• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi HTN Ananto Herlambang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Skripsi HTN Ananto Herlambang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

A.

A. Latar Latar Belakang Belakang MasalahMasalah

Pemerintahan sistem presidensial adalah suatu sistem pemerintahan Pemerintahan sistem presidensial adalah suatu sistem pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan  perwakilan

 perwakilan rakyat, rakyat, dengan dengan kata kata lain lain kekuasaan kekuasaan eksekutif eksekutif berada berada diluardiluar  pengawasan

 pengawasan (langsung) (langsung) parlemen.parlemen.11  Dalam tipe ini kedudukan eksekutif  Dalam tipe ini kedudukan eksekutif tidak tergantung kepada badan perwakilan rakyat, adapun dasar hukum tidak tergantung kepada badan perwakilan rakyat, adapun dasar hukum kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat.

kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat.22

Oleh karena itu, melalui amandemen Undang-Undang Dasar Oleh karena itu, melalui amandemen Undang-Undang Dasar  Negara

 Negara Republik Republik Indonesia Indonesia Tahun Tahun 1945, 1945, kepala kepala negara negara dan dan kepalakepala  pemerintahannya

 pemerintahannya adalah adalah seorang seorang Presiden, Presiden, dan dan Presiden Presiden beserta beserta wakilnyawakilnya dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan dilakukan secara demokratis, Pasal dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan dilakukan secara demokratis, Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa:

menyatakan bahwa:

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan

hanya untuk satu kali masa jabatan ”.”.

Pergantian Presiden merupakan sebuah proses yang umum terjadi Pergantian Presiden merupakan sebuah proses yang umum terjadi di setiap negara, yang menerapkan sistem republik. Proses ini di setiap negara, yang menerapkan sistem republik. Proses ini

1

1  Titik Triwulan Tutik,  Titik Triwulan Tutik,  Konstruksi  Konstruksi Hukum Hukum Tata Tata Negara Negara Indonesia Indonesia Pasca Pasca AmandemenAmandemen UUD 1945

UUD 1945, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 151., (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 151. 2

2  Moh. Mahfud MD,  Moh. Mahfud MD,  Membangun  Membangun Politik Politik Hukum, Hukum, Menegakkan Menegakkan KonstitusiKonstitusi, (Jakarta:, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 72-73.

(2)

menunjukkan suatu negara dari pemimpin yang terdahulu, atau juga menunjukkan suatu negara dari pemimpin yang terdahulu, atau juga merupakan proses kesadaran rakyat untuk memilih seseorang atau partai merupakan proses kesadaran rakyat untuk memilih seseorang atau partai yang dianggap mampu menampung aspirasi mereka.

yang dianggap mampu menampung aspirasi mereka.33

Dalam hal pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden, Dalam hal pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Pasal 6A ayat (5) tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan:

menyatakan:

““Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil PresidenTata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur

lebih lanjut diatur dalam undang-undang dalam undang-undang ”.”.

Undang Undang yang dimaksud untuk pemilihan umum Presiden Undang Undang yang dimaksud untuk pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden adalah Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017. dan Wakil Presiden adalah Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017. Undang-Undang ini memberikan pengaturan teknis dalam pemilihan Undang-Undang ini memberikan pengaturan teknis dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, agar pemilihan umum dapat dilaksanakan Presiden dan Wakil Presiden, agar pemilihan umum dapat dilaksanakan secara demokratis. Dalam perkembangan politik dan ketatanegaraan saat secara demokratis. Dalam perkembangan politik dan ketatanegaraan saat ini adalah mengenai mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini adalah mengenai mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan secara serentak dengan pemilu legislatif.

yang dilaksanakan secara serentak dengan pemilu legislatif.

Pemilihan umum yang kemudian disingkat menjadi pemilu, dan Pemilihan umum yang kemudian disingkat menjadi pemilu, dan selanjutnya kata

selanjutnya kata  pemilu pemilu  begitu  begitu akrab akrab dengan dengan masalah masalah politik politik dandan  pergantian

 pergantian pemimpin, pemimpin, karena karena pemilu, pemilu, politik, politik, dan dan pergantian pergantian pemimpinpemimpin saling berkaitan. Pemilu yang diselenggarakan tidak lain adalah masalah saling berkaitan. Pemilu yang diselenggarakan tidak lain adalah masalah

3 3

  Harun Alrasyid,

  Harun Alrasyid,  Pemilihan  Pemilihan Presiden Presiden dan dan Pergantian Pergantian Presiden Presiden Dalam Dalam Hukum Hukum PositifPositif  Indonesia,

(3)

 politik yang berkaitan dengan masalah pergantian pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata  pemilihan  berasal dari kata dasar  pilih yang artinya “dengan teliti memilih”, tidak dengan sembarangan saja, mengambil mana-mana yang disukai, mencari atau mengasingkan mana mana yang baik, menunjuk orang, calon.4  Kata umum  berarti “mengenai seluruhnya atau semuanya, secara menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus (tertentu) saja.5

Dengan demikian, kata  pemilihan umum  adalah memilih dengan cermat, teliti, seksama sesuai dengan hati nurani seorang wakil yang dapat membawa amanah dan dapat menjalankan kehendak pemilih. Menurut Ali Moertopo, pemilihan umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi.6 Manuel Kaisiepo menyatakan:

“Memang telah terjadi tradisi penting hampir -hampir disakralkan dalam  berbagai sistem politik di dunia. Lebih lanjut dikatakannya pemilihan umum penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah yang dicari. “Pemilihan umum yang berfungsi mempertahankan status quo bagi rezim yang ingin terus bercokol dan bila pemilihan umum dilaksanakan dalam konteks ini, maka legitimasi dan status quo inilah yang dipertaruhkan,  bukan soal demokrasi yang abstrak dan kabur ukuran-ukurannya itu”.7

Dari sudut pandang Hukum Tata Negara, pemilihan umum merupakan proses politik dalam kehidupan ketatanegaraan sebagai sarana

4  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,  Kamus Besar Bahasa  Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 683.

5 Ibid , hlm. 989.

6 Ali Moertopo, Strategi Pembangunan Nasional , CSIS, 1981, hlm. 179-190, lihat Bintan R. Saragih,  Lembaga-lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia , (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1988), hlm. 167.

(4)

menunjuk pembentukan lembaga-lembaga perwakilan yang mengemban amanat rakyat. Menurut Sri Soemantri, “ pemilu yang dilaksanakan harus merupakan pemilihan umum yang bebas, sebagai syarat mutlak bagi  berlakunya demokrasi, dan dapat dihubungkan dengan kenyataan dimana nilai suatu pemerintahan untuk sebagian besar bergantung kepada orang orang yang duduk di dalamnya ”.8 Hal ini, perlu juga harus diyakini bahwa  pemilu adalah bentuk partisipasi politik rakyat atau warga negara yang  paling dasar untuk menentukan pemerintahan dan program yang sesuai dengan keinginannya, paling tidak pemerintah atau program yang dapat diterimanya.9

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia yang beraneka budaya memiliki rasa kebangsaan untuk membangun bangsanya sendiri. Masyarakat memiliki kebebasan dalam bidang politik dan bebas menyatakan pendapat atau berserikat. Salah satu kebebasan politik adalah keikutsertaannya dalam pemilihan umum.

Kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dapat dilakukan dengan pemberian suara dalam pemilihan umum. “ Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat  yang pada hakikatnya merupakan pengakuan dan perwujudan dari hak-hak politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak-hak-hak

8  Sri Soemantri Martosoewignjo, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), hlm. 16.

9 Bintan R. Saragih,  Lembaga-lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia , (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1988), hlm. 168.

(5)

tersebut oleh rakyat kepada wakil-wakilnya untuk menjalankan  pemerintahan”.10

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, menyatakan bahwa  pemilihan umum merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Sesuai asas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka semua itu dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Oleh karena itu,  pemilu adalah suatu syarat yang mutlak bagi negara demokrasi untuk

melaksanakan kedaulatan rakyat.11

Hal ini berarti, pemilihan umum harus diselenggarakan dengan demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Selain itu, pemilihan umum juga merupakan suatu cara untuk menyatakan hasrat rakyat terhadap garis-garis politik pemerintah. Oleh karena itu, pemilu merupakan sarana rakyat untuk menentukan garis-garis  politik pemerintah.

Ismail Sunny menyatakan:

“ bahwa pemilihan umum adalah suatu kepastian dan suatu lembaga yang sangat vital untuk demokrasi. Suatu pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam jangka waktu tertentu rakyat akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap garis-garis politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat dan terhadap orang-orang yang harus melaksanakan kebijaksanaan itu”.12

Pemilihan umum juga merupakan upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia untuk tetap terus dalam

10  A.S.S., Tambunan,  Pemilu di Indonesia dan Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,  DPRD, (Bandung: Binacipta, 1995), hlm. 3.

11  Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,  Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, 1983), hlm. 329.

(6)

 penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilihan umum merupakan suatu keharusan bagi suatu negara yang menamakan dirinya sebagai negara demokrasi serta pemilihan umum dianggap penting dalam proses kenegaraan, setidak-tidaknya “ada dua manfaat yang sekaligus sebagai tujuan atau sasaran langsung yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pemilu, yaitu pembentukan atau pemupukan kekuasaan yang absah (otoritas) dan mencapai tingkat keterwakilan politik ( political representativeness).13

Arbi Sanit menyimpulkan bahwa “ pemilu pada dasarnya memiliki empat fungsi utama yakni: 1) pembentukan legitimasi penguasa dan  pemerintah; 2) pembentukan perwakilan politik rakyat; 3) sirkulasi elite  penguasa; dan 4) pendidikan politik ”.14 Oleh karena itu, pemilihan umum  bertujuan untuk:

1. memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib;

2. melaksanakan kedaulatan rakyat; dan

3. melaksanakan hak-hak asasi warga negara15.

Menurut Siti Komariah, pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebenarnya mempunyai empat kerangka konsepsional.16

13 Parulian Donald, Menggugat Pemilu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 5. 14 Arbi Sanit, Partai, Pemilu dan Demokrasi, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 158. 15 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, op. Cit , hlm. 330.

(7)

a. Konstitusi menghendaki agar pemilihan umum dilaksanakan setiap lima tahun sekali dan dihindari pemilihan umum yang lebih dari satu kali dalam lima tahun, kecuali karena keadaan darurat;

 b. Memberikan kedaulatan kepada rakyat secara langsung untuk memilih dan menentukan presidennya, tanpa ada censorship  baik dari lembaga perwakilan, apalagi dari partai politik;

c. Jalan tengan antara pemberian peran kepada partai politik dan calon perseorangan; dan

d. Terkait dengan pembangunan partai politik dan sistem  pemerintahan presidensial yang kuat, yaitu dengan memberi peran eksklusif kepada partai politik untuk mengajukan pasangan calon  presiden dan wakil presiden yang ikut dalam pemilihan presiden

dan wakil presiden langsung oleh rakyat.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Sehingga, kepala pemerintahan dan kepala negaranya adalah seorang Presiden. Presiden dalam bentuk negara republik dipilih untuk setiap periode tertentu. Dengan demikian,  pergantian Presiden di negara berbentuk republik merupakan sebuah  proses yang harus dilakukan dan umum terjadi.

Menurut Harun Alrasid menyatakan:

16 Siti Komariah, “ Berkaca Pada Pemilu 1955 dan 2004, serta Membangun Partisipasi  Politik Perempuan”, Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta, 8 April 2009.

(8)

“kedudukan lembaga Presiden merupakan kedudukan yang paling sentral dalam sebuah sistem pemerintahan republik. Presiden merupakan eksekutor terhadap seluruh kebijakan ekonomi, politik, kebudayaan, dan  pertahanan yang diambil. Berjalannya mekanisme roda pemerintahan

sebuah negara sangat tergantung oleh lembaga ini, maka lembaga ini tak  pernah luput dari perebutan posisi, mengingat sentralnya kedudukan ini”.17 Pengusulan calon presiden dan wakil presiden dilakukan oleh  partai politik atau gabungan partai partai politik, sebagaimana ketentuan Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Partai politik yang dimaksud ialah partai politik peserta  pemilu, yakni partai politik yang telah melalui tahapan pendaftaran, verifikasi dan penetapan sebagai peserta pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Berdasarkan hal demikian, maka dapat dipahami bahwa satu satunya mekanisme untuk menjadi Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah melalui usulan partai politik atau gabungan partai politik peserta  pemilu. Dengan kata lain, hak untuk mengajukan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah hak eksklusif partai politik peserta pemilu dan tidak diperkenankan atau tidak ada kemungkinan sama sekali bagi  pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden perseorangan atau independen diluar dari yang diusulkan partai politik atau gabungan partai  politik tersebut, dan yang diusulkan oleh organisasi non-partai.18

17  Harun Alrasid,  Pemilihan Presiden dan Pergantian Presiden Dalam Hukum Positif  Indonesia, (Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1997), hlm. 9.

18  Hanta Yuda A.R.,  Presidensialisme Setengah Hati: dari Dilema ke Kompromi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 94.

(9)

Pengusulan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diatur  pula di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum, antara lain di dalam Pasal 222, yaitu :

“ Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan  Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi  paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional  pada Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelumnya”.

Berdasarkan Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tersebut, persyaratan perolehan kursi yang harus dipenuhi oleh partai  politik atau gabungan partai politik peserta pemilu untuk dapat mengusulkan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, yakni paling sedikit 20% dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau memperoleh 25% dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa  berdasarkan hukum positif  presidential threshold   di Indonesia sebesar 25% suara sah nasional dari hasil pemilu legislatif atau 20% kursi  parlemen yang terpilih.

Dengan demikian, salah satu wujud dari kedaulatan rakyat adalah  penyelenggaraan pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui  partisipasi rakyat seluas-luasnya berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

(10)

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam proposal skripsi yang berjudul PENETAPAN AMBANG BATAS PEROLEHAN SUARA ( PRESIDENTIAL THRESHOLD) DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam proposal ini adalah Bagaimana Ketentuan Penetapan Ambang Batas Perolehan Suara ( Presidential Threshold ) Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang diajukan oleh partai politik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia yang menganut sistem multipartai

C. Pembatasan Masalah

Di dalam penulisan proposal skripsi ini penulis hanya membatasi Bagaimana penetapan ambang batas perolehan suara ( presidential threshold ) dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana Ketentuan Mengenai  Presidential threshold   dalam Keterkaitannya dengan Hak Partai Politik untuk Dapat Mengusulkan Calon Presiden dan Wakil Presiden?

(11)

 b. Apakah Dengan Diterapkannya Penetapan Ambang Batas Perolehan Suara ( Presidential threshold ) Menjadi Syarat Partai Politik Dalam Mengajukan Diri Sebagai Peserta Pemilihan Umum?

E. Landasan Teori

Teori Pemilihan Umum

Pemilu menurut  Joseph Schumpeter adalah salah satu utama dari sebuah demokrasi merupakan suatu konsepsi, salah satu konsepsi modern yang menempatkan penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan  berkala sebagai kriteria utama bagi sebuah sistem politik agar dapat disebutkan sebuah demokrasi19. Pemilu merupakan suatu pencerminan dari sistem demokrasi, dengan dilakukannya pemilu dianggap dapat menyuarakan suara rakyat yang sesungguhnya. Di negara-negara yang demokratis, pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijaksanaan  pemerintah dan sistem politik yang berlaku, oleh sebab pemberian suara  pada saat pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik rakyat.20

Pemilu merupakan cara yang paling kuat bagi rakyat untuk  partisipasi dalam demokrasi perwakilan modern. Joko Prihatmoko mengutip dalam  Journal of Democracy, bahwa “ pemilu disebut

19 Joseph Schumpeter, Capitalusm, Socialsm, and Democracy, New Nork Jarper, 1947. 20  Sudijono, Sastroatmodjo,  Perilaku Politik , Semarang: IKIP, Semarang Press, 1995, hlm.7.

(12)

“bermakna” apabila memenuhi kriteria, yaitu keterbukaan, ketepatan, keefektifan”.21

Sebagai salah satu sarana demokrasi, Pemilihan Umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang terbuka dan bersifat massal, sehingga diharapkan dapat berfungsi dalam proses pendewasaan dan  pencerdasan pemahaman politik masyarakat. Melalui pemilu akan terwujud suatu infrastruktur dan mekanisme demokrasi serta membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Masyarakat diharapkan pula dapat memahami bahwa fungsi pemilu itu adalah sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah, dan  pergantian pemerintah secara teratur.22

Pemilu juga merupakan ajang perebutan kekuasaan yang sah dalam demokrasi. Melalui pemilu rakyat mendapatkan kedaulatan yang sepenuhnya. Suara terbesar dari rakyatlah yang akan menentukan pihak mana yang boleh memegang kekuasaan. Namun, justru disanalah dilema demokrasi. Ia menjunjung tinggi suara terbanyak, namun meminggirkan  pihak minoritas. Pemilu merupakan wahana kompetisi yang mengharuskan

adanya pemenang di atas pihak yang kalah.

 Namun pada dasarnya, ada 3 (tiga) tujuan dari Pemilihan Umum yakni:

21  Elkit, J dan Sevenson,  Journal Of Democracy, Page 8 dalam prihatmoko, Joko J  Mendemokratiskan Pemilu, Yogyakarta Pustaka Belajar, 2008.

22  Syamsuddin Haris,  Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988, hlm. 152.

(13)

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum. Dalam demokrasi, kedaulatan rakyat sangat dijunjung tinggi sehingga dikenal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam sistem demokrasi perwakilan rakyat memiliki kedaulatan penuh akan tetapi pelaksanaan dilakukan oleh wakil wakilnya melalui lembaga perwakilan atau parlemen. Wakil rakyat tidak bisa sembarang orang, harus seseorang yang memiliki otoritas ekonomi atau kultural sangat kuat pun tidak layak menjadi wakil rakyat tanpa moralitas, integritas, dan akuntabilitas yang memadai. Karena itu diselenggarakan pemilihan umum sebagai mekanisme  penyeleksi dan pendelegasian kedaulatan kepada orang atau partai; 2. Pemilihan umum juga merupakan mekanisme memindahkan konflik

kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi atau kesatuan masyarakat tetap terjamin. Manfaat pemilu ini berkaitan dengan asumsi bahwa masyarakat memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan saling  bertentangan, dan pertentangan itu semestinya diselesaikan melalui  proses musyawarah; dan

3. Pemilihan umum merupakan sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat terhadap proses politik. Hal yang terakhir semakin urgent, karena ada jarak yang lebar antara proses  pengambilan kebijakan dan kepentingan elit dengan aspirasi rakyat

(14)

yang setiap saat bisa mendorong ketidakpercayaan terhadap partai  politik dan pemerintah.23

Asas-asas dalam pemilu yakni terdiri dari:

1. Langsung: rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nurani, tanpa perantara.

2. Umum: mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi  berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,

kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

3. Bebas: setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari siapapun.

4. Rahasia: dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa  pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun.

5. Jujur: dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara  pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu maupun pemilih harus bertindak jujur sesuai dengan peraturan  perundang-undangan.

(15)

6. Adil: dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilu dan peserta  pemilu mendapat peralatan yang sama, serta bebas dari kecurangan  pihak manapun.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembahasan serta memberikan gambaran yang  jelas tentang topik permasalahan, maka penulis memberikan definisi

sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar tertulis, konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus tahun 1945. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengalami 4 kali amandemen (perubahan) yang mengubah susunan lembaga lembaga dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.

 b. Pemilihan Umum adalah menurut M. Rusli Karim  pengertian Pemilihan umum merupakan salah satu sarana utama untuk menegakkan tatanan demokrasi (kedaulatan rakyat), yang berfungsi sebagai alat menyehatkan dan menyempurnakan demokrasi, bukan sebagai tujuan demokrasi .

(16)

Menurut Kusnardy dan Harmaily Ibrahim, juga mengatakan Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah suatu keharusan pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Sesuai asas  bahwa rakyatlah yang berdaulat maka semua itu dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Oleh karena itu pemilu adalah suatu syarat yang mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat

c.  Presidential threshold  menurut Titik Triwulan Tutik adalah ambang  batas bagi partai politik atau gabungan partai politik untuk

mengajukan calon presiden atau wakil presiden. G. Metodologi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa masalah yang saling terkait dalam proses  pembahasannya yang diharapkan mampu menambah bahan penelitian  bidang pengetahuan hukum, khususnya Hukum Tata Negara.

Untuk mengetahui bagaimana ketentuan  presidential threshold  dalam keterkaitannya dengan hak partai politik untuk dapat mengusulkan calon Presiden dan Wakil Presiden serta apakah dengan diterapkan sistem  presidential threshold   menjadi syarat partai politik untuk mengajukan diri sebagai peserta pemilihan umum.

(17)

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan  pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang banyak mengumpulkan data dari studi kepustakaan maupun pendapat dari doktrin atau pendapat ahli hukum.

3. Tipe Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka tipe penelitian dalam  penulisan karya ilmiah ini adalah tipe penelitian deskriptif. Maksudnya  penelitian ini hanya mencari atau memaparkan hasil penelitian yang  bersumber dari studi kepustakaan, undang-undang, dan lain sebagainya. 4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis menggunakan metode  penelitian hukum normatif atau studi kepustakaan.

5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan pada peraturan  peraturan hukum yang berlaku serta dalam hal ini penelitian dilakukan

dengan berawal dari penelitian terhadap data sekunder.

Adapun cara-cara yang digunakan penulis untuk menghimpun data pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan menghimpun dan meneliti

(18)

data-data yang berasal dari literatur, referensi, internet dan artikel-artikel media cetak yang berkaitan dengan kajian penelitian yang  penulis buat.

6. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan tentang hukum, tentang ambang batas perolehan suara ( presidential threshold ) dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

 b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam penyelesaian program studi strata satu jurusan ilmu hukum pada fakultas hukum universitas muhammadiyah  jakarta.

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum normatif ini, metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan (library research), untuk memperoleh data sekunder meliputi:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat seperti peraturan-peraturan yang terkait dengan pemilihan kepala daerah.

(19)

 b. Bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku hukum, hasil  penelitian hukum, hasil-hasil penelitian, hasil karya analisis ahli

hukum.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

8. Teknik Pengolahan Data

Untuk menjawab rumusan permasalahan dalam penelitian ini digunakan metode penelitian analisis kualitatif, yaitu data sekunder  berupa bahan-bahan primer, sekunder dan tersier dihubungkan satu sama lain dan/atau ditafsirkan dalam usaha mencari jawaban atas masalah penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yang tersusun secara sistematis. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut :

(20)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,  pembatasan, rumusan masalah, landasan teori, definisi operasional,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMILIHAN UMUM

Pada bab ini penulis akan memaparkan sejarah pemilihan umum di Indonesia.

BAB III: PENGATURAN TENTANG SISTEM P R E S I D E N T I A L

T H R E SH O LD  DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN

DAN WAKIL PRESIDEN

Pada bab ini penulis akan membahas bagaimana pengaturan tentang presidential threshold  bagi partai politik dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden disertai dengan undang-undang yang mengatur tentang pemilihan umum dan ketentuan yang mengatur tentang presidential threshold .

BAB IV: PENETAPAN AMBANG BATAS PEROLEHAN SUARA

(P R E S I D E N T I A L THRESHOLD) DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Penulis akan memaparkan ketentuan mengenai  presidential threshold  bagi partai politik dalam mengusulkan presiden dan

(21)

wakil presiden serta syarat-syarat dan tahapan-tahapan partai  politik dalam mengikuti pemilihan umum.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang dapat dijadikan acuan dalam  penyelesaian terhadap permasalahan yang timbul.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arbi Sanit, Partai, Pemilu dan Demokrasi, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1997.

A.S.S. Tambunan,  Pemilu di Indonesia dan Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,  DPRD, Binacipta, Bandung, 1995.

Bintan R. Saragih,  Lembaga-lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di  Indonesia, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1988.

Harun Alrasyid,  Pemilihan Presiden dan Pergantian Presiden Dalam Hukum  Positif Indonesia, YLBHI, Jakarta, 1997

Ismail Sunny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta, 1984.

Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta, 2010.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia , Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, 1983.

M. Rusli Karim,  Pemilu Demokratis Kompetitif , Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.

Parulian Donald, Menggugat Pemilu, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik , Grasindo, Jakarta, 1992.

Sri Soemantri Martosoewignjo, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989.

(23)

Sodikin,  Hukum Pemilu: Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Gramata Publishing, Bekasi, 2014.

Syamsudin Haris,  Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1988.

Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik , Semarang IKIP, Semarang Press, 1995. Titik Triwulan Tutik,  Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan pergaulan yang luas di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsrat membuat keterpengaruhan yang besar kepada mahasiswa untuk bisa di akui teman- temannya dengan

Tak terkecuali dengan guru PPKn, dalam penelitian Fitriany Indri Sapitri (2015) disebutkan bahwa guru mengalami hambatan dalam implementasi kurikulum 2013 pada

Pada aplikasi yang dibuat, AR berorientasikan pada sebuah marker yang digunakan sebagai alat peraga yang diidentifikasi dengan menggunakan handphone, dengan catatan

Hasil analisis kontribusi dari aspek determinan intensi terhadap intensi untuk makan sehat dan pada perilaku makan sehat .... Hasil Uji

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

Proses pembuatan mesin injection molding hand-press ini diharapkan dapat memberikan spesimen komposit dengan sifat mekanis yang sesuai dengan material yang digunakan pada

Kami melihat beberapa hal penting dampak lagu anak-anak yang dinyanyikan baik oleh orang tua kepada anak atau ketika anak mendengarkan lagu-lagu tersebut.  Sarana Komunikasi ,