• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Modul 2 Skenario 2a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Modul 2 Skenario 2a"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SKENARIO 2A

Seorang laki-laki berusia 25 tahun, datang ke poliklinik pegawai dengan keluhan nyeri kepala setelah sehari sebelumnya menerima penugasan keluar daerah. Dia mempunyai pengalaman tidak menyenangkan di daerah yang akan dikunjungi itu.

KATA SULIT

Nyeri kepala adalah rasa nyeri pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai ke daerah belakang kepala (diatas garis orbitomeatal).

KATA KUNCI 1. Laki-laki 2. 25 tahun 3. Nyeri kepala

4. Penugasan keluar kota

5. Pengalaman tidak menyenangkan PERTANYAAN

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi organ terkait! 2. Jelaskan bagaimana patomekanisme sakit kepala?

3. Bagaimana hubungan nyeri kepala dengan pengalaman tidak menyenangkan? 4. Jelaskan bagaimana langkah-langkah diagnosis!

5. Apa diagnosis diferensial (DD) dan diagnosis sementara (DS)? 6. Apa etiologi dari DS?

7. Bagaimana resiko dan gejala klinis dari DS? 8. Bagaiamana penatalaksanaan dari DS?

9. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari DS? JAWABAN

1. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait Anatomi

a. Sebelum membahas anatomi yang tekait dengan nyeri kepala, disini akan membahas anatomi otak secara garis besar terlebih dahulu. Walaupun merupakan keseluruhan fungsi, otak disusun menjadi beberapa daerah yang berbeda. Bagian – bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan evolusi. Otak terdiri dari (1) batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, (2) serebelum, (3) otak depan

(2)

(forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum. Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan korteks serebrum .

Masing – masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai berikut: (1) asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, (2) pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur, (4) penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5) pusat tidur. Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih.

b. Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan, (2) penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar. Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.

c. Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola – pola gerakan yang tidak berguna. Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.

d. Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing – masing lobus ini memiliki fungsi yang berbeda – beda.

(3)

Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 – 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu .

Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian atas.

Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.

e. Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah yang berhubungan dengan bagian duramater ini. V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah.

Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.

(4)

Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1 menginnervasi otot suboccipital triangle - obliquus superior, obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, longissimus capitis dan splenius sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dari obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis, yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal line dan the aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang lateral ke longissimus capitis dan splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior (lihat gambar 3).

Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus.

Fisiologi

Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik.

Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat

(5)

penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slow – chronic-aching type pain.

Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat Aδ dengan kecepatan mencapai 6 – 30 m/s. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.

Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 – 2 m/s. Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.

Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat Aδ yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2) nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.

Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat Aδ. Pada traktus ini , saraf perifer akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway. Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras anterolateral. 2. Patomekanisme Sakit Kepala

Beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala terus berkembang hingga sekarang. Seperti, teori vasodilatasi kranial, aktivasi trigeminal perifer, lokalisasi dan fisiologi second order trigeminovascular neurons, cortical spreading depression, aktivasi rostral brainstem.

Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur peka nyeri di kepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun diatas tentorium serebelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar pada daerah didepan batas garis

(6)

vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (daerah frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah tentorium (pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian atas dengan cabang-cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut, yaitu daerah oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf kranial IX, X dan saraf spinal C-1, C-2, dan C-3. Akan tetapi kadang-kadang bisa juga radiks servikalis bagian atas dan N. oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya ke frontal dan mata pada sisi ipsilateral. Telah dibuktikan adanya hubungan erat antara inti trigeminus dengan radiks dorsalis segmen servikal atas. Trigemino cervical reflex dapat dibuktikan dengan cara stimulasi n.supraorbitalis dan direkam dengan cara pemasangan elektrode pada otot sternokleidomastoideus. Input eksteroseptif dan nosiseptif dari trigemino-cervical reflex ditransmisikan melalui polysinaptic route, termasuk spinal trigeminal nuklei dan mencapai servikal motorneuron. Dengan adanya hubungan ini jelaslah bahwa nyeri didaerah leher dapat dirasakan atau diteruskan kearah kepala dan sebaliknya.

Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. Splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. Cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.

Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya akan menyebabkan nyeri.

Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul akibat perubahan dari zat kimia tertentu di otak – serotonin, endorphin, dan beberapa zat kimia lain yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini serupa dengan perubahan biokimia yang berhubungan dengan migren. Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat kimia ini berfluktuasi, ada anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi, ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala pada orang dengan gangguan zat kimia.

3. Hubungan Nyeri Kepala dengan Pengalaman Tidak Menyenangkan

Dari skenario diketahui pasien tersebut mengalami depresi karena mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan di daerah yang akan dikunjunginya.

(7)

Depresi yaitu suatu keadaan yang dicirikan oleh suasana hati tidak menyenangkan yang meresap disertai kehilangan seluruh minat dan ketidak mampuan merasakan kesenangan. Pada penderita depresi, stres dan gangguan kecemasan (ansietas) dijumpai adanya deficit kadar serotonin dan non-adrenalin di otaknya. Serotonin dan non-adrenalin adalah neurontransmiter yang berperan dalm proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood. Adanya deficit kadar serotonin, sehingga terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah dan membawanya ke ambang nyeri kepala (pain threshold). (Mumenthaler dan Mattle, 2004).

4. Langkah-Langkah Diagnosis `

Tension Type Headache

A. Hasil Anamnesis(Subjective) - Keluhan

Pasien datang dengan keluhan nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.Nyeri kepala tegang otot biasanya berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini jugadapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasakencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekelilingkepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.

Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi. Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering terbangunatau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dangangguan haid.

Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.

B. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) - Pemeriksaan Fisik

Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala tegang otot ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dansensoris.

Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala.

Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan

(8)

berbagai penyakit yang serius yang memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya.

C. Penegakan diagnostik(Assessment) - Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang normal. Anamnesis yang mendukung adalah adanya faktor psikis yang melatarbelakangi dan karakteristik gejala nyeri kepala (tipe, lokasi, frekuensi dan durasi nyeri) harus jelas. - Klasifikasi

Menurut lama berlangsungnya, nyeri kepala tegang otot ini dibagi menjadinyerikepala episodik jika berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan serangan yang terjadi kurang dari1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun). Apabila nyeri kepala tegang otottersebut berlangsung lebih dari 15 hari selama 6 bulan terakhir dikatakan nyeri kepala tegang otot kronis.

Migren

Hasil Anamnesis(Subjective) - Keluhan

Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh tanda dan gejala, sebagai berikut:

1. Nyeri moderate sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.

2. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk. 3. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.

4. Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. 5. Mual dengan atau tanpa muntah.

6. Fotofobia atau fonofobia.

7. Sakit kepalanya mereda secara bertahap pada siang hari dan setelah bangun tidur, kebanyakan pasien melaporkan merasa lelah dan lemah setelah serangan.

8. Sekitar 60 % penderita melaporkan gejala prodormal, seringkali terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien melaporkan perubahan mood dan tingkah laku dan bisa juga gejala psikologis, neurologis atau otonom.

Faktor Predisposisi

1. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.

2. Puasa dan terlambat makan

3. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan. 4. Cahaya kilat atau berkelip.

5. Banyak tidur atau kurang tidur 6. Faktor herediter

7. Faktor kepribadian

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) - Pemeriksaan Fisik

(9)

Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. Temuan-temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang memerlukan pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda.

- Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan ini dilakukan jika ditemukan hal-hal, sebagai berikut:

1. Kelainan-kelainan struktural, metabolik dan penyebab lain yang dapat menyerupai gejala migren.

2. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit penyerta yang dapat menyebabkan komplikasi.

3. Menentukan dasar pengobatan dan untuk menyingkirkan kontraindikasi obat-obatan yang diberikan.

- Pencitraan (dilakukan di rumah sakit rujukan).

- Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal, sebagai berikut:

1. Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita. 2. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren . 3. Pemeriksaan neurologis yang abnormal.

4. Sakit kepala yang progresif atau persisten.

5. Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

6. Defisit neurologis yang persisten.

7. Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan gejala-gejala neurologis yang kontralateral.

8. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin. 9. Gejala klinis yang tidak biasa.

Penegakan diagnostik(Assessment) - Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis.

Kriteria Migren:

Nyeri kepala episodik dalam waktu 4-72 jam dengan gejala dua dari nyeri kepala unilateral, berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas sedang sampai berat ditambah satu dari mual atau muntah, fonopobia atau fotofobia.

Cluster

Hasil anamnesis

Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral, berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.

 Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut : 1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral 2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral 3. Oedema palpebra ipsilateral

4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral 5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral 6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.

(10)

 Tidak berkaitan dengan gangguan lain

5. Diagnosis Diferensial (DD) dan Diagnosis Sementara (DS) A. Diferential Diagnosis

1. Migren

Gambaran terpenting dari migren adalah nyeri kepala tipikal tapi tidak selalu unilateral. Disertai dengan muntah dan berbagai gejala konstitusional (kelelahan, kekurangan karbohidrat, diuresis). Yang biasanya berlangsung >48 jam. Ada dua tipe pokok :

1. Migren dengan aura :

Terdapat gejala neurologis predromal, yang semakin bertambah berat dalam beberapa menit. Tidak seperti stroke atau iskemik transien dimana gejala timbul mendadak. Gejala prodromal ini terdiri dari :

 Fenomena visual :

Positif : pemancaran percikan (scintil lation), teichompisa dan lain-lain. Atau negatif : skotoma, hemianopia.

 Perubahan sensasi pada wajahvatau ekstremitas

 Kadang-kadang bentuk yang jarang seperti migren basiler dengan penglihatan ganda dan vertigo, migren oftalmoplegik dan hemiplegic.

2. Migren tanpa aura :

Tidak ada gejala atau tanda neurologis penyerta namun masih ada mual dan tanda-tanda konstitusional lainnya.

Serangan akut bisa berkurang dengan pemberian analgesik jika diberikan segera (parastamol atau aspirin dosis tinggi dalam bentuk terlarut. Preparat dengan dasar kodein dikontraindikasikan karena adanya mual dan nyeri kepala rebound). Triptan misalnya sumatriptan. Biasanya diberikan pada serangan rekuren yang berat sedangkan ergotamine sekarang jarang digunakan. Indikasi pemberian profilaksis adalah serangan sangat berat yang terjadi beberapa kali dalam sebulan dan pemberian propanolol, natrium valproat, serta pizotifen terbukti berhasil dalam beberapa kasus. 2. Tension Type Headache

- Gejala Klinis

Sifat sakitnnya bervariasi antara pegal-kencang dan nyeri pegal. Perasaan itu dapat dirasakan pada salah satu sisi saja atau di seluruh kepala. Nyeri-pegal atau perasaan tidak enak itu dapat dirasakan sebagai berdenyut atau kencang mengikat kepala atau nyeri-pegal sepanjang daerah antara kondilus oksipitalis dan tepi orbitalis sesisi atau kedua sisi. Pada umumnya “sakit kepala” itu timbul pada saat atau sesudah mengalami “stress”/frustasi, misalnya setelah mengalami tekanan batin. Disamping gejala utama, yaitu “sakit kepala”, dikemukakan juga keluhan-keluhan yang bersifat disfungsi fisiologik sistema urogenitalis dan gastro-intestinalis, seperti mual,

(11)

muntah-muntah yang tidak produktif, mules, kembung, konstipasi atau diare, impotensi, sering kencing dst. Sering pula keluhan sakit kepala diceritakan sebagai gejala pelengkap bagi manifestasi psikoneurotik.

Sifat sakit kepala yang khas pada keadaan depresi ialah mulai timbulnya pada pagi dini. Walaupun seringkali dinyatakan sebagai sakit kepala yang timbul pada jam 2 atau 3 pagi, tetapi jikalau diselidiki dengan cermat, ternyata bahwa penderita tidak dibangunkan oleh rasa nyeri kepala, melainkan penderita terbangun pada dini hari oleh gangguan tidur. Dan sakit kepala mulai dirasakan beberapa menit setelah penderita sadar dan memikirkan hal-hal yang kelak dihadapinya. Pada kasus yang tidak berat, sakit kepala terasa pada pagi hari, menjelang siang hari sakit kepala menjadi kurang dan pada malam hari hilang.

Penderita neurastenia menyajikan keluhan sakit kepala dan keluhan-keluhan neurotik lainnya sebagai keluhan untuk mengutarakan keluhan yang sama pentingnya dan sama beratnya. Bilamana penderita diberikan kebebasan untuk mengutarakan semua keluhannya, maka suatu riwayat penyakit akan diceritakannya dimana tiada satu sistema yang tidak terganggu. Palpitasi, tremor, tangan dan kaki merasa dingin, setiap hari merasa “masuk angin”, nyeri daerah lambung, kembung, mules di daerah pusat, nyeri di daerah kolon desendens, konsentrasi lemah, cepat gemetar, badan lesu, gairah bekerja hilang, dan potensinya lemah, cepat lupa dst dihadapkan bersama-sama sakit kepala. Khas bagi sifat neurastenik ialah pertanyaan yang diajukan kepada dokter secara konfidensil.

- Diagnosa

Diagnosa “Tension Headache” atau “Sakit Kepala” psikoneurotik dapat ditentukan berdasarkan anamnesa. Tetapi tentu saja pemeriksaan yang detail harus dilakukan. Kulit dahi yang mengerut dapat dijumpai sebagai tanda dari ketegangan muskuler. Keadaan demikian dapat dinyatakan oleh elektro-ensefalografi yang merekam ketegangan otot dahi itu sebagai tanda berupa aktivitas otot. Sebenarnya pada kasus-kasus yang diduga Tension Headache psikoneurotik tidak perlu dilakukan EEG.

Nyeri kepala tipe tegang merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot- otot kepala dan tengkuk (M.spleniuskapitis, M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levatorskapula).

- Etiologi

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

- Klasifikasi

Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodic dan Tension Type Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit ± 7 hari.Tension Type Headache kronik

(12)

(CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan ± sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selainitu, tidakdijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang ± berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

International Classification of Headache Disorders, Second Edition Diagnostic Criteria for Tension-Type Headache A. Infrequent Episodic Tension-Type Headache

1. Setidaknya 10 episode yang terjadi kurang dari 1 hari per bulan (rata-rata kurang dari 12 hari per tahun)

2. Sakit kepala yang berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari

3. Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik nyeri berikut:  Lokasi Bilateral

 Intensitas ringan atau sedang (dapat menghambat tapi tidak melarang aktivitas)

 Menekan / pengetatan (nonpulsating) kualitas

 Tidak ada kejengkelan saat naik tangga atau aktivitas fisik rutin serupa 4. Diikuti dengan:

 Tidak ada mual atau muntah (anoreksia mungkin masih terjadi)  Tidak lebih dari satu dari fotofobia dan fonofobia

5. Tidak dikaitkan dengan gangguan lain B. Frequent Episodic Tension-Type Headache

Setidaknya 10 episode yang terjadi 1 hari atau lebih per bulan tetapi kurang dari 15 hari per bulan selama minimal 3 bulan (12 hari atau lebih per

tahun dan

kurang dari 180 hari per tahun) C. Chronic Tension-Type Headache

1. Sakit kepala yang terjadi 15 hari atau lebih per bulan selama lebih dari 3 bulan

(180 hari atau lebih per tahun) dan kriteria memuaskan B melalui D atas 2. Sakit kepala berlangsung berjam-jam atau mungkin terus menerus 3. Diikuti dengan :

 Tidak lebih dari satu dari fotofobia, fonofobia, atau mual ringan  Baik moderat atau parah mual atau muntah

(13)

- Patogenesis Tension Type Headache

TTH awalnya timbul dari kontraksi berlebihan dari otot perikranium dan serviks, yang mengarah ke istilah aslinya '' kontraksi otot sakit kepala. '' Banyak yang percaya ada hubungan antara sakit kepala ini dan tekanan emosional atau ''ketegangan kehidupan.'' Pengaruh lingkungan muncul untuk membawa kepentingan yang lebih besar daripada faktor genetik dalam pengembangan TTH. Stres diterima sebagai faktor TTH, namun mekanisme yang mendasari hubungan yang tidak jelas.

Selain kurang tidur, semuanya telah dilaporkan sebagai faktor risiko tambahan kemungkinan terkait dengan stres. Nutrisi yang tidak teratur atau hidrasi dapat bertindak sebagai pemicu, tapi selain dari kafein, yang dapat memicu TTH melalui eksposur yang berlebihan atau penarikan, diet tampaknya memiliki dampak yang sangat sedikit. Selama dekade terakhir, telah ada sejumlah obat, termasuk suplemen hormon wanita, dapat memperburuk ketegangan yang mendasari atau gangguan migrain. Penyebab yang tepat dari TTH masih belum diketahui.

Kompleksitas yang melekat mungkin ada karena mekanisme dapat bervariasi antara ETTH dan CTTH dan juga antara individu dalam sub-kelompok. ini menunjukkan bahwa TTH adalah proses multifaktorial yang melibatkan kedua faktor myofascial perifer dan komponen SSP.Mekanisme pericranial myofascial mungkin penting dalam ETTH, sedangkan sensitisasi jalur nociceptive pusat tampaknya berkontribusi pada proses CTTH. Ambang nyeri telah terbukti menjadi normal di ETTH namun jarang menurun pada CTTH.

Pasien dengan CTTH telah ditemukan untuk menjadi hipersensitif terhadap rangsangan melalui tekanan, panas, dan modalitas listrik. Sensitivitas ini telah ditampilkan dalam sejumlah jaringan (otot, tendon, saraf) baik selama dan antara sakit kepala. Cephalic dan extracephalic telah menunjukkan hubungan antara peningkatan sensitivitas nyeri dan transformasi dari episodik ke sakit kepala kronis (' 'chronification' ') mekanisme myofascial perikranium mungkin penting dalam episodik nyeri kepala tipe tegang, sedangkan sensitisasi jalur nociceptive pusat tampaknya berkontribusi pada proses nyeri kepala tipe tegang kronis. Juga pusat jalur penghambatan nociceptive pada pasien dengan CTTH. Menggunakan MRI otak scan pasien dengan CTTH telah ditampilkan secara signifikan mengurangi kepadatan struktur materi abu-abu atau substansia grisea di sepanjang matriks rasa sakit.Substansia grisea berkorelasi positif dengan meningkatnya durasi sakit kepala dalam beberapa tahun.

3. CLUSTER TYPE HEADACHE - Definisi

Nyeri kepala cluster adalah nyeri kepala hebat, nyeri kepala selalu unilateral di orbita, supraorbita, temporal, atau kombinasi dari tempat-tempat tersebut. Berlangsung 15- 180 menit dan terjadi dengan frekuensi satu kali tiap 2 hari hingga 8 kali sehari. Setiap serangannya disertai satu atau lebih gejala berikut, semua ipsilateral: injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, rinorea, berkeringat di kening dan wajah, miosis,ptosis, dan edema palpebra. Selam serangan sebagian pasien gelisa atau agitasi.

(14)

- Epidemiologi

Kejadian nyeri kepala klaster menempati posisi <1% dari semua keluhan nyeri kepal. Nyeri kepala klaster biasa terjadi pada usia 20-40 tahun dan lebih sering dialami laki-laki daripada perempuan dengan rasio 2:1.

- Etiologi

Nyeri kepala klaster diduga berkaitan dengan neurovaskular, irama sirkadian, vasodilatasi arteri, dan peningkatan aktivitas sistem otonom parasimpatis.

- Patofisiologi

Patofisiolaogi nyeri kepala klaster tidak dimengerti secara menyeluruh. Beberapa faktor yang mungkin mendasari terjadinya nyeri kepala klaster adalah vasodilatasi, sinyal dari nervus trigeminus, saraf otonom, irama sirkadian, serotonin, histamin, dan sel mast

- Manifestasi klinis

 Nyeri retroorbita yang berlangsug selama 10 menit hingga 2 jam. Serangan ini dapat terjadi setiap hari selama berminggu-minggu/ bulan. Kualitas nyeri konstan dan seperti ditusuk. Intensitas nyeri berat( hingga dapat embangunkan pasien dari tidur). Pencetus nyeri adalah cahaya dan konsumsi alkohol. Nyeri mereda dengan berjalan-jalan santai.

 Gejala penyerta berupa mata merah berair, kongesti nasal atau rinorea, dan sindrom horner unilateral (mitosis, ptosis parsial, dan anhidrosis)

Terdapat dua bentuk nyeri kepala klaster:

1. Nyeri kepala klaster episodik dengan setidaknya 2 fase nyeri kepala berlangsung selam 7 hari hingga satu tahun yang dipisahkan oleh interval bebas, selama 1 tahun.

2. Nyeri kepala klaster kronik, dimana nyeri kepala terjadi lebih dari seahn anpa remisi atau interval bebas kurang ari 1 bulan.

- Diagnosa

Kriteria diagnosa nyeri kepala klaster:

a. Setidaknya 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D;

b. Nyeri hebat atau serangan hebat orbita, supraorbita, dan/atau temporal yang unilateral, berlangsung selama 15-180 menit bila tidak diobati;

c. Nyeri kepala disertai setidaknya oleh satu dari gejala berikut: - Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi ipsilateral

- Kongesti nasal dan/ atau rinorea ipsilateral - Edema kelopak mata ipsilateral

- Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral - Miosis dan/atau ptosis isilateral - Perasaan gelisah atau agitasi

d. Serangan mempunyai frekuensi dari 1 kali tiap 2 hari sampai 8 kali sehari. e. Tidak berhubungan dengan kelainan lain.

Tabel DD dan DS

(15)

kepala nyeri nyeri ikutan Migren umum Berdenyut Unilateral atau bilateral 6-48 jam Sporadic beberapa kali sebulan Mual, muntah, malaise, fotofobia Stres, kelebiha/ke kurangan tidur, obat-obatan Migren klasik

Berdenyut Unilateral 3-12 jam Idem Prodromal visual, mual, muntah, malaise, fotofobia Stres, kelebiha/ke kurangan tidur, obat-obatan Klaster Menjemuk an, tajam Unilateral , orbita 15-120 menit Serangan berkelompo k dengan remisi lama Lakrimasi, ipsilateral, wajah merah, hidung tersumbat, horner Cahaya, alkohol TTH Seperti diikat bilateral 30menit-7 hari

Konstan Tidak mual muntah Stres, depresi, kekhawatir an, bunyi, kelaparan, kurang tidur. B. DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Diagnosis Klinis : Cephalgia 2. Diagnosis Topis : Idiopatik

3. Diagnosis Etiologi : Tansion Type Headache dengan DS Migren dan Cluster 6. Etiologi dari DS

Baik faktor muskuler dan psikogenik dipercaya berhubungan dengan tension type headache. TTH dapat dicetuskan oleh stres, depresi, kekhawatiran, bunyi, kelaparan dan kekurangan tidur.

7. Resiko dan Gejala Klinis dari DS

Tension Type Headache (Nyeri kepala tipe tegang)

Nyeri kepala ini adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi, konflik emsional, kelelalahan, atau hostilitas yang tertekan. Respons fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher, wajah. Nyeri kepala tipe tegang didefinisikann sebagai serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung beberapa menit sampai hari, dengan sifat nyeri

(16)

yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, ringan dan berat, bilateral., tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol.

Faktor resiko

 Biasa dipicu oleh stress dan emosi, yang menyebabkan konstriksi dari otot di leher dan kulit kepala.

 Bisa dipicu oleh factor lingkungan atau stress internal. Sumber paling umum dari stress yaitu keluarga, hubungan social, pekerjaan.

 Tension headache episodic biasa dipicu oleh situasi stress yang terisolasi atau stres yang menumpuk.

Gejala klinis

1) Tension type headache episodik

 Setidaknya 10 nyeri kepala yang dengan rerata <1 haribulan (<12 hari/tahun) yang memenuhi kriteria 2-4

 Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit-7 hari.  Setidaknya terdapat dua karakteristik nyeri berikut:

- Tidak berdenyut

- Intensitas ringan sedang - Bilateral

- Tidak diperberat oleh rutinitas normal

Tidak ditemukan mual/muntah dan fotofobia/fonofobia 2) Tension type headache kronik

 Nyeri kepala dengan frekuensi rata-rata lebih dari 15 hari per bulan selama lebih dari 6 bulan yang memenuhi kriteria berikut:

 Setidaknya terdapat 2 karakteristik nyeri berikut: - Sifat mengikat/menekan (tidak berdenyut)

- Intensitas ringan-sedang (mengganggu aktivitas, tetapi tidak dapat beraktivitas)

- Lokal bilateral

- Tidak diperberat dengan menaiki tangga atau aktivitas normal.  Dua hal berikut:

- Tidak ada muntah

- Tidak lebih dari satu gejala berikut; mual, fotofobia, atau fonofobia  Tidak ada gejala atau tanda nyeri kepala sekunder

Manifestasi klinis :

- Bersifat episodic/kronik(bila serangan minimal 15 hari/bulan selama paling sedikit 6 bulan).

- Wanita > laki-laki

- Biasanya dimulai pada usia 20-40 tahun

- Lokasi nyeri terutama dahi, pelipis, belakang kepala, leher. Dapat menjalar ke bahu

- Kedinginan dapat jadi pemicu

- Pada kronis, biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasari (kecemasan, depresi)

- Tidak ada mual dan muntah - Bilateral.

(17)

8. Penatalaksanaan dari DS

Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intracranial lainnya. Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien lain berusaha menyangkalnya. Oleh sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas atau anti depresi serta modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya.

Farmakologis: 1. Sedativa 2. NSAIDs

Non-farmakologis:

 Botox Toxin A (Botox)  Akupuntur

 Kontrol-diet

 Hindari faktor pencetus

 Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin  Behaviour treatment

 Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit  perubahan posisi tidur.

 pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.  Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :

(18)

 Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televise.

 Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.  Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari.

Terapi preventif:

Edukasi dan konseling:

 Keluarga ikut meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.

 Keluarga ikut membantu mengurangi kecemasan atau depresi pasien, serta menilai adanya kecemasan atau depresi pada pasien

Kriteria Rujukan:

 Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke pelayanan sekunder (dokter spesialis saraf).

 Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke pelayanan sekunder (dokter spesialis jiwa).

9. Prognosis dan Komplikasi dari DS  Prognosis

Ad vitam : Bonam (Baik) Fungsional : Bonam (Baik)

Sanationam : Bonam (Terkendali dengan pengobatan pemeliharaan)

TTH dapat menyebabkan menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan, nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangya jika penyebab TTH berupa penyakit psikis. Prognosis penyait ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik.

Keterangan

a. Ad vitam : adalah menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan b. Fungsional : adalah menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau

fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.

c. Sanationam : adalah menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total, sehingga dapat beraktifitas seperti biasa.

(19)

d. Bonam : baik e. Sanam : sembuh f. Malam : buruk/jelek g. Dubia : ragu-ragu  Komplikasi -DAFTAR PUSTAKA

Arief mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media Aesculapius.

Dito Anugra. Neuroscience Department Brain and Sirculation Institute of Indonesia (BCII). Surya University. Indonesia

www.aan.com/continuum Tension-Type Headache

Copyright @ American Academy of Neurology. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.

Bogduk,N. 1995. Anatomy and physiology of headache.Australia : faculty of medicine and health science, University of Newcastle and University Drive. available at Elsevier, Paris.

Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner. Cerebrum. 2006. A Textbook of Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.69-70.

McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk. 2009.Nervous System disorders. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill Companies. Tanto, Chris,dkk. 2014. Kapita selekta kedokteran jilid II edisi IV: Jakarta: Media

Aesculapius

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31326/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015.

Slide ke 33. Nyeri Kepala. Zullies Ikawati's Lecture Notes. February 2009 : http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/headache.pdf

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER PELAYANAN PRIMER STANDAR PELAYANAN DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA EDISI 2013 Dito Anurogo. 2014. Tension Type Headache: Neuroscience Department, Brain and

Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia.

Akbar, Muhammad. 2010. Nyeri Kepala. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, berdasarkan data dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 42 (42%) mahasiswa sering paham bahwa perlunya pendekatan untuk

Untuk menjadi pengusaha kontrakor yang sukses harus pandai-pandai mengelola usaha tersebut, secara teknis ketika suatu perusahaan jasa kontraktor menangani suatu

Mempunyai dek atau dek untuk penerimaan dan penanganan yang dirancang dan di tata sedemikian rupa sehingga cukup luas untuk melakukan penanganan, penampungan, dan pemisahan

Rumusan masalah dalam perencanaan dan pembuatan mesin bor dan pelubang statis batu hias ini adalah: (1) Bagaimanakah membuat konstruksi mesin bor dan pahat

ELCB digunakan untuk mengamankan manusia dari bahaya tegangan sentuh dengan cara mendeteksi aliran arus gangguan yang melewati tubuh manusia. Besarnya arus gangguan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara

Abstrak: Manset rotator sendi bahu adalah sekelompok otot dan tendonnya yang mengelilingi dan menjaga keutuhan articulatio genohumerale dengan fungsi lain sebagai

Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio likuiditas digunakan rasio lancar (current ratio) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka