film dokumenter berdasarkan dari apa yang dilihat atau didengar, bukan berdasarkan suatu khayalan imajinatif. Serta melakukan pendekatan kreatif terhadap isu yang akan diangkat.

2. Riset

Mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mngenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan.

3. Treatment

Menentukan arahan dalam pembentukan visual dan narasi dari film animasi dokumenter yang akan dibuat.

(9)

4. Scriptwriting

Menuliskan pembuatan cerita dari hasil riset sehingga menjadi sebuah alur cerita yang menarik dalam sebuah film animasi dokumenter.

5. Storyboard

Menggambarkan visual awal dari tiap adegan, sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat.

4.1.8.2 Tahap Produksi

Tahap pembuatan segala sesuatu yang akan dimasukan ke dalam film animasi dokumenter.

1. Character Design dan Visual Element Prdouction

Membuat Karakter-karakter yang nantinya akan dimasukan ke dalam film animasi dokumenter, serta pembuatan setting, perancangan judul, teks dan mood. Dalam film animasi dokumenter ini pengerjaan akan menggunakan ilustrasi manual dengan bantuan software Adobe Photoshop untuk pewarnaan

2. Voice Over

Proses perekaman suara narator yang akan digunakan ke dalam film.

3. Animasi tahap awal

Membuat animasi dari gerakan-gerakan karakter-karakter serta elemen visual lain yang ada dalam film

4.1.8.3 Tahap Pasca Produksi

Pada tahap ini semua hasil produksi dilakukan finalisasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

1. Compositing dan Editing

Gambar yang telah dibuat di compose untuk menjadi sebuah animasi yang bercerita setelah itu dilakukan editing untuk membentuk alur cerita. Proses dilakukan dengan Adobe After Effects dan Adobe Premiere Pro

(10)

2. Sound Editing/ Penambahan Scoring

Melakukan editing terhadap elemen-elemen suara yang akan dimasukan ke dalam film, serta menambahkan elemen-elemen suara lain untuk mendukung mood dalam film.

3. Final Render

Melakukan render terakhir untuk finalisasi kesuluruhan film agar dapat ditayangkan.

4.2 Strategi Kreatif

4.2.1 Strategi Komunikasi

Rudy Hartono merupakan sejarah olahraga bangsa Indoneisa. Oleh karena itu, perlu dibuat penyampaian sejarah yang menarik bagi para audiensnya agar tema yang diangkat dapat dinikmati dan tidak membosankan sehingga tujuan dari animasi dokumenter ini dapat tercapai.

4.2.1.1 Fakta Kunci

1. Rudy Hartono merupakan pahlawan olahraga Indonesia. Kontribusinya terhadap kemajuan olahraga bulutangkis Indonesia sangatlah besar sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang dikenal memiliki atlet bulutangkis yang disegani.

2. Rudy Hartono pertama kali menjadi juara All England saat umur 18 tahun.

3. Rudy Hartono merupakan peraih gelar juara All England terbanyak sebanyak 8 kali. Diantaranya adalah rekor juara 7 kali berturut-turut (1968-1974).

4. Nama Rudy Hartono yang sudah jarang terdengar lagi bahkan banyak orang yang kurang mengetahui jasa-jasanya sebagai salah satu pahlawan olahraga Indonesia.

4.2.1.2 Masalah yang Dikomunikasikan

Masalah yang akan dikomunikasikan adalah perjuangan Rudy Hartono hingga ia bisa menjadi juara All England sebanyak 8 kali sekaligus memecahakn rekor, yang mana masih banyak orang-orang yang belum mengetahui hal tersebut. Selain

(11)

itu untuk mengenang jasa Rudy Hartono yang membuat nama Indonesia sebagai salah satu raja bulutangkis dunia.

4.2.1.3 Tujuan Komunikasi

1. Memeberikan informasi tentang siapa itu Rudy Hartono.

2. Membuka wawasan audiens bahwa Indonesia memiliki atlet yang sangat banyak kontribusinya terhadap dunia perbulutangkisan Indonesia dan mampu memberikan dampak yang positif bagi atlet bulutangkis Indonesia saat ini.

