• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA. Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONVERSI AGAMA

Dalam bab III ini akan disajikan data mengenai faktor-faktor yang ikut menentukan konversi agama yang dilakukan oleh Bpk.Nariyoto, namun sebelumnya penulis akan memaparkan secara ringkas mengenai latar belakang kepercayaan Bpk.Nariyoto sebelum menjadi Kristen, yakni Sapta Darma.

III.1. Sapta Darma

Sapta Darma merupakan yang termuda dari lima aliran kebatinan terbesar di Jawa,

dimana nama Sapta Darma berasal dari dua kata bahasa Jawa yang terpisah kemudian

dijadikan satu, yakni “sapto” yang berarti “tujuh” dan “darmo” yang artinya

“kewajiban suci”. Jadi Sapta Darma berarti “tujuh kewajiban suci” atau “tujuh amal

suci”.39 Pendiri aliran ini ialah Bpk.Sepuro, yang memiliki nama lengkap Panuntun

Agung Sri Gutama Hardjosaputro. Bpk.Hardjosaputro lahir pada tanggal 27

Desember 1914, di kabupaten Kediri, tepatnya di desa Sanding, Pare, propinsi Jawa

Timur. Profesi awal sebagai tukang cukur, dengan pekerjaan sampingan sebagai

seorang dukun yang memberikan obat-obatan dengan cara mengurut pasien. Pada saat Panuntun Agung Sri Gutama Hardjosaputro meninggal, kepemimpinan Sapta Darma diserahkan kepada Soewartini Martodihardjo, S.H (alumni UGM fakultas hukum). Ia

kemudian diberi gelar Sri Pawenang, padatanggal 30 April 1957.40

39

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 22. 40

Remaja Kerokhanian Sapta Darma, “SEJARAH BAGIAN III”, dalam

http://saptadarma7.blogspot.com/2011/08/sejarah-penerimaan-wahyu-wewarah-sapta_10.html, diunduh pada hari Selasa, 24 Juli 2012 pkl 14. 23.

(2)

Penyebaran Sapta Darma berawal dari penerimaan wahyu Tugas Panuntun Agung Sri Gutama (wahyu terakhir, diterima pada tanggal 17 Agustus 1956) yang merupakan perintah dari Allah Hyang Maha Kuasa agar Panuntun Agung Sri Gutama bersama pengikut menyebarkan ajaran. Tanggal 18 Agustus 1956 adalah awal dari proses penyebaran, yang diawali dari daerah Jawa Tengah, DIY, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Dalam proses penyebaran, dipergunakan beberapa cara, yaitu: a) Melaksanakan tugas peruwatan di tempat-tempat keramat secara terbuka, warga masyarakat secara langsung dapat mengetahui. b) Melalui sarasehan-sarasehan, ceramah-ceramah yang terus menerus dilakukan di seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. c) Dengan jalan Sabda Usada, yaitu penyembuhan di jalan Tuhan, memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menderita atau yang dalam kehidupan “gelap”. d) Penyembuhan yang dilakukan disebut Sabda Waras, yakni menyembuhkan semua makhluk hidup (hewan dan manusia) tanpa menerima upah dan syarat apapun. Tujuan umum dari proses penyebaran tersebut, yaitu menjadi sarana, alat atau penghubung dalam membangun mental, spiritual, dan membentuk manusia sehingga memiliki budi yang luhur. Tujuan khususnya ialah menuntun umat manusia memiliki kemampuan untuk bangkit, keluar dari penderitaan maupun kegelapan yang selama ini telah membelengggu kehidupan baik secara lahir maupun batin. Pengikut pertama kali dari ajaran Sapta Darma ini ialah keempat rekan Bpk.Hardjosaputro. Perkembangan penganut ajaran ini pun terjadi, lebih luas lagi melingkupi masyarakat di sekitar rumah beliau, yaitu di kota Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur. Melalui proses penyebaran yang dilakukan beliau bersama rekan-rekannya ke kota maupun desa-desa, maka yang menjadi anggota atau pengikut dari ajaran SAPTA DARMA merupakan orang-orang yang berasal dari daerah pedesaan dan orang-orang pekerja

(3)

kasar yang berdomisili di kota-kota.41 Dalam penyebaran yang dilakukan tersebut, warga ABRI banyak berperan di dalamnya.

