• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kerangka Konsep

2.1.1 Pengertian Kekerasan

Kekerasan dapat diartikan sebagai perihal keras atau perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain dan menyebabkan kerusakan fisik pada orang lain.1 Namun perlu diketahui bahwa dalam melakukan kekerasan bukan hanya dilakukan terhadap orang lain saja tetapi juga terhadap makhluk hidup lainnya. Kekerasan dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu :2

a. Pengrusakan terhadap barang;

b. Penganiyaan terhadap hewan atau orang;

c. Melemparkan batu-batu kepada orang atau rumah;

d. Membuang-buang barang hingga berserakan, dan lain sebagainya.

Kata kekerasan juga setara dengan kata violence dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sementara kata kekerasan dalam bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya serangan fisik belaka. Dengan demikian, bila pengertian violence

sama dengan kekerasan, maka kekerasan di sini merujuk pada kekerasan fisik maupun psikologis.3

WHO juga berpendapat bahwa kekerasan merupakan penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.4

1 W.J.S Poerwadarminta,1990, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: P.N Balai Pustaka, hlm.425 2ibid, hlm.126

3 Soejono Sukanto, 1987, Kriminologi (Pengantar Sebab‐sebab kejahatan), Bandung: Politea, hlm.125

(2)

7 Pasal 89 KUHP menyatakan bahwa :

“Melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang, dan lain sebagainya. Yang disamakan dengan kekerasan menurut pasal ini adalah membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya.”

Di dalam KUHP sendiri kejahatan kekerasan dapat digolongkan, sebagai berikut :5

a. Kejahatan terhadap nyawa orang lain Pasal 338- 350 KUHP; b. Kejahatan penganiayaan Pasal 351-358 KUHP;

c. Kejahatan seperti pencurian, penodongan, perampokan Pasal 365 KUHP; d. Kejahatan terhadap kesusilaan, khususnya Pasal 285 KUHP;

e. Kejahatan yang menyebabkan kematian, atau luka kealpaan, Pasal 359-367 KUHP.

Namun, berdasarkan penggolongannya, bentuk kekerasan terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu :6

a. Kekerasan Fisik. Bentuk ini yang paling mudah dikenali, kategori kekerasan jenis ini adalah melempar, menendang, memukul/menampar, mencekik, mendorong, mengigit, membenturkan, mengancam dengan benda tajam dan sebagainya. Korban kekerasan jenis ini biasanya tampak secara langsung pada fisik korban seperti luka memar, berdarah, patah tulang, pingsan dan bentuk lain yang kondisinya lebih berat. Kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh. Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang.

5 R. Soesilo, 1991,Kitab Undang‐Undang Hukum Pidana Serta Komentarnya Pasal Demi Pasal, Bogor: Politea, hlm.84‐85

(3)

8 b. Kekerasan Psikis. Kekerasan jenis ini tidak begitu mudah dikenali, akibat yang dirasakan korban tidak memberikan bekas yang nampak jelas bagi orang lain. Dampak kekerasan ini akan berpengaruh pada situasi perasaaan yang tidak aman dan nyaman, menurunnya harga diri serta martabat korban. Wujud kongkrit kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah pengunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban akan merasa rendah diri, minder, merasa tidak berharga, dan lemah dalam membuat keputusan. Kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Contoh: kebohongan, indoktrinasi, ancaman, dan tekanan. c. Kekerasan seksual. Kekerasan yang berupa perlakuan tidak senonoh dari

orang lain, kegiatan yang menjurus pada pornografi, perkataan-perkataan porno, dan melibatkan anak dalam proses prostitusi dan lain sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk melakukan hubungan seksual, melakukan penyiksaan atau bertindak sadis serta meninggalkan termasuk mereka yang tergolong masih berusia anak-anak.

2.1.2 Pengertian TKI

Dalam perkembangan dewasa ini, penggunaaan kata perburuhan, buruh, dan sebagainya sering ditemukan. Kata-kata tersebut sudah digantikan dengan kata ketenagakerjaan. Pada tahun 1969 dengan disahkannya UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja istilah buruh digantikan dengan istilah tenaga kerja yaitu orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu perumusan yang luas, karena meliputi siapa saja yang mampu bekerja, baik dalam hubungan kerja (formal) maupun di luar hubungan kerja (informal) yang dicirikan dengan bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah.7

(4)

9 Undang-undang ketenagakerjaan kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkanya UU No. 13 Tahun 2003. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah merumuskan istilah ketenagakerjaan sebagai hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa, yang daitur dalam UU ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerja/buruh, menyangkut hal-hal sebelum masa kerja (pre-employment), antara lain menyangkut pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja dan lain-lain.

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Menurut pasal 1 bagian (1) UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku pedoman pengawasan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja. Sementara itu dalam pasal 1 Kep. Manakertran RI No Kep 104A/Men/2002 tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI adalah laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Human Security

Pasca perang dingin, konsep keamanan mengalami redefinisi. Menguatnya isu-isu non-militer dalam hubungan internasional, menggeser pemahaman mengenai keamanan yang tidak hanya terbatas pada konteks militer dan perang. Keamanan tidak lagi secara sempit didefinisikan sebagai hubungan konflik dan kerjasama antar negara tetapi juga berpusat pada keamanan masyarakat dari berbagai ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Merujuk pada mazhab The Copenhagen School, pakar Barry Buzan mendefinisikan isu keamanan non tradisional seperti halnya kerawanan

(5)

10 pangan, kemiskinan, penyakit menular, dan krisis lingkungan hidup. Isu keamanan tidak lagi mengenai keamanan negara, tetapi juga keamanan masyarakat. Barry Buzan menambahkan bahwa keamanan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup. Isu-isu yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif tertentu akan dipandang sebagi ancaman yang eksistensial.8

Selanjutnya Barry Buzan juga mendefinisikan keamanan sebagai konsep yang lebih luas sebagai kemerdekaan atas suatu ancaman tertentu dan kemampuan negara dan masyarakat untuk mempertahankan identitas kemerdekaannya. Gagasan keamanan yang dikemukakan Barry Buzan memberikan penekanan pada negara atau masyarakat untuk menjaga keamanan non-traditional tersebut dengan melalui upaya kerjasama.9

Begitu juga dengan masalah TKI yang mengalami tindak kekerasan di Malaysia. Kondisi sosial dan ekonomi yang menimpa para TKI jelas mengancam kelangsungan hidup dan kemerdekaan mereka. Meskipun masalah kekerasan pada TKI ini dikategorikan sebagai isu lunak (soft issue), bukan berarti masalah tersebut tidak serius dihadapi oleh negara. Oleh karena itu, menjaga keamanan manusia (human security) mutlak dilakukan melalui kerangka kerjasama.

Pendekatan keamanan manusia (human security) ini memberikan penekanan yang lebih luas terhadap persoalan kemanusiaan daripada pendekatan konvensional tentang keamanan territorial yang mengacu pada perlindungan keamanan dari ancaman-ancaman militer. Human security memberikan pemahaman bahwa perlunya perlindungan keamanan dari ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit, represi politik.10

Human security sebagai pendekatan dalam masalah keamanan memiliki komponen berupa freedom from fear and from want (kemerdekaan dari rasa takut dan 8 Anak Agung Banyu Perwita&Yanyan Mohammad Yani, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 119-122.

9 Barry Buzan, People State and Fear: The National Security Problem in International Relation,

(Sussex: wheatsheaf, 1993), hal. 93.

10 Yulius P. Hermawan (ed), 2007Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal.

(6)

11 dari keinginan). Human security sendiri mengandung dua aspek penting, yaitu keamanan manusia dari ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit, dan represi. Aspek kedua adalah perlindungan seseorang dari berbagai gangguan yang datang secara tiba-tiba dan menyakitkan.

Dalam hal ini mengacu pada dokumen United Nations Development Program

(UNDP) 1994, human security dibagi menjadi beberapa kelompok : 1) Economic security, yaitu jaminan pendapatan untuk memenuhi

level kebutuhan minimum kepada setiap orang.

2) Food security, yaitu jaminan akan akses fisik dan ekonomi kepada kebutuhan pokok.

3) Health security, yaitu jaminan proteksi dari penyakit dan gaya hidup yang tidak sehat

4) Environmental security, yaitu jaminan perlindungan kepada rakyat atas kerusakan alam dan kehancuran lingkungan alam. 5) Personal security, yaitu jaminan perlindungan kepada rakyat atas

kekerasan fisik, baik berasal dari negara, non negara, individu, kekejaman orang lain.

6) Community security, yaitu perlindungan dari kekerasan etnis dan sectarian.

7) Political security, jaminan terhadap warga untuk dapat hidup dalam suatu masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia.22

Dalam konteks ini, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) perlu mendapatkan jaminan atas keselamatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi termasuk perlindungan atas

human security. Kondisi kehidupan TKI yang mengalami kekerasan di Malaysia terabaikan dari salah satu dari unsur human security tersebut, yaitu personal security.

TKI yang mengalami kekerasan di Malaysiatidak mendapatkan perlindungan personal

(personal security), karena mereka tidak mendapatkan perlakuan yang layak dari majikan tempatnya bekerja. Perlakuan kekerasan tersebut yang akhirnnya memaksakan mereka untuk melarikan diri dari rumah manjikannya dan mencari perlindungan yang

(7)

12 layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia harus menjamin

personal security WNI, dalam kasus ini merupaka TKI yang bekerja di luar negeri.

2.2.2 Liberalisme

Teori liberalis memiliki asumsi dasar bawah manusia pada dasanya bersifat baik. Asumsi ini kemudian mendorong manusia untuk berbagi dan bekerja sama. Keinginan manusia untuk menciptakan kesejahteraan membuat kemajuan itu dimungkinkan. Perilaku buruk manusia muncul bukan karena sifat dasarnya, melainkan dampak dari buruknya institusi sehingga mendorong manusia untuk mementingkan dirinya sendiri dan cenderung melakukan kekerasan. Hal tersebut yang kemudian memunculkan perang. Liberalisme sendiri berpendapat bahwa konflik dan peperangan tidak dapat dihindari, namu dapat dikurangi dengan mengadakan kerjasama yang dapat meminimalisir persang. Konflik dan perang dapat dicegah dengan menggunakan suatu upaya kolektif.

Liberalisme, dijelaskan oleh Mansbach dan Rafferty mempercayai bahwa dalam aspek politik, aktor dapat mendapatkan untung bersama atau mendapat kerugian bersama yang dikenal variable-sum game liberalisme juga menekankan pemenuhan keuntungan dari suatu hubungan internasional.11 Penjelasakan lainnya dari varian liberalisme, bahwa setiap aktor saling bergantung dengan aktor yang lainnya dalam hal mempertahankan keberlangsungannya dan juga memiliki takdir yang dibagi bersama.12 Menurut Mansbach dan Rafferty, kondisi saling ketergantungan ini yang menyebabkan aktor untuk melakukan kerjasama dalam mencapai tujuannya.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat dilihat bahwa kerjasama dalam suatu hubungan internasional lebih dilihat sebagai pemenuhan keuntungan yang akan didapat oleh kedua aktor. Sehingga melalui teori penulis melihat bahwa upaya pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam menegakkan hukum bagi yang bersalah dan pembentukan MoU antara pemerintah Indonesia dan Malaysia merupakan bentuk kerjasama antara kedua belah pihak

11Mansbach. Richard W. dan Rafferty. Kirsten, Introduction to Global Politics, New York: Routledge, hal.26 12Ibid, hal.27

(8)

13

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ataupun sering disebut sebagai literatur riview yang penulis dapatkan diantaranya adalah penelitian skripsi yang dilakukan oleh Prihatini Trisnawati

yang berjudul Kegagalan Diplomasi Pemerintahan Presiden SBY terhadap Perlindungan TKI di Malaysia tahun 2004-2009. Mengemukakan bahwa peran Pemerintah Indonesia dalam penegakan kasus perlindungan TKI di Malaysia dengan melalui cara diplomasi. Penelitian yang dilakukan oleh Prihatini Trisnawati bersifat deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian skripsi ini memakai teori diplomasi, menurut Prihatini Trisnawati dalam penelitian skripsinya pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diplomasi yang dilakukan terhadap perlindungan TKI adalah sebagai berikut; Indonesia telah menerapkan 9 penghentian sementara (moratorium) pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, Presiden SBY bernegosiasi dengan melakukan kunjungan ke Malaysia untuk mengadakan konferensi pers bersama Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi, Presiden SBY meminta Departemen Luar Negeri melakukan protes nota diplomatik kepada negaranegara yang memperlakukan TKI tidak manusiawi.13

Di dalam penelitian ini Prihatini melihat upaya yang dilakukan pada masa Pemerintah SBY dalam melindungi TKI secara umum yang bekerja di Malaysia pada kurun waktu tahun 2004-2009. Yang memberi kesamaan terhadap penelitian penulis adalah pada keseluruhan TKI yang berada di Malaysia. Dan beberapa hal yang membedakannya adalah penelitian ini berfokus pada era pemerintahan SBY, sedangkan penulis berfokus pada era pemerintahan Joko Widodo, yang kemudian berpengaruh pada kurun waktu penelitannya juga. Dan konsep yang digunakan juga berbeda, penelitian ini memakai konsep diplomasi sedangkan penulis memakai konsep Human security, konsep Determinan Politik Luar Negeri dan serta teori Perlindungan Diplomatik.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah skripsi yang dilakukan oleh Siti Umi Hani yang berjudul Upaya Diplomasi Pemerintah SBY dalam Mengatasi Kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi. Dalam penelitian skripsi ini Siti Umi Hani mengemukakan Upaya Diplomasi Pemerintahan SBY Mengatasi Kekerasan Terhadap TKW Di Arab Saudi. Penelitian

13 Trisnawati, Prihatini. 2005. Kegagalan Diplomasi Pemerintahan Presiden SBY terhadap Perlindungan TKI di Malaysia tahun 2004-2009. Skripsi HI, FISIP UMM.

(9)

14 skripsi yang dilakukan oleh Siti Umi Hani bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan pendekatan diplomasi untuk menganalisa upayaupaya pemerintahan SBY dalam kasus kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi pada tahun 2004-2009. Isi dari penelitian skripsi yang dilakukan oleh Siti Umi Hani adalah untuk mengetahui sejauh mana upaya yang telah dilakukan pemerintah tentang kasus kekerasan TKW di Arab Saudi, dan apakah upaya tersebut memberikan perubahan dalam mengurangi tindak kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi. Banyaknya tindak kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi dinilai tidak ada upaya dari pemerintah sehingga tindak kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi terus terjadi dan pengiriman TKW ke Arab Saudi juga masih tetap dilakukan.14

Pada penelitian terdahulu yang kedua ini tetap berfokus terhadap peran Pemerintah SBY. Namun upaya pemerintah yang dilakukan di dalam penelitian ini pada TKW yang berada di Arab Saudi. Perbedaan dengan penulis jelas pada negara yang menjadi lokasi kasusnya, penulis melihat pada Negara Malaysia sedangkan penelitian ini melihat pada Negara Arab Saudi. Konsepnya yang dipakai juga berbeda dengan yang penulis pakai, penelitian ini memakai konsep diplomasi sedangkan penulis memakai konsep Human security, konsep Determinan Politik Luar Negeri dan serta teori Perlindungan Diplomatik.

Penelitian terdahulu yang ketiga juga berasal dari skripsi yang berjudul Diplomasi Indonesia dalam Perlindungan Tenaga Kerja Wanitadi Malaysia pada MasaPemerintahan SBY Tahun 2004-2009.Penelitian skripsi yang ditulis oleh Dian Safitri

ini bersifat deskriptif. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi perjuangan diplomasi Indonesia dalam perlindungan tenaga kerja wanita di Malaysia, bagaimana solusi Pemerintah Indonesia dalam penanganan kasus–kasus kekerasan yang ada dan dialami oleh para tenaga kerja wanita di Malaysia. Selanjutnya untuk mengetahui apa reaksi dan tindakan yang dilakukan oleh para diplomat dan KBRI di Malaysia dalam menjalankan strategi diplomasi Indonesia di luar negri.15

Pada penelitian terdahulu yang ketiga ini hampir mirip dengan penelitian terdahulu pertama, yang mana Dian Safitri melihat bagaimana penanganan kasus-kasus kekerasan yang

14 Hani, Siti Umi. 2006. Upaya Diplomasi Pemerintah SBY dalam Mengatasi Kekerasan terhadap TKW di Arab Saudi pada tahun 2004-2009. Skripsi HI, FISIP UMM.

15 Safitri, Dian. 2007. Diplomasi Indonesia dalam Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Malaysia pada Masa Pemerintahan SBY tahun 2004-2009. Skiripsi HI, FISIP UNHAS.

(10)

15 dialami oleh para TKW yang berada di Malaysia. Sedangkan yang menjadi perbedaan adalah pada era pemerintahan, dimana penelitian ini membahas pada era pemerintahan SBY dan penulis membahas pada era pemerintahan Joko Widodo. Di penelitian terdahulu yang ketiga ini tetap konsep juga menjadi perbedaan, peneliti ini memakai konsep diplomasi sedangkan penulis memakai konsep Human security, konsep Determinan Politik Luar Negeri dan serta teori Perlindungan Diplomatik.

2.4Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan terlebih dahulu bagaimana kekerasan terhadap TKI di Malaysia terjadi. Kasus kekerasan TKI ini akan diidentifikasi dengan konsep Human Security dimana salah satu komponennya adalah personal security. Kemudian,

Kekerasan terhadap

TKI di Malaysia

Liberalisme

Upaya Pemerintah Indonesia

dalam menangani kekerasan

TKI di Malaysia

Human Security

Pelindungan Secara

Hukum

Pembentukan MoU

dalam Hal Penempatan

dan Perlindungan TKI

di Malaysia

(11)

16 dengan menggunakan teori liberalisme penulis akan mencoba menganalisis bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menangani kasus kekerasan TKI di Malaysia, dimana terdapat dua upaya yang berhasil dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pertama, perlindungan secara hukum bagi TKI yang ingin menuntut haknya yang akan didampingi oleh perwakilan RI di luar negeri yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia dan tentunya akan juga disediakan pengacara untuk TKI yang bersangkutan. Kedua, adanya pembentukan MoU dalam hal penempatan dan perlindungan TKI di Malaysia.

Referensi

Dokumen terkait

Tepung pisang kepok merupakan alternatif utama dengan prospek yang baik sebagai salah satu sumber karbohidrat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

Individu dengan kekuatan humor ini seringkali memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mehibur orang lain dengan cara membuatnya tertawa, bergurau dan membuat lelucon, mereka juga

Hasil dari penelitian ini berupa aplikasi yang dapat dijalankan pada smartphoneandroid dengan memanfaatkan Firebase Realtime Database untuk memudahkan masyarakat

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Pusing ganti kerja adalah keluar masuk pekerja ke dalam sesebuah organisasi. Sesebuah organisasi yang tidak mempunyai jabatan sumber manusia akan menghadapi masalah pusing ganti

Implementasi IDS pada server menggunakan jejaring sosial (facebook, twitter, dan whatsapp) sebagai media notifikasi memudahkan administrator dalam mengidentifikasi