3. Mengingatkan audiens pada sosok Rudy Hartono dan meningkatakan rasa kebanggaan bahwa Indonesia memiliki atlet bulutangkis kelas dunia dan mampu memechkan rekor kejuaraan sehingga audiens dapat memperoleh nilai spirit dari sosok Rudy Hartono.

4.2.1.4 Profil Target Audiens 4.2.1.4.1 Target Primer

1. Demografi a. Usia 17-25 tahun

b. Laki-laki dan Perempuan

c. Warga Negara Indonesia, semua golongan, ras dan agama d. Tingkat pendidikan SMA hingga Perguruan Tinggi e. Status ekonomi menengah hingga menengah keatas (B-A)

2. Geografi

Masyarakat yang tinggal di Jakarta dan kota besar lainnya

3.Psikografi

Memiliki ketertarikan terhadap sejarah, ilmu pengetahuan, film dokumenter, dan animasi.

(12)

Judul yang akan penulis gunakan untuk film dokumenter ini adalah “Rudy Hartono” dengan sub-judul “Rajawali dengan Jurus Padi”. Penulis merasa judul ini cocok untuk menggambarakan sosok Rudy Hartono sendiri yang sangat sederhana. Judul ini juga terdapat dalam birografi Rudy Hrtono sendiri yang ditulis oleh Alois A. Nugroho. Jadi penulis memilih judul “Rudy Hartono: Rajawali dengan Jurus Padi” cocok dengan animasi dokumenter yang akan dibuat.

4.2.1.6 Sinopsis Cerita

Dalam sejarah bulutangkis Indonesia, banyak nama yang sangat kita sering dengar sebagai salah satu atlet yang sangat berprestasi, namun yang jarang kita dengar adalah nama Rudy Hartono. Rudy Hartono yang lahir di Surabaya sudah memperoleh latihan bulutangkis yang cukup keras dibawah pelatuhan ayahnya sendiri, yaitu Zulkaranain Kurniawan. Saat itu Rudy mengikuti klub bulutangkis yang dimiliki ayahnya sendiri yaitu klub bulutangkis “Oke”. Karena dilihat Rudy memiliki kemampuan yang lebih diantara teman-temannya maka Rudy pindah ke klub bulutangkis yang lebih besar walaupun mesti meninggalkan klub milik ayahnya sendiri yang telah membekali kemampuan bulutangkisnya. Rudy memilih klub bulutangkis “Rajawali”, dimana klub Rajawali sendiri telah banyak mengahasilkan pemain bulutangkis kelas dunia. Di tahun 1965, Rudy memasuki training centre atau yang kini disebut Pelatnas. Di pelatnas tersebut, Rudy disiapakan untuk mengikuti kejuaraan Thomas Cup tahun 1967 dengan atlet bulutangkis lainnya, namun Thomas Cup Rudy untuk pertama kalinya tidak berakhir dengan baik karena Rudy belum bisa menjadi juara. Tahun 1968 merupakan tahun yang sangat gemilang, karena pada tahun tersebut Rudy menjadi juara All England untu petama kalinya di umur 18 tahun, lawannya di final adalah Tan Aik Huang yang tak lain adalah orang yang mengalahkan Rudy di Thomas Cup tahun 1967. All England merupakan kejuaraan terbesar untuk cabang olahraga bulutangkis, karena yang menjuarai ajang tersebut akan dinobatkan sebagai juara dunia bulutangkis secara tidak resmi. Di tahun 1969, Rudy kembali menjadi juara All England untuk kedua kalinya. Dan tahun tersebut bukan tahun terkahir Rudy menjadi juara secara berturut-turut. Tahun 1970 sampai 1974, Rudy merajai arena All England berturut-turut dan memecahkan rekor juara 7 kali secara berturut-turut. Namun di tahun 1975, untuk menjadi juara All England ke 8 kalinya harus

(13)

terhambat karena dia kalah oleh pebulutangkis Denmark, Svend Pri. Tapi di tahun 1976, juara All England kembali diapatkan Rudy, dan Rudy menjadi orang pertama yang menggaet gelar juara sebanyak 8 kali dan memecahkan rekor. Selain Svend Pri, pebulutangkis kelas dunia yang lain seperti Ippei Kojima, Punch Gunalan dan legenda bulutangkis Indonesia Liem Swie King berhasil dia taklukan di arena All England. Karier bulutangkis Rudy belum berakhir karena pada tahun 1980, Rudy menjadi juara olympiade dan menjadi juara bulutangkis secara resmi. Selain itu, jika dibandingkan dengan atlet lain di cabang olahraga lain, maka Rudy Hartono adalah atlet yang mampu menjuarai cabang olahraganya dengan raihan juara yang paling banyak. Namun karena umur Rudy yang sudah tidak muda lagi, akhirnya Rudy memutuskan untuk gantung raket dan beralih menjadi pembina pemain muda sebagai pengganti dirinya. Nama-nama seperti Liem Swie King, Hariyanto Arbi, dan Alan Budikusuma adalah beberapa contoh pemain sukses yang pernah dibina oleh Rudy Hartono.

4.2.1.7 Pendekatan Rasional dan Emosional 4.2.1.7.1 Pendekatan Rasional

Melalui pemaparan fakta-fakta yang terjadi tentang perjuangan Rudy Hartono melalui media animasi, penulis ingin menggambarakan perjuangan Rudy Hartono untuk menjadi seorang pemegang rekor juara All England tidaklah mudah dan memerlukan perjuangan yang keras serta latihan-latihan yang teratur.

4.2.1.7.2 Pendekatan Emosional

Melalui visula animasi yang dirancang oleh penulis, diharapkan dapat mengingatakan lagi peran Rudy Hartono dalam dunia bulutangkis Indonesia serta semangat juang Rudy Hartono yang diharapkan memicu semangat kaum muda untuk berusaha lebih keras.

4.2.1.8 Treatment

Untuk memudahkan penonton memahamai alur cerita yang penulis buat,penulis akan membuat alur maju yang linear, dengan klimaks dari cerita

(14)

dalam perjalanan hidup Rudy Hartono. Penulis membagi cerita tersebut ke dalam beberapa bagian yang di tiap bagian memiliki cerita tersendiri.

Bagian 1 (Opening)

Bagian ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara dengan budaya emas di cabang olahraga bulutangkis. Indonesia sudah memiliki nama-nama besar seperti Alan Budikusuma dan Taufik Hidayat. Tetapi sebelum nama-nama besar itu ternyata Rudy Hartono adalah orang yang membuat momentum besar dengan rekor 8 kali juara All England dan diantaranya 7 kali secara berturut-turut.

Bagian 2 (Masa muda Rudy Hartono)

Menginformasikan sosok Rudy Hartono sebagai atlet bulutangkis dan perjuangannya hingga menujuarai beberapa ajang internasional.

- Rudy Hartono adalah anak seorang penjahit bernama Zulkarnain Kurniawan dimana bulutangkis hanyalah hobi dan bukan sesuatu yang ditekuni.

- Masa muda Rudy Hartono di Surabaya, sebelum masuk ke klub bulutangkis Rudy hanya berlatih di jalanan tanpa adanya fasilitas yang memadai.

- Ayahnya adalah orang yang sangat berperan dalam susksesnya Rudy di dunia bulutangkis karena Zulkaranain Kurniawan adalah orang yang telah mengenalkan rudy dalam dunia bulutangkis

Bagian 3 (awal karier Rudy Hartono)

Menceritakan masuknya Rudy ke Training Centre atau sekarang disebut Pelatnas bulutangkis serta tahapannya menjalani pertandingan dari arena ke arena kejuaraan dunia bulutangkis.

- Rudy masuk ke Pelatnas tahun 1965 dan melakukan latihan intensif sejak tahun 1966 untuk kejuaraan Thomas Cup tahun 1967.

(15)

- All england merupakan kejuaraan yang bapling bergengsi kala itu bagi Rudy.

- Tahun 1968, Rudy mengikuti kejuaraan yang dia idamkan sejak kecil yaitu All England.

- Memperlihatkan bahwa Rudy benar-benar seorang yang bekerja keras dan akhirnya mampu menjadi orang pertama yang memenangkan All England sebanyak 8 kali dan merupakan rekor yang belum terpatahkan, diantaranya diraih secara 7 kali berturut-turut.

- Rudy yang kala itu berhasil mengalahkan sejumlah nama-nama pebulutangkis hebat dari berbagai penjuru dunia seperti, Tan Aik Huang dan Gunalam dari Malaysia, Sture Johnson dari Swedia, dan Svend Pri dari Denmark.

Bagian 4 (klimaks)

Bagian ini menceritakan tentang Rudy Hartono yang merupakan pemain yang sangat hebat di atas alapangan bulutangkis. Memeperlihatkan bagaimana Rudy menghadapi lawannya yang sangat tangguh dan rudy hampir kalah tetapi Rudy mampu bangkit dan membalikkan keadaan. Di bagian ini juga akan dipaparkan prestasi Rudy Hartono dibandingkan dengan atlet lain di cabang olahraga masing-masing.

- Di tahun 1972, Rudy Hartono menhadapi lawan dari Swedia yaitu Sture Johnson

- Rudy menghadapi Sture di babak semifinal. Ketika itu Rudy terlihat kesulitan menghadapi Sture dan pada set pertama Rudy kalah dengan skor 15-4.

- Di set kedua Rudy kembali kesulitan mangalahkan Sture. Di set ini hampir dipastikan bahwa Sture akan menutup set dan mengalahkan Rudy karena Sture sudah unggul hingg angka 14-0.

- Menggambarkan Rudy tidak pernah putus asa dan selalu berdoa kepada Tuhan dan mengucapkan kalimat dalam hati “Aku mau satu angka lagi..”

(16)

- Setelah Rudy mengucapkan kalimat tersebut angka terus bertambah perlahan untuk Rudy satu persatu. Kalimta tersebut terus Rudy ucapkan seiring bertambahnya angka untuk Rudy.

- Secara mengejutkan Rudy yang tadinya tertinggal 14 angka mampu menang dengan angka 17-14.

- Kejadian tersebut menambah semangat Rudy di set ketiga dan Rudy akhirnya mengalahkan Sture di set ketiga dengan angka 15-0.

- Seorang pemain hebat dari Malaysia yang pernah dikalahkan Rudy sampai memberikan pendapat "Jika Melawan Rudy, Belum tercapai angka 15, Belum Menang".

- Di tahun 1976, Rudy kembali menujarai All England untuk ke 8 kalinya sekaligus memecahkan rekor sebagai pemegang juara All England terbanyak sepanjang sejarah All England.

- Pemaparan perbandingan juara Rudy Hartono di arena All England dengan atlet lain di cabang olahraganya masing-masing. Di bagian ini menunjukkan Rudy Hartono adalah orang yang mampu melebihi raihan juara dibanding atlet-atlet lain yang menjadi raja di cabang olahraganya masing-masing.

Bagian 5 (Rudy Hartono yang tidak muda lagi)

Karier Rudy yang mulai menurun karena faktor usia. Dan juga Rudy lebih memilih melakukan pembinaan untuk pemain muda Indonesia yang akan menjadi penggantinya.

- Tahun 1978 adalah tahun terakhir Rudy Hartono mengikuti kejuaraan All England. Di tahun tersebut Rudy tidak dapat memperoleh kemenangan karena diklahkan oleh juniornya sendiri yaitu Liem Swie King.

- Rudy Hartono akhirnya gantung raket di tahun 1981 dan melakukan pembinanaan di pelatnas. Karena Rudy Hartono, Indonesia menjadi salah satu negara yang disegani oleh negara lain dalam dunia bulutangkis. Dan nama-nama seperti Liem Swie King, Hariyanto Arbi, dan Alan Budikusuma adalah juara-juara dunia hasil pembinaan Rudy Hartono.

(17)

Bagian 6 (Pendapat orang terdekat mengenai Rudy Hartono)

Bagian ini menunjukkan beberapa pnedapat orang terdekat terdekat atau orang yang sempat mengenal Rudy Hartono.

Diagram tensi cerita per bagian

4.2.1.9 Karakter dalam Film

Karakter-karakter yang akan dimasukkan ke dalam animasi dokumenter Rudy Hartono ini adalah sebagai berikut:

1. Rudy Hartono muda dan tua. Karakter ini disesuaikan dengan perjalanan Rudy Hartono berjuang dari masa mudanya menuju kejuaraan dunia.

2. Karakter lain yang berhubungan dengan Rudy Hartono seperti beberapa lawan yang dihadapinya di arena All England seperti Svend Pri dan Sture Johnsosn

4.2.2 Strategi Desain

Animasi dokumenter ini akan menggunakan sisi visual dengan narasi sebagai penunjang alur penceritaan sehingga kesinambungan antara visual dan narasi sangat memerlukan koordinasi yang baik.

(18)

4.2.2.1 Perancangan Visual 4.2.2.1.1 Pemilihan Warna

Pemilihan warna yang bersifat dull. Warna dull dipilih untuk menguatkan nuansa cerita sejarah. Selain itu juga terdapat beberapa warna kontras untuk menguatkan susasana persaingan dimana Rudy Hartono menjalani beberapa pertandingan.

4.2.2.1.2 Pemilihan Typeface

Typeface yang akan digunakan dalam animasi dokumenter ini adalah jenis huruf sans serif yaitu “Aller”. Jenis huruf tersebut dipilih agar pesan yang disampaikan dalam animasi ini dapat disampaikan dengan baik karena jenis huruf tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Selain itu jenis huruf tersebut memiliki kesan yang sesuai dengan karakter yang digambarkan dalam film ini.

“The quick brown fox jump over the

lazy dog”

Contoh penggunaan typeface “Aller”

Gambar 2.1

4.2.2.2 Perancangan Motion Style

Dalam animasi dokumenter ini penulis akan mengguanakan visual 2D dengan gaya motion comic. Dengan gaya seperti ini penulis lebih mengedepankan sisi sinematografi dan komposisi gambar serta gerakan kamera. Teknik ini digunakan untuk mengedepankan gaya gambar komik di era tahun 70an dimana setting animasi dokumenter ini akan dibuat.

Gambar

Diagram tensi cerita per bagian

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat terjadi karena padatnya pemukiman di Kota Malang khususnya di sekitar Universitas Brawijaya, kurang baiknya kebijakan Pemerintah mengenai tata kota,

1385/LS-BJ/2018 Pembayaran belanja perjalanan Dinas dalam daerah bulan Januari dan Februari 2018, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) pada Puskesmas Gondang Tahun 2018, sumber

Penelitian ini terbatas pada variabel yang diteliti yaitu gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman auditor dan persepsi etis, sedangkan masih terdapat

FIS pertama digunakan untuk menentukan kondisi lahan, FIS kedua untuk menentukan kondisi lingkungan dan output dari kedua FIS ini akan menjadi input untuk FIS ketiga

Komoditas yang dilibatkan adalah lima komoditas andalan tetapi justru menjadi penyumbang defisit terbesar dalam perdagangan bilateral antara Indonesia dengan

Selanjutnya RKPD Minahasa Tenggara tahun 2017 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Uji F dengan hasilnya terjadi pengaruh secara bersama-sama yang signifikan dari seluruh variabel independent kepemimpinan, disiplin kerja dan motivasi terhadap

Clement (dalam Aisyah, 2007) sebagai berikut. 1) Belajar adalah proses yang tidak kontinu. Ini berarti terdapat loncatan di dalam kurva belajar yang memperlihatkan