Sapta Darma memiliki sifat toleransi maupun keterbukaan terhadap agama lain, karena kebudayaan Jawa termasuk di dalamnya Sapta Darma merupakan hasil dari

percampuran antara agama Hindu dan Budha.42 Dari perspektif sejarah menjelaskan

bahwa agama Hindu memiliki keterbukaan terhadap agama lain, dan berjumpa dengan Budha, yang menghasilkan satu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Jawa.

Namun Sapta Darma memiliki ajaran tersendiri, yang terangkum dalam:43

1. Tujuh Kewajiban Suci (Sapta Darma)

Penganut Sapta Darma meyakini bahwa manusia hanya memiliki 7 kewajiban atau disebut juga 7 Wewarah Suci, yaitu: (a) Setia dan tawakkal kepada Pancasila Allah (Maha Agung, Maha Rahim, Maha Adil, Maha Kuasa, dan Maha Kekal); (b) Jujur dan suci hati menjalankan undang-undang negara; (c) Turut menyingsingkan lengan baju menegakkan nusa dan bangsa; (d) Menolong siapa saja tanpa pamrih, atas dasar cinta kasih; (e) Berani hidup atas kepercayaan penuh pada kekuatan diri-sendiri; (f) Hidup bermasyarakat dengan susila dan disertai halusnya budi pekerti; (g) Yakin bahwa dunia ini tidak abadi, melainkan berubah-ubah (angkoro manggilingan).

2. Panca Sifat Manusia

Menurut Sapta Darma, manusia harus memiliki 5 (lima) sifat dasar yaitu: a) Berbudi luhur terhadap sesama umat lain. b) Belas kasih (welas asih) terhadap sesama umat yang lain. c) Berperasaan dan bertindak adil. d) Sadar bahwa manusia

41

Keluarga kampus wong alus, “AJARAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA”, dalam

http://wongalus.wordpress.com/2009/08/18/sapta-dharma/, diunduh pada hari Senin, 30 Juli 2012 pkl 14.45. 42

Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi tasawuf Islam ke Mistik Jawa(jogjakarta: Benteng 1999), 117. 43

Dalam http://blogkejawen.blogspot.com/2011/03/aliran-kerohanian-sapta-darma.html, diunduh pada Rabu, 06 Juni 2012 pkl 14.49

(4)

dalam kekuasaan (purba wasesa) Allah. e) Sadar bahwa hanya rohani manusia yang berasal dari Nur Yang Maha Kuasa yang bersifat abadi.

3. Konsep tentang Alam

Konsep alam dalam pandangan Sapta Darma adalah meliputi 3 alam: a) Alam

Wajar yaitu alam dunia sekarang ini. b) Alam Abadi yaitu alam langgeng, alam

kasuwargan atau alam akhirat. c) Alam Halus yaitu alam tempat roh-roh yang

gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam keswargaan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.

4. Konsep Peribadatan

Konsep ibadah dalam Sapta Darma tercermin pada ajaran mereka tentang Sujud Dasar. Sujud Dasar terdiri dari tiga kali sujud menghadap ke Timur. Sikap duduk dengan kepala ditundukkan sampai ke tanah, kemudian turun kembali. Amalan seperti itu dilakukan sebanyak tiga kali. Dalam sehari semalam, pengikut Sapta Darma diwajibkan melakukan Sujud Dasar sebanyak 1 kali.

5. Menyatu dengan Tuhan

Sebagai hasil dari amalan Sujud Dasar, mereka meyakini dapat menyatu dengan Tuhan dan dapat menerima wahyu tentang hal-hal ghaib. Tanda bersatunya antara Tuhan dengan manusia ialah ketika melakukan sujud, secara tiba-tiba kepala mereka terangguk ke depan hingga menyentuh tanah. Peristiwa tersebut tidak dapat dilakukan secara sengaja. Menyatunya antara Tuhan dan manusia digambarkan dengan api besar dan api kecil yang menjadi satu. Mereka juga meyakini, orang yang sudah menyatu dengan Tuhan bisa memiliki kekuatan besar (dahsyat) yang

(5)

disebut sebagai atom berjiwa, akal menjadi cerdas, dan dapat menyembuhkan atau mengobati penyakit.

6. Hening

Hening adalah salah satu ajaran Sapta Darma yang dilakukan dengan cara menenangkan semua fikiran seraya mengucapkan, Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rahim, Allah Hyang Maha Adil.

7. Racut(kondisi mati sajroning urip)

Racut adalah ketika kondisi tubuh di mana akal dan fikirannya kosong sementara roh berjalan-jalan. Ajaran dan praktek ini intinya adalah usaha untuk memisahkan rasa, fikiran, atau ruh dari jasad tubuhnya untuk menghadap Allah, kemudian setelah tujuan yang diinginkan selesai lalu kembali ke tubuh asalnya.

8. Simbol-Simbol

Di dalam satu simbol tersebut, terdapat empat simbol pokok, yaitu: (1) Gambar belah ketupat, yang menggambarkan manusia seutuhnya, (2) Warna dasar pada gambar belah ketupat, yaitu hijau muda yang melambangkan sinar cahaya Allah. Sedangkan warna hijau tua pada garis tepimenggambarkan badan jasmani manusia. (3) Empat sabuk lingkaran dengan warna yang berbeda-beda, hitam melambangkan nafsu lauwamah, merah melambangkan nafsu ammarah, kuning melambangkan nafsu sauwiyah, dan putih melambangkan nafsu muthmainnah; (4) terdapat segitiga sama sisi, yang terbagi ke dalam 3 segitiga sama sisi yang lebih kecil, yang menggambarkan manusia yang terbentuk dari tritunggal: sari dari bapa

(6)

(sperma), sari dari ibu (sel telur) dan sinar cahaya Allah. warna dari ketiga segitiga tersebut ialah putih, yang berarti kebersihan atau kesucian. (5) Vignette Semar (gambar arsir Semar) melambangkan budi luhur. Genggaman tangan kiri melambangkan roh suci, pusaka semar melambangkan punya kekuatan sabda suci, dan kain kampuh berlipat lima (wiron limo) melambangkan taat pada Pancasila Allah. (6) di dalam belah ketupat terdapat tulisan SAPTA DARMA, yang berarti tujuh kewajiban yang harus dilakukan oleh pengikut, serta tiga tulisan lainnya, yakni: nafsu, budi dan pakarti, menunjukkan kepribadian manusia ada yang baik,

jahat juga memiliki pikiran.44

III.2 Keluarga Bpk.Nariyoto dalam berbagai konteks

III.2.1 Kebatinan Sapta Darma

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bpk.Nariyoto sebagai pelaku konversi agama, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat dirasakan dalam kehidupannya sebelum dan sesudah bertemu dengan nilai nilai kekristenan yang ia dapatkan. Kehidupan dengan situasi dan kondisi yang buruk dan negatif dialami ketika ia berada pada kehidupan yang lama (penganut ajaran Sapta Darma). Profesi saat itu tidak hanya sebagai seorang seniman (dalang, berperan di dalam ketoprak maupun reog), namun juga sebagai seorang penjual minum-minuman keras, serta memiliki berbagai ilmu, baik itu ilmu hitam maupun putih. Adanya penganut Sapta Darma lainnya (empat saudara kandung) di dalam

44

(7)

keluarga Bpk Nariyoto, yaitu: Bpk.Armun, Ibu Supiyah, Bpk Jito dan Ibu

Miyatsih, serta alm. ibu Bpk.Nariyoto.45

III.2.2 Agama Islam

Keluarga Bpk.Nariyoto bertempat tinggal di Tambakrejo, yang berada di Timur kota Ambarawa, jaraknya kurang lebih 18 Km dari kota Salatiga. Secara keseluruhan penduduk yang beragama Islam sebanyak 335 orang, dengan

terdapat dua gedung mushola.46 Sawah-sawah dan rawa pening yang berada di

sekitar wilayah tersebut menjadikan masyarakat pada umumnya berprofesi sebagai petani, dan sebagiannya adalah pegawai, pedagang, serta TNI. Selain profesi-profesi tersebut, beberapa lainnya berprofesi sebagai wirausaha (membuka warung) dan seniman, termasuk pak Nari.

III.2.3 Agama Kristen

Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Induk Kependudukan (BIK) daerah setempat, mencatat bahwa daerah tersebut mayoritas penduduk beragama Kristen, dengan jumlah 378 orang dan Katolik berjumlah 46 orang. Kehidupan Kristen cukup dekat dengan kehidupan keluarga Bpk.Nariyoto. Kedekatan itu nyata dimana anak keempat (Nova Pramesti) telah lebih dulu aktif dalam kegiatan gereja, dengan sikapnya yang tekun dan aktif yang dimulai sejak kelas 5 SD. Keberanian anak tersebut menjadikannya tidak merasa takut menegur pak Nari, salah satu teguran yang dilontarkan anak tersebut seperti : “kok bapak

nggak ke gereja? Lah pak kalo mati piye?”47 Keluarga Bpk.Nariyoto terdiri dari 6

anggota keluarga, yaitu: Bpk.Nariyoto, ibu Ismiyati (istri atau ibu), anak pertama

45

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto, (Senin, 23 Juli 2012, pukul 17.05 WIB) 46

BUKU INDUK KEPENDUDUKAN 47

Wawancara dengan Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th (KMJ GPIB ATK), (Kamis, 26 Juli 2012, pukul 17.19 WIB)

(8)

yaitu Kasiyono Efendi (Fendi), anak kedua yaitu Ririh Wijonarko (Ririh), ketiga Sindu Triyogo (Sindu), dan Nova Ayu Prameswari (Nova). Kedekatan yang lebih luas terlihat dari tetangga sekitar tempat kediaman. Dari hasil observasi yang dilakukan di daerah setempat, wilayah tempat tinggal mereka yaitu RT 05 mayoritas memeluk agama Kristen. Dalam wilayah RT 05 terdapat kurang lebih 30 KK beragama Kristen, sedangkan yang beragama Islam hanya sekitar 7 KK. Khususnya disekeliling rumah, terdapat keluarga pak Nari (kakak kandung) yang juga menjadi tetangga, yakni keluarga Ibu Yanti. Keluarga tersebut telah menjadi

Kristen sejak 1973, ketika usianya masih remaja.48 Pada umumnya mereka

adalah orang Kristen yang berjemaat di GPIB ATK sektor Tambakrejo. Kekompleksan terhadap proses konversi agama yang terjadi dalam diri dan kehidupan keluarga Bpk. Nariyoto, juga nampak dalam konteks kehidupan. Pengaruh konteks tidak hanya muncul dari komunitas agama, namun juga dari lingkungan sekitar tempat tinggal, tetangga, dalam keluarga itu sendiri, termasuk pribadi maupun sosok pendeta yang melayani di jemaat GPIB ATK. Dimana pak

Nari mengaggumi kepribadian Pdt. Merziline Ch.Ressok, yang tegas dan keras.49

GPIB ATK yang pada saat ini dilayani oleh Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th, merupakan buah keberhasilan yang tidak lepas dari campur tangan GPIB Tamansari, Salatiga. GPIB Ambarawa merupakan hasil pemekaran dari GPIB Tamansari, Salatiga. Keberhasilan dalam memperluas wilayah pelayanan dari GPIB baru terjadi pada tahun 1973, setelah jemaat GPIB Tamansari, Salatiga mengupayakan peningkatan dalam hal kuantitas jemaat. Hal tersebut ditempuh dengan cara melakukan pelayanan terhadap masyarakat setempat yang telah

48

Wawancara dengan Ibu Yanti (kakak kandung pak Nari, yang juga warga jemaat), (Senin, 06 Agustus 2012, pukul 18.00 WIB)

49

(9)

beragama Kristen, dimana mereka pun ingin mendapatkan pelayanan dalam bidang rohani. Dengan melihat keadaan dan keinginan dari masyarakat tersebut, pihak GPIB Tamansari cukup bijak melihat realita yang sedang terjadi, oleh karena itu mereka menindaklanjuti dengan mengirim beberapa majelis untuk melakukan peninjauan lokasi serta bertemu dengan beberapa masyarakat yang ingin mendapatkan pembinaan rohani tersebut. Atas pertimbangan-pertimbangan yang ada, majelis GPIB Tamansari memutuskan untuk mulai mengadakan ibadah. Ibadah perdana yang dilakukan ialah pada hari Rabu, atau yang saat ini dikenal dengan kebaktian rumah tangga (KRT), bertempat di rumah Bpk.G.Sugiyarno. Perkembangan terus berlanjut menyebabkan bertambahnya

jumlah anggota, tahun 1986 tanah 200 m2 dibeli untuk mendirikan sebuah gedung

gereja yang permanen sebagai tempat beribadah. Namun dikarenakan kondisi keuangan yang kurang, maka pembangunan tempat ibadah, belum dapat terealisasi. Alternatif lain dalam menangani masalah ini pun dilakukan, yaitu dengan mencari rumah yang pada saat itu sedang disewakan, dengan maksud agar ibadah yang telah berjalan dapat dipindahkan di rumah tersebut. Tahun 1995 pembangunan gedung gereja terealisasi. Ketika telah menjadi satu jemaat, yaitu GPIB ATK, maka wilayah pelayanan terbagi menjadi tiga wilayah atau sektor, Ambarawa, Kebondowo dan Tambakrejo. Wilayah Tambak Boyo termasuk dalam sektor Tambakrejo, yang menjadi pusat dari rumah pastori serta administrasi gereja (kantor gereja).

Kehidupan jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo memiliki relasi yang baik antara satu dengan yang lainnya. Hal itu nampak pada kegiatan yang membutuhkan keterlibatan dari warga jemaat, tanpa membedakan antara yang tua dan yang muda, perempuan maupun laki-laki. Salah satu kegiatan ialah kesenian

(10)

Reog yang ditampilkan di dalam kegiatan gereja (ibadah Natal). Pada pagelaran seni Reog, yang ikut mengambil bagian tidak hanya laki-laki, kaum perempuan turut serta di dalamnya. Selain tidak membatasi pada gender, hal demikian terjadi dalam usia, dimana tidak terbatas pada yang tua, namun juga yang muda ikut berperan di dalam pagelaran seni tersebut. Sedangkan dalam bidang ekonomi, warga jemaat sektor Tambakrejo didominasi dengan profesi sebagai pedagang yang menjual berbagai kebutuhan di pasar Ambarawa, seperti: sayur-sayuran, beras, dan hasil kerajinan seperti tikar. Profesi lainnya yang banyak dilakukan oleh warga jemaat ialah petani, memelihara dan menjual bibit maupun ikan lele, hingga membuka tempat usaha milik pribadi. Usaha tersebut berupa bengkel, warung yang menjual kebutuhan hidup, serta warung makan.

III.3 Krisis yang dialami oleh Bpk.Nariyoto

Dibalik perpindahan, terdapat masalah atau dalam dunia psikologi disebut sebagai krisis. Krisis juga sangat besar pengaruhnya dalam bidang agama, dimana semua interaksi terkait di dalamnya, yakni hubungan seseorang dengan sesama serta seseorang dengan Tuhan. Krisis semacam inilah yang dialami oleh Pak Nari dimana setelah lima belas (15) tahun menganut Sapta Darma, dengan berbagai pengajaran yang telah diterimanya. Pengajaran yang termuat di dalam ajaran-ajaran dari Sapta Darma, belum sepenuhnya memberikan apa yang menjadi kebutuhan pak Nari, yaitu memperoleh keselamatan. Krisis tersebut telah dirasakannya ketika berada di Sapta Darma, dimana pada saat itu kemantapan dengan ajaran-ajaran Sapta Darma telah dirasakan. Awal dari krisis yang dialami pak Nari yakni ketika ia mendengar mengenai sosok yang mampu menyelamatkan manusia, yang disebut dengan Isa Rohulah. Krisis dalam dirinya semakin parah ketika pemimpin

(11)

komunitas Sapta Darma yang di dalamnya ia berdomisili, memberikan kepada Bpk.Nariyoto satu kitab yang dimilikinya, yang bernama kitab Jayabaya. Ketika pak Nari membaca kitab tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi daya tariknya. Ia menjelaskan bahwa dalam kitab tersebut tertulis mengenai Isa Rohulah yang pada awalnya hanya sebatas bahan yang ia dengar, namun saat itu ia dapat langsung membaca. Didalam kitab itu tertulis bahwa yang menyelamatkan manusia ke surga ialah Isa Rohulah atau Roh Suci, sehingga bagi manusia yang tidak mengikuti Isa Rohulah maka celaka akan dialaminya. Dari hal tersebut, pemikiran yang baru pun diperoleh, yakni mencari tempat dalam hal ini agama yang secara langsung mengajarkan, mengakui dan mempercayai Isa Rohulah. Ia mempercayai bahwa Isa Rohulah itu ialah Isa Almasih, atau dengan kata lain Tuhan Yesus. Berangkat dari hal ini, kegoyahan pun mulai dirasakan dimana antara hati dan pikirannya mulai tidak sejalan. Informasi mengenai Isa Rohulah menarik perhatian dari pemikirannya, sedangkan hati tetap merasa nyaman pada ajaran Sapta

Darma.50

III.4. Pencarian dalam upaya menjawab kebutuhan

Dengan terjadinya krisis di dalam diri pak Nari, atau konflik antara pikiran dan perasaan yang tidak lagi sejalan, membuatnya berkelana dalam mencari agama yang langsung mempercayai dan memberikan pengajaran mengenai Isa Rohulah. Keputusan dan tindakannya tersebut di dukung dengan tