• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Risiko Kejadian Stroke Berulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Risiko Kejadian Stroke Berulang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DOI:https:// doi.org/10.12345/jikp.v9i02.187

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Risiko

Kejadian Stroke Berulang

Trio Gustin Rahayu

Jurusan DIII Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan Serang Banten triogustin@gmail.com

*corresponding author

Tanggal Pengiriman: 18 Agustus 2020, Tanggal Penerimaan: 17 Desember 2020

Abstrak

Pengetahuan keluarga akan mempengaruhi sikap keluarga dalam merawat keluarga yang menderita stroke. Pengetahuan dan sikap yang baik pada saat merawat keluarga dengan stroke diharapkan akan terhindar dari kejadian stroke berulang. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko kejadian stroke berulang. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional di Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara Serang Banten dengan sampel 45 menggunakan purposive sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner pengetahuan berjumlah 24 pernyataan dan kuesioner sikap berjumlah 18 pernyataan yang sudah dilakukan validitas dan reabilitas oleh peneliti sebelumnya. Analisis data menggunakan uji chi square. Dari 26 (58%) responden mempunyai pengetahuan tinggi dan 19 responden (42%) pengetahuan rendah serta 22 (49%) responden mempunyai sikap negatif dan sisanya 23 (51%) responden bersikap positif. Dari ketiga karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan yang mempunyai hubungan bermakna (P value <0,05) terhadap sikap adalah pendidikan. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang (p=0,047). Diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan pengetahuan tentang stroke pada keluarga sehingga keluarga mampu memberikan perawatan yang baik dan kejadian stroke berulang dapat dihindari Kata Kunci: pengetahuan; sikap; stroke berulang

Abstract

Family knowledge will affect the family's attitude in caring for families suffering from strokes. Knowledge and good attitude when caring for families with strokes are expected to be avoided the occurrence of repeated strokes. The purpose of the study was to know the relationship of knowledge and attitude with the risk of recurrent stroke events. This study used cross sectional methods at Dr. Dradjat Prawiranegara Serang Banten Hospital with a sample of 45 using purposive sampling. The measuring instrument used a knowledge questionnaire of 24 statements and an attitude questionnaire of 18 statements that had been made validity and reability by previous researchers. Analyze data using the Chi Square test. From 26 (58%) respondents had high knowledge and 19 respondents (42%) knowledge and 22 (49%) respondents had negative attitudes and the remaining 23 (51%) respondents are positive. Of the three characteristics of respondents, namely gender, age and education that have a meaningful relationship (P value <0.05) to attitude is education. There is a meaningful relationship between family knowledge and attitude to the occurrence of repeated strokes (p=0.047). It is hoped that health officials will be able to provide knowledge about stroke to the family so that the family is able to provide good care and the occurrence of repeated strokes can be avoided.

(2)

PENDAHULUAN

Stroke merupakan istilah umum yang berkenaan dengan abnormalitas fungsi dari sistem saraf pusat yang terjadi ketika pasokan aliran darah normal ke otak terganggu (Smeltzer, Suzanne, & Brenda, 2002). Stroke adalah salah satu masalah kesehatan yang serius. WHO (2016) menyatakan bahwa stroke merupakan penyebab 6,7 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia. Stroke menyebabkan 6 kematian setiap 60 detik dan dalam setiap 60 detik dapat terjadi 30 insiden stroke yang baru diseluruh dunia (WHO, 2016).

Proporsi kematian stroke adalah 15,4% pada tahun 2007. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia satu diantaranya disebabkan karena stroke (Kemenkes, 2012). Stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika. Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Dasar, 2013). Stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi Stroke di Banten menurut (Riskesdas 2018) sebanyak 11,0% atau sejumlah 33.587 orang meningkat dari tahun sebelum nya Banten 5,1 %.

Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah adanya kejadian stroke berulang meliputi pengetahuan faktor risiko dan melakukan upaya-upaya, baik dalam memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan yang dapat memberikan informasi optimal faktor risiko yang dimiliki seseorang untuk terjadinya stroke ataupun stroke berulang. Serangan stroke ulang masih sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke yang pertama. Seorang yang menderita stroke umumnya akan kehilangan sebagian atau seluruh fungsi tubuh tertentu. Suplai darah yang sempat terhenti inilah yang menyebabkan tubuh tidak lagi berfungsi dengan baik. Sehingga pasien stroke sangat bergantung pada orang-orang disekitarnya, khususnya keluarga yang merupakan orang terdekat mereka.

Pengetahuan dan sikap keluarga meliputi pemahaman tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien. Sehingga peran keluarga sangat diperlukan terutama terhadap pengetahuan dan sikap yang benar tentang penyakit stroke dan penanganannya (Sonatha, 2012). Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat mencegah perilaku hipertensi/stroke melalui modifikasi gaya hidup. Keluarga dapat berfungsi sebagai peer educator untuk mempromosikan deteksi stroke dan modifikasi gaya hidup seperti mengontrol hipertensi, DM, penyakit jantung dan aterosklerosis dengan obat dan diit, stop merokok dan minum alkohol, turunkan berat badan dan rajin olahraga, serta mengurangi stress (Amila, Sinaga Janno, Sembiring Evarina, 2018)

Keluarga merupakan komponen penting dalam proses pemulihan seorang pasien karena keluargalah yang paling mengetahui kondisi kesehatan pasien dan menjadi bagian penting dalam proses pemulihan (Videbeck, 2001). Pengetahuan dan sikap yang baik pada saat merawat keluarga dengan stroke diharapkan akan terhindar dari kejadian stroke berulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko kejadian stroke berulang

(3)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online) METODE

Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang dirawat di Ruang Tulip RS dr Dradjat Prawiranegara Serang dengan jumlah sampel 45 responden yang diperoleh menggunakan teknik porposive sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: semua keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang Tulip, pasien merupakan penderita stroke pertama kali, responden merupakan keluarga (suami, isteri, anak, menantu, ayah, ibu, usia responden minimal 17 tahun, dan dapat berkomunikasi dengan baik.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 3 kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang sudah dilakukan validitas dan reabilitas oleh peneliti sebelumnya. Kuesioner A berisikan tentang identitas dan karakteristik responden, kuesioner B berisikan tentang pengetahuan sebanyak 24 pertanyaan, dan kuesioner C berisikan pernyataan tentang sikap keluarga dalam memberi perawatan pasien. Pada kuesioner pengetahuan pernyataan dengan jawaban Benar diberi skor 1, jawaban salah skor 0 dan jawaban tidak tahu skor 0. Sedangkan pada pernyataan sikap dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian terhadap pernyataan sikap favorable dan unfavorable. Pada penyataan sikap favorable jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Pernyataan favorable yaitu pernyataan nomor 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,13,15,16 dan 17. Sedangkan pada pernyataan sikap unfavorable jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4. Pernyataan unfavorable yaitu pernyataan nomor 6,12,14 dan 18. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variable dan analisa bivariat menggunakan menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan skala ordinal yaitu teknis analisis uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan (n=45) Karakteristik f % Jenis Kelamin Laki-laki 24 53.3 Perempuan 21 46.7 Usia (tahun) <30 tahun 13 28.9 > 30 tahun 32 71.1 Pendidikan Rendah (≤ SMA) 26 57.8 Tinggi (>SMA) 19 42.2

Tabel 1 dapat dilihatmengenai karakteristik dari responden yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan. Jenis kelamin laki laki sebanyak 24 responden (53.3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden (46.7%).Responden yang berusia < 30 tahun sebanyak 13 (28.9%) dan responden yang berusia > 30 tahun sebanyak 32 (71.1%). Sedangkan responden

(4)

yang mempunya pendidikan rendah (≤ SMA) sebanyak 26 (57.8%) dan responden yang mempunyai pendidikan tinggi (>SMA) sebanyak 19 (42.2%)

Gambar 1. Gambaran Pengetahuan Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang

Berdasarkan Gamabar 1 menunjukan bahwa 26 (58%) responden mempunyai pengetahuan tinggi dan sisanya 19 responden (42%) mempunyai pengetahuan rendah terhadap kejadian stroke berulang. Hal ini sesuai dengan (Muswanti, 2016) dalam penelitian nya dimana pengetahuan responden sebagian besar dalam kategori baik yakni sebanyak 31 responden (47%). Dari hasil penelitian lain oleh Semet, Kembuah, & Karema (2016) disimpulkan bahwa responden yang terdiri dari 19 pasien dan 27 keluarga pasien memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai stroke dan pengetahuan pasien stroke lebih tinggi dari pada keluarganya. Pengetahuan stroke dari sebagian besar keluarga pasien tergolong baik. Pada beberapa anggota keluarga dan anak remaja belum mempunyai pengetahuan baik mengenai stroke. Keluarga yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang masalah kesehatan memberikan dampak yang baik pula terhadap meningkatnya status kesehatan anggota keluarga (Ratnawardani, Utomo, & Safri, 2018)

Sebagian besar responden mendapatkan pengetahuan mereka tentang stroke dari tenaga medis. Responden dan keluarga sebelumnya kurang mendapatkan pengetahuan di lingkungan mereka sehingga ketika anggota keluarga mederita stroke tenaga medis yang memberikan pengetahuan tentang stroke. Menurut (Amila, Sinaga, & Sembiring, 2018) peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam deteksi tanda pencegahan faktor risiko stroke ditargetkan terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan pola hidup sehat untuk mencegah stroke berulang

Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa 22 (49%) responden mempunyai sikap negatif dan sisanya 23 (51%) responden mempunyai sikap positif terhadap kejadian stroke berulang. Hal ini terjadi karena sikap merupakan cerminan dari pengetahuan responden, sehingga pengetahuan yang baik akan memberikan kemungkinan responden untuk memiliki sikap yang baik pula (Notoatmodjo, 2005).

Hasil ini sesuai dengan penelitian (Muswanti, 2016) bahwa antara sikap positif dan sikap negatif memiliki jumlah yang sama yakni masing-masing 33 responden (50%). Perilaku responden sebagian besar kurang baik yakni sebanyak 49 responden (74,2%). Namun penelitian

(5)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

ini tidak sesuai dengan penelitian (Safitri, 2012) bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang tidak mendukung (55,93) dalam melakukan perawatan di rumah untuk pasien stroke.

Gambar 2. Gambaran Sikap Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang Tabel 2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap (n=45) Variabel Sikap Total P-Value Negatif Positif Jenis kelamin Laki-laki 10 14 24 1,074 0,300 Perempuan 12 9 21 Usia <30 tahun 9 4 13 3,027 0,082 > 30 tahun 13 19 32 Pendidikan 3,856 0,047 * Rendah (≤ SMA) 16 10 26 Tinggi (>SMA) 6 13 19

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari karakteristik jenis kelamin responden yang mempunyai sikap postif dari keluarga berdsarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 24 responden (53%). Sedangkan dari segi usia keluarga yang berusia > 30 tahun mempunya segi positif yang lebih besar yaitu 32 responden (71%) dan dari segi pendidikan keluarga yang berpendidikan rendah (≤ SMA) mempunyai sikap postitif sebanyak 26 responden (57%)

Dari ketiga karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan yang mempunyai hubungan bermakna (P value <0,05) adalah pendidikan. Hal ini sesuai dengan (Notoatmodjo, 2014) bahwa Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula.Peningkatan pengetahuan tidakmutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu.

(6)

Selain itu semakin tinggitingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, Peran dan Dokumenasi keperawatan, konsep dan praktek, 2011). Sedangkan dari segi usia menurut (Nursalam, Peran dan Dokumenasi keperawatan, konsep dan praktek, 2011) semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikirdan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Tabel 3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang (n=45)

Pengetahuan Sikap Total P-Value Negatif Positif Rendah 6 13 19 3,943 0,047 Tinggi 16 10 26

Tabel 4 dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang (p = 0,047). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Sonatha, 2012)bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan sikap responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke (p=0,027). Sedangkan menurut penelitian (Sari, 2015) kejadian stroke berulang pada umumnya dapat terjadi pada penderita yang kontrol diri, dan tingkat kesadarannya yang rendah

Menurut hasil penelitian (Amila, Sinaga, & Sembiring, 2018)menunjukkan mayoritas responden memiliki jumlah serangan stroke 1 kali (60%), mayoritas keluarga memiliki pengetahuan cukup (60%) tentang pencegahan stroke berulang, mayoritas responden memiliki resiko rendah (50%). Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dalam deteksi tanda pencegahan faktor risiko stroke ditargetkan terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan pola hidup sehat untuk mencegah stroke berulang.

Stroke berulang (sekunder) merupakan salah satu komplikasi yang sering timbul setelah pasien pulang dari perawatan di rumah sakit.Pasien yang pernah menderita stroke memiliki risiko untuk terkena serangan stroke sekunder. Serangan stroke sekunder ini bisa lebih fatal dari stroke pertama, karena bertambah luasnya kerusakan otak yang terjadi akibat serangan stroke sebelumnya (Mulyatsih & Ahmad, 2010)

SIMPULAN

Responden yang mempunyai pengetahuan tinggi adalah 58 % sedangkan responden yang mempunyai sikap positif sebesar 51%. Pendidikan mempunyai hubungan yang bemakna terhadap sikap keluarga dalam pencegahan stroke berulang. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap kejadian stroke berulang. Bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang diharapkan meningkatkan pengetahuan pada keluarga yang dirawat dengan stroke pertama kali dengan memberikan discharge planning sehingga kejadian stroke berulang dapat dihindari.

(7)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online) DAFTAR PUSTAKA

Amila, Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Pencegahan Stroke Brulang Melalui Pemberdayaan Keluarga dan Modifikasi Gaya Hidup. ABDIMAS vol 22 no 2.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dasar, R. K. (2013). Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan. Jakarta: Kementrian

Kesehatan.

Gerungan, W. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Irdawati, & Ambarwati, W. N. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Perilaku dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Berita Ilmu Keperawatan Vol 2, No 2.

Joel, M. (2003). Patient knowledge and expectations for fubctional recovery after stroke. American Journal of physical medicine & rehabilitation.

Mulyatsih, E., & Ahmad, A. A. (2010). Stroke: Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Muswanti, I. J. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi stroe pada penderita hipertensi usia < 45 tahun di puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Muttaqin, A. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Notoatmodjo. (2014). Imlu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Peran dan Dokumenasi keperawatan, konsep dan praktek. Jakarta: Salemba Medika.

Ratnawardani, D., Utomo, W., & Safri. (2018). PENGALAMAN KELUARGA DALAM PENANGANAN SERANGAN PERTAMA PADA PASIEN STROKE. JOM FKp, vol 5 no 2.

Safitri, F. N. (2012). Resiko Stroke Berulang dan Hubungannya dengan Pengetahuan dan Sikap Keluarga. Jurnal unpad, Vol 1 No 1.

Sari, I. P. (2015). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Stroke Berulang pada Penderita Pasca Stroke.

Semet, G. R., Kembuah, M. A., & Karema, W. (2016). Gambaran Pengetahuan stroke pada penderita dan keluarga di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 4, Nomor 2.

Smeltzer, Suzanne, C., & Brenda, G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed 8, vol. 1,2). Jakarta: EGC.

Sonatha, B. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke.

Videbeck, S. (2001). Psychiatric Mental Health Nursing. America: Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia   dan Pendidikan  (n=45)  Karakteristik   f   %  Jenis Kelamin          Laki-laki   24  53.3         Perempuan   21  46.7  Usia (tahun)   &lt;30 tahun  13  28.9   &gt; 30 tahun  32  71.1  Pe
Gambar 1. Gambaran Pengetahuan Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang
Gambar 2. Gambaran Sikap Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang
Tabel 3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga terhadap   Kejadian Stroke Berulang (n=45)

Referensi

Dokumen terkait

Responden atau pasien yang mem- iliki riwayat hipertensi lebih beresiko men- galami stroke 2.000 kali lebih besar dibandingkan dengan responden atau pasien tanpa ada

Kasus adalah penderita stroke berulang periode Oktober – Desember 2010, di mana subyek penelitian tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut :(1) defisit neurologik

Begitu juga hasil studi kohort yang dilakukan oleh Hankey, dkk menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes mellitus pada saat stroke pertama mempunyai risiko 2,1 kali

Berdasarkan uraian di atas bahwa tingkat pengetahuan tentang stroke dapat mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pada pasien stroke yang di rawat di ruang

Sampel dalam penelitian adalah salah satu keluarga pasien stroke yang telah dirawat 7 hari di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang pada

Sampel dalam penelitian adalah salah satu keluarga pasien stroke yang telah dirawat 7 hari di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang pada

Diharapkan hasil penelitian untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang stroke dan pentingnya membawa penderita stroke ke rumah sakit, dapat dilakukan dengan memberikan edukasi

Hubungan pengetahuan keluarga dan perilaku keluarga pada penanganan awal kejadian stroke n=77 Variabel Median p r SD Min-Max Pengetahuan 14 2.874 9-23 0.00 0.84*