• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hematemesis Dan Melena Pada Pasien Sirosis Hepatis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hematemesis Dan Melena Pada Pasien Sirosis Hepatis"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

LATAR BELAKANG

 Sirosis hepatis adalah penyakit hepar menahun difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul yang mengelilingi

parenkim hepar.

 Gejala klinis dari sirosis hepatis sangat bervariasi  Hematemesis dan melena merupakan keadaan

yang diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas (upper gastrointestinal tract).

 Kebanyakan kasus hematemesis adalah keadaan gawat di rumah sakit yang menimbulkan kematian di rumah sakit.

(4)

 Ari F Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan kebanyakan penderita

perdarahan saluran cerna atas disebabkan oleh varises esofagus (33,5%).

 Tingginya angka penderita variss esofagus

dikarenakan adanya hubungan antara varises esofagus dengan penyakit hepatitis B dan C di Indonesia.

Penelitian Nasrul Zubir dan Julius (1992) di RSU Dr. M. Djamil Padang, jenis kelainan yang

ditemukan pada pemeriksaan endoskopi yang

terbanyak adalah varises esofagus sebanyak 196 penderita (23,17%).

(5)

BATASAN MASALAH

 Dalam referat ini akan dibahas mengenai

manajemen tatalaksana hematemesis dan melena pada pasien sirosis hepatis

(6)

TUJUAN PENULISAN

 Mengetahui manajemen tatalaksana hematemesis dan melena pada pasien sirosis hepatis.

(7)

METODE PENULISAN

 Metode penulisan referat ini adalah tinjauan

(8)

MANFAAT PENULISAN

 Tulisan ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan bagi dokter muda forensik tentang manajemen tatalaksana hematemesis dan melena pada pasien sirosis hepatis.

(9)
(10)
(11)

Insidens dan epidemiologi

 Insidensi sirosis hepatis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.

Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada, hanya laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja.

 Penderita sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1

 umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun.

(12)

Etiologi

 Di negara barat penyebab dari sirosis hepatis yang tersering akibat infeksi virus hepatitis B maupun C.

 Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan

penyebab terbanyak dari sirosis hepatis adalah virus hepatitis B 40%), virus hepatitis C (30-40%), dan penyebab yang tidak diketahui (10-20%)

(13)
(14)

Anatomi Hepar

 Hepar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan

 Merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks.5

Hepar menempati daerah hipokondrium kanan tetapi lobus kiri dari hepar meluas sampai ke epigastrium

(15)

 Hepar secara anatomis terdiri dari lobus kanan yang berukuran lebih besar dan lobus kiri yang berukuran lebih kecil.

 Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh ligamentum falsiforme.

Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar.

 Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamnetum falsiformis.

(16)
(17)

 Hepar memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta

hepatica dan dari aorta melalui arteri hepatika  Vena porta membawa darah yang kaya dengan

bahan makanan dari saluran cerna, dan arteri

hepatika membawa darah yang kaya oksigen dari sistem arteri.

Arteri dan vena hepatika ini bercabang menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih kecil membentuk kapiler di antara sel-sel hepar yang membentuk lamina hepatika

(18)
(19)

Fisiologi Hepar

 Hepar adalah suatu organ besar, dapat meluas, dan organ venosa yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah yang bermakna disaat volume darah berlebihan dan mampu menyuplai darah ekstra di saat kekurangan volume darah.

 Selain itu, hepar juga merupakan suatu kumpulan besar sel reaktan kimia dengan laju metabolisme yang tinggi, saling memberikan substrat dan energi dari satu sistem metabolisme ke sistem yang lain, mengolah dan mensintesis berbagai zat yang

diangkut ke daerah tubuh lainnya, dan melakukan berbagai fungsi metabolisme lain.

(20)

Fungsi metabolisme yang

dilakukan oleh hepar adalah

 Metabolisme karbohidrat  Metabolisme lemak

Metabolisme protein.

 Hepar merupakan tempat penyimpanan vitamin  Hepar menyimpan besi dalam bentuk ferritin.

(21)

Patofisiologi

 Infeksi virus hepatitis B dan C  septa pasif

mengalami kolaps dan kemudian berubah bentuk jadi jaringan parut  daerah porta yang satu dengan

lainnya atau porta dengan sentral (Bridging necrosis).

kerusakan parenkim dan peradangan pada sel

duktulus, sinusoid dan sel-sel retikuloendotelial

memacu terjadinya fibrogenesis menimbulkan septa aktif-->Septa aktif ini akan menjalar menuju ke dalam parenkim hati dan berakhir di daerah portal.

nekrosis jaringan parenkim memacu pula proses

regenerasi sel-sel hatimengganggu pula

pembentukan susunan jaringan ikat  susunan hati yang dapat dilihat pada sirosis hepatis.

(22)

KLASIFIKASI

Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hepatis atas 3 jenis, yaitu :

 Mikronodular  Makronodular  Campuran

(23)

Secara fungsional, sirosis hepatis

terbagi atas :

1. Sirosis Hepatis Kompensata

Sering disebut dengan latent cirrhosis hepar. Pada stadium kompensata ini belum terlihat

gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening. 2. Sirosis Hepatis Dekompensata

Dikenal dengan active cirrhosis hepar, dan

stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya ; asites, edema dan ikterus.

(24)

Diagnosis

1.Gambaran Klinik

Stadium awal

 perasaan mudah lelah dan lemah

 selera makan berkurang

 perasaaan perut kembung

 mual

 berat badan menurun

 pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, dan hilangnya dorongan seksualitas.

Stadium lanjut (sirosis dekompensata),

 hilangnya rambut badan

 gangguan tidur

 demam tidak begitu tinggi

 adanya gangguan pembekuan darah, pendarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.

(25)

2.Pemeriksaan Penunjang

 SGOT (serum glutamil oksalo asetat) atau AST (aspartat

aminotransferase) dan SGPT (serum glutamil piruvat transferase) atau ALT (alanin aminotransferase) meningkat tapi tidak begitu tinggi. AST lebih meningkat disbanding ALT. Namun, bila enzim ini normal, tidak mengeyampingkan adanya sirosis

 Alkali fosfatase (ALP), meningkat kurang dari 2-3 kali batas normal atas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer dan sirosis bilier primer.

 Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT), meningkat sama dengan ALP. Namun, pada penyakit hati alkoholik kronik, konsentrasinya meninggi karena alcohol dapat menginduksi mikrosomal hepatic dan

(26)

 Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis kompensata dan meningkat pada sirosis yang

lebih lanjut (dekompensata)

 Globulin, konsentrasinya meningkat akibat

sekunder dari pintasan, antigen bakteri dari sistem porta masuk ke jaringan limfoid yang selanjutnya menginduksi immunoglobulin.

 Waktu protrombin memanjang karena disfungsi sintesis factor koagulan akibat sirosis

 Na serum menurun, terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan ketidakmampuan

ekskresi air bebas.

 Pansitopenia dapat terjadi akibat splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta

(27)

Komplikasi

 Hipertensi Portal  Asites

 Peritonitis Bakterial Spontan

 Varises esophagus dan hemoroid.  Ensefalopati Hepatik.

 Sindroma Hepatorenal. Pada sindrom

hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oligouri, peningkatan ureum, kreatinin,

tanpa adanya kelainan organic ginjal. Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi

(28)
(29)
(30)

Definisi

 Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut, darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/ gumpalan/ cairan warna merah cerah) atau

berubah karena enzim dan asam lambung

menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi.

 Melena yaitu keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal (ter) dengan bau khas yang

menunjukkan perdarahan saluran cerna atas serta dicernanya darah pada usus halus.

(31)

Etiologi

 Penyebab terbanyak terjadinya hematemesis dan melena pada pasien dengan sirosis hepatis adalah

pecahnya varises esofagus.

Perdarahan varises secara khas terjadi mendadak

dan masif, kehilangan darah gastrointestinal kronik jarang ditemukan.

 Perdarahan varises esofagus atau lambung biasanya disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi

sekunder akibat sirosis hepatis.

 Angka kejadian pecahnya varises esofagus yang

(32)

Patofisiologi

 Varises esofagus merupakan akibat langsung hipertensi porta karena peningkatan tahanan aliran porta dan peningkatan aliran darah yang asuk ke vena porta. Hal tersebut sejalan dengan

hukum Ohm yang menyebutkan bahwa tekanan vena porta

adalah hasil dari tahanan vaskular (R) dan aliran darah (Q) pada bagian porta (P=QxR).

 Peningkatan tahanan (R) terjadi melalui dua cara : mekanik dan dinamik. Tahanan mekanik disebabkan oleh gangguan struktur vaskular hati akibat fibrosis, nodul regenratif dan deposisi kolagen di ruang disse, sedangkan tahanan dinamik dikarenakan

peningkatan tonus vaskular hati yang dimodulasi oleh vasokonstriksi endogen seperti norepinefrin, endotelin I, angitensin II, leukotrien dan tromboksan A2. Peningkatan

vasokonstriktor endogen diakibatkan oelh disfungsi endotel serta penurunan bioavaibilitas nitrit oksida.

(33)

 Penyebab peningkatan aliran darah (Q) adalah

peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan

vaskuler sistemik. Hal tersebut mengakibatkan sirkulasi meningkat dengan vasodilatasi arteri sistemik dan

splanknik, yang semakin memperburuk hipertensi porta. Selain itu, sebagai usaha mendekompensasi sistem vena porta, faktor-faktor angiogenik akan membentuk

pembuluh darah kolateral sehingga terjadi hubungan

antar sirkulasi sistemik dengan porta. Hal tersebut justru menambah aliran darah yang akan memperburuk

hipertensi porta.

 Peningkatan tekanan porta (hipertensi porta)

menyebabkan dilatasi pembuluh darah terutama yang berasal dari vena azygos, yang kemudian menyebab varises. Varises terjadi jika terdapat peningkatan

perbedaan tekanan antara vena porta dan vena hepatika lebih dari 10 mmHg. Varises akan semakin berkembang akibat peningkatan aliran darah ke tempat varises dan terjadi ruptur.

(34)

MANAJEMEN TATALAKSANA

HEMATEMESIS DAN MELENA PADA

SIROSIS HEPATIS

1. Tatalaksana Umum

Tindakan umum terhadap pasien diutamakan

airway-breathing-circulation (ABC). Terhadap pasien yang

stabil setelah pemeriksaan memadai, segera dirawat untuk terapi lanjutan atau persiapan endoskopi. Untuk pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih agresif seperti Dalam melaksanakan tindakan umum ini, pasien

dapat diberikan terapi :

 Transfusi darah

Pemberian Vitamin K

(35)

 2. Tatalaksana Khusus

 Terapi medikamentosa dengan obat

vasoaktif:Glipressin ( Vasopressin),Somastostatin  Terapi mekanik dengan balon Sengstaken

Blackmore atau Minesota

 Terapi endoskopi :Ligasi ,Skleroterapi

Terapi radiologi : pemasangan Transjugular

Intrahepatic Portosystemic Shunting (TIPS) dan

perkutaneus obliterasi spleno-porta

 Terapi pembedahan:Transeksi esofagus + devaskularisasi

(36)

Algoritma 1. Tatalaksana perdarahan

akut varises esofagus

(37)

Algoritma 2. Tata cara pemberian

‘Sandostatin’

(38)
(39)

Kesimpulan

 Penyakit sirosis hepatis mempunyai berbagai macam klinis dan komplikasi. Salah satu komplikasi yang

terbanyak yaitu hematemesis dan melena. Penyebabnya dikarenakan fibrosis pada hati yang menyebabkan

hipertensi porta yang nantinya akan berefek terhadap vena-vena di esofagus melebar yang disebut varises

esofagus. Hal ini jika dibiarkan akan menyebabkan pecah sehingga akan terjadi perdarahan yang sangat hebat dan bahkan bisa menimbulkan kematian.

 Tatalaksana hematemesis dan melena pada pasien

sirosis hepatis tidaklah gampang, hal ini perlu ketelitian obat dan manejemen yang baik karena jika tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan perdarahan berulang. Tatalaksananya meliputi tatalaksana umum dan

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Syariat Hukum Islam merupakan alat dalam penegakan perzinahan yang. terdiri dari al-Quran dan hadist, dalam menetapkan aturan hukum

Apabila statu sampel direaksikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi maka dapat dikatakan bahwa

Judul skripsi ini adalah “Word of Mouth Communication terhadap Keputusan Penggunaan Jasa” (Studi Korelasional Pada Kursus Bahasa Inggris Yayasan Pengembangan

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Gabungan fitur statistik dari urat dan tekstur daun dengan fitur dimensi fraktal pinggiran daun mengungguli hasil gabungan dari ekstraksi fitur berbasis pada dekomposisi wavelet di

Prosedur persetujuan pemberitahuan terlebih dahulu tidak berlaku bagi perpindahan lintas batas yang disengaja dari organisme hasil modifikasi genetik yang ditetapkan dalam

Selanjutnya pada pergeseran yang kedua yaitu dengan kondisi sebagian sinyal x(t) high bertemu dengan sinyal h(t) low penuh maka akan menghasilkan sinyal dengan bentuk

Dalam hal ini peneliti langsung meminta informasi atau penjelasan tentang bagaimana KJKS Baituttamwil Tamzis cabang pasar induk Wonosobo dalam menerjemahkan