• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membuat Pestisida Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membuat Pestisida Organik"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Membuat Pestisida Organik, Pestisida Hayati

Membuat Pestisida Organik, Pestisida Hayati

Ramuan Insektisida

Ramuan Insektisida

Organik Serba Guna

Organik Serba Guna

Bahan

Bahan

1. Air cucian beras (leri0 sebanyak 1

1. Air cucian beras (leri0 sebanyak 1

liter.

liter.

2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat

2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat

diganti dengan 2 butir ragi.

diganti dengan 2 butir ragi.

3. Cuka 10 sendok makan.

3. Cuka 10 sendok makan.

4. Gula pasir 1kg

4. Gula pasir 1kg

5. Perasan umbi gadung 10 sendok 

5. Perasan umbi gadung 10 sendok 

makan.

makan.

6. Bakteri 10 sendok makan.

6. Bakteri 10 sendok makan.

7. Daun klekeh, daun sirih, daun

7. Daun klekeh, daun sirih, daun

kecubung, daun mahoni, daun sirsak 

kecubung, daun mahoni, daun sirsak 

masing-masing satu genggam dan

masing-masing satu genggam dan

ditumbuk halus.

ditumbuk halus.

Pembuatan

Pembuatan

1. Seluruh bahan dicampur dan diaduk 

1. Seluruh bahan dicampur dan diaduk 

menjadi satu dan didiamkan selama

menjadi satu dan didiamkan selama

3 hari

3 hari

2. Bahan siap digunakan dengan cara

2. Bahan siap digunakan dengan cara

mencampurkan air sebanyak 10-15

mencampurkan air sebanyak 10-15

liter untuk 1 gelas

liter untuk 1 gelas

3. Sebelum digunakan tambahkan larutan

3. Sebelum digunakan tambahkan larutan

air tumbukan bawang putih atau

air tumbukan bawang putih atau

cabai.

cabai.

Selanjutnya >>>

Selanjutnya >>>

Ramuan Mengatasi Ulat

Ramuan Mengatasi Ulat

Bahan

Bahan

1. Daun gamal 1 kg

1. Daun gamal 1 kg

2. Air 5 liter 

2. Air 5 liter 

3. Tembakau 2 ½ gram

3. Tembakau 2 ½ gram

Cara Pembuatan

Cara Pembuatan

1. Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu

1. Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu

dinginkan.

dinginkan.

2. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk.

2. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk.

3. Didiamkan selama satu malam.

3. Didiamkan selama satu malam.

4. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan ¼ liter untuk 10 liter air.

4. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan ¼ liter untuk 10 liter air.

Selanjutnya >>>

Selanjutnya >>>

Ramuan Pengendali Kupu-kupu dan Ngengat

Ramuan Pengendali Kupu-kupu dan Ngengat

Bahan

(2)
(3)

1. Bawang putih atau bawang merah 1 kg

2. Air secukupnya

Cara Pembuatan

Selanjutnya >>>

Ramuan Pengendali Ulat, Wereng dan Jamur 

Bahan

1. Lengkuas/laos 1 kg

2. Jahe 1 kg

3. Kunyit/kunir 1 kg

4. Umbi gadung 1 kg

5. Akar jenu/tuba 1 kg

Cara pembuatan

1. Seluruh bahan ditumbuk atau diparut

2. Peras airnya dan dicampur satu sama lainnya

3. Bahan disimpan dalam botol selama 1 minggu dan siap digunakan

4. Satu sendok bahan dapat dicampur dengan 1 liter air 

Ramuan Pemberantas Keriting Pada Cabai

Bahan

1. Abu dapur 2 kg

2. Tembakau ¼ kg

3. Bubuk belerang 3 ons

Cara Pembuatan

1. Semua bahan dilarutkan kedalam air selama 3 – 5 hari

2. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan air 10 liter untuk 1 gelas

Selanjutnya >>>

Fungsida organik untuk Memberantas Jamur 

Bahan

1. Lengkuas/laos 1 kg

2. Kunyit/kunir 1kg

3. Jahe 1 kg

Cara Pembuatan

1. Ketiga bahan ditumbuk atau diparut

2. Ambil sarinya dengan cara diperas

(4)
(5)

Selanjutnya >>>

Pembuatan Pestisida organik 

Pembuatan Pestisida Alami

Penggunaan pestisida kimia memang berbahaya bagi Manusia.

Kita sering

merasa waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah, semoga artikel

tentang pembuatan pestisida alami ini dapat membantu memecahkan

Persoalan Anda (petani) dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus

keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)

Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya,

kemudian

ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan

selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan

aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara

lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus

dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air

saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai

pengendali berbagai hama tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)

  Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan

pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4

hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin

lalu saring.Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis

hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)

Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan

menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur

dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan

ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk

mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)

Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan

dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan

(6)
(7)

perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis

serangga penyerang tanaman.

Selanjutnya >>>

Membuat Pestisida Organik 

Dengan semakin mahalnya bisaya pestisida, maka kita petani kita mulai melirik pestisida

organic. Disamping harganya murah, bahan-bahannya banyak tersedia di sekitar kita.

 Namun sayangnya kita enggan untuk membuatnya, karena umumnya kita tidak tahu

 bagaimana cara membuatnya.

 gb.gadung 

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan

kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat

dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau.

Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida

organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya

 produksi dan akrab dengan lingkungan.

Penggunaan pestisida organik juga harus dilakukan dengan

hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida

organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu

 penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama.

Pestisida organik dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik hama

hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik 

dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada

 pestisida kimia.

Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan secara periodik pada

tanaman sayuran. Sebaiknya dalam waktu satu minggu sekali atau disesuaikan dengan ada

tidaknya hama karena hama selalu berpindah.

Bahan baku Pestisida organik dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe.

Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring . Untuk cabe saat

 penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.

Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai

untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali

hama di dalam tanah.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah juga dapat dilakukan

dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya dengan

memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman. Pertanian secara

tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama tanaman tertentu.

(8)
(9)

Membuat Pestisida Organik untuk Hama dan penyakit tanaman

BIOPESTISIDA

Pembasmian hama dan penyakit tanaman dengan pestisida nabati adalah salahsatu

komponen penting dari konsep pertanian organik, pertanian yang ramah lingkungan.

Sebetulnya membasmi hama tanaman dengan pestisida nabati bukanlah konsep baru yang

dipicu oleh maraknya pertanian organik akhir-akhir ini. Pestisida nabati lahir dari kearifan

nenek moyang kita dalam menyikapi gangguan hama dan penyakit tanaman. Sayangnya,

ketika brbagai produk kimia pertanian beredar luas di pasaran, cara bijak itu pun

dikesampingkan.

Memang pestisida sintetis memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan efektivitasnya,

namun efeknya yang bisa meracuni lingkungan mengembalikan kesadaran kita untuk

memanfaatkan unsur-unsur dari alam dalam membasmi organisme pengganggu tanaman

(OPT) tersebut.

Sejauh ini pemakaian pestisida nabati aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Inilah

keunggulan pestisida nabati yang sifatnya

hit and run

(pukul dan lari), yaitu bila

diaplikasikan akan membunuh hama pada saat itu juga dan setelah itu residunya akan

cepat terurai di alam. Karena sifatnya yang mudah terdegradasi, pestisida nabati harus

sering disemprotkan pada tanaman.

Alam memang telah menyediakan bahan-bahan pestisida tersebut. Berbagai penelitian

membuktikan beberapa tumbuhan mampu membasmi atau mengusir hama dan penyakit

tanaman. Bahan-bahan alamiah tersebut hadir dalam jaringan tumbuhan seperti daun,

bunga, buah, kulit dan kayunya. Tercatat ada 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke

dalam 234 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Ir. Agus Kardinan, MS,

Pestisida

Nabati,Ramuan & Aplikasi, 1999). Tumbuh-tumbuhan ini dikelompokkan ke dalam:

tumbuhan insektisida nabati, tumbuhan atraktan, tumbuhan rodentia nabati, tumbuhan

moluskisida nabati dan tumbuhan pestisida serba guna.

PROSES PEMBUATAN & PENGGUNAAN

1. Untuk Mengendalikan Hama secara Umum

Bahan

:

- 8 kg daun mimba

- 6 kg lengkuas

- 6 kg sereh

- 20 kg deterjen/sabun colek

- 80 l air

Cara Membuat: Daun mimba, lengkuas dan sereh ditumbuk halus dicampur

dengan deterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata.

Direndam selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan

(10)
(11)

dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pada tanaman untuk luasan 1 hektar.

2. Mengendalikan Hama Trips pada Cabai

Bahan:

- 50-100 lembar daun sirsak

- 15 gr deterjen/sabun colek

- 5 l air

Cara Membuat:

- Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air.

- Direndam selama 24 jam, saring dengan kain halus.

- Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15 liter air.

- Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada

hamanya.

3. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat

Bahan :

- 50 lembar daun sirsak

- Satu genggam daun tembakau

- 20 gr deterjen/sabun colek

- 20 l air

Cara Membuat :

- Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. Tambahkan deterjen/sabun colek, aduk

dengan 20 liter air, endapkan 24 jam.

- Disaring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 - 60 liter air. Aplikasi dengan cara

disemprotkan.

4. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan

Mematoda.

A.

Bahan :

(12)
(13)

- 10 cc alkohol

- 1 l air

B.

Cara Membuat :

- Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air

- Endapkan selama 24 jam, saring dan dapat disemprotkan pada tanaman/serangga

hama.

5. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah.

Bahan :

- 1 kg daun mimba

- 2 buah umbi gadung racun

- Deterjen/sabun colek sedikit

- 20 l air

Cara Membuat :

Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek, aduk

dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring dan disemprotkan pada tanaman

6. Ramuan untuk Mengendalikan Tikus.

Bahan

:

- 1 kg umbi gadung racun

- 10 kg dedak padi

- 1ons tepung ikan

- Kemiri sedikit

- Air sedikit

Cara Membuat :

Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Sebarkan

pelet di pematang sawah tempat tikus bersarang.

7. Pembuatan EM5

Persiapan, langkah kerja pembuatan EM5, dan cara pemakaian/penggunaan EM5 adalah

sebagai berikut :

(14)
(15)

A.

Bahan :

- 1 l air cucian beras (leri)

- 100 cc EM4

- 100 cc/0,50 ons (50 gr) molase/gula pasir

- 100 cc asam cuka makan (kadar 5%)

- 100 cc alkohol ( kadar 30%-40%)

B.

 Alat :

1. Jerigen plastik

2. Gelas ukur

C.

Cara Membuat :

- Bahan-bahan tersebut di atas diaduk merata di dalam jerigen plastik dan kemudian

ditutup rapat

- Setiap pagi dan sore hari dikocok, kemudian tutup dibuka agar keluar gasnya. Pekerjaan

ini dilakukan terus-menerus selama 15 hari (30 kali kocok), dan jangan sampai lupa ada

hari yang tidak dikocok pada waktunya (hal ini untuk memelihara kondisi an-aerobik)

- Setelah selesai 15 hari, biarkan selama 5 hari lagi tidak usah dikocok dan dibuka, simpan

di tempat yang teduh dan gelap agar proses peragian berlangsung dengan baik. Baru

setelah itu dipergunakan. EM5 sudah jadi, tanda-tandanya bila produksi gasnya sudah

berhenti dan berbau sedap yang khas. Bila baunya busuk, tandanya pembuatan EM5 gagal

- EM5 yang jadi harus disimpan di tempat yang relatif sejuk dan gelap serta suhu ruangan

relatif stabil, tetapi jangan disimpan di dalam kulkas. EM5 harus sudah digunakan dalam

waktu 3 bulan setelah selesai proses pembuatan.

D.

Cara Penggunaan :

-

Campurkan 10-50 cc EM5 dengan 1 liter air

- Tambahkan 10 cc molase/gula pasir pada waktu akan menyemprot untuk melekatkan

pada tanaman

- Kocok/aduk sampai merata

- Kemudian semprotkan pada tanaman waktunya sore menjelang malam hari; karena ulat

biasanya makan daun dan lain-lain pada waktu malam hari

(16)
(17)

lama-kelamaan akan mati sendiri

- Campuran/larutan ini bisa dipergunakan untuk menyemprot buah (muda) guna mencegah

serangan lalat buah

Catatan :

1. Di alam, serangga dapat dipisahkan menjadi dua golongan berdasarkan sifat-sifatnya,

yaitu :

a. Serangga bersifat sebagai hama/parasit

b. Serangga pencegah hama/predator.

Pada serangga pencegah hama (predator) secara alami ia memangsa serangga-serangga

hama. Dia bisa demikian karena di dalam tubuhnya ada zat antioksidan. Pada serangga

pencegah hama, bila terkena semprotan EM5 justru zat antioksidan ini akan menjadi lebih

aktif dan kuat.Namun sebaliknya pada serangga hama yang terkena semprotan EM5, maka

badannya menjadi keriput/kisut/berkerut, kemudian karena tidak mau makan akhirnya

mati. Kalau serangga hama tetap makan tanaman yang disemprot EM5 berarti juga makan

zat antioksidan, maka pertumbuhannya menjadi terhambat/kurang. Bahaya serangan

serangga hama akut tetap terhindar

2. Mulailah penyemprotan EM5 dimulai sejak perkecambahan tanaman sebelum hama

menyerang. Namun perlu diperhatikan, biasanya tanaman tertentu tidak tahan daunnya

disemprot dengan campuran yang mengandung alkohol. Daun muda biasanya akan

terbakar dan pertumbuhan menjadi kurang baik, terutama bagi tanaman semusim.

Tanda-tandanya ada bintik terbakar pada daun

3. Pembuatan EM5 dapat dicampur dengan bahan rempah-rempah (jahe, sirih, pinang,

kunyit, kencur, sereh, dan sebagainya) yang diekstrak dahulu agar memberi aroma khusus.

bahwa EM5 yang dicampur dengan ekstrak rempah-rempah menjadi lebih efektif.

Penambahan ekstrak bahan organik yang mengandung obat-obatan seperti bawang putih,

merica, lidah buaya, buah muda hasil penjarangan dan rumput-rumput muda tertentu

sangat dianjurkan.Pencampuran EM5 dengan rempah-rempah jenis tertentu dengan tujuan

untuk memberikan aroma khusus yang tidak disukai serangga. Rempah-rempah dan jenis

tanaman obat juga mengandung antioksidan

4. Penyemprotan tanaman dengan EM5 sebaiknya dilakukan secara teratur, misalnya

setiap minggu sekali, pada sore hari atau setelah hujan lebat. Akan tetapi jika tanaman

kita telah diserang hama sebaiknya penyemprotan dilakukan setiap hari

5. Penggunaan EM5 dengan dosis yang berlebihan tidak menimbulkan efek residu seperti

pestisida dan herbisida. Bahkan sebaliknya semakin banyak bakteri EM5 yang kerja lembur

akan meningkatkan timbulnya zat antioksidan yang berarti semakin memperkuat daya

tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian

penggunaan obat-obatan bagi tanaman berkurang dan justru malah tidak diperlukan lagi,

jadi jelas lebih efisien. (Anonim, Departemen Kehutanan Dan Perkebunan. Pusat

Penyuluhan. 1998)

Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8

kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara

(18)
(19)

Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan

diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan

harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan

ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan

untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman.

Pestisida Organik

Pendahuluan

Daun Mimba Biji mimba Serbuk Biji Mimba

Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan pertanian, karena mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan pestisida oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap konsumen maupun ekosistem pertanian.

Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pe ncemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk men inggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya  juga masih di bawah pestisida kimia.

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jen is tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.

Mimba ( Azadirachta indicaA. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Pembibitan lewat biji dilakukan segera mungkin setelah panen. Biji yang dijadikan benih, dimasukkan dalam karung basah selama 3-7 hari, atau direndam semalam agar cepat berkecambah. Benih yang telah berke cambah kemudian dipindah dalam polybag ukuran 30 cm yang berisi

campuran tanah dan humus sampai tanaman berumur 3 bulan. Pemindahan bibit ke lahan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan, agar tanaman tidak kekeringan. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari).

Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba

mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida.

Cara Kerja Mimba

Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya repr oduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama,

Keunggulan Mimba

Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain :

• Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk me mbunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang panen.

• Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak) • Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa akt if lebih dari satu.

Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pert anian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tet ap terpelihara.

Kelemahan mimba

• Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.

• Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari insektisida sintetik.

Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami

• Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.

• Kurangnya dorongan penentu kebijakan

• Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.

• Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah terdegradasi

• Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam).

Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh bahwa ekstrak air biji mimba 50 g/l yang diaplikasikan pada umur 8 hari efektif menekan serangan hama lalat kacang, Ophiomyia phaseoli pada tanaman kedelai setara Karbofuran (Curater 3 G-6 kg/ha), Fipronil (Regent 50

(20)
(21)

EC-2 ml/l), dan Klorfirifos (Petroban200 EC-2 ml/l) (Gambar 1) dengan memberikan nilai tambah sebesar Rp 80 400,- per hektar, dibanding dengan tanpa pengendalian. Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut air ( 50 g/l) ditambah 0,5 ml per ata/ha juga efektif  menekan serangan tungau merah p ada ubikayu dengan mortalitas 70 %. Pada tanaman kacang hijau ekstrak air biji mimba 50 g/l dapat menekan kehilangan hasil 13-45% t erhadap hama penggerek polong Maruca testulalis, dan sebesar 21,5 % terhadap hama Thrips bila dibanding tanpa pengendalian. Hasil pengamatan di KP Kendalpayak pada MT 2007 menunjukkan bahwa populasi ulat grayak, Spodoptera lituraBemisia tabaci cukup tinggi. Rata-rata populasi ulat grayak adalah 6 ekor ulat/6 ayunan (Gambar 2), sedang populasi kutu kebul mencapai 1300-1500 ekor /6 ayunan (Gambar 3) pada varietas Burangrang, Kaba, Ijen, yang disemprot insektisida kimia, dibanding 1 ekor ulat/6 ayunan dan 100-700 ekor kutu kebul/6 ayunan pada varietas yang sama yang disemprot dengan serbuk biji mimba 50 g/l air. Pada perlakuan penyemprotan se rbuk biji mimba 50 g/l air, predator laba-laba masih dijumpai, sedangkan pada perlakuan insektisida kimia, tidak ditemukan adanya predator laba-laba (Gambar 2). Penampilan tanaman yang diaplikasi dengan serbuk biji mimba juga baik (Gambar 4). Hasil uji laboratorium terhadap ulat grayak Spodoptera litura. diperoleh bahwa ekstrak air daun mimba (EDM) dan ekstrak air biji mimba (EBM) efektif menekan populasi larva S. lituraS. Litura (Gambar 5). dan kutu kebul, masing-masing sampai 83 % dan 93 %. Mortalitas larva pada perlakuan biji lebih tinggi bila dibanding dengan perlakuan daun. Penggunaan EDM dengan konsentrasi 10 % (100 g/l) secara statistik tidak berbeda nyata dengan penggunaan EBM sebanyak 50 g/l. Semakin tinggi konsentrasi biji maupun daun yang digunakan semakin efektif / manjur dalam mematikan larva

Bahan Baku Pestisida Organik 

Aman dan Ramah Lingkungan

Pestisida Organik ini dikenal juga dengan pestisida nabati atau

pestisida organik. Merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk

yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk

mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida

nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas

(pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida

yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat

dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat

dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat

mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari

lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan,

karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang.

Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati.

Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis

tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing

tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai

pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman

yang berpotensi jadi bahan pestisida. Apa saja tanaman itu?

1.

Kelompok tumbuhan insektisida nabati.

Merupakan

kelompok tumbuhan yang menghasilkan

 pestisida

 pengendali hama insekta

.Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya

diyakini bisa menanggulangi serangan serangga.

2.

Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat.

Di dalam

tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang menyerupai sex

pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga

 jantan, khususnya

hama lalat buah dari jenis Bactrocera

dorsalis.

Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya, daun wangi

(kemangi), dan selasih.

(22)
(23)

3.

Kelompok tumbuhan rodentisida nabati,

kelompok

tumbuhan yang menghasilkan pestisida

pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi dua

 jenis, yaitu sebagai

 penekan kelahiran

dan

 penekan

 populasi,

yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok

penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan

yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid.

Jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida

nabati adalah gadung racun.

4.

Kelompok tumbuhan moluskisida

adalah kelompok

tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama

moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh

moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba.

5. Satu lagi,

kelompok tumbuhan pestisida serba guna

,

dimana kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu

 jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai

fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan

yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete, lada,

tembakau, dan cengkeh

(24)
(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

vocabulary using English song media on students’ vocabulary score at the seventh grade of SMP Islam Nurul Ihsan Palangka Raya?. Objective of

Pada penelitian ini diuji berbagai jenis pelarut yaitu: larutan sodium hidroksida, alkohol, akuades, asam asetat dan asam klorida untuk pengambilan zat warna yang

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif

Apakah Struktur Modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai. perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam

Pemenuhan kebutuhan seksualitas berdasarkan karakteristik umur yang paling banyak pada kategori cukup terpenuhi responden yang berusia 60-65 sebanyak 17 responden

Hal-hal yang akan dilakukan dalam dikte ritme antara lain guru memandu siswa untuk:.. mengenal harga atau nilai nada ritmis melalui kegiatan interaksi dengan guru,

Seperti yang dilakukan di Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan yaitu melakukan sosialisasi dengan penentuan Calon Tani Calon Lokasi

Tesis dengan judul ”Perbedaan Kinerja Keuangan Industry Manufaktur Yang Melakukan Akuisisi Periode 2000-2003” yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister