• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN SUSU FORMULA + (AA DAN DHA) OLEH IBU YANG MEMILIKI BALITA DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN SUSU FORMULA + (AA DAN DHA) OLEH IBU YANG MEMILIKI BALITA DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2004"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

H

HHAAASSSIIILLLPPPEEENNNEEELLLIIITTTIIIAAANNN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN

SUSU FORMULA + (AA DAN DHA) OLEH IBU YANG MEMILIKI

BALITA DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2004

Ernawati Nasution

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

A descriptive survey was conducted to find out some factors associated to the decision making in choosing infant milk formula (Arachidonic acid, AA or Docosahexausic acid, DHA) by mothers. A 40 sample was taken from the lactating mothers purposively. Data regarding characteristics of mother, role of health officials, family, advertisement, mother’s behavior about infant formula milk were collected by using questionnaire. The result shows that most of the mothers (85%) have good knowledge about infant formula milk. Information about infant formula milk was received from health official and advertisement (32,5%). Health official played a big role in choosing infant formula milk by mothers. Most of the mothers did not care about the price in choosing infant formula milk. The attitude of mothers about infant formula milk was moderate (77,5%). It is suggested that health official estimate to give the right information to the mothers having baby about the benefit of infant formula milk.

Keywords: Infant formula milk, Under five children, Mother’s behavior

PENDAHULUAN

Pada visi Indonesia Sehat 2010 dijelaskan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif serta mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan komitmen yang tinggi terhadap kemanusiaan dan etika, dan dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan dan kemitraan yang tinggi (Depkes RI, 1999). Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor manusia sejak dalam kandungan hingga usia balita yang merupakan masa partumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.

Masa-masa bayi ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Selama periode ini bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya, dan merupakan masa

yang paling kritis karena adanya bahaya ketidakcukupan gizi (Kardjati, dkk., 1985).

Pada tahun pertama kehidupan bayi, ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan yang terbaik, karena ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi dan zat kekebalan yang sangat berperan dalam sistem imunitas tubuh terhadap infeksi. Apabila bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup, maka bayi akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Modernisasi yang terjadi saat ini, telah merubah persepsi dan pola menyusui ibu (Thaib, dkk., 1995). Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sunarka di Denpasar menemukan bahwa status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian susu formula pada anak. Krisnatuti, dkk. (2000) menyatakan, bahwa keinginan seorang ibu untuk mementingkan keindahan tubuhnya mendorong mereka memberikan susu formula pada anaknya. Selain itu di Amerika Latin, para ibu

(2)

memberikan susu formula kepada bayinya karena pengaruh iklan (Berg, 1986). Kondisi kesehatan ibu dan bayi yang sakit juga dapat mempengaruhi pemberian susu formula ini (Irawaty & Ringo-ringo, 1983). Faktor lainnya adalah jumlah anak dalam keluarga (Thaib, dkk., 1995). Karena berbagai alasan tersebut, maka susu formula dapat diberikan kepada bayi untuk menggantikan ASI.

Terdapat dua bahan dasar untuk pembuatan susu formula, yaitu susu sapi dan kedelai. Menurut Hamid (1996), jenis susu formula yang berasal dari susu sapi merupakan pilihan makanan bagi bayi dibandingkan dengan susu yang berasal dari kedelai. Di Indonesia banyak sekali beredar berbagai jenis susu formula yang berasal dari susu sapi dengan berbagai merek dagang antara lain: Vitalag, Nutrilon, Bebelac, Dumex, Enfamil, SGM-1, SGM-2, Lactogen-1, Promil, Nutrima, Lactogen-2, Chil-Mil, Enfalac, Neonatal, Nutrimigen, Portagen (Muchtadi, 1996). Hal ini menyebabkan tidak mudah bagi ibu untuk menentukan pilihan susu formula bagi kualitasnya. Selain itu di antara susu formula yang tersebut di atas beberapa merek susu formula juga menambahkan AA (Asam Arakhidonat) dan DHA (Asam Dokosaheksaenoat). Kedua asam ini diperlukan dalam periode emas pertumbuhan otak anak.

Untuk menentukan jenis susu formula, biasanya seorang ibu tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya, antara lain lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, dan lingkungan pribadi (Kalangie, 1994). Sebagai contoh, keikutsertaan dalam program kelangsungan hidup anak, keputusan seorang ibu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor komunikasi melalui iklan dan mobilisasi informasi secara massal. Hal yang sama ditemukan pada ibu-ibu di Honduras, yang memilih menggunakan larutan rehidrasi oral, oleh karena pengaruh promosi radio selama 2 tahun. Di sisi lain, Gambia, Swiss, Mesir, melaporkan bahwa faktor petugas, keberhasilan Proyek Pengembangan Penyuluhan Gizi dilaporkan sangat dipengaruhi oleh faktor komunikasi media (Rasmuson, dkk., 1988).

Menurut Umar (1993), faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli adalah faktor sosial budaya dan faktor psikologi. Yang termasuk ke dalam faktor sosial budaya adalah kebudayaan, budaya khusus,

kelas sosial, kelompok sosial, refernsi serta keluarga, sedangkan yang termasuk faktor psikologis adalah motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sukap. Oleh karena keputusan adalah pilihan di antara “dua atau lebih alternatif tindakan (perilaku)”, maka keputusan pembelian suatu produk biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, berupa informasi dan kognitif atau pengetahuan yang berasal dari dalam diri seseorang. Kombinasi keduanyalah yang mempengaruhi perilaku (Peter dan Oslon, 2000).

Daerah Kecamatan Medan Johor merupakan daerah permukiman yang masyarakatnya heterogen. Oleh sebab itu keheterogenan ini dapat mempengaruhi dalam pemilihan susu formula untuk balita. Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan pemilihan susu formula + (AA dan DHA) oleh ibu yang memiliki balita di Kecamatan Medan Johor.

TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum:

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu dalam pemilihan susu formula + (AA atau DHA).

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang AA atau DHA.

2. Untuk mengetahui peranan petugas kesehatan pada pemilihan susu formula + (AA atau DHA) oleh ibu yang memiliki balita.

3. Untuk mengetahui peranan iklan terhadap pemilihan susu formula + (AA atau DHA) oleh ibu yang memiliki balita.

4. Untuk mengetahui peranan harga terhadap pemilihan susu formula + (AA atau DHA) oleh ibu yang memiliki balita.

5. Untuk mengetahui peranan kerabat dan keluarga terhadap pemilihan susu formula + (AA atau DHA) oleh ibu yang memiliki balita.

6. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap susu formula + (AA atau DHA).

(3)

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode survai yang dilakukan di Kecamatan Medan Johor, Medan. Dengan alasan daerah Kecamatan Medan Johor merupakan daerah permukiman yang masyarakatnya heterogen. Oleh sebab itu keheterogenan ini dapat mempengaruhi dalam pemilihan susu formula untuk balita.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai Balita (0-5 tahun) yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Johor yang memberikan susu formula kepada anaknya yaitu 150 orang. Dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu 40 orang, dengan kriteria ibu memiliki balita (0 – 5 tahun), memberikan susu formula + (AA atau DHA).

Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini meliputi data karakteristik responden, peranan petugas, keluarga, iklan, harga, pengetahuan dan sikap ibu terhadap susu formula+ (AA atau DHA). Data primer ini diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Aspek Pengukuran

Cara penilaian variabel pengetahuan dan sikap dengan skoring sebagai berikut (Pratomo, 1990): 100% x pertanyaan seluruh jawaban nilai Jumlah benar yang pertanyaan jawaban nilai Jumlah

Skor untuk jawaban: a = 3; b = 2; c = 1; d = 1 a. Pengetahuan dikategorikan menjadi 3

kategori, yaitu:

- Baik : bila skor responden dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan > 75%

- Sedang : bila skor responden dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan 40%-75% - Kurang : bila skor responden dari skor

seluruh pertanyaan tentang pengetahuan < 40%

b. Sikap dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu:

- Baik : bila skor responden dari skor seluruh pertanyaan tentang sikap > 75%

- Sedang : bila skor responden dari skor seluruh pertanyaan tentang sikap 40%-75%

- Kurang : bila skor responden dari skor seluruh pertanyaan tentang sikap < 40%

Pengolahan dan Analisis Data

Manajemen dan pengolahan data dimulai dari pengeditan data, entri data sampai analisis data. Sebelum dianalisis data pengetahuan diolah dengan menggunakan ukuran skoring, yang dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang benar. Data yang telah diolah ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi. Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan membandingkan dengan teori serta hasil penelitian yang terkait untuk menarik suatu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh karakteristik responden, yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan keluarga. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah %

1 20 – 25 2 5,0 2 26 – 30 10 25,0 3 31 – 35 17 42,5 4 36 – 40 10 25,0 5 > 40 1 2,5 Total 40 100,0

Dari Tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar responden berumur antara 31 – 35 tahun, yaitu 17 orang (42,5%).

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah %

1 PNS 10 25,0

2 Pegawai Swasta 7 17,5

3 Wiraswasta 5 12,5

4 Ibu Rumah Tangga 18 45,0

(4)

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden, yang terbanyak adalah tidak bekerja jadi hanya sebagai ibi rumah tangga saja, yaitu 18 orang (45,0%).

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah %

1 Tamat SD 0 0,0

2 Tamat SLTP/Sederajat 0 0,0

3 Tamat SLTA/Sederajat 16 40,0

4 Tamat Akademi/Sarjana 24 60,0

Total 40 100,0

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan Tamat Akademi/Sarjana, yaitu sebanyak 24 orang (60%).

Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan Keluarga

No. Pendapatan (Rp) Jumlah %

1 < 500.000 0 0,0

2 500.000 – 1.000.000 7 17,5

3 > 1.000.000 33 82,5

Total 40 100,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pendapatan keluarga di atas Rp. 1.000.000,-, yaitu sebanyak 33 orang (82,5%).

Karakteristik Balita

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai anak berumur antara 25 – 36 bulan, yaitu 12 orang (30,0%). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur Balita

No. Kelompok Umur

(bulan) Jumlah % 1 0 - 6 5 12,5 2 7 - 12 5 12,5 3 13 - 24 10 25,0 4 25 - 36 12 30,0 5 37 – 48 3 7,5 6 49 - 60 5 12,5 Total 40 100,0

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah diberi susu formula sejak dari lahir, yaitu 28 orang (70,0%). Seperti yang diketahui bahwa bayi usia

0 – 4 bulan hanya diberi ASI saja. Susu formula sebaiknya diberikan setelah bayi berusia di atas 4 bulan. Dari wawancara lebih lanjut diperoleh bahwa responden memberi susu formula sejak lahir karena responden bekerja, sehingga tidak dapat memberikan ASI-nya kepada bayinya. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa jika dijumlahkan pekerjaan ibu bahwa sebagian besar responden memang bekerja yaitu 22 orang (55,0%). Selain itu responden juga beralasan bahwa ASI tidak cukup, sehingga harus ditambahkan dengan susu formula. Seperti yang diungkapkan oleh Suhardjo (1992), bahwa susu formula hanya dapat digunakan sebagai makanan pelengkap bagi bayi, tidak boleh sebagai pengganti ASI, kecuali bagi ibu-ibu yang tidak dapat memberikan ASI-nya karena berbagai alasan, seperti ASI tidak cukup. Anak terutama membutuhkan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat di bawah usia 2 tahun. Jika ditinjau dari susu formula yang dipilih memang susu formula yang mengandung AA dan DHA. Sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anak.

Sumber Informasi tentang Jenis Susu Formula

Tabel 7 menunjukkan bahwa yang menjadi sumber informasi yang paling banyak dalam pemilihan jenis susu formula adalah dari petugas, keluarga dan iklan, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%). Dan yang lainnya mendapat informasi dari petugas kesehatan dan iklan, yaitu 13 orang (32,5%), keluarga dan iklan, yaitu 5 orang (12,5%) dan yang memperoleh informasi dari iklan saja hanya 1 orang (2,5%). Responden memperoleh informasi tentang susu formula + (AA atau DHA) dari Dokter. Dalam hal ini selain dari dokter responden juga mendapat informasi dari keluarga yang sudah lebih dahulu mendapat informasi tentang susu formula tersebut dan dari iklan di televisi, dan majalah/tabloid yang ada. Dari wawancara yang dilakukan responden menjawab bahwa setelah mereka mendapat informasi dari keluarga dan dari iklan mereka kemudian menanyakan kembali kepada dokter kebenaran dari informasi tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan di RSU. Cipto Mangunkusumo, Jakarta (1978) menemukan bahwa 16% dari 25 ibu tidak memberikan ASI pada bayinya tetapi memberikan susu formula sebagai pengganti

(5)

ASI karena pengaruh iklan. Dan seperti yang diketahui juga bahwa keluarga adalah agen pemindahan yang dominan dari nilai-nilai dikebanyakan budaya, jadi banyak perubahan yang dapat terjadi di dalam keluarga. Untuk suatu perubahan biasanya anggota keluarga akan meminta pendapat atau informasi kepad anggota keluarga lainnya yang lebih mengetahui dan memahami. Dan kemudian akan datang kepada petugas kesehatan untuk memperoleh pembenaran dari pendapat yang diberikan oleh anggota keluarga tersebut.

Tabel 7. Distribusi Responden berdasarkan Sumber Informasi tentang Susu Formula+ (AA atau DHA)

No. Sumber Informasi n %

1 Petugas Kesehatan 0 0,0

2 Keluarga dan Kerabat 0 0,0

3 Iklan 1 2,5

4 Petugas + Keluarga 0 0,0

Petugas Kesehatan + Iklan 13 32,5

6 Keluarga + Iklan 5 12,5

7 Petugas + Keluarga + Iklan 21 52,5

Total 40 100,0

Peranan Petugas Kesehatan, Keluarga dan Iklan dalam Pemilihan Susu Formula+ (AA atau DHA).

Tabel 8 menunjukkan bahwa yang berperan dalam pemilihan susu formula+ (AA atau DHA) sebagian besar adalah dari petugas kesehatan, yaitu sebanyak 18 orang (45%). Dan yang lainnya dari petugas kesehatan dan keluarga, yaitu 11 orang (27,5%), keluarga saja sebanyak 6 orang (15%), dan iklan saja sebanyak 5 orang (12,5%). Jadi berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter sangat berperan di dalam pemilihan susu formula + (AA atau DH). Petugas kesehatan memang berperan sebagai pendorong masyarakat untuk hidup sehat. Selain itu Tabel 8. juga menunjukkan bahwa keluarga juga sangat berperan di dalam pemilihan susu formula tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Peter dan Jones (2000), proses pengambilan keputusan dalam memilih suatu produk tertentu dipengaruhi oleh suatu proses yang melibatkan interaksi antara aspek kognitif, dan faktor lingkungan. Umar (2000) juga mengatakan bahwa seseorang melakukan pemilihan atas suatu produk didasarkan atas dua faktor utama, yaitu faktor sosial budaya dan faktor psikologis. Faktor sosial budaya terdiri

atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi serta keluarga. Dan faktor psikologis terdiri dari proses belajar, kepercayaan dan sikap. Pada Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa iklan juga berperan di dalam pemilihan susu formula + (AA atau DH). Dan Latham (1988) mengatakan bahwa iklan melalui media massa, poster, kalender, tulisan sebagai sarana untuk menawarkan baik produk maupun jasa dengan cara mempengaruhi orang lain untuk mengkonsumsi produk atau jasa tersebut. Selain itu latar belakang pendidikan responden yang sebagian besar tinggi (tamat akademi/sarjana) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 dianggap mampu untuk memutuskan sumber informasi mana yang harus mereka ikuti.

Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan yang berperan dalam pemilihan Susu

Formula+ (AA atau DHA)

No. Peranan n %

1 Petugas Kesehatan 18 45,0

2 Keluarga dan Kerabat 6 15,0

3 Iklan 5 12,5

4 Petugas + Keluarga 11 27,5

Total 40 100,0

Pengetahuan Responden

Tabel 10 tentang pengetahuan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 34 orang (85%). Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan responden yang sebagian besar tinggi (tamat akademi/sarjana) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 mendukung pengetahun ibu untuk lebih memahami suatu produk yang ditawarkan. Dan sekaligus memutuskan apa yang harus mereka lakukan. Pengetahuan responden tentan jenis susu formula sangat mempengaruhi dalam memilih jenis susu formula mana yang sesuai dengan anak mereka. Sehingga apabila pengetahuan yang rendah tentnag jenis susu formula akan berisiko buruk terhadap anak apabila tidak sesuai dengan kondisi fisiologis tubuh anak atau kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa pengtahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Tindakan yang didasari dengan pengetahuan, sifatnya lebih lestari dan tertanam baik pada diri

(6)

seseorang. Begitu pula dalam pemilihan susu formula+ (AA atau DH), perlu dilandasi dengan pengetahuan yang baik tentang jenis susu formula tersebut.

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan No. Pengetahuan n % 1 Baik 34 85,0 2 Sedang 6 15,0 3 Kurang 0 0,0 Total 40 100,0 Harga

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa harga susu formula + (AA atau DH ) tidak menjadi pertimbangan mereka dalam memilih susu formula tersebut, yaitu sebanyak 25 orang (62,5%). Jika dikaitkan dengan pendapatan responden dalam sebulan yang sebagian besar di atas Rp. 1.000.000,- sehingga responden tidak mempermasalahkan harga susu formula + (AA atau DH ) yang relatif lebih mahal dari harga susu formula biasa. Apalagi jika dikaitkan dengan pengetahuan responden yang sebagian besar adalah kategori baik. Hal ini juga mendukung responden untuk tidak mempermasalahkan harga susu formula tersebut. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Pemilihan Susu Formula+ (AA atau DHA) Berdasarkan Pertimbangan Harga No Pertimbangan Harga n % 1 Ya 15 37,5 2 Tidak 25 62,5 Total 40 100,0 Sikap Responden

Tabel 11 tentang sikap responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 31 orang (77,5%). Ada 8 orang yang mempunyai sikap dalam kategori baik (20%) dan 1 orang yang mempunyai sikap dalam kategori kurang (2,5%). Jika dilihat dari pengetahuan responden yang sebagian besar dalam kategori baik belum menentukan bahwa responden sebagian besar juga akan mempunyai sikap yang masuk kategori baik pula. Seperti yang dikemukan oleh Notoatmodjo, 1993) sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat Tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Pembentukan sikap dapat terjadi melalui proses hubungan antara pengalaman yang satu dengan yang lain (integrasi). Sikap dapat berubah jika suatu kejadian atau peristiwa terjadi berulang dan terus menerus sehingga dapat mempengaruhi sikap (adopsi). Selain itu perubahan sikap juga dapat terjasi karena berkembangnya intelegensia atau pengalaman (deferensiasi).

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap No. Sikap n % 1 Baik 8 20,0 2 Sedang 31 77,5 3 Kurang 1 2,5 Total 40 100,0

Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap Responden

Tabel 12 menunjukkan bahwa hasil tabulasi silang yang dilakukan terhadap pengetahun dengan sikap diperoleh bahwa sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan kategori baik mempunyai sikap dalam kategori sedang, yaitu 25 orang (62,5%). Pengetahuan akan sangat penting pengaruhnya terhadap terbentuknya sikap dant tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang secara tidak langsung dapat mempengaruhi besar kecilnya sikap seseorang terhadap objek. Jika dilihat dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa sikap responden yang terbentuk disini tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang baik saja. Terutama dalam pemilihan susu formula + (AA atau DH), masih ada faktor lain yang menghasilkan sikap responden dalam kategori sedang yaitu harga dari susu formula tersebut.

Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 9 yang menunjukkan bahwa masih ada 15 orang responden (37,5%) yang mempertimbangkan harga dalam memilih susu formula+ (AA atau DH). Maka secara keseluruhan sikap responden masuk dalam kategori sedang.

(7)

Tabel 12. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap Responden

No Penge-tahuan S i k a p n % Baik % Se-dang % Ku-rang % 1 Baik 8 20,0 25 62,5 1 2,5 34 85,0 2 Sedang 0 0,0 6 15,0 0 0,0 6 15,0 3 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 8 20,0 31 77,5 1 2,5 40 100,0 KESIMPULAN

1. Sebagian besar responden memperoleh informasi mengenai susu formula + (AA atau DHA) dari petugas kesehatan, keluarga dan iklan.

2. Sebagian besar yang berperan di dalam pemilihan susu formula + (AA atau DHA) adalah petugas kesehatan.

3. Sebagian besar pengetahuan responden tentang susu formula + (AA atau DHA) dalam kategori baik.

4. Sebagian besar sikap responden terhadap susu formula + (AA atau DHA) dalam kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Berg, Alan dan Sayogyo, 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional, Edisi I, CV. Rajawali, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 1999. “Indonesia Sehat 2010”, Jakarta.

Hamid, D.E.., Desember 1996. “Intoleran Susu Pada Bayi Dan Anak”, Majalah Kesehatan Nasional Medan, Volume 26 No. 4.

Kalangi, N.S., 1994. Kebudayaan dan Kesehatan, Penerbit Megapoint, Jakarta. Kardjati, S. Alisyahbana A., Kusin J.A, 1985. Aspek Kesehatan Dan Gizi Anak Balita, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Krisnatuti D, Cenrina, R, 2000. Menyiapkan

MP-ASI, Puspa Swara.

Lupiana M, 1997. Perilaku Ibu terhadap Pemberian Susu Formaula pada Anak Umur 0 – 20 bulan di Kelurahan Kuala Bekala Kecamatan Medan Johor, Medan.

Muchtadi, D., 1996. Gizi untuk Bayi, ASI, Susu Formula Dan Makanan Tambahan, Sinar Harapan.

Notoatmodjo, S., 1993. Pendidikan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi, Yogyakarta. Peter J.P., Olson J.C., 2000. Perilaku Konsumen

dan Strategi Pemasaran, Jilid I Erlangga, Jakarta.

Rasmuson R.M., Renata E. S., William A.S., 1998. Komunikasi untuk Kelangsungan Hidup Anak, Agency For International Development Bureu For Science and Technologi,

Umar, H., 1993. Kapan Menyapih?, Gramedia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan  Kelompok Umur
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari  keseluruhan responden, yang terbanyak adalah  tidak bekerja jadi hanya sebagai ibi rumah  tangga saja, yaitu 18 orang (45,0%)
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan  Pengetahuan  No. Pengetahuan  n %  1 Baik  34  85,0  2  Sedang    6  15,0  3  Kurang    0    0,0  Total  40        100,0     Harga
Tabel 12. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan  dengan Sikap Responden

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Murid mampu menulis kosa kata dan teks yang didengarnya dengan aksara Jawa.. Murid mampu menuliskan kembali kalimat yang didengarnya dengan aksara

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

This analysis revealed that not only do these variables impact the tone of the news article, but also the overall trend in reporting suggests a largely inconclusive body of research

Pemekaran Kabupaten Pringsewu mempengaruhi peningkatan daya layan daya layan kasar dan daya layan potensial sedangkan daya layan aktual tidak mengalami kenaikan yang

Oleh Karena Itu Dalam Suatu Perusahaan Harus Terdapat Departemen Quality Control Dimana Departemen Tersebut Bertugas Untuk Mengendalikan Mutu Produk Mulai Dari Sortasi

Model-model teori yang telah dijelaskan di atas adalah sangat penting dan saling melengkapi untuk mengetahui corak respon individu di dalam