• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diare Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diare Pada Anak"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

D

DI

IA

AR

RE

E

P

P

AD

A

DA

A

A

AN

N

AK

A

K

Disusun oleh : SYERLI ROYDA DEWI

0707101050028

BAGIAN FAMILY MEDICINE

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH

(2)

Laporan kasus Ilmu Kesehatan Anak

IDENTITAS PENDERITA

Nama : T

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Gp.pie

Tanggal pemeriksaan : 11 Februari 2013

ANAMNESIS Keluhan Utama

Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam sehari, tiap kali BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari ampas, warna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah, tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua isi makanan dan minuman. Saat dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel, tidak terlihat kehausan. Batuk dan pilek disangkal, kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : (-) Riwayat alergi obat/makanan : (-)

Riwayat Makan Minum Anak

- Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 10 kali dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.

(3)

- Usia 6 - sekarang : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya, seminggu 2 kali dipotong-potong siang hari.

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat. Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada trimester III 1 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-).

Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet penambah darah

Riwayat Kelahiran

Penderita lahir di rumah bersalin, partus normal, ditolong oleh bidan, cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 3200 gram, panjang badan saat lahir 50 cm.

Riwayat Pemeriksaan Post Natal

Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 6 bulan sekali dan saat imunisasi.

Riwayat Imunisasi

BCG 1x, 2 bulan setelah lahir di puskesmas.

Hepatitis 3x, satu minggu setelah lahir, 1 bulan, 6 bulan DPT 4x, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.

Polio 4x , 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Campak 1x, 9 bulan.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar

Mengangkat kepala : 3 bulan Tengkurap kepala tegak : 4 bulan Duduk sendiri : 6 bulan

Bangkit terus duduk : 8,5 bulan Bahasa

(4)

Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan Motorik halus

Memegang benda 3,5 bulan Meraih : 6 bulan

Mengambil benda : 9 bulan Personal sosial

Tersenyum : 2 bulan Mulai makan : 6 bulan Tepuk tangan : 9 bulan

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : tampak rewel Derajat Kesadaran : Compos mentis Status gizi : Gizi kesan cukup

2. Vital sign

T : 37,5oC per aksiler

N : 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. RR : 44 x/menit, tipe abdominotorakal

BB : 9 kg TB : 77 cm

3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor kurang, tekstur halus

4. Kepala : bentuk mesocephal, UUB sudah menutup, UUB cekung (-), rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok dan sukar dicabut.

5. Mata : mata cekung ), air mata berkurang ), conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-(-/-), RC (+/+(-/-), isokor (2mm/2mm(-/-), bulu mata hitam lurus tidak rontok.

6. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-), deformitas(-).

(5)

7. Mulut : mukosa basah (-), sianosis (-), gusi berdarah (-).

8. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1–T1, faring hiperemis (-),

pseudomembran (-), post nasal drip (-).

9. Telinga : bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh, prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-).

10. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar.

11.Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis, suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.

12.Thorax : Bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar

Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : Fremitus raba sde

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru Batas paru-hepar : SIC V kanan Batas paru-lambung : SIC VI kiri Redup relatif di : SIC V kanan

Redup absolut : SIC VI kanan (hepar) Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-) 13.Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut

Auskultasi : Bising usus (+)

(6)

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat.

14.Urogenital : dalam batas normal

15.Ekstremitas:

akral dingin sianosis oedem wasting

16.Kuku : sianosis (-)

RESUME

Pasien dibawa dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam sehari, tiap kali BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari ampas, warna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah, tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua isi makanan dan minuman. Saat dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel, tidak terlihat kehausan. Batuk dan pilek disangkal, kejang disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, compos mentis dan gizi kesan kurang, tanda vital suhu 37,5 0C, nadi frekuensi: 120x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. frekuensi nafas: 44 x/menit. Mata cekung, mukosa mulut kering (-), turgor kembali cepat.

DIAGNOSA

Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

PENATALAKSANAAN

Rujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh

PROGNOSIS Ad vitam : bonam Ad sanam : bonam Ad fungsionam : bonam - - - - - - - - - - - - - - - -

(7)

ANALISIS KASUS

Analisis Etiologi

Etiologi terjadinya diare akut dapat dibedakan salah satunya melalui gejala khas pada masing-masing penyebab (Soebagyo, 2008):

Gejala klinik

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam

6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual muntah

sering jarang sering - - sering

Nyeri perut tenesmus tenesmus kramp tenesmus kolik + tenesmus kramp kramp Nyeri kepala - + + - - - Lamanya sakit

5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja volume frekuensi konsistensi lendir darah bau warna leukosit sedang 5-10x/hari cair - - - kuning-hijau - sedikit >10x/hari lembek sering sering sering merah-hijau + sedikit sering lembek kadang kadang busuk kehijauan + banyak sering cair - - + tak berwarna - sedikit sering lembek + + - merah-hijau - banyak terus-menerus cair - - amis khas seperti air cucian beras -

lain-lain anoreksia kejang sepsis meteorismus infeksi

sistemik

-

Analisis Patofisiologi

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

1. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal

(8)

sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

2. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999). Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).

Mual dan muntah merupakan gejala non spesifik. Muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia dan Cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya pasien tidak panas atau hanya sumer-sumer, nyeri perut daerah peri umbilical dan tidak berat, disre bersifat watery yang menunjukkan bagian yang terkena adalah saluran cerna bagian atas.

Panas mungkin disebabkan oleh proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umumnya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare, bila usus besar terkena maka nyeri perut akan lebih hebat dan tenesmus bisa terjadi pada usus bagian bawah dan rektum.

(9)

Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria :

Penilaian A (tanpa dehidrasi) B (dehidrasi ringan sedang) C (dehidrasi berat) 1 2 3 4 5 6 7 8 Lihat : Keadaan umum Mata Air mata

Mulut & lidah

Rasa haus Periksa Turgor Kulit Hasil pemeriksaan baik/sadar normal ada basah

minum biasa tidak haus kembali cepat tanpa dehidrasi Gelisah/rewel Sedikit cekung Tidak ada Kering

Haus ingin minum hangat Kembali lambat Dehidrasi ringan/sedang 1 tanda di (+) 1/> tanda lain

lesu, lunglai atau tidak sadar

sangat cekung dan kering tidak ada sangat kering malas minum/tidak bisa minum kembali sangat lambat dehidrasi berat 1 tanda di (+) 1/> tanda lain

Pada kasus ini pada penderita rewel, mata sedikit cekung, air mata (+↓), mukosa basah, turgor kulit kembali cepat, sering merasa haus dan ingin minum, sehingga termasuk dalam derajat dehidrasi sedang. Untuk membedakan dehidrasi derajat sedang dapat digunakan sistem skoring Maurice-King (Soebagyo, 2008):

Bagian tubuh yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum sehat gelisah, cengeng,

apatis, ngantuk

mengigau, koma atau syok

Kekenyalan kulit normal sedikit kurang sangat kurang

Mata normal sedikit cekung sangat cekung

Ubun-ubun besar normal sedikit cekung sangat cekung

(10)

sianosis Denyut nadi/menit kuat <120 sedang (120-140) lemah >140

Nilai :

0-2 = dehidrasi ringan 3-6 = dehidrasi sedang 7-12 = dehidrasi berat

Dari data pasien dapat diperoleh :

 Keadaan umum = rewel = 1

 Kekenyalan kulit = sedikit kurang = 1

 Mata = sedikit cekung = 1

 Ubun-ubun besar = sedikit cekung = 1

 Mulut = normal = 0

 Denyut nadi/menit = 120x = 1

Sehingga jumlah skor dari pasien = 5 = termasuk derajat dehidrasi sedang.

1. Analisis Terapi

1. Diet nasi lauk 1000 kkal

Didapatkan dari kebutuhan kalori RDA. Untuk anak berumur 1-3 tahun memiliki kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB. BB/TB pasien adalah 7,5 kg. Total kalori per hari pada pasien ini 817 kkal/hari = 1000 kkal/hari (pembulatan).

2. Rehidrasi IVFD RL 200 cc/kgBB/hr

Cairan rehidrasi dengan Ringer Laktat untuk pengisian cepat intravaskuler dan 75% juga akan cepat masuk mengisi jaringan interstitial. Dosis cairan rehidrasi pada pasien dehidrasi ringan-sedang dengan berat badan 3-10 kg yaitu 200 cc/kgBB/hari.

3. Infus D1/4 S 8 tpm

Cairan rumatan yang sesuai pada anak kurang dari 10 tahun yaitu D ¼ S. Osmolaritasnya tidak begitu pekat tetapi dapat memenuhi kebutuhan cairan dan glukosa anak. Diberikan setelah pasien terehidrasi.

(11)

Perhitungan rumus Darrow dengan BB 7,5 kg. (100 x 7,5 kg) = 750 cc/hari

= 31,25 cc/jam = 8 tpm makro (pembulatan) 4. Zink 1x20 mg p.o

Berperan dalam imunitas seluler maupun humoral. menjaga integritas mukosa usus dengan jalan regenerasi sel, menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga menurunkan risiko dehidrasi pada anak.

5. Probiotik 2x1 sachet p.o

Merupakan mikroorganisme strain flora normal usus yang dikonsumsi per oral yang akan memberikan dampak positif bagi tubuh, sehingga dapat melawan dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

6. Paracetamol syr 3x1 cth I p.o

Sebagai obat penurun panas jika pasien demam. 7. Oralit 100 cc jika diare, 50 cc jika muntah

Oralit berisi elektrolit yang dicampur dengan air untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit saat muntah atau pun mencret

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT 1. Definisi

Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.2 Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.4

2. Epidemiologi

Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.2

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:

a. Faktor lingkungan, yaitu kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. b. Faktor gizi, misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan

meskipun anak telah berusia 4-6 bulan.

c. Faktor pendidikan, yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. d. Faktor kependudukan, insiden diare lebih tinggi pada penduduk

perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.

e. Faktor perilaku orangtua dan masyarakat, misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.5

3. Etiologi

Penyebab diare akut antara lain: virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose defisiensi primer, dan obat-obatan tertentu. Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus

(13)

Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, dan Minirotavirus. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura.5

4. Patogenesis a. Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

b. Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau enteroaggrerasi).

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01, dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang

(14)

menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.2

c. Parasit

Penempelan mukosa.G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

d. Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin.5

(15)

5. Patofisiologi

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

a. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

b. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh.2

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.3

6. Manifestasi Klinis

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering.3

(16)

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda:

1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.

2. Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi. 3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.

4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin.

7. Pencegahan

Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum 2. Promosi pendidikan higiene

3. Pemberian ASI eksklusif

4. Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

5. Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak 6. Menggunakan jamban / WC

7. Menjaga kebersihan makanan dan minuman

8. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan 9. Mencuci peralatan makan.

8. Diagnosis a. Anamnesis

1) Riwayat diare sekarang :

(17)

 Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja

 Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)

 Muntah (frekuensi dan jumlah)

 Demam

 Buang air kecil terakhir

 Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun  Jumlah cairan yang masuk selama diare

 Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)

 Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.4

 Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare  Kontak dengan orang yang sakit

 Penggunaan antibiotik

2) Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama 3) Riwayat penyakit penyerta saat ini

4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak

5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan makanan yang tidak biasa.6

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

1) Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)  Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan  Keadaan umum baik dan sadar

(18)

 Tanda vital dalam batas normal

 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah

 Turgor abdomen baik, bising usus normal  Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen). 2) Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

 Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan

 Keadaan umum gelisah dan cengeng

 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

 Turgor kurang  Akral hangat

 Pasien harus rawat inap.

3) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan

2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma

3) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

4) Turgor buruk 5) Akral dingin

6) Pasien harus rawat inap.4

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS2

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:

• Letargis atau tidak sadar • Mata cekung

(19)

• Tidak bisa minum atau malas minum • Cubitan kulit perut kembalinya sangat

lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini:

• Gelisah, rewel • Mata cekung

• Haus, minum dengan lahap

• Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan dehidrasi berat atau ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaaan tinja

 Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi  Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit  Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)  Biakan dan uji sensitivitas

2) Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar urum dan kreatinin darah.

3) Pemeriksaan urin: urin rutin.3

9. Penatalaksanaan

a. Atasi Dehidrasi 1) Tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis: 1) < 1 tahun: 50-100 cc

2) 1-5 tahun : 100-200 cc 3) 5 tahun : semaunya. 2) Dehidrasi ringan sedang

(20)

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

3) Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian :

1) < 1 tahun  30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

2) > 1 tahun  30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

b. Pemakaian antibiotik

Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

c. Diet

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

d. Jangan gunakan spasmolitika

e. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia.

f. Vitamin A

1) 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU 2) >1 tahun : 200.000 IU

g. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara pencegahan diare.4

10. Pemantauan

a. Terapi

Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat

(21)

dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

b. Tumbuh kembang

c. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk. Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum.4

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Putra DS. Diare akut pada anak. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare akut. 2008. Di unduh dari: http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak. Diakses tanggal 7 Februari 2011.

2. Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare: Pendidikan medik pemberantasan diare. Jakarta: Ditjen. PPM dan PLP 1999.

3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius FK UI. Jakarta. 2000. h.470 – 478.

4. IDAI. Standar Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.h.49-52. 5. Irwanto. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta. 2002. h. 73 – 79.

6. Soebagyo B. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta. 2008.

7. Soemirat J. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mata Press. 2000.

8. Smeltzer, Suzannec. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta. 2001.

9. Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat &Bidan). Salemba Medika. Jakarta. 2005.

10.Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Edisi Ketiga Jilid I. Penerbit Media Aesculapius FK UI Jakarta. 2000.

11. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,