i
ABSTRAK
PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN MIMBA
(Azadirachta indica A. Juss) DAN POVIDONE IODINE 10 %
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT
SWISS WEBSTER JANTAN
Hillary Leonly, 2015. Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS.AFK Pembimbing II : Laella K. Liana, dr., SpPA., M.Kes
Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari risiko terjadinya luka. Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan dan mengandung berbagai senyawa aktif dan kandungan kimia yang berkhasiat untuk mempercepat penyembuhan luka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek Ekstrak Etanol Daun Mimba (EEDM) dalam mempercepat penyembuhan luka dan untuk menilai potensinya bila dibandingkan dengan povidone iodine. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit Swiss Webster jantan yang dibagi secara acak dalam lima kelompok (n=6) yaitu EEDM dengan konsentrasi 25%, 12,5% dan 6,25%, akuades (kontrol negatif) dan
povidone iodine 10% (pembanding).
Hasil rerata lama penyembuhan luka (hari) yang didapatkan EEDM 25% (11,2), EEDM 12,5% (12,2), EEDM 6,25% (13,2), pembanding (13,2) dan kontrol (13,3). Data dianalisis dengan one way ANOVA, EEDM menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dalam mempercepat penyembuhan luka dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Dengan uji Tukey HSD menunjukan bahwa kelompok EEDM 25% dan 12,5% berpotensi lebih baik dibandingkan dengan povidone iodine 10% dan kelompok EEDM 6,25% memiliki potensi yang sebanding dengan povidone iodine 10%.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) berefek dalam mempercepat penyembuhan luka dan memiliki potensi yang sebanding dengan povidone iodine 10% serta konsentrasi 25% merupakan konsentrasi yang terbaik.
ii
ABSTRACT
COMPARISON OF NEEM LEAF (Azadirachta indica A. Juss)
ETHANOL EXTRACT AND POVIDONE IODINE 10%
EFFECT TOWARDS WOUND HEALING IN MALE MICE
STRAIN Swiss Webster
Hillary Leonly, 2015. 1st Tutor : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS.AFK 2nd Tutor : Laella K. Liana, dr., SpPA., M.Kes
In daily life, humans can’t avoid from being injured in their activities.
Leaves of Azadirachta indica A. Juss so it can be used as an alternative therapy and contains a variety of chemical content and active component to accelerate wound healing.
The objective of this study is to find out the effect of Ethanol Extract of Neem Leaf (EENL) in accelerating wound healing and to compare its potential with povidone iodine. The experimental is based on real experimental laboratory, using a Completely Randomized Design (CRD) with comparative method. This study used 30 male Swiss Webster mice that were divided randomly into five group (n=6). Each groups was given the ethanol extract of Neem leaf (EENL) with a concentration of 25%, 12,5% and 25%, aquades (negative control) and povidone iodine 10% (comparison).
The result showed the wound healing time (days) from EENL 25% (11,2), EENL 12,5% (12,2), EENL 6,25% (13,2), comparison (13,2) and control (13,3). Data was analized with one way ANOVA, EENL showed a highly significant difference with p=0,000 (p<0,05). Tukey HSD test showed that EENL 25% and 12,5% have better potential than povidone iodine 10% and EENL 6,25% have same potential with povidone iodine 10%.
The conclusion of this study is the ethanol extract of neem leaf has an effect in accelerating the duration of wound healing, had a same potential as povidone iodine 10%. EENL 25% was the best concentration in accelerating duration of wound healing.
