• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Setelah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Puskesmas Weru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) Setelah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Puskesmas Weru"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK) SETELAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

DI WILAYAH PUSKESMAS WERU

NASKAH PUBLIKASI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

APRI KUSUMA DAMAYANTI NIM. J310141016

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK) SETELAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

DI WILAYAH PUSKESMAS WERU Abstrak

Tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat diketahui dari bertambahnya berat badan ibu setiap bulan. Kekurangan gizi pada ibu hamil banyak terjadi di negara-negara berkembang yang meliputi kekurangan energi kronis. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan masalah pada ibu dan janin. Salah satu program pemerintah dalam mengurangi jumlah ibu hamil kurang energi kronis yaitu dengan pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran status gizi ibu hamil kurang energi kronis setelah pemberian makanan tambahan di wilayah Puskesmas Weru. Jenis penelitian ini yakni penelitian observasional. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil kekurangan energi kronis trimester II dan trimester III berjumlah 81 orang secara purposive

sampling. Analisis data menggunakan uji deskriptif. Penelitian

menunjukkan setelah pemberian makanan tambahan ibu hamil mengalami peningkatan status gizi Ibu sebesar 93.8%. Setelah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis status gizi meningkat.

Kata kunci: status gizi

Abstract

The fulfillment of the nutritional needs of pregnant women can be seen from the increase in maternal weight every month. Nutritional deficiencies in pregnant women occur in many developing countries, including chronic energy shortages. Malnutrition in pregnant women can cause problems for both mother and fetus. One of the government programs in reducing the number of chronic energy-deficient pregnant women is by providing supplementary food. Supplementary feeding aims to meet the nutritional needs of the mother during pregnancy. This study is to determine the nutritional status of pregnant women with chronic energy deficiency after supplementary feeding in the Weru Public Health Center. This type of research is observational research. The sample of this study was 81 pregnant women lacking in chronic energy trimester II and trimester III amount by purposive sampling. Data analysis using descriptive test. The study showed that after supplementary feeding pregnant women increased their nutritional status by 93.8%. After supplementary feeding in pregnant women with chronic energy deficiency improved nutritional status.

(6)

1 1. PENDAHULUAN

Salah satu indikator tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat diketahui dari bertambahnya berat badan ibu setiap bulan (Sulistyoningsih, 2011). Status nutrisi pada wanita hamil, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin saat dalam kandungan (Abu et al, 2010). Kekurangan gizi pada ibu hamil banyak terjadi di negara-negara berkembang yang meliputi kurang energi kronis (KEK) maupun kekurangan zat gizi mikro (Salam et al, 2013). Menurut laporan Kemenkes RI (2017) ibu hamil di Indonesia yang mengalami risiko KEK sebesar 14,8%. Di Jawa Tengah prevalensi ibu hamil yang memiliki risiko KEK sebesar 17.5% (Riskesdas, 2018). Sementara di Kecamatan Weru pada tahun 2017 sebesar 10,28% ibu hamil mengalami KEK dan tahun 2018 mengalami penurunan persentase KEK pada ibu hamil yaitu sebesar 5,34% (Puskesmas Weru, 2018).

Ibu yang Kekurangan Energi Kronis seringkali memiliki anak yang kekurangan gizi. Kekurangan energi kronis pada ibu hamil di negara-negara berkembang bertanggung jawab untuk 1 dari 6 kasus dengan berat badan lahir rendah (Opara, 2011). Salah satu program pemerintah dalam mengurangi jumlah ibu hamil kurang energi kronis yaitu dengan pemberian makanan tambahan (PMT). PMT ditujukan kepada kelompok rawan gizi yang meliputi ibu hamil risiko KEK. Pemberian makanan tambahan (PMT) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan terutama kecukupan protein (Zulaidah et al, 2014).

Hasil studi awal di Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo bahwa jumlah ibu hamil tahun 2017 sebanyak 788 orang dan yang mengalami KEK sebanyak 81 orang (10,28%). Jumlah ibu hamil tahun 2018 sebanyak 786 orang dan yang mengalami KEK sebanyak 42 orang (5,34%). Jumlah ibu hamil tahun 2019 bulan Januari hingga Desember 2019 sebanyak 773 orang dan yang mengalami KEK sebanyak 99 orang (12,81%). Hal ini berarti pada tahun 2019 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) setelah pemberian makanan tambahan di wilayah Puskesmas Weru.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional study dengan pendekatan deskriptif dan menggunakan desain retrospektif, dalam penelitian ini dilakukan pengamatan

(7)

2

monitoring PMT ibu hamil KEK di Puskesmas Weru. Lokasi penelitian ini di Puskesmas Weru, Puskesmas ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena pada tahun 2019 mengalami peningkatan jumlah ibu hamil KEK. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil KEK trimester II dan III yang mendapatkan PMT berjumlah 81 orang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data dokumentasi monitoring PMT pada ibu hamil KEK. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini melalui dokumentasi laporan monitoring PMT pada ibu hamil KEK. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program perbaikan gizi pada ibu hamil ditujukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil sehingga risiko terjadinya KEK dapat ditangani. Salah satu program untuk mengatasi KEK yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK karena mengacu pada pedoman gizi ibu hamil dan pengembangan makanan tambahan ibu hamil berbasis pangan Kementerian Kesehatan RI.

Produk PMT didistribusikan keseluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Sukoharjo yang sebelumnya telah di data oleh petugas gizi di Puskesmas salah satunya Puskesmas Weru. Ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah ibu hamil yang terdeteksi berisiko mengalami KEK. Prakteknya pemberian PMT ibu hamil di Puskesmas Weru dilakukan setiap bulannya pada saat kunjungan ANC dan pemberian PMT diberhentikan apabila ukuran LiLA ibu hamil > 23,5 cm.

Tabel 1. Distribusi Faktor Sosial Ekonomi di Puskesmas Weru Tahun 2019 Karakteristik Frekuensi Persentase(%) Pendapatan Gaji < Rp. 1.783.500 44 54,3 Gaji > Rp. 1.783.500 37 45,7 Pendidikan Rendah (SD-SMP) - - Menengah (SMA) 81 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pendapatan < Rp. 1.783.500 sejumlah 44 orang (54,3%) dan responden dengan pendidikan menengah (SMA) sebanyak 81 orang (100,0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(8)

3

sebagian besar responden berpendapatan rendah atau dibawah UMR. Status ekonomi cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik (Marsedi et al., 2016). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ternyata ibu hamil yang tingkat ekonomi rendah memiliki status gizi yang kurang. Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara pendapatan keluarga dengan KEK pada ibu hamil menunjukkan bukan hanya responden yang mempunyai pendapatan rendah saja yang menderita KEK, tetapi juga banyak responden yang mempunyai pendapatan tinggi juga menderita KEK (Wati et al, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan Asriningtyas (2010) yang mengemukakan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh dengan status gizi pada ibu hamil. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Maka seseorang dengan ekonomi yang tinggi maka gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya pemeriksaan kehamilan membuat gizi ibu dapat selalu terpantau. Tingkat pendapatan menentukan apa yang dibeli, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula presentasi pembelanjaannya (Nursanti, dkk, 2005).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua responden berpendidikan menengah atau SMA sebanyak 81 orang (100,0%). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu mempunyai pengetahuan tinggi juga tentang pengertian, gejala, tanda, penyebab, akibat, pencegahan, dan cara mengatasi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil (Dewi dan Cahyani, 2017). Kurangnya pengetahuan atau kurangnya informasi tentang kesehatan dan gizi merupakan faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Temuan pada penelitian ini sesuai dengan temuan Saraswati (2009), yaitu ibu hamil yang memiliki pendidikan formal memiliki risiko KEK yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi, sehingga kemampuan berpikir lebih rasional. Menurut asumsi peneliti, tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan responden yang diperoleh secara formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin cepat pula penyerapan informasi yang didapat. Pendidikan sangat berhubungan dengan

(9)

4

pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya (Stephanie dan Kartika, 2016).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahirawati (2014) bahwa pendidikan ibu yang mayoritas SMA namun pendapatan keluarga rendah menyebabkan daya beli rendah pula yang mengakibatkan belum terpenuhinya kebutuhan Gizi Ibu Hamil dari segi kualitas dan kuantitas.

Tabel 2. Distribusi Faktor Biologis di Puskesmas Weru Tahun 2019 Kategori Frekuensi Persentase(%) Usia Ibu <20 tahun 3 3,7 20-35 tahun 74 91,4 >35 tahun 4 4,9 Paritas Nullipara (0x) 41 50,6 Primipara (1x) 31 38,3 Multipara (>1x) 9 11,1 Usia Kehamilan

13-28 minggu (Trimester II) 59 72,8 >28 minggu (Trimester III) 22 27,2

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan berusia 20-35 tahun sebanyak 74 orang (91,4%), responden dengan paritas nullipara sebanyak 41 orang (50,6%), dan responden dengan umur kehamilan 13-28 minggu sebanyak 59 orang (72,8%).

Usia responden yang tergolong reproduktif memberikan kesadaran kepada responden untuk berusaha mencukupi kebutuhan gizi selama hamil. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden memiliki usia produktif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Abraham et al. (2015) bahwa usia ibu dalam kelompok usia reproduksi paling rentan terhadap kekurangan gizi karena asupan makanan yang rendah, distribusi makanan yang tidak merata dalam rumah tangga, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak tepat. Telah diketahui bahwa kekurangan energi kronis merupakan faktor risiko rendahnya produktivitas, morbiditas, dan mortalitas orang dewasa, dengan kekurangan gizi kronis di kalangan wanita juga menjadi faktor risiko utama untuk hasil kelahiran yang merugikan bagi anak-anak mereka.

(10)

5

Sebagian besar responden nullipara sebanyak 48 orang (48.5%). Responden di Puskesmas Weru yang termasuk nullipara maupun primipara lebih banyak daripada paritas multipara. Penelitian ini ibu hamil yang berisiko KEK yang termasuk nullipara dan primipara karena responden dengan paritas >1 lebih sedikit dibandingkan dengan responden nullipara dan primipara. Riwayat paritas bermanfaat untuk menentukan besaran akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi ibu. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan kualitas janin yang rendah dan merugikan kesehatan ibu karena ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki diri tubuhnya (Prawirohardjo, 2008). Apabila ibu golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya (Mauaba, 2010).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perubahan LiLA sebelum dan setelah pemberian PMT-Ibu Hamil di Puskesmas Weru Tahun 2019

No Kategori Sebelum pemberian PMT-Ibu Hamil Setelah pemberian PMT-Ibu Hamil F % F % 1 KEK 81 100,0 5 6,2 2 Tidak KEK - - 76 93,8 Jumlah 99 81 100,0 81

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden setelah pemberian PMT-Ibu Hamil mengalami perubahan LiLA, diketahui bahwa status gizi Ibu Hamil mengalami peningkatan, sebanyak 76 orang (93,8%) tidak mengalami KEK dan hanya sebanyak 5 orang (6,2%) yang mengalami KEK.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 81 ibu yang mendapatkan PMT ibu hamil sebanyak 76 orang mengalami peningkatan pada status gizi nya sebesar 93,8% dilihat dari Lingkar lengan atasnya setelah mengkonsumsi biskuit PMT yang telah diberikan oleh petugas kesehatan, disisi lain juga para ibu yang hamil dengan KEK dia juga sering mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Rata-rata LiLA sebelum pemberian makanan tambahan biskuit didapatkan hasil 22.08 cm, untuk LiLA terendah 17.50 cm dan tertinggi adalah 23.5 cm. Rata-rata LiLA sesudah diberi PMT biskuit didapatkan hasil 24.45 cm, untuk LiLA terendah 22.0 cm dan tertinggi adalah 25.50 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurina (2016), bahwa status gizi ibu hamil mengalami peningkatan selama pemberian PMT-P susu dan

(11)

6

biskuit MT-bumil dibandingkan sebelum pelaksanaan program. Didukung hasil penelitian Wahida (2015) bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perubahan berat badan dan ada perbedaan yang signifikan pada perubahan LiLA ibu hamil pada ibu hamil yang diberikan makanan tambahan.

Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu upaya untuk meningkatan asupan zat gizi bagi ibu hamil kurang energi kronis untuk memenuhi kebutuhan gizinya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein pada ibu hamil kurang energi kronis setelah diberikan makanan tambahan berupa biskuit dengan bahan dasar pangan lokal dengan kandungan energi 474,75 kkal dan protein 18,4 gram. Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan jenis produk adalah produk sudah dikenal dan memiliki citarasa yang baik sehingga disukai serta diterima masyarakat secara luas, praktis, punya daya simpan relative lama dan mudah dalam penyajiannya. Aspek lain yang dipertimbangkan adalah komposisi gizi produk.

Peningkatan status gizi ibu hamil wilayah Puskesmas Weru berdasarkan LILA ini terjadi dengan adanya kesadaran lebih baik terutama dalam konsumsi makanan utama dan PMT-P (biskuit MT-Bumil) selama masa kehamilan. Pada penelitian ini,peneliti tidak mengukur ibu dalam mengkonsumsi Fe. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah (Yang dan Sandra, 2011). Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan intake zat gizi pada masa kehamilan akan menyebabkan kurang energi kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil. Ibu yang menderita KEK berpeluang menderita anemia 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak KEK (Kusumawati, 2016).

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu konsumsi suplementasi Fe, nafsu makan ibu hamil trimester II dan III berbeda, dan tingkat kepatuhan konsumsi PMT.

4. PENUTUP

Peneliti menyimpulkan bahwa Ibu yang mengalami KEK di Puskesmas Weru sebagian besar memiliki pendapatan di bawah UMR sebesar 54,3%, semua ibu

(12)

7

berpendidikan menengah (SMA), usia 20-35 tahun sebesar 91,4% dan nullipara sebesar 50,6%. Setelah pemberian makanan tambahan Ibu Hamil status gizi ibu hamil di Puskesmas Weru meningkat sebesar 93.8%.

Saran dalam penelitian ini yaitu perlu diadakan pendekatan dan pemantauan khusus kepada ibu hamil Kekurangan Energi Kronis yang bertujuan untuk meningkatkan status gizinya dengan cara konseling sehingga patuh dalam mengkonsumsi pemberian makanan tambahan. Sebaiknya penelitian lebih lanjut memperhatikan juga tingkat kepatuhan konsumsi pemberian makanan tambahan dan nafsu makan ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Abu, S.K., and Fraser. D.,. (2010). Maternal Nutrition and Birth Outcomes. Oxford

Journal. 32 (1), 5-25.

Asriningtyas, Rizki. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan gizi dan status sosial ekonomi ibu hamil dengan status gizi ibu hamil primigravida trimester II di

Puskesmas Pembantu Tunjung Burneh Bangkalan. Skripsi: Universitas

Airlangga, Surabaya.

Chandradewi, AASP. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan terhadap Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis) di Wilayah Kerja Puskesmas Labuan Lombok. Jurnal Kesehatan Prima, 9 (1), 1391-1404.

Dewi, RK. dan Cahyani, SD. (2017). Gambaran Ibu Hamil Tentang Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Kehamilan. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak

Akademi Kebidanan An-Nur. 2(2), 46-50.

Kemenkes RI, (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Kemenkes, RI. (2017). Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (Balita-Anak

Sekolah-Ibu Hamil). Jakarta.

Mahirawati, VK. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Kamoning Dan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan, 17 (2), 193-202.

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan

dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Marsedi, GS., Marsedi, Laksmi Widajanti, AA., (2016). Hubungan Sosial Ekonomi dan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu

(13)

8

Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjung Pinang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(3), 138-147.

Nursanti I dan Kurniawati N. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan nutrisi ibu hamil di Puskesmas Cilincing Jakarta Utara. Jurnal kedokteran dan

kesehatan. 1(1).

Opara, J., (2011). Malnutrition During Pregnancy Among Child Bearing Mothers in Mbaitolu of Imo State. Nigeria. Mediteranean Journal of Social Science, 2 (6).

Prawirohardjo,S., (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Salam,R.A., Das,J.K., Ali,A., Lassi,Z.S & Bhutta, Z.A. (2013). Maternal

undernutrition and intrauterine growth restriction. Expert Rev. Obstet.

Gynecol. 8 (6), 559–567.

Stephanie P. dan Kartika, SKA. (2016). Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan Klungkung Bali 2014. Ejurnal Medika Udayana. 5 (6).

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wahida, Z. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Perubahan Status Gizi Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Stikes Dian Husada Mojokerto

Wati L., Ernalia Y., Haslinda L. (2014). Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi, Pendapatan Keluarga Dan Infestasi Soil Transmitted Helminths Dengan Kurang Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di Daerah Pesisir Sungai Siak Pekanbaru. JOM, 1(2), 1-10.

Zulaidah,H.S., Kandarina, I., Hakimi, M. (2014). Pengaruh pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil terhadap berat lahir bayi. Jurnal Gizi Klinik

Gambar

Tabel 1. Distribusi Faktor Sosial Ekonomi di Puskesmas Weru Tahun 2019  Karakteristik  Frekuensi  Persentase(%)  Pendapatan  Gaji &lt; Rp
Tabel 2. Distribusi Faktor Biologis di Puskesmas Weru Tahun 2019
Tabel 3. Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Perubahan  LiLA  sebelum  dan  setelah  pemberian PMT-Ibu Hamil di Puskesmas Weru Tahun 2019

Referensi

Dokumen terkait

Ada Dalam transaksi penjualan kredit, bagian ini memiliki tanggung jawab untuk menerima order dari pelanggan, mengedit order dari pelanggan, memberi otorisasi kredit dan

Hipotesis penelitian ini adalah jika metode Talking Stick digunakan dengan baik maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama

Salah satu contohnya, sebelum komputer banyak digunakan jika akan membuat surat atau dokumen lainnya kita biasa menggunakan mesin tik dan sekarang hampir dapat dipastikan fungsi

Mengingat kemajuan teknologi informasi begitu pesat dan pengguna informasi membutuhkan informasi yang tepat dan akurat maka penulis membuat suatu Aplikasi Autoresponder, dimana

Penulisan ilmiah ini menjelaskan tentang cara membuat suatu aplikasi resep puding agar tampilannya lebih menarik ketimbang dengan melihat dibuku atau majalah-majalah.

Dalam hal hasil evaluasi pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan/penerima dispensasi/pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam

Berdasarkan uraian hasil perhitungan menggunakan model Arrhenius terhada nilai TVB dan pH daging sapi, maka suhu refrigerasi dapat memperpanjang masa simpan daging

Untuk menentukan umur simpan produk sari alang-alang dengan metode ASLT maka dipilih parameter yang memiliki energi aktivasi yang paling kecil, yaitu pada parameter warna