1. PENGERTIAN PEMASARAN
Philip Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai berikut:
"Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan
produk dan nilai dengan pihak lain" (Kotler, 199S : 7).
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Kotler, nampak bahwa prinsip
dasar yang melandasi setiap program pemasaran sesungguhnya adalah kebutuhan
manusia. Oleh karena itu, bila perusahaan mampu mengidentifikasikan dan
memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan baik maka pelanggan akan merasa
puas, dan hal mi dapat dikatakan program pemasarannya telah berhasil.
2. PENGERTIAN PRODUK
2.1 Definisi
Dalam pembicaraan sehari-hari, masyarakat sering mengartikan produk
sebagai obyek fisik, seperti permen, mobil, meja tulis, dan sebagainya. Dalam
pemasaran, konsep produk tidak sebatas obyek fisik saja. Segala sesuatu yang
mempunyai kemampuan memenulii kebutuhan dapat disebut dengan produk.
Menurut Kotler, produk dapat didefinisikan sebagai berikut:
Sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenulii suatu
kebutuhan atau keinginan" (Kotler, 1995 : 8).
Banyak produsen dan penjual membuat kesalahan dengan menaruh
perhatian yang lebih besar terhadap obyek fisik dari produk daripada manfaatnya.
PadahaL bagi konsumen yang penting bukanlah produk dalam artian obyek fisik,
tetapi penyelesaian atas suatu kebutuhan. Contoh klasik yang diberikan Kotler atas
kasus ini adalali: produsen bor, beranggapan bahwa konsumen membutuhkan bor,
padahal sesungguhnya yang dibutuhkan konsumen adalah sebuah lubang. Produsen
seperti ini nampaknya begitu serius memperhatikan pengembangan produknya,
namun telah lupa apa kebutuhan konsumen yang sesungguhnya. Bila suatu saat
muncul produk bam yang inovatif, dengan harga lebih murah, dan penyelesaian
masalah dengan cara yang lebih baik, mereka bam sadar bahwa mereka terjebak
dalam kesulitan besar.
Dalam mendefinisikan produk, William J. Stanton mempunyai pendapat
bahwa :
Sebuah produk adalah sekumpulan atribut nyata (tangible) dan
tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga,
kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari
pabrik serta pengecer - yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai
sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. (Stanton, 1993 : 222).
Gagasan pokok dari definisi Stanton adalah : konsumen membeli tidak
sekedar kumpulan atribut fisik. Pada dasarnya mereka membayar sesuatu yang
memuaskan keinginan. Jadi, sebuah perusahaan yang bijak menjual manfaat
produk, tidak hanya produk itu sendirL
Dalam merencanakan suatu produk, Kotler mengatakan bahwa perusahaan
harus membedakan dulu produk menjadi tiga tingkat yaitu:
1. Produk iiiti,
Produk inti adalah layanan pemecahan masalah atau manfaat inti yang diperoleh
oleh konsumen kalau mereka membeli sebuah produk.
2. Produk aktual
Produk aktual mempunyai lima karakteristik sebagai berikut: tingkat mutu, ciri
(keistimewaan), gaya, nama merek, dan kemasan.
3. Produk tambahan, atau produk pelengkap
adalah produk yang berada di antara produk inti dan produk aktual itu dengan
menawarkan layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen. (Kotler, 1995 :
445)
2.2 Penggolongan Produk
Produk dapat digolongkan ke dalam kelompok besar, yang didasarkan atas
jenis pelanggan yang menggunakannya, yaitu :
1.Produk konsumen {consumer products)
adalah produk yang ditujukan kepada pemakai akhir.
2. Produk industri {industrialproducts)
adalah produk yang diadakan untuk digunakan dalam memproduksi produk
lainnya.
Membedakan produk konsumen dan produk industri, tidak dapat hanya
dengan melihat produknya secara fisik. Sebuah mobil sedan, jika dibeli dan
digunakan oleh sebuah keluarga sebagai mobil pribadi, dapat diklasifikasikan
sebagai produk konsumen. Namun jika mobil, yang secara fisik sama persis sepeiti
yang disebutkan di atas, dibeli oleh sebuah perusahaan taksi dan digunakan sebagai
taksi, maka dapat diklasifikasikan sebagai produk industri. Jadi, perbedaan pokok
antara barang konsumsi dan barang industri terletak pada maksud atau tujuan
pembelian produk itu. (Kotler, 1995 : 447).
2.2.1 Penggolongan Produk Konsumen
Menurut Mc Carthy, golongan produk konsumen dapat dibagi ke dalam
empat kelompok, yaitu:
1. Produk Nyaman (Convenience Produk)
adalah produk yang dibutuhkan konsumen dan dibeli tanpa menyediakan banyak
waktu dan upaya. Produk ini sering dibeli, tidak memerlukan banyak layanan
atau penjualan, tidak mahal dan bahkan mungkin dibeli karena kebiasaan saja.
Yang termasuk dalam jenis produk ini adalah:
a. Barang Kebutuhan Pokok (Staples)
adalah produk yang sering dan rutin dibeli tanpa banyak pemikiran.
Barang-barang ini biasanya dijual di tempat-tempat yang mudah dicapai,
seperti toko makanan, pasar swalayan, dan sebagainya. Untuk barang pokok
ini penetapan merek merupakan hal yang penting, karena dapat membantu
pelanggan berhemat dan mendorong mereka untuk membeli lagi merk yang
disenangi. Contoh dari produk ini adalah makanan kaleng untuk sarapan,
sabun, pasta gigi, pembersih lantai, dan sebagainya.
b. Produk Dadakan (Impulse Product)
adalah produk yang dibeli dengan cepat - pembelian yang tidak berencana
sebelumnya - karena besarnya kebutuhan yang dirasakan saat itu. Barang ini
tidak pernah direncanakan untuk dibeli, namun diputuskan saat melihat
barang itu. Apabila pembeli tidak melihat adanya produk dadakan pada saat
yang tepat, mungkin tidak akan terjadi penjualan, itulah sebabnya produk ini
dipajang di tempat-tempat yang mudah terlihat, seperti di dekat kasir di pasar
swalayan. Contoh dari produk ini adalah es krim di pantai, permen karet di
dekat kasir pasar swalayan dan sebagainya.
c. Produk Darurat (Emergency Product)
adalah produk yang dibeli segera pada saat yang dibutuhkan. Pelanggan
benar-benar membutuhkan barang itu segera, sampai tak sempat untuk
melihat-lihat, dan membanding-bandingkan harga. Barang ini biasanya dijual
di toko kelontong, kios-kios di pinggir jalan atau pasar swalayan yang
terkadang buka 24 jam sehari. Contoh dari produk ini adalah jasa ambulance,
jasa mobil derek, tensoplast, dan sebagainya.
2. Produk Belanjaan (Shopping Product)
adalah produk yang menurut pelanggan ada gunanya dibanding-bandingkan
dengan produk bersaing lainnya sebelum dibeli.
Produk belanjaan ini dapat dibedakan menjadi:
a. Produk Belanjaan Homogen
adalah semua produk belanjaan yang menurut pelanggan pada dasamya sama
dan mereka menginginkan barang dengan harga terendah. Produk yang bisa
diklasifikasikan dalam kategori ini adalah jasa bank, emas, dan sebagainya.
b. Produk Belanjaan Heterogen
adalah produk belanjaan yang menurut pelanggan berbeda satu sama lain, dan
mereka ingin memeriksanya untuk mendapatkan produk yang bermutu dan
tahan lama. Contoh dari produk ini adalah kamera, pakaian jadi, dan sebagainya.
3. Produk Khas {Speciality Product)
adalah produk konsumen yang benar-benar diinginkan pelanggan, dan mereka
melakukan upaya khusus untuk mendapatkannya. Pembeli secara khusus
mencari produk tersebut dan tidak membanding -bandingkannya. Contoh dari
produk ini adalah produk obat-obatan tertentu, jasa tukang potong rambut, dan
sebagainya.
4. Produk Tak Dicari (Unsought Product)
adalah produk yang belum diinginkan pelanggan potensial atau mereka belum
tahu dapat membelinya.
Sering mereka melihat namun tidak memiliki keinginan untuk membelinya,
kecuali ada promosi yang menunjukkan manfaat lebih produk tersebut.
Produk tak dicari ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu :
a. Produk Baru Tak Dicari
adalah produk yang menawarkan gagasan yang benar-benar baru yang
belum dapat diketahui pelanggan potensial. Contoh: microwave, kamera
video, yang sekarang terkenal dulunya merupakan produk baru tak dicari.
b. Produk Tak Dicari Secara Regular
adalah semua produk yang akan tetap tidak dicari sekalipun bukan berarti
tidak akan pernah dibeli. Contoh dari produk ini adalah nisan kuburan,
asuransi jiwa, dan sebagainya. (Kotler, 1995 : 447 - 449).
2.2.2 Fenggolongan Produk Industri
Memirut Mc Carthy, produk industri dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Instalasi
Pada umumnya instalasi adalah produk tahan lama, sehingga tidak sering dibeli,
seperti bangunan, hak atas tanah, dan peralatan besar adalah barang modal yang
penting, dan umumnya dibuat berdasarkan pesanan, yang negosiasinya
melibatkan manajemen teras.
2. Aksesoris
adalah barang modal berumur pendek, dan lebih standar dibandingkan dengan
instalasi Aksesoris ini umumnya tidak seberapa mahal, sehingga keputusan
pembeliannya dapat diambil oleh pegawai operasional atau agen pembelian.
Contoh dari produk ini adalah : lemari arsip, mesin tik, mesin fotokopi,
komputer, dan sebagainya.
3. Bahan Baku
adalah barang pengeluaran yang belum diolah, seperti batangan kayu, biji besi,
gandum, dan sebagainya, yang diangkat ke dalam proses produksi. Tidak
seperti instalasi maupun aksesoris, bahan baku pada akhimya menjadi bagian
dari produk fisik. Kebanyakan pembeli bahan baku menginginkan persediaan
yang cukup banyak dan mutu yang tepat bagi penggunaan tertentu. Untuk
menjamin kontinuitas bahan baku, umumnya perusahaan mempergunakan
kontrak jangka panjang dengan para supliernya.
4. Komponen
adalah barang pengeluaran yang telah diolah menjadi bagian dari produk akhir.
Komponen memerlukan lebih banyak olahan daripada bahan baku, dan
menghendaki adanya bauran pemasaran yang berbeda daripada bahan baku,
sekalipun keduanya menjadi bagian dari produk akbir. Beberapa komponen
dibuat berdasarkan pesanan, oleh karena itu mungkin diperlukan negosiasi antar
staf perekayasaan kedua belah pihak (penjual - pembeli). Contoh dari
komponen adalah kabel, kertas, tekstil, dan semen.
•