iii
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
2.2.3 Klasifikasi Penyembuhan Luka ... 30
2.2.4 Proses Penyembuhan Luka ... 32
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 42
2.2.3 Gangguan Penyembuhan Luka ... 45
iv
2.3 Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) . ... 47
2.3.1 Taksonomi Daun Mimba ... 47
2.3.2 Asal dan Morfologi Tanaman Mimba ... 47
2.3.3 Kandungan Kimia dan Zat-Zat Aktif Daun Mimba ... 49
2.3.4 Manfaat Tanaman Mimba ... 49
2.4 Efek Daun Mimba Terhadap Penyembuhan Luka . ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.3.3.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 58
3.3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 59
v BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Utama ... 70
5.2 Simpulan Tambahan ... 70
5.3 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN ... 76
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Aktivitas Makrofag Selama Penyembuhan Luka ... 35
2.2 Proses Penyembuhan Luka yang Normal ... 39
2.3 Beberapa Growth Factor dan Sitokin yang Berperan dalam Proses Penyembuhan Luka ... 41
2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Penyembuhan Luka ... 45
2.5 Faktor-faktor Penyebab Gangguan Penyembuhan Luka ... 46
2.6 Senyawa-senyawa yang Terkandung dalam Mimba ... 50
4.1 Lama Penyembuhan Luka dalam Hari ... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Garis Langer ... 7
2.2 Gambaran Histologis Epidermis dan Dermis ... 8
2.3 Sel Keratinosit ... 9
2.4 Sel-sel Non Keratinosit ... 9
2.5 Sel Langerhans ... 10
2.6 Sel Melanosit ... 10
2.7 Sel Merkel ... 11
2.8 Histologis Epidermis Kulit Tebal dan Kulit Tipis ... 14
2.9 Histologi Dermis ... 16
2.10 Histologi Hipodermis... 17
2.11 Histologis Kelenjar Ekrin ... 18
2.12 Histologis Kelenjar Apokrin ... 19
2.13 Histologis Kelenjar Sebasea ... 20
2.14 Histologis Rambut dan Potongan Melintang Rambut ... 23
2.15 Histologis Kuku ... 24
2.16 Penyembuhan Luka Primer dan Penyembuhan Sekunder ... 33
2.17 Fase Inflamasi ... 36
2.18 Fase Proliferasi ... 38
2.19 Fase Remodelling atau Resolusi ... 39
2.20 Mekanisme Penyembuhan Luka ... 40
2.21 Daun Mimba ... 47
2.22 Quercetin & Rutin... 51
2.23 Saponin ... 53
2.24 Tannin ... 53
2.25 Gallic acid & Proanthocyanidin ... 54
2.26 Nimbidin ... 54
viii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Hasil Pengukuran Panjang Luka Mencit Masing-Masing
Kelompok Perlakuan ... 77
Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS Statistik 21.0 ... 79
Lampiran 3 Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Mimba ... 82
Lampiran 4 Dokumentasi Proses Perlakuan ... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka ialah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan, di mana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, ada beberapa keadaan yang akan muncul di antaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel (Kaplan & Hentz, 1992; Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2004).
Luka yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah luka yang mengenai jaringan kulit misalnya luka lecet (ekskoriasi) dan luka iris (skisum). Studi di Inggris menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3,55 per 1000 penduduk. Mayoritas luka yang terjadi adalah luka pembedahan atau trauma (48%), luka tungkai atau kaki (28%) dan ulkus dekubitus (21%). Prevalensi luka di antara pasien rawat inap di rumah sakit
adalah 30,7% (Vowden et al, 2009).
MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika, melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110,3 juta kasus, luka trauma 1,6 juta kasus, luka lecet ada 20,4 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8,5 juta kasus, ulkus vena 12,5 juta kasus, ulkus diabetik 13,5 juta kasus, amputasi 0,2 juta pertahun, karsinoma 0,6 juta kasus pertahun, melanoma 0,1 juta kasus, komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0,1 juta kasus (Diligence, 2009).
2
trauma dan luka lecet. Di Indonesia angka infeksi untuk luka bedah mencapai 2,3% sampai dengan 18,30%. Luka kronik, waktu penyembuhannya tidak dapat diprediksi dan dikatakan sembuh jika fungsi dan struktural kulit telah utuh. Jenis luka kronik yang paling banyak adalah luka dekubitus, luka diabetikum dan luka kanker (Lazarus et al., 1994; Depkes RI, 2001).
Sebuah penelitian di India baru-baru ini, memperkirakan tingkat prevalensi luka kronis sebesar 4,5% per 1000 penduduk. Insidensi luka akut lebih dari dua kali lipat sebesar 10,5% per 1000 penduduk (Shukla et al,
2005). Etiologi luka tersebut adalah diabetes, aterosklerosis, TBC, kusta, ulkus vena, ulkus tekanan, vaskulitis dan trauma (Shukla et al, 2005; John MacDonald, 2009).
Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2004, prevalensi luka akibat RTA (Road Transportation Accident) di Indonesia pada populasi yang berumur ≥15 tahun adalah 1,02%, sedangkan luka akibat non-RTA (keracunan, tenggelam, jatuh, dan lain-lain) pada populasi usia ≥15 tahun adalah 0,4%. Di Amerika Serikat pada tahun 2005, 173.723 orang meninggal akibat luka dan kecelakaan akibat kendaraan bermotor dapat menyebabkan luka yang fatal sebanyak 37,1% dan menunjukkan 43.667 kematian (U.S. Departement of Health and Human Services, 2009; WHO, 2012).
Usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan luka bermacam-macam, mulai dari mencuci luka sampai pemberian obat antiseptik. Secara farmakologis, obat antiseptik yang sering digunakan untuk penyembuhan luka adalah povidone iodine. Masyarakat sering menggunakan povidone iodine untuk mengobati luka sehari-hari, tetapi povidone iodine memiliki
pengaruh yang kurang signifikan terhadap penurunan kolonisasi bakteri pada luka yang terkontaminasi. Terdapat beberapa efek samping sistemik dari
povidone iodine yang memberikan komplikasi lebih lanjut seperti reaksi
hipersensitivitas kulit misalnya rash, gatal, pembengkakan pada wajah juga menimbulkan rasa gelisah, depresi dan myxoedema (Khan & Navqi, 2006).
3
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka. Bahan alami berkhasiat menyembuhkan luka yang dapat digunakan sebagai alternatif antara lain: rimpang kunyit, bawang putih, pegagan, binahong, getah pisang, getah pepaya dan lain-lain. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka adalah daun mimba (Azadirachta indica A. Juss).
Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) digunakan dalam pengobatan Ayurvedic lebih dari 4000 tahun dan mempunyai kandungan paraisin, alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan komponen-komponen minyak atsiri
yang mengandung senyawa sulfida. Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) memiliki efek antiinflamasi, antibakterial, antifungal dan antioksidan (Pandey et al, 2014)
Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss), terutama biji dan daunnya mengandung beberapa komponen hasil produksi metabolit sekunder seperti azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Selain itu, daun mimba (Aradilla, 2009; Syarmalina & Laksmitawati, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun mimba terhadap penyembuhan luka dan menilai potensinya bila dibandingkan dengan povidone iodine 10%.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mempercepat penyembuhan luka
4
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka.
Tujuan penelitian ini adalah:
o untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dalam mempercepat penyembuhan luka.
o untuk menilai potensinya bila dibandingkan dengan povidone iodine 10%.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat tradisional terutama ekstrak daun mimba yang digunakan dalam mempercepat penyembuhan luka.
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang ekstrak daun mimba yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan perbandingan potensinya dengan povidone iodine 10% sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk
penyembuhan luka.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Penyembuhan luka merupakan proses yang normal dalam tubuh manusia. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan dinamis untuk mengembalikan struktur sel dan jaringan. Proses penyembuhan luka terdiri dari 4 fase yang saling berhubungan satu dan lainnya : fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferatif, dan fase remodelling atau resolusi (Gosain & DiPietro, 2004; Mercandetti, 2015).
5
daun mimba juga mengandung saponin, flavonoid dan tanin (Depkes RI, 1993).
Kandungan flavonoid (quercetin dan rutin), alkaloid dan tannin dalam daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan motilitas bakteri, merusak membran sel bakteri sehingga sel bakteri akan lisis (koagulator protein) terutama dalam proses remodelling serta menghambat pertumbuhan fibroblast sehingga perawatan luka akan lebih mudah. Selain itu, tannin berfungsi sebagai astringen yang dapat
menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu menutup luka dan mencegah pendarahan yang biasanya timbul. Nimbidin mensupresi fungsi magrofag dan neutrofil saat inflamasi. Sedangkan, saponin merupakan antimikroba dan memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik sehingga luka tidak mengalami infeksi berat serta saponin memiliki tingkat toksisitas yang tinggi terhadap fungi dan meningkatkan kandungan kolagen serta mempercepat proses epitalisasi sehingga proses penyembuhan luka akan lebih cepat. (Robinson, 1995).
Kandungan kimia dalam daun mimba banyak digunakan sebagai bakterisida, fungisida, dan virusida (Setiawati dkk, 2008). Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa selain berperan dalam penyembuhan
luka, kandungan quercetin dan -sitosterol dalam tanaman mimba
(Azadirachta indica A. Juss) juga berperan sebagai antioksidan (Heyne K, 1987).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mempercepat penyembuhan luka.
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian mengenai perbandingan efek Ekstrak Etanol Daun Mimba
(Azadirachta indica A. Juss) dan povidone iodine 10% terhadap
penyembuhan luka pada mencit Swiss Webster Jantan telah selesai dilakukan.
Proses penyembuhan luka diukur satu kali setiap hari sampai kedua tepi luka
saling bertautan. Rerata lama penyembuhan luka dalam hari dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Lama Penyembuhan Luka dalam Hari
Mencit
EEDM 6,25% : kelompok ekstrak etanol daun mimba 6,25%
Diagram 4.1 Rerata Lama Penyembuhan Luka dalam Hari
64
Tabel 4.1 menunjukkan variasi lama penyembuhan luka yang berkisar
antara 11 hari pada kelompok EEDM 25% dan 13 hari pada kelompok
kontrol negatif (akuades). Pada diagram 4.1 menunjukan rerata lama
penyembuhan luka pada kelompok kontrol berkisar 13,3 hari, kelompok
pembanding (povidone iodine 10%) berkisar 13,2 hari, kelompok EEDM
25% berkisar 11,2 hari, kelompok EEDM 12,5% berkisar 12,2 hari dan
kelompok EEDM 6,25% berkisar 13,2 hari.
Kemudian, dilakukan uji normalitas data (Kolmogorov-Smirnov test)
dan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,477 lebih besar dari 0,05 sehingga
data yang diuji terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji one way
ANOVA untuk mengetahui apakah hal ini berbeda secara statistik dengan
tingkat kemaknaan (Level of Significancy) =0,05. Adapun hipotesis yang
diuji adalah sebagai berikut :
H0 : 1 = 2 = 3
(Tidak ada perbedaan rerata lamanya waktu penyembuhan luka pada semua
kelompok perlakuan)
H1 : 1 2 3
(Paling sedikit terdapat sepasang kelompok perlakuan dengan rerata lamanya
penyembuhan luka yang berbeda)
65 Pengajuan hipotesis :
- F hitung F tabel, p < maka H0 ditolak.
- F hitung < F tabel, p > maka H0 gagal ditolak.
Tabel 4.2 menunjukkan nilai Fhitung sebesar 14,808** lebih besar
daripada nilai F tabel 5% sebesar 2,76 dengan nilai p=0,000, maka H0 ditolak.
Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan lama penyembuhan luka yang sangat
signifikan antara kelompok perlakuan. Untuk melihat kelompok mana yang
berbeda dilakukan uji Tukey HSD dengan hasil yang diuraikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Uji Beda Rerata Penyembuhan Luka dengan Tukey HSD
Kelompok EEDM
Tabel 4.3 menunjukkan rerata lama penyembuhan luka antara
kelompok EEDM 25% dibandingkan dengan kelompok EEDM 12,5%
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,049. Dengan
demikian menunjukkan bahwa kelompok EEDM 25% memiliki potensi yang
lebih kuat daripada EEDM 12,5% dalam mempercepat penyembuhan luka.
Rerata kelompok EEDM 25% dibandingkan dengan kelompok EEDM
6,25%, pembanding dan kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat
signifikan dengan nilai p=0,000, p=0,000, dan p=0,000. Dengan demikian,
kelompok EEDM 25% memiliki potensi yang lebih kuat daripada EEDM
66
Kelompok EEDM 12,5% jika dibandingkan dengan kelompok EEDM
6,25%, pembanding dan kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan
dengan nilai p=0,049, p=0,049 dan p=0,016. Dengan demikian menunjukkan
bahwa kelompok EEDM 12,5% memiliki potensi yang lebih kuat daripada
kelompok EEDM 6,25%, pembanding dan kontrol dalam mempercepat
penyembuhan luka.
Rerata kelompok EEDM 6,25% jika dibandingkan dengan kelompok
pembanding dan kontrol menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan,
dengan nilai p=1,000 dan p=0,988. Hal ini menunjukkan bahwa EEDM
6,25% mempunyai potensi yang setara dengan kelompok pembanding dan
kontrol dalam mempercepat penyembuhan luka.
Pada kelompok pembanding (Povidone iodine 10%) dibandingkan
dengan kelompok kontrol (akuades) menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan dengan nilai p=0,988. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
pembanding (Povidone iodine 10%) mempunyai potensi yang setara dengan
kelompok kontrol (akuades) dalam mempercepat penyembuhan luka.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan ekstrak etanol daun
mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
dengan konsentrasi 6,25% menunjukkan waktu penyembuhan luka yang
sebanding dengan povidone iodine. Sedangkan waktu penyembuhan luka
yang paling cepat adalah ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A.
Juss) dengan konsentrasi 25%. Hal ini mungkin disebabkan karena daun
mimba (Azadirachta indica A. Juss) mengandung senyawa kimia dan
senyawa aktif seperti flavonoid (quercetin dan rutin), alkaloid, saponin, tanin,
nimbidin, yang berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan luka (Biswas
et al, 2002; Depkes RI, 1993).
Flavonoid seperti quercetin dan rutin berfungsi sebagai antioksidan
67
proteksi terhadap reperfusi pada jaringan yang rusak akibat iskemik. Selain
itu, dapat memodulasi respon imun dan memiliki aktivitas anti inflamasi
(Lakhanpal, 2007; Neem Foundation, 2014). Flavonoid menghambat
cyclooxygenase yang memberikan efek antiinflamasi dan menurunkan
fragilitas kapiler sehingga meningkatkan kekuatan jaringan ikat dan
mengurangi terjadinya kebocoran kapiler ke interstitial, sehingga akan
mencegah terjadinya edema (Mills and Bone, 2000).
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat antibakteri karena dapat
merusak dinding sel bakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh, pembelahan sel terhambat dan menyebabkan kematian sel
tersebut (Saifudin, 2006, Robinson, 1995).
Saponin dapat mempercepat aktivitas hemolitik, sebagai antibakteri,
antivirus dan antioksidan. Selain itu, saponin juga memiliki aktivitas
antiinflamasi yang dapat mengurangi edema dan inflamasi pada kulit (Kim et
al, 2011).
Tanin memicu terjadinya pembentukan sikatriks pada luka dengan cara
memicu kontraksi luka, meningkatkan pembentukan kapiler dan fibroblas.
Selain itu tanin juga berperan dalam mencegah dan melindungi jaringan dari
kerusakan akibat radikal bebas (Li et al, 2011; Agyare et al, 2013).
Nimbidin memiliki aktivitas antiinflamasi dengan menginhibisi respon
neutrofil dan makrofag terhadap inflamasi dan menghambat terjadinya
fagositosis. Selain itu, nimbidin menghambat produksi nitric oxide (NO) dan
prostaglandin E2 (PGE2) (Mani, 2011).
Pada penelitian ini, kelompok EEDM 6,25% memiliki potensi yang
sebanding dengan povidone iodine dalam mempercepat penyembuhan luka.
Kelompok EEDM 25% dan EEDM 12,5% menunjukkan potensi yang lebih
kuat dibandingkan povidone. Ini kemungkinan disebabkan karena semua
senyawa kimia dan senyawa aktif yang terkandung dalam daun mimba pada
konsentrasi 25% dan 12,5%, paling banyak dibandingkan dengan kelompok
68
Povidone iodine merupakan salah satu pengobatan luka secara kimiawi
yang sering kali digunakan dalam penyembuhan luka. Povidone iodine
memiliki efek antimikroba, antiinflamasi, dan dapat menginduksi
angiogenesis. Povidone iodine 10% dikatakan pula memiliki efek
menghambat pertumbuhan fibroblas pada percobaan kultur sel secara in vitro
dan dapat menimbulkan efek samping berupa reaksi hipersensitivitas yang
dapat menurunkan migrasi dari neutrofil dan monosit (Vogt PM, 2006). Hal
tersebut menyebabkan penyembuhan luka lebih lama dibandingkan dengan
EEDM 25% dan 12,5% serta memiliki potensi yang sebanding dengan
EEDM 6,25%.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purohit et al dengan
menggunakan ekstrak etanol daun mimba dalam ointment dapat mempercepat
penyembuhan luka pada tikus albino jantan galur Wistar. Penelitian dilakukan
selama 15 hari dan diperiksa pada hari ke 3, 6, 9, 12 dan 15. Hasil yang
didapatkan pada hari ke-15 yaitu pada kelompok kontrol 52,58 ± 1,66, pada
kelompok standar yang diberi povidone iodine dalam bentuk sediaan ointment
6,08 ± 1,56 dan pada kelompok yang diberi ekstrak etanol daun mimba dalam
bentuk ointment 0,00 ± 0,00 (Purohit et al, 2013).
4.3Uji Hipotesis
4.3.1 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
Ekstrak etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mempercepat penyembuhan luka
Ekstrak Etanol Daun Mimba memiliki potensi yang sebanding dengan povidone iodine 10% dalam mempercepat penyembuhan luka.
4.3.2 Hal-hal yang Mendukung
Uji one way ANOVA didapatkan nlai Fhitung sebesar 14,808** lebih
besar daripada nilai F tabel 5% sebesar 2,76 dengan nilai p=0,000, hal ini
69
Uji Tukey HSD didapatkan perbedaan yang sangat signifikan antara
rerata kelompok EEDM 25% dibandingkan dengan kelompok EEDM
6,25%, pembanding dan kontrol dengan nilai p=0,000, p=0,000, p=0,000
serta perbedaan yang signifikan antara kelompok EEDM 25% dan
kelompok EEDM 12,5% dengan nilai p=0,049.
4.3.3 Hal-hal yang Tidak Mendukung
Tidak ada
4.3.4 Simpulan
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Utama
1. Ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) berefek
mempercepat penyembuhan luka.
2. Ekstrak etanol daun mimba 6,25% (Azadirachta indica A. Juss) memiliki
potensi yang sebanding dengan povidone iodine 10% dalam
mempercepat penyembuhan luka.
5.2 Simpulan Tambahan
Ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan
konsentrasi 25% merupakan konsentrasi yang memiliki potensi terbaik
dalam mempercepat penyembuhan luka.
5.3 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan lain dari
daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dalam mempercepat
penyembuhan luka.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan bentuk sediaan lain.
3. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek samping yang
71
DAFTAR PUSTAKA
Agyare C., Dwobeng AS., Agyepong N., Boakye YD., Mensah KB., Ayande
PG., Adarkwa-Yiadom M. 2013. Antimicrobial, Antioxidant, and Wound
Healing Properties of Kigelia africana (Lam.) Beneth. and Strophanthus
hispidus DC. Hindawi Publishing Corporation Advances in
Pharmacological Sciences: 1-9
Alvarez M., Debattista NB., Pappano NB. 2006. Synergism of flavonoids with
bacteriostatic action against Staphylococcus aureus ATCC 25 923
and Escherichia coli ATCC 25 922. Biocell 30 (1)
Aradilla, Ashry Sikka. 2009. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun
Mimba (Azadirachta indica) terhadap Larva Aedes aegypti., Diunduh 23
Januari 2015, dari: http://eprints.undip.ac.id/8088/1/Ashry_Sikka.pdf.,
Ashok PK., Upadhyaya, K. 2012. Tannins are Astringent. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry; 1 (3): 45-49
Ayello EA., Cuddigan JE. 2004. Conquer Chronic Wounds with Wound Bed
Preparation. The Nurse Practitioner: 29 (3) :8-9
Barbul, A., Efron D,E., Are, C., Park JE., Ahuja V. 2007. Wound Healing in :
Schwartz’s Principles of Surgery. Editor : F. Charles Brunicardi, Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G. Hunter, Raphael E.
Pollock. 8th ed. New York: McGraw-Hill. p: 223-230
Beanes SR., Dang C., Soo C., Ting K. 2003. The Phases of Cutaneous Wound
Healing. Diunduh 8 Juli 2015, dari:
http://journals.cambridge.org/fulltext_content/ERM/ERM5_08/S146239940 3005817sup002.htm
Bhowmik, D., Chiranjib, JY., Tripathi KK., Kumar, KPS. 2010. Herbal Remedies
of Azadirachta indica and its Medicinal Application. J. Chem. Pharm. Res.;
2(1): 62-72
Biswas K., Chattopadhyay I., Banerjee RK., Bandyopadhyay, U. 2002. Biological
Activities and Medicinal Properties of Neem (Azadirachta indica).
CURRENT SCIENCE, 82 (11): 1336-1343
Blumert, M and Liu J. (2003). Jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), China’s
Immortality Herb 3rd ed. Torchlight
Del Perú SAC. 2001. The Use of Tannic Acid in The Local Treatment of Burn
Wounds: Intriguing Old and New Perspectives. Wounds; 13(4):144-158.
Depkes RI. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II, Jakarta. Hal. 67-68 Depkes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Dalam Meidina Sinaga:
Penggunaan Bahan pada Perawatan Luka RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar. Diunduh 26 Januari 2015 dari:
https://www.academia.edu/9127244/PENGGUNAAN_BAHAN_PADA_PE RAWATAN_LUKA_DI_RSUD_DR._DJASAMEN_SARAGIH_PEMATA NGSIANTAR.,
DiPietro LA., S. Guo. 2010. Critical Reviews in Oral Biology & Medicine:
72
Dorland I, Newman WA. 2003. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 30th
ed. Philadelphia: Saunders. p: 2066
El-Sakka, MA. 2010. Phytochemistry Alkaloids. 3rd ed. p: 7-11
Eroschenko, VP. 2008. Integumentary System in diFiore’s Atlas of Histology with
Functional Correlations. 11th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. p:
213-231
Gartner LP, Hiatt JL. 2007. Integument in Color Textbook Histology. 3rd ed. Elsevier Saunders. p: 327-344
Girish K., Shankara Bhat S. 2008. Neem: A Green Treasure. eJBio 4(3):102-111
Gottrup, F., Melling, A., Hollander DA. 2005. An overview of surgical site
infections: aetiology, incidence and risk factors. Diunduh 9 Juli 2015, dari:
http://www.worldwidewounds.com/2005/september/Gottrup/Surgical-Site-Infections-Overview.html
Gurtner, Geoffrey C. 2007. Wound Healing : Normal and Abnormal in Grabb
and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. p:
15-21
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna di Indonesia, Jilid II. Badan Litbang
Kehutanan, Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta, p: 1119-1120.
Jayaraja, KK., Jayachandran E., Hemanth KRC., Gunashakaran V., Ramesh KBP., Pawan NN., Venkatewarulu A., Lakshmikanth RP. 2009.
Application of Broad Spectrum Antiseptic Povidone Iodine as Powerful
Action : A Review. Journal of Pharmaceutical Science and Technology; 1
(2): 48-58.
Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. 2007. Kulit dalam Histologi Dasar.
Terjemahan dr. Jan Tambayong. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 357-369
Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue
Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA
Khan MN, Navqi AH. 2006. Antiseptics, Iodine, Povidone Iodine and Traumatic
Wound Cleansing. J Tissue Viability, 16 (4): 6-10
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Prinsip Percobaan dan Perancangannya, Rancangan
Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan,
Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT Raja
Disease. 8th ed. Elsevier Saunders. p: 79-108
Kumar S., Pandey AK. 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An Overview. The ScientificWorld Journal p:1-11
Lakhanpal P., Rai DK. 2007. Quercetin: A Versatile Flavonoid. Internet Journal
of Medical Update, 2(2) : 22-32
Lazarus GS, Cooper DM, Knighton DR, Margolis DJ, Pecoraro RE, Rodeheaver
G, et al. 1994. Definitions and Guidelines for Assessment of Wounds and
73
Li K., Diao Y., Zhang H., Wang S., Zhang Z., Yu B., et al. 2011. Tannin Extracts
From Immature Fruits of Terminalia chebula Fructus Retz. Promote
cutaneous wound healing in rats. BMC Complementary and Alternative
Medicine, 11 (86): 1-9
Liu, S., Cui M., Liu Z., Song F., Mo, W. 2004. Structural Analysis of Saponins from Medicinal Herbs Using Electrospray Ionization Tandem Mass
Spectrometry. J Am Soc Mass Spectrom; 15 (2), 133-141
MacDonald, John. 2009. Journal of Lymphoedema: Global Initiative for Wound
and Lymphoedema Care (GIWLC). Departement of Dermatology and
Cutaneous Surgery, Miller School of Medicine, University of Miami, 2(4): 92-95
Mani, Raj. 2011. The Basic Needs to Achieve Wound Healing. Jaypee Brothers Medical Publishers Pvt. Ltd. 133-134
MedMarket Diligence. 2009. Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology.,
Diunduh 28 Januari 2015, dari:
http://blog.mediligence.com/2009/12/13/incidence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology/
Mercandetti, M. 2015. Wound Healing and Repair. Diunduh 8 Juli 2015, dari: http://emedicine.medscape.com/article/1298129-overview#a5.,
Mills, S., Bone, K. 2002. Principles of Herbal Pharmacology. In : Principles and
Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. New York : Churchill
Livingstone. p. 31-3.
Moore, KL, Dalley, AF. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott
Williams & Wilkins Hal 12-16
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2007. NPUAP Pressure Ulcer
Stages/Categories. Diunduh 9 Juli 2015, dari:
action and potential applications. Am J Clin Nutr 2001;74:418–25
Pandey G., Verma KK., Singh M. 2014. Evaluation of Phytochemical,
Antibacterial and Free Radical Scavenging Properties of Azadirachta
indica (neem) Leaves. Int J Pharm Pharm Sci, 6 (2) : 444-447.
Phillips, LG. 2001. Wound healing in : Sabiston Textbook of Surgery: The
Biologica; Basis of Modern Surgical Practice. 16 ed. Editors: Courtney M. Townsend Jr., R Daniel Beauchamp, B. Mark Evers, Kenneth L. Mattox. Philadelphia: Saunders. p: 131-143
Purohit SK., Solanki R., Soni R., Mathur V. 2013. Evaluation of Wound Healing
Activity of Ethanolic Extract of Azadirachta indica Leaves in Male Albino
Rats. Asian J. Pharm. Tech, 3 (2) : 73-75
Robinson, T, 1995., Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, (Penerjemah:
74
Ross MH, Pawlina W. 2011. Histology : A Text and Atlas. 6th ed. Lippincott
Williams & Wilkins. p: 488-489
Rukmana R., Oesman YY. 2006. Nimba: Tanaman penghasil pestisida alami.
Ed 6. Yogyakarta : Kanisius,. p: 15-18
https://books.google.co.id/books?id=taksonomi+daun+mimba&., 8 Juli
2015
Saifudin, A. 2006. Alkaloid: Golongan Paling Prospek Menghasilkan Obat Baru.
Dalam Barus, WNU., Sitorus H., Lesmana I : Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra) pada Konsentrasi yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara In Vitro.
Diunduh 21 Juli 2015, dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=131279&val=4108
Shukla VK, Ansari MA, Gupta SK. 2005. Wound Healing Research: A
perspective from India. Int J Low Extrem Wounds, 4 (1): 7-8
Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. 2004. Luka dan Penyembuhan Luka dalam
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. p: 67-68.
Syarmalina, Laksmitawati, DR. 2005. Uji Antibakteri ekstrak daun Mimba
(Azadirachta indica A Juss) Terhadap Bakteri. Prosiding Seminar Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Diunduh 27 Januari 2015, dari: http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/2006211048137844196206Septe mber2013.pdf.,.
Standring S. 2008. Gray’s Anatomy : The Anatomical Basis of Clinical Practice.
40th ed. USA: Churchill Livingstone Elsevier. p: 1173-1211
Snell, RS.2006. Clinical Anatomy by Systems. Lippincott Williams & Wilkins p:
2-3
UGM Farmasi. Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). Mimba
(Azadirachta indica Juss) Diunduh 8 Juli 2015, dari:
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=419.,
U.S. Departement of Health and Human Services. 2009. The CDC Injury
Research Agenda,2009-2018. Diunduh 2 September 2015, dari:
http ://www.cdc.gov/injury/Research/Agenda/CDC Injury Research
Agenda-a.pdf..
Vowden K, Vowden P, Posnett J. 2009. The Resource Costs of Wound Care in
Bradford and Airedale Primary Care Trust in the UK. J Wound Care, 18(3):
93-4, 96-8
Velnar T., Bailey T., Smrkolj. 2009. The Wound Healing Process: an Overview of
the Cellular and Molecular Mechanism. Journal of International Medical
Research, 37: 1528 – 1542.
Vogt PM. 2006. PVP-iodine in Hydrosome and Hydrogel – A Novel Concept in
Wound Therapy Leads to Enhanced Epithelialization and Reduced Loss of
Skin Grafts. Burns; 32(6): 698-705.
Wasitaatmadja, Syarif M. 2010. Anatomi Kulit dalam Adhi Djuanda, Mochtar
Hamzah, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
75
Wasitaatmadja, Syarif M. 2010. Faal Kulit dalam Adhi Djuanda, Mochtar
Hamzah, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hal 7-8
WHO. 2012. Road Traffic Injuries. Diunduh 8 Des 2014, dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs358/en/
Young B, Lowe JS, Stevens A, Heath JW. 2007. Wheater’s Functional Histology: