• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007

Disampaikan pada :

RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL CLARION, MAKASSAR

25 - 28 MARET 2008

I. PENDAHULUAN

™ RPJMN 2004-2009 di sektor industri mengamanatkan 3 (tiga) kebijakan pokok pembangunan industri, yaitu:

a. Peningkatan daya saing industri b. Peningkatan kapasitas industri

c. Peningkatan peranan sektor pendukung industri

™ Peningkatan daya saing industri dilakukan melalui perbaikan iklim usaha dan penyelesaian masalah-masalah yang menghambat perkembangan industri. Peningkatan kapasitas industri dilakukan melalui peningkatan investasi industri dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Peningkatan peranan sektor pendukung industri dilakukan melalui pembangunan kawasan industri, pengembangan kapasitas diklat dan penguatan kelembagaan pengawasan standarisasi, akreditasi dan pengendalian mutu.

™ Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional di bidang industri, maka Departemen Perindustrian, Dinas Perindag Provinsi/ Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaan 3 (tiga) kebijakan pokok di atas. Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah Dinas Perindag memiliki tanggung jawab untuk membina dan mengembangkan industri di

(2)

wilayahnya masing-masing sesuai dengan arah kebijakan yang tercantum dalam RPJM daerah yang bersangkutan.

™ Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan di bidang industri, acuan yang dipakai adalah 3 (tiga) kebijakan pokok tersebut sebagai landasan untuk penyusunan kegiatan-kegiatan Departemen Perindustrian yang akan dilaksanakan dengan azas Pembantuan di Kabupaten/ Kota.

™ Dalam hal ini Departemen Perindustrian mengambil kebijakan bahwa pelaksanaan Tugas pembantuan diserahkan kepada Kabupaten / kota.

II. TUGAS PEMBANTUAN

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah :

1. KEPPRES No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

3. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

4. PP No. 79 tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

5. PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

6. PP No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

(3)

B. Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembantuan Meliputi :

1. Perencanaan, Program, dan Penganggaran

a. Perencanaan, program, dan penganggaran kegiatan Tugas Pembantuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional.

b. Departemen Perindustrian merumuskan Tugas Pembantuan kepada Kabupaten / Kota dalam rancangan Rencana Kerja

( Renja ) Departemen Perindustrian.

c. Renja Departemen Perindustrian disampaikan kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua Bappenas sebagai bahan koordinasi dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas).

d. Bappenas bersama Departemen Perindustrian melakukan penelaahan Renja yang memuat rumusan tentang tugas permbantuan yang akan ditugaskan dan hasilnya akan digunakan sebagai bahan penyusunan Renja-KL dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

e. Renja-KL, RKP dan Anggaran belanja Pemerintah Pusat ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

f. Lingkup Tugas Pembantuan dan besarnya anggaran yang akan dilaksanakan oleh kabupaten/Kota ditetapkan dalam Peraturan Menteri perindustrian dengan tembusan kepada Menteri dalam

(4)

Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan nasional.

g. Tugas Pembantuan dari Departemen Perindustrian didanai dari APBN Departemen Perindustrian. Penganggaran dana Tugas Pembantuan dituangkan dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Departemen Perindustrian.

h. RKA-KL yang telah ditetapkan Pemerintah berupa DIPA Tugas Pembantuan disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk diberitahukan kepada DPRD Kabupaten/Kota pada saat pembahasan RAPBD.

i. Setelah menerima RKA Departemen Perindustrian tentang Tugas Pembantuan, Bupati/Walikota menyampaikan usulan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola Tugas Pembantuan kepada Departemen Perindustrian.

j. RKA Departemen Perindustrian tentang Tugas Pembantuan menjadi dasar dalam penyusunan DIPA Tugas Pembantuan.

k. SKPD dan DIPA Tugas Pembantuan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.

l. Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik.

m. Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan Tugas Pembantuan merupakan penerimaan negara dan wajib disetor oleh Pejabat

(5)

Kuasa Pengguna Anggaran ke rekening Kas Umum Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

n. Dalam hal pelaksanaan Tugas Pembantuan terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran, saldo tersebut harus disetor ke rekening Kas Umum Negara.

2. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

a. Bupati / Walikota membentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati / Walikota.

b. Bupati / Walikota memberitahukan kepada DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan Tugas Pembantuan.

c. Dalam melaksanaan Tugas Pembantuan, Bupati/Walikota berpedoman pada norma, standar, pedoman, kriteria, dan kebijakan pemerintah, serta keserasian, kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.

d. Kepala SKPD melaksanakan Tugas Pembantuan atas nama Bupati / Walikota menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Menteri Perindustrian selaku pemberi Tugas Pembantuan.

f. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud digunakan sebagai bahan perencanaan, pembinaan, pengendalian, dan evaluasi.

(6)

g. Kepala SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran / Barang Tugas Pembantuan bertanggung jawab atas pelaksanaan dana Tugas Pembantuan.

h. Kepala SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran / Barang wajib menyelenggarakan akuntansi dan bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang.

i. Penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari penatausahaan keuangan dan barang dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan desentralisasi.

3. Pengelolaaan Barang Milik Negara Hasil Pelaksanaan Tugas Pembantuan

a. Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan Tugas Pembantuan merupakan Barang Milik Negara.

b. SKPD melakukan penatausahaan Barang Milik Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Barang milik negara yang diperoleh dari pelaksanan Tugas Pembantuan dapat dihibahkan kepada daerah.

d. Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang

(7)

tersebut dilaksanakan oleh Bupati / Walikota sebagai barang milik daerah.

4. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Tugas Pembantuan

a. Pertanggungjawaban dan pelaporan Tugas Pembantuan mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas.

b. Aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi dan sasaran tindak lanjut

c. Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan dan laporan barang.

5. Sanksi.

a. SKPD yang sengaja atau lalai dalam menyampaikan laporan Tugas Pembantuan dapat dikenakan sanksi berupa :

1). Penundaan pencairan dana tugas Pembantuan triwulan berikutnya, atau

2). Penghentian alokasi dana Tugas pembantuan untuk tahun anggaran berikutnya.

b. Pengenaan sanksi tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan Tugas Pembantuan

III. PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN PADA TAHUN 2007 DAN 2008.

Pada tahun 2007 dilaksanakan Tugas Pembantuan kepada 18 Kabupaten/ Kota yaitu meliputi : Kab. Lampung Barat, Kab. OKU, Kab.

(8)

Pakpak Barat, Kab. Lebak, Kab. Sumedang, Kab. Purbalingga, Kab. Sidoarjo, Kab. Bojonegoro, Kab. Gianyar, Kab. Bima, Kab. Sumba Timur, Kab. Sanggau, Kab. Sintang, Kab. Katingan, Kota Palu, Kab. Konawe, Kab. Polewali Mandar dan Kab. Sorong.

Dana yang dialokasikan sebesar Rp 20.000.000.000,- untuk melaksanakan program :

a. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif b. Pendidikan & Pelatihan Teknis c. Pendataan industri.

d. Pameran/Visualisasi/Publikasi dan Promosi e. Penyuluhan & Penyebaran Informasi f. Penyelenggaraan Workshop/Seminar g. Kemitraan dengan Pelaku Usaha

h. Pembinaan Pelaku Usaha dan Konsumen i. Penyusunan Program dan Rencana Kerja. j. Dsb.

Realisasi Program mencapai 85,25 % sedangkan realisasi anggaran mencapai 79,27 %.

Pada tahun 2008 dilaksanakan Tugas Pembantuan melalui DIPA Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah yang mencakup 80 Kabupaten/Kota dengan alokasi anggaran Rp. 58.118.138.000,-. Adapun daftar kabupaten/kota penerima Tugas Pembantuan seperti terlampir. Dana tersebut untuk melaksanakan program :

a. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif b. Pendidikan & Pelatihan Teknis c. Pendataan Industri.

(9)

e. Penyuluhan & Penyebaran Informasi f. Penyelenggaraan Workshop/Seminar g. Kemitraan dengan Pelaku Usaha

h. Pembinaan Pelaku Usaha dan konsumen i. Penyusunan Program dan Rencana Kerja. j. Dsb.

Kegiatan Fisik mendapat alokasi anggaran terbesar dalam Tugas Pembantuan.

IV. PEMBINAAN DANPENGAWASAN TUGAS PEMBANTUAN.

1. Landasan hukum Pelaksanaan Pengawasan Tugas Pembantuan meliputi :

a. UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 218 ayat (2).

b. PP nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pasal 24 ayat (1) dan (2).

c. Keppres 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

Pasal 70 ayat (1) dan Pasal 72.

2. Tujuan Pembinaan dan Pengawasan

a. Departemen Perindustrian melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Bupati / Walikota.

(10)

b. Pembinaan Tugas Pembantuan meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi, dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan Tugas Pembantuan.

c. Pembinaan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas serta efisiensi pengelolaan Tugas Pembantuan.

d. Pengawasan Tugas Pembantuan dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas pengelolaan anggaran.

e. Pembinaan dan pengawasan bertujuan untuk mensikronisasikan antara rencana kegiatan dengan hasil yang dicapai, dampak pelaksanaan, dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.

3. Sasaran Pengawasan adalah untuk mendapat gambaran apakah : a. Rencana, program, dan kegiatan dilaksanakan secara efektif dan

efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

program dan kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Pengelolaan keuangan masing-masing unit obyek pemeriksaan telah diselenggarakan sesuai prinsip-prinsip Sistem Akuntansi Pemerintah sehingga keandalan laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kegiatan Pengawasan Tugas Pembantuan.

a. Kegiatan Pengawasan Tugas Pembantuan meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

(11)

b. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas Pengelolaan Keuangan Negara yang terdiri atas aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas Pengelolaan Keuangan Negara. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan atas hal-hal lain dibidang keuangan, pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern.

c. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Inspektorat jenderal dan/ atau BPK/Bawasda.

5. Indikator Keberhasilan Pembinaan dan Pengawasan ditunjukan dengan :

a. Meningkatnya disiplin dan prestasi serta perkembangan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas antara lain dalam:

ƒ tertib pengelolaan keuangan;

ƒ Tertib pengelolaan perlengkapan;

ƒ Tertib pengelolaan kepegawaian;

ƒ Tercapainya sasaran pelaksanaan tugas.

b. Terciptanya keteraturan, keterbukaan dan kelancaran pelaksanaan tugas;

c. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

d. Menurun dan hilangnya praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN);

e. Berkurang dan hilangnya penyalahgunaan wewenang dan meningkatnya penyelesaian tindak lanjut.

f. Tertib administrasi dan jelasnya keberadaan Barang Milik Negara dan barang inventaris.

(12)

Indikator penilaian tertinggi adalah opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan dengan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kategori opini BPK adalah :

- Disclaimer ( Penilaian terendah ) - Tidak Wajar

- Wajar Dengan Pengecualian ( WDP) - Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

V. HASIL EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007

Berdasarkan hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Departemen Perindustrian, maka dapat disampaikan sebagai berikut :

A .Catatan kepada Pusat :

1. Pelaksanaan Tugas Pembantuan di bidang industri belum sepenuhnya memenuhi persyaratan prosedural dan legal formal.

2. Program dan kegiatan yang dilaksanakan masih terdapat kecenderungan adanya kegiatan yang sama dan alokasi anggaran yang besarnya relatif sama di setiap Kabupaten/ Kota, yang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan Kompentensi Industri Inti Daerah masing-masing.

(13)

B : Catatan Kepada Pusat dan Dinas :

1. Program dan kegiatan Tugas Pembantuan belum mengarah kepada kegiatan yang memprioritaskan kepada pengembangan Kompentensi Inti Industri Daerah yang benar-benar diperlukan.

2. Program Tugas Pembantuan masih terdapat yang belum dikaitkan dengan pemanfaatan dan pengembangan UPT di daerah yang bersangkutan.

3. Belum terlihat sinergi antara program dan kegiatan Tugas Pembantuan dengan program Pusat, Balai Litbang atau Tugas Dekonsentrasi untuk pengembangan suatu industri tertentu di daerah yang bersangkutan.

C : Catatan Kepada Dinas Perindag.

1. Masih terjadi adanya Mesin dan Peralatan yang telah di terima Dinas Perindag belum mendapat tempat/gedung dan fasilitas pendukung yang memadai untuk beroperasi pada waktunya. 2. Obyek kegiatan pengembangan industri di daerah yang dibiayai

APBN banyak yang belum saling mengisi dan memperkuat dengan pembiayaan APBD.

3. Masih ditemukan SKPD yang melakukan perubahan fokus kegiatan Tugas Pembantuan tanpa merevisi POK atas DIPA SKPD yang bersangkutan

Berdasarkan klasifikasi temuan hasil pengawasan yang di tetapkan oleh Kantor MENPAN, maka jenis temuan sbb

(14)

01

Kasus yang merugikan negara

02

Kewajiban Penyetoran kepada Negara

03

Pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku

04

Pelanggaran terhadap prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan

05

Penyimpangan dari dari ketentuan pelaksanaan anggaran

06

Hambatan terhadap kelancaran proyek

07

Hambatan terhadap kelancaran tugas pokok

08

Kelemahan Administrasi (Kelemahan Tata Usaha dan Akuntansi)

09

Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat

10

Temuan pemeriksaan di program lainnya

Kode

Jenis Temuan

0 20 40 60 80 100 120 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 Jenis Temuan Ju m la h T e mu a n

JENIS KODE TEMUAN

Contoh temuan pelaksanaan Dekonsentrasi *)

*) Temuan Dekonsentrasi sebagai ilustrasi karena pemeriksaan Tugas Pembantuan 2007 sedang berjalan.

(15)

Berdasarkan pengalaman temuan pada Tugas Dekonsentrasi, maka ranking terbanyak adalah :

1. Kelemahan Administrasi (kelemahan Tata Usaha dan Akuntansi); 2. Pelanggaran terhadap prosedur dan tata kerja yang telah

ditetapkan;

3. Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan anggaran;

VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2008.

Pada tahun 2008 Departemen Perindustrian mentargetkan agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas laporan keuangannya. Hal ini merupakan peningkatan status laporan keuangan Departemen Perindustrian yang sebelumnya Disclaimer.

Sehubungan dengan hal tersebut, mengingat pengelolaan APBN melalui dana Tugas Pembantuan merupakan bagian dari APBN Departemen Perindustrian maka peranan Dinas Perindag Kabupaten/ Kota adalah sangat penting dalam pengelolaan APBN tersebut. Oleh karena itu pada tahun 2008, maka fokus pengawasan adalah sebagai berikut:

a) Pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan dana Tugas Pembantuan yang merupakan program PIKM;

b) Monitoring dan evaluasi pemanfaatan bantuan peralatan mesin; c) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan industri dengan

(16)

d) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di daerah pasca otonomi;

Untuk maksud tersebut maka langkah-langkah yang dilakukan meliputi :

a. Melakukan pendampingan, pengawalan dan advokasi dari tahap perencanaan program dan pelaksanaannya.

b. Pemeriksaan kinerja, untuk evaluasi capaian target dan sasaran program yang ditetapkan.

c. Bimbingan teknis penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan sebagainya.

d. Peningkatan disiplin pada SKPD untuk percepatan pelaksanaan Tindak Lanjut temuan;

e. Pembentukan dan operasionalisasi Klinik Itjen;

f. Penguatan Sumber Daya Aparat Pengawas dan penyusunan kode etik Auditor;

g. Peningkatan kualitas audit.

Sehubungan dengan itu, Departemen Perindustrian dan Departemen Dalam Negeri telah menyusun jadwal pengawasan Tugas Pembantuan tahun 2008 yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dan Bawasda.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kegiatan Tugas Pembantuan hakekatnya adalah kegiatan Pusat untuk membantu mempercepat pembangunan industri di daerah;

(17)

2. Program dan kegiatan Tugas Pembantuan saat ini belum sepenuhnya fokus untuk memperkuat pengembangan Kompentensi Inti Industri Daerah;

3. Pimpinan SKPD dan perangkatnya pada Dinas Perindustrian Kabupaten / Kota agar bahu membahu dengan cermat dan tertib dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Tugas Pembantuan agar Departemen Perindustrian dapat memperoleh status WDP pada tahun 2007/ 2008.

Makassar, 26 Maret 2008

(18)

Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik

EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007

Oleh :

INSPEKTUR JENDERAL

Disampaikan dalam Acara :

RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL CLARION, MAKASSAR

25 - 28 MARET 2008

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN INSPEKTORAT JENDERAL

(19)

DAFTAR ISI

HALAMAN

I PENDAHULUAN 1

II. TUGAS PEMBANTUAN 2

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Tugas Pembantuan 2

B. Mekanisme Pelaksanan Tugas Pembantuan 3

1. Perencanaan Program dan Penganggaran 3

2. Penyelenggaran Tugas Pembantuan 5

3. Pengelolaan Barang Milik Negara Hasil 6

Pelaksanaan Tugas Pembantuan 4. Pertanggungjawaban dan Pelaporan 7

5. Sanksi 7

III PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 DAN 2008 7

IV. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TUGAS PEMBANTUAN 9

1. Landasan Hukum 9

2. Tujuan Pembinaan Dan Pengawasan 9

3. Sasaran Pembinaan Dan Pengawasan 10

4. Kegiatan Pengawasan Tugas Pembantuan 10

5. Indikator Keberhasilan Pengawasan 11

Tugas Pembantuan V. HASIL EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN 2007 12

VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2008 14

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 16

Lampiran i

(20)
(21)

DAFTAR NAMA KABUPATEN/KOTA YANG MENDAPAT TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2008

1 Kab. Lampung Barat 41 Kab. Pekalongan

2 Kab. OKU 42 Kab. Bantul

3 Kab. Pakpak Bharat 43 Kab. Bondowoso 4 Kab. Lebak 44 Kab. Probolinggo 5 Kab. Sumedang 45 Kab. Pasuruan 6 Kab. Purbalingga 46 Kota Madiun 7 Kab. Sidoarjo 47 Kota Magetan 8 Kab. Bojonegoro 48 Kab. Sumbawa 9 Kab. Gianyar 49 Kab. Lombok Barat

10 Kab. Bima 50 Kab. Dompu

11 Kab. Sumba Timur 51 Kab. Lombok Timur 12 Kab. Sanggau 52 Kota Mataram

13 Kab. Sintang 53 Kab. Belu

14 Kab. Katingan 54 Kab. Timor Tengah Selatan

15 Kota Palu 55 Kab. Pontianak

16 Kab. Konawe 56 Kab. Ketapang 17 Kab. Polewali Mandar 57 Kab. Bengkayang

18 Kab. Sorong 58 Kab. Sekadau

19 Kab. Aceh Pidie 59 Kab. Tapin 20 Kota Banda Aceh 60 Kab. Banjar 21 Kab. Deli Serdang 61 Kota Banjarmasin 22 Kab. Padang Pariaman 62 Kab. Barito Selatan 23 Kab. Tanah Datar 63 Kota Samarinda 24 Kota Bukit Tinggi 64 Kab. Nunukan 25 Kab. Lingga (Kepri) 65 Kota Tomohon 26 Kota Dumai (Riau) 66 Kab. Kep. Talaud 27 Kota Palembang 67 Kota Bitung 28 Kab. Bengkulu Utara 68 Kab. Poso 29 Kab. Bengkulu Selatan 69 Kab. Bone 30 Kab.Kepahiang 70 Kab. Enrekang 31 Kab. Rejang Lebong 71 Kota Makasar

32 Kota Bengkulu 72 Kab. Gowa

33 Kab. Tj. Jabung Timur 73 Kab. Mamuju

34 Kota Jambi 74 Kota Kendari

35 Kab. Pandeglang 75 Kab. Gorontalo 36 Kab. Cirebon 76 Kab. Pulau Buru 37 Kab. Bogor 77 Kab. Seram Bg. Barat

38 Kab. Bandung 78 Kota Ambon

39 Kota Surakarta 79 Kab. Halmahera Barat

40 Kab. Temanggung 80 Kota Ternate

(22)

Referensi

Dokumen terkait

ZAINUDDIN PEJABAT KESIHATAN DAERAH SEBERANG PERAI TENGAH LOT 89, MUKIM 17, BERAPIT 14000 BUKIT MERTAJAM PULAU PINANG.. BUKIT

Peserta kelompok diperkenankan beranggotakan 1 orang pengajar ( dosen ) sebagai Pendamping.. Ketua kelompok pemenang utama dan kedua akan mendapatkan kesempatan di Sinar Mas

versi minyak jarak yang diperoleh dari prosedur SNI 01-3555-1998 dengan prosedur Official methods of Analysis of AOAC adalah berkisar antara 0,7-7,7% pada

(Jogiyanto, 1999) Menyatakan bahwa analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta inayah-NYA, sehingga skripsi yang berjudul: “Upaya

Hasil akurasi ini dapat ditingkatkan dengan menerapkan teknik bagging menghasilkan akurasi sebesar 81,84%, sehingga terjadi peningkatan akurasi sebesar 8,86% dari penerapan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induk sapi bunting yang divaksin dengan vaksin in-aktif AI H5N1 mampu menghasilkan antibodi spesifik terhadap AI di dalam

Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul..