• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Abnormal Retun dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah ReverseStock Split di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Abnormal Retun dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah ReverseStock Split di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya pasar modal di Indonesia, maka kebutuhan informasi yang berkaitan tentang instrumen-instrumen pasar modal sangatlah penting. Informasi diperlukan sebagai pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung investor. Informasi berguna untuk mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (private) (Syaichu dan Puspito, 2007).

(2)

sementara beberapa aksi korporasi yang tidak menyebabkan efek dilusi adalah stock split dan stock reverse (Profit Buletin, 2014).

Corporate action pada dasarnya merupakantindakan emiten memberikan hak yang sama kepada pemegang saham, baik hak untuk menghadiri rapat umum pemegang saham, hak memesan efek terlebih dahulu ataupun hak lainnya. Tujuan perusahaan melakukan corporate action untuk meningkatkan kinerja perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sebagai contoh, corporate action dapat meningkatkan likuiditas saham. Hal ini terjadi karena corporate action mampu mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harga saham yang bergerak di pasar modal.

(3)

Informasi yang terkandung dalam pemecahan saham dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan infromasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik lainnya (Syaichu dan Puspito, 2007). Pada umumnya, corporate action berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, jumlah saham yang beredar dan komposisi kepemilikan saham. Dengan demikian, para pemegang saham harus mencermati dampak corporate action tersebut untuk mendapatkan keuntungan dan pengambilan keputusan yang tepat.

Di Indonesia reverse stock split jarang terjadi jika dibandingkan dengan stock split up. Kemungkinan hal itu dikarenakan informasi reverse split diinterpretasikan sebagai informasi yang negatif oleh investor. Reverse stock sendiri merupakan salah satu usaha yang dilakukan emiten untuk menaikan harga saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar tanpa mengurangi jumlah modal yang disetor. Pada reverse split harga per lembar saham baru meningkat sebanyak n kali dari harga sebelumnya. Dengan kata lain, reverse stock split menggabungkan n saham menjadi satu saham saja yang lebih besar.

(4)

Penggabungan nilai nominal saham pada reverse split menggunakan rasio tertentu. Misalnya reverse stock 3:1 berarti 3 lembar saham ditukarkan dengan 1 lembar saham dengan harga 3 kali lebih tinggi dari saham lama. Tiga lembar saham lama dengan nilai nominal Rp. 100,- per saham digabungkan menjadi satu lembar saham baru dengan nilai nominal Rp. 300,- per saham. Sebagai contoh, jika sebelum stock reverse investor memiliki saham PT MAMR senilai Rp. 88,000 (400 lembar saham dengan harga Rp. 220/lembar saham), maka setelah Stock Reverse dengan rasio 1 : 4 investor tetap memiliki saham MAMR senilai Rp. 88,000 (100 lembar saham dengan harga Rp. 880/lembar saham). Berikut data jumlah perusahaan yang melakukan reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2014 disajikan pada Gambar 1.1

Sumber : www.ksei.co.id (data diolah)

Gambar 1.1

Jumlah Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split Tahun 2005-2014 Di Bursa Efek Indonesia

0 1 2 3 4 5 6 7

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(5)

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan yang melakukan reverse stock split dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Seperti yang terjadi pada tiga tahun berturut-turut yaitu 2005, 2006 dan 2007. Jumlah perusahaan yang melakukan reverse stock split semakin kecil, dari total 6 perusahaan pada tahun 2005, kemudian menjadi 2 perusahaan pada 2006 dan hanya 1 perusahaan pada tahun 2007. Namun, penurunan ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2008 jumlah perusahaan yang melakukan reverse stock split bertambah menjadi 2 perusahaan, meskipun jumlah ini tidak signifikan. Selanjutnya jumlah perusahaan yang melakukan reverse stock split dari tahun ke tahun bergerak fluktuatif seperti pada tahun 2009 yang mengalami penurunan kemudian naik kembali pada tahun 2010. Hal ini berlangsung hingga akhir Desember 2014.

(6)

Dalam beberapa kasus, reverse stock dilakukan sebagai upaya penyelamatan perusahaan agar tetap tercatat di bursa efek karena harga saham yang terlalu rendah. Kemudian juga sebagai usaha emiten untuk memulihkan harga saham pada tingkat yang optimal yaitu pada kisaran harga yang mampu mempengaruhi preferensi investor sehingga tertarik melakukan perdagangan.

Ada tiga alasan lain yang berhubungan dilaksanakannya reverse split yaitu (Sjahrial, 2009:322):

1. Biaya transaksi bagi pemegang saham mungkin akan berkurang sesudah dilakukan reverse split.

2. Likuiditas dan kemampuan pemasaran saham suatu perusahaan mungkin membaik bila harganya meningkatkan jarak perdagangan popular.

3. Penjualan saham pada harga di bawah tingkatan tertentu tidak dipertimbangkan untuk diperhatikan, berarti para investor meremehkan pendapatan, pertumbuhan dan stabilitas aliran kas perusahaan.

Ketika pengumuman reverse stock mengandung suatu informasi maka akan menimbulkan reaksi pasar. Reaksi ini dapat dilihat dari berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di pasar modal seperti harga saham yang meningkat, peningkatan atau penurunan transakasi perdagangan dan komposisi kepemilikan saham. Harga saham yang meningkat tentu saja akan berpengaruh terhadap return saham.

(7)

pengembalian investasi (return) tersebut. Perubahan return saham sebagai dampak dari perubahan harga saham diukur dengan abnormal return. Menurut Jogiyanto (2008:433) abnormal return merupakan selisih antara return yang sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return).

Harga saham yang tinggi sebagai akibat dari reverse stock, dinilai oleh emiten akan lebih menarik bagi investor karena memberikan kesan bonafit. Persepsi ini kemudian akan menarik minat investor untuk berinvestasi sehingga menyebabkan terjadinya transaksi jual beli. Banyaknya aksi jual diharapkan akan meningkatkan harga saham dari harga saham sebelumnya. Kenaikan harga saham ini diharapkan akan diikuti oleh kenaikan return saham. Return yang diharapkan dapat dilihat dari aktivitas perdagangan saham. Dengan demikian, semakin sering saham tersebut ditransaksikan maka kemungkinan return yang didapat semakin tinggi.

(8)

perdagangan merupakan alat yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar terhadap suatu peristiwa.

Berikut ini adalah data rata-rata return saham saham dan volume perdagangan saham pada beberapa perusahaan sampel yang melakukan reverse stock split pada tahun 2005-2014. Beberapa perusahaan sampel dipilih berdasarkan kapitalisasi pasar terbesar pada tahun 2014 dengan membandingkan perubahaan rata-rata return saham dan volume perdagangan saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah melakukan reverse stock split.

Tabel 1.1

Rata-rata Return Saham Beberapa Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split Pada Tahun 2005-2014 IIKP Inti Agri Resources, Tbk 19 Januari 2005 -0,0073 -0,0391 MLPL Multipolar, Tbk 07 April 2010 -0,0027 -0,0142 BNBR Bakrie & Brothers, Tbk 06 Maret 2008 -0,0175 -0,0328 BKSL Sentul City, Tbk 01 Agustus 2006 -0,0084 0,0053 Sumber : www.yahoofinance.com (data diolah)

(9)

sesudah reverse split. Tetapi, ada juga perusahaan yang mengalami kenaikan rata-rata return saham seperti Matahari Department Store, Tbk (LPPF) dan Sentul City, Tbk (BKSL). Dengan rata-rata return saham 5 hari sebelum reverse stock split sebesar -0,0278 dan naik pada 5 hari sesudah reverse split menjadi 0,0381 pada perusahaan dengan kode emiten LPPF yaitu Matahari Departemen Store, Tbk.

Tabel 1.2

Rata-rata Volume Perdagangan Saham Beberapa Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split Pada Tahun 2005-2014

Kode

IIKP Inti Agri Resources, Tbk 19 Januari 2005 167600 68800 MLPL Multipolar, Tbk 07 April 2010 42622140 50218300 BNBR Bakrie & Brothers, Tbk 06 Maret 2008 94330880 257122800 BKSL Sentul City, Tbk 01 Agustus 2006 10033,40 199499,80 Sumber: www.yahoofinance.com (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2, rata-rata volume perdagangan saham perusahaan mengalami kenaikan setelah melakukan tindakan reverse stock split, kecuali pada Inti Agri Resources, Tbk (IIKP) yang mengalami penurunan volume perdagangan. Pada IIKP, rata-rata volume pardagangan 5 hari sebelum reverse split sebesar 167600 kemudian turun menjadi 68800 pada 5 hari sesudah reverse split.

(10)

sinyal negatif tentang prospek perusahaan. Jika investor mempercayai sinyal negatif ini maka investor tidak akan bersedia menanamkan modalnya. Ini tentu saja akan berpengaruh pada penurunan abnormal return dan trading volume activities. Sebaliknya, jika investor tidak mempercayai sinyal negatif ini, maka investor akan tetap memperjualbelikan saham tersebut sehingga mampu meningkatkan abnormal return dan trading volume activitiy.

Reverse split merupakan fenomena yang masih menjadi teka-teki di bidang ekonomi karena perilaku perusahaan (corporate action) tersebut sebenarnya tidak menambah nilai ekonomis bagi perusahaan. Atau tidak secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan. Oleh karena itu, reverse split sering disebut sebagai kosmetika saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan saham (Mardiyanti dan Khasanah, 2011).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading

Volume Activity Saham Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split di Bursa

Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia?

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan trading volume activity saham sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

1. Bagi Investor

Dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Emiten

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengambil keputusan corporate action terutama dalam reverse split serta sebagai bahan pertimbangan emiten untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja manajemen di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

(12)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Gambar

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan yang Melakukan
Tabel 1.1  Saham Beberapa Perusahaan yang Melakukan
Tabel 1.2 Rata-rata Volume Perdagangan Saham Beberapa Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Sistim jaringan serta jenis â jenis perangkat yang digunakan dalam menunjang komunikasi data dalam perancangan jaringan yang dikhususkan pada jaringan Lokal Area Network

Bagian Kedua  Tujuan Pasal 3

Dalam   hal   Pemerintah  Daerah  tidak   memenuhi   kewajiban   pembayaran pengembalian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, pembayaran kewajiban  diperhitungkan

Pengurus sepakbola liga bank mandiri dalam memberikan informasi hasil pertandingan, klasemen sementara serta profil team, bisa melalui media internet dengan membuat web site

[r]

Webcam Monitoring Ruangan Menggunakan Sensor Gerak PIR ( Passive.. Infra

[r]

tentang keaktifan siswa sebagai fokus penilaian dalam penelitian. Hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa terdapat beberapa siswa yang keaktifannya