1. Klasifikasi Tanaman Jambu Biji
Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava.Adapun tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.(Parimin, 2008) 2. Morfologi Tanaman Jambu Biji
Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya dapat mencapai 3-10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek(dwarfing) dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji.
Batang jambu biji memiliki ciri khusus diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat atau cokelat keabu-abuan.
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelah kuning. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang dan helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm.
Tanaman jambu biji berbuah dan berbunga setiap tahun. Bunga keluar dari ketiak daun. Bunganya ada yang sempurna (hermaprodit) sehingga pembuahannya akan terbentuk bila terjadi penyerbukan. Ada pula yang tanpa penyerbukan (partenokarpi) sehingga terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Jumlah buah di setiap tangkai antara 1-3 bunga.
Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua. Warna daging buah umunya putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. (Parimin, 2008)
3. Varietas Jambu Biji
Tanaman jambu biji memiliki dua varietas yang umum digunakan sebagai obat, antara lain jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) dan jambu biji daging buah putih (P. guajava var. pyrifera). (Barbalho et al. 2012)
Daun jambu biji merah mengandung metabolit sekunder, terdiridari tanin, polifenolat, flovanoid, menoterpenoid, siskulterpen,alkaloid, kuinon dan saponin, minyak atsiri (Kurniawati, 2006). Sedangkan hasil fitokimia dalam ekstrakdaun jambu biji putih adalah senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid (Arya, et al.,2012).
Dalam penlitian Adnyana et al (2004), efektivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putihdibandingkan dengan yang berwarna merah sebagai antidiare, berdasarkanaktivitas antimikroba, konsistensi feses, berat feses, waktu diare, dan uji waktulintas usus.Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun jambu biji dagingbuah merah.
Ada beberapa jenis atau varietas jambu biji yang dikenal masyarakat, antara lain sebagai berikut.
3.1 Jambu Biji Berdaging Buah Merah
Jambu biji berdaging buah merah memiliki beberapa varietas, diantaranya adalah
3.1.1 Jambu Biji Merah Getas
Daun jambu biji ini merupakan hasil temuan lembaga penelitian Getas, Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji ini merupakan hasil silangan antara jambu pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji Bangkok. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal, berasa manis, harum, dan segar. Ukuran buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Jambu ini banyak diminati karena selain rasanya lebih enak, ternyata dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita demam berdarah. (Parimin, 2008) 3.1.2 Jambu Biji Brazil
Jambu biji brazil termasuk unik dan langka karena memiliki ukuran buah yang kecil dan berwarna kemerahan setelah matang. Daunnya berwarna hijau mengkilap, bentuknya seperti kipas, dan letaknya saling berhadapan. Panjang daun sekitar 3 -5,5 cm dan lebar 2,5 cm. Tanaman ini sangat baik untuk dijadikan tanaman buah dalam pot atau tanaman hias karena penampilan buahnya menarik. (Parimin, 2008)
3.1.3 Jambu Biji Khemer
Jambu biji khemer termasuk jambu biji unggul dengan ciri-ciri bentuk buah bulat panjang dan melancip dibagian tangkainya, kulit buah berwarna hijau kekuningan, dan daging buahnya berwarna merah. Jambu biji khemer termasuk unggul dan layak untuk dikebunkan secara komersial. (Parimin, 2008)
3.1.4 Jambu Biji Pasar Minggu
Jambu biji pasar minggu adalah jenis unggul karena hasil seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Bentuk buahnya agak lonjong seperti alpukat. Daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. (Parimin, 2008)
3.2 Jambu Biji Berdaging Buah Putih
Jambu biji berdaging buah putih memiliki beberapa varietas, diantaranya adalah
5.2.1 Jambu Biji Susu
Bentuk buah jambu biji susu bulat dan meruncing di bagian dekat tangkai buah. Dinamakan jambu biji susu karena daging buahnya berwarna putih seperti susu. Panjang daun sekitar 5-11 cm dan lebar 4-5 cm. Selain untuk dikonsumsi segar buah jambu biji susu memiliki potensi untuk diolah menjadi sari buah, sirup, nectar, selai, jeli, dan dodol.
5.2.2 Jambu Biji Australia
Jambu biji Australia memiliki ciri yang unik yaitu, batang, daun, maupun buahnya berwarna merah tua. Daunnya berbentuk bulat memanjang dengan ukuran panjang 12-13 cm dan lebar 6-7 cm. Daging buah berwarna putih, berbiji banyak, dan rasanya manis. Produktivitas buah jambu Australia kurang atau jarang sehingga hanya cocok dijadikan tanaman buah dalam pot (tanaman hias).
5.2.3 Jambu Biji Variegata
Jambu biji variegate termasuk langka, unik, dan menarik. Sebutan variegate fikarenakan dalam satu tanaman ada tiga warna daun yang berbeda, yaitu daun berwarna hijau tua polos tanpa belang-belang, hijau belang-belang putih, atau hijau belang-belang merah. Daging buah putih, berasa kurang manis, bijinya banyak, dan kulitnya berwarna hijau belang-belang kekuningan setelah matang. Panjang
daun sekitar 8,10 cm dan lebar 4 cm. Jambu biji ini cocok dijadikan tanaman tabulampot karena buahnya banyak dan lebat serta berpenampilan unik, indah, dan menarik.
5.2.4 Jambu Biji Bangkok
Daging buah tebal, berwarna putih, dan bijinya sedikit. Rasa manis disebabkan kadar gulanya mencapai 28,10 %. Jenis tanaman jambu biji Bangkok termasuk pendek dan berbuah sangat lebat. Jambu Bangkok baik dikebunkan secara komersial karena termasuk jenis jambu biji unggul. Selain dikonsumsi dalam keadaan segar atau sebagai buah meja, jambu Bangkok dapat diolah menjadi sirop.
5.2.5 Jambu Biji Sukun
Jambu biji sukun cukup digemari banyak pekebun karena merupakan salah satu jenis jambu biji tanpa biji (triploid). Namun, ada jenis jambu biji sukun berbiji. Jambu biji sukun tanpa biji maupun berbiji termasuk buah unggul dan cocok dikembangkan dalam perkebunan skala besar/komersial. Daging buah berwarna putih, tebal, padat, serta bertekstur keras. Rasa buah manis, enak, dan segar, sehingga cocok dijadikan buah segar atau dikonsumsi dalam bentuk segar.
5.2.6 Jambu Biji Kecil
Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis jambu yang unik dan menarik. Jenis jambu biji ini cocok sebagai tanaman buah dalam pot karena penampilannya yang unik dan indah. Adapun ciri-ciri dari jenis jambu ini antara lain ukuran daun kecil, yaitu panjang daun sekitar 4 cm dan lebar sekitar 1 cm.
3.3 Varietas Jambu Biji Unggul
Varietas jambu biji unggul adalah varietas yang memiliki produktivitas tinggi, tahanterhadap hama dan penyakit, ukuran buah besar dan warna menarik, serta dapat ditanamdiberbagai kondisi lingkungan baru. Setiap varietas jambu biji memiliki bentuk morfologiberbeda dan bevariasi. Varietas jambu bijiunggul antara lain
3.3.1 Jambu Biji Varietas Deli
Asal tanaman : Deli Serdang, Sumatera Utara Bentuk tanaman : tegak
Lebak tajuk : 1,5 – 2 meter Percabangan : horizontal Bentuk batang : silindris
Warna batang : coklat
Bentuk daun : lonjong, permukaan kasar, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, susunan tulang menyirip, kedudukan saling berhadapan Ukuran daun : panjang 11 – 12 cm, lebar 6 – 7 cm Panjang tangkai daun : 1 – 1,5 cm
Warna daun : bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda
Warna bunga : putih
Jumlah bunga per tandan : 1 - 4 kuntum Bentuk buah : kerucut terbalik
Ukuran buah : panjang 9 – 12 cm, lebar 8 – 9,5 cm Panjang tangkai buah : 1 – 1,5 cm
Berat per buah : 400 – 900 gram Warna kulit buah masak : hijau kekuningan Warna daging buah : putih kekuningan Ketebalan daging buah : 2 – 2,5 cm Tekstur daging buah : halus Rasa daging buah : manis Kandungan gula : + 8,3 °brix Kandungan air : + 88 %
Kandungan vitamin c : + 34,3 mg / 100 gr Jumlah buah per tandan : 1 – 2 buah
Hasil : 100 – 150 kg / pohon / tahun
Identitas pohon induk tunggal: tanaman milik M. Tarigan, Desa Gunung Tinggi, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang(PI/JB/e/IV.2002/18)
Keterangan : - tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 20-500mdpl
- disamping sebagai buah meja, juga dijadikanmanisan
Pengusul/Peneliti : BPSB-TPH, Diperta, USU Sumut; Diperta Deli Serdang;Balitbu Solok /
Sabar Sinaga, Sangkot
Situmorang,Rumontan, H. Zaini Hafiz, Ichsan, Arnold Simatupang,Sudarmaji Purnomo, Safarudin, Nana Laksana Ranu,Bintara Thahir, J.A. Napitupulu, Asmin Purba. (SK Mentan No. 271/KPTs/SR.120/7/2005)
3.3.2 Jambu Biji Varietas Mega Merah
Bentuk Tanaman : Tegak Lebar tajuk : 2 meter Percabangan : Horizontal Bentuk batang : silinder Warna batang : coklat
Bentuk daun : lancet, permukaan halus, ujung daun tumpul, tepi daun rata
Ukuran daun : panjang 14 – 15 cm , lebar 7 – 8 cm Panjang pangkal daun : 1,5 cm
Warna daun : bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda
Warna bunga : putih
Jumlah bunga pertandan : 3 – 4 kuntum Panjang tangkai buah : 1,5 – 2,5 cm Berat per buah : 250 – 300 gram Warna kulit buah masak : kuning
Warna daging buah : merah Ketebalan daging buah : 1,5 – 2,5 cm Tekstur daging buah : berserat Rasa daging buah : manis Kandungan air : 80 %
Kandungan vitamin C : 88,1 mg/ 100 gr Jumlah buah pertandan : 1 – 3 buah
Produksi : 150 – 200 kg / pohon / tahun
Identitas pohon induk tunggal: Tanaman milik Bani, Desa Setu Babakan, Kecamatan Srengseng Sawah,
Jakarta Selatan
(PI/JBT/GD/XXVI.21/8595)
Keterangan : Disamping sebagai buah meja, juga sebagai bahan olahan seperti juice, sirup, atau selai
Pengusul / Peneliti : BPSB-TPH DKI Jakarta/Asmaniar, Nyi Suryati, Namin Y, Bejo Mulyono, Mubin Usman, R. RiyadiWasta, Surachmat K. (SK Mentan No. 516Kpts/PD.210/10/ 2003)
3.3.3 Jambu Biji Varietas Wijaya Merah
Asal tanaman : Srengseng Sawah, Depok Bentuk tanaman : tegak
Lebar tajuk : 3 meter Percabangan : horizontal Bentuk batang : silinder Warna batang : coklat
Bentuk daun : lancet, permukaan kasar, ujung daun tumpul, tepi daun rata
Ukuran daun : panjang 14 – 15 cm, lebar 6 – 7 cm Panjang tangkai daun : 1,5 cm
Warna daun : bagian atas hijau tua, bagian bawah kuning
Warna bunga : putih
Jumlah bunga pertandan : 3 – 4 kuntum
Bentuk buah : bulat
Ukuran buah : Panjang, 10,7 cm, diameter 9,5 cm Panjang tangkai buah : 1,0 – 2,5 cm
Berat perubah : 475 Warna kulit buah masak : kuning Warna daging buah : merah Ketebalan daging buah : 2,7 – 3,0 cm Tekstur daging buah : halus
Rasa daging buah : manis Kandungan air : 89 %
Kandungan vitamin C : 90,2 mg/100 gr Jumlah buah pertandan : 1 – 3 buah
Produksi : 200 – 300 kg / pohon / tahun
Identitas pohon induk tunggal: tanaman milik H. Mubin Usmani, Desa Srengseng Sawah, Kecamatan Srengseng Sawah, JakartaSelatan (PI/JBT/GD/XXVI.21/8598)
Keterangan : disamping sebagai buah meja, juga sebagai bahan olahan seperti, juice, setup atau selai.
Pengusul/Peneliti : BPSB-TPH DKI Jakarta/Asmaniar, Nyi Suryati, Namin Y, Bejo Mulyono, Mubin Usman, R. RiyadiWasta, Surachmat K. (SK Mentan No. 517/Kpts/PD.210/10/ 2003)
3.3.4 Jambu Biji Varietas Kristal
Asal : Taiwan
Silsilah : Seleksi pohon induk Golongan Tanaman : Klon
Tinggi Tanaman : 2,0 – 2,5 m Bentuk tajuk tanaman : Perdu Lebar tajuk : 2,0 – 2,5 m
Percabangan : agak vertikal dengan sudut 30 – 45o
Bentuk batang : silindris Bentuk penampang batang : bulat Diameter batang : 7,5 cm Warna batang : cokelat Bentuk daun : jorong
Ukuran daun : panjang 8,8 – 11 cm, lebar 4,6 – 6,0 cm
Warna daun : hijau
Tepi daun : rata
Permukaan daun bagian atas : halus bergelombang Permukaan daun bagian bawah : kasar bergelombang Panjang tangkai daun : 0,6 – 1,3 cm
Warna mahkota bunga : putih
Warna kepala benang sari : kuning agak krem Warna tangkai benang sari : putih
Warna kepala putik : putih tulang
Warna kelopak bunga : hijau agak kekuningan Jumlah bunga pertandan : 1 – 3 kuntum
Bentuk buah : bulat agak gepeng
Ukuran buah : tinggi 5,1 – 11,7 cm, diameter 6,5 – 11,1 cm
Warna kulit buah muda : hijau
Warna kulit buah masak : hijau kekuningan Ketebalan daging buah : 2,1 – 3,2 cm Warna daging buah : putih tulang Tekstur daging buah : renyah
Rasa daging buah : agak manis segar Kandungan air : 87,4 %
Kandungan gula : 9,2%
Kandungan vitamin C : 18,73 mg/100 gr
Kadar asam : 0,44%
Jumlah buah pertandan : 1 – 2 buah Waktu berbunga dan panen : sepanjang tahun
Hasil buah : 20 – 50 kg / pohon / tahun
Identitas pohon induk tunggal: tanaman milik kebun percobaan Taiwan Technical Mission, Delanggu, Mojokerto, Jawa Timur
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 50 – 450 m dpl Pengusul : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur,
BPSBTH Provinsi Jawa Timur, Taiwan Technical Mission in Indonesia
Peneliti : Agus Pratomo, Bambang Heriyanto, Suyoto, Khoirul Amin, Catur
Sugihatono, Mustofa, Dzanuri Lin, Chi-Ping, M. Aris, dan M. Huda (SK Mentan No. 540/Kpts/SR.120/9/2007)
4. Bahan Baku Daun Jambu Biji Terpilih
5. Pembudidayaan Tanaman Jambu Biji
Daun jambu biji yang akan digunakan sebagai bahan baku diperoleh dari hasil kerjasama perusahaan dengan pembudidaya jambu biji dari Desa Palasari, Kecamatan Ciater , Jawa Barat, sehingga diharapkan pembudidaya dapat memenuhi kriteria yang ditentukan, antara lain:
5.1 Teknik Pembudidayaan
Jambu biji kristal termasuk golongan tanaman klon, sehingga untuk mempertahankan sifat unggul dari induknya tanaman diperbanyak dengan cara vegetatif. Teknik perbanyakan secara vegetatif pada tanaman jambu biji kristal yang umumnya dilakukan oleh petani yaitu dengan cara cangkok dan sambung. (Fitria, 2016)
Mencangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar (Prameswari et al. 2014). Keunggulan perbanyakan dengan cara cangkok yaitu sifat tanaman baru identik dengan induknya, waktu untuk melakukan perbanyakan vegetatif cangkok cukup singkat yaitu 1-3 bulan, serta unsur hara, air, dan mineral pada layer (batang yang berakar) masih terjamin dari supply tanaman induk (Hartmann dan Kester 1978).
Penyambungan atau enten (grafting) adalah upaya menggabungkan dua jenis tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung tumbuh menjadi satu tanaman baru (Hartman et al. 1997). Perbanyakan vegetatif dengan cara sambung memiliki keunggulan diantaranya tanaman yang dihasilkan memiliki sifat unggul dari batang bawah dan batang atas dan tanaman cepat berbuah, namun untuk menyiapkan perbanyakan dengan cara sambung memerlukan
waktu yang cukup lama karena memerlukan waktu untuk menghasilkan tanaman yang akan dijadikan batang bawah yang dihasilkan dari biji (Hartman dan Kester 1978).
Menurut uraian diatas maka teknik pembudidayaan yang kami pilih yaitu secara vegetative dengan mencangkok.
5.2 Pembudidayaan
Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi buah-buahan di Jawa Barat, salah satunya jambu kristal. Secara geografis wilayah Kabupaten Subang berada pada ketinggian rata-rata 805 mdpl dengan jenis tanah lempung berpasir, topografi berbukit serta memiliki pH sekitar 5 – 6.Kecamatan sentra produksi jambu kristal di Kabupaten Subang yaitu Desa Palasari, Kecamatan Ciater. (Firmansyah, 2005)
6. Pembuatan Simplisia 6.1 Proses Pemanenan
Sekitar enam sampai sembilan bulan setelah pembudidayaan, daun yang sehat (bebas dari penyakit dan kontaminan) dipanen pada hari yang cerah, lebih baik pada pagi hari.(H. Sampurno, 2004)
6.2 Post Harvesting
6.2.1 Sortasi Basah
Daun hasil panen dikumpulkan, kemudian bagian yang tidak diinginkan, daun yang rusak, dan benda asing seperti tanah atau kerikil yang terikut dibuang. (Katno, 2008)
6.2.2 Pencucian
Dicuci dengan air bersih sampai bersih.Kemudian ditiriskan untuk membebaskan dari sisa-sisa air cucian. (Depkes, 1985) 6.2.3 Pengeringan
Pucuk daun yang telah bersih dan bebas sisa-sisa air cucian tersebut kemudian dikeringkan di sinar matahari dengan alas tikar atau alas lain yang berlubang-lubang sampai kering. (Depkes, 1985)
Daun yang dipanen muda biasanya dikeringkan secara perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan cepat.Selain itu, jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat mudah hancur atau rusak. (Ndarie, 2013)
Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari langsung sebaiknya tidak langsung terkena cahaya matahari, karena akan merubah senyawa klorofilnya, sehingga produk yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. (Ndarie, 2013) 7. Pengepakan dan Penyimpanan
Simpan simplisia dengan sebaik-baiknya dan hindarkan dari sinar matahari untuk mencegah kerusakan.Buang simplisia apabila telah terinfeksi jamur atau serangga atau menunjukkan kerusakan. Wadah harus dilabeli dengan benar yang meliputi nama simplisia dan tanggal pemanenan. (H. Sampurno, 2004)
8. Standarisasi Simplisia
8.1 Identitas tanaman
Nama latin :Psidium guajava L.
Synonim : Psidium guajava var pyriferum L. (WHO, 2011) Parameter-parameter identitas:
8.1.1 Makroskopis
Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5-1 cm, helai daun berbentuk bundar menjorong, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak licin, warna hijau kecoklatan, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip. (Farmakope Herbal Indonesia, 2008)
8.1.2 Mikroskopis
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan kristal kalsium oksalat, rambut penutup, stomata tipe anomositis, berkas pengangkut dan mesofil dengan kelenjar minyak. (Farmakope Herbal Indonesia, 2008)
8.1.3 Senyawa Identitas : tanin terhidrolisis 8.1.4 Pola Kromatogram:
Dilakukan dengan uji KLT-Densitometri terhadap ekstrak daun jambu biji putih varietas kristal dengan fase gerak dengan pembandingnya adalah tanin terhidrolisis
8.2 Kemurnian
Kontrol Kemurnian Daun Jambu Biji: 8.2.1 Susut Pengeringan:
Susut pengeringan tidak lebih dari 10% (Farmakope Herbal Indonesia,2008)
8.2.2 Kadar Abu:
Abu total : tidak lebih dari 10%
Abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,8% (Farmakope Herbal Indonesia)
8.2.3 Kadar sari:
Sari larut air : tidak kurang dari 18,2%
Sari larut etanol : tidak kurang dari 15,0% (Farmakope Herbal Indonesia)
8.2.4 Kadar aflatoksin:
Kadar aflatoksin total (aflatoksin B1, B2, G1, dan G2) ≤ 20 μg/kg dengan syarat aflatoksin B1 ≤ 5 μg/kg (BPOM, 2014)
8.2.5 Cemaran mikroba
Angka Lempeng Total : ≤ 106 koloni/g Angka Kapang Khamir : ≤ 104 koloni/g Escherichia coli : negatif/g
Salmonella spp : negatif/g
Pseudomonas aeruginosa : negatif/g Staphylococcus aureus : negatif/g (BPOM, 2014)
8.2.6 Cemaran Logam Berat
- Cd : ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm - As : ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau ppm - Hg : ≤ 0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm
(BPOM, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2014. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 12 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1 Tahun 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Firmansyah, Obas. 2005. Sop Standar Operasional Prosedur Budidaya Jambu Kristal Kabupaten Subang. Bandung: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
Hartmann HT, Kester DE, Devies FT. 1997. Plant Propagation Principle and Practices 6thed. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Hartmann HT, Kester DE. 1978. Plant Propagation Principle and Practices 3th ed. New Delhi: Prentice-Hall International. Inc. Englewood.
Prameswari ZK, Trisnowati S, Waluyo S. 2014. Pengaruh macam media dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) pada musim penghujan. Vegetalika
Fitria. Lia. 2016. Kajian Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Var. Kristal Pada Asal Bibit Dan Pemangkasan Yang Berbeda. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
World Health Organization. 2005. WHO monographs On Selected Medicinal Plants Volume 4; 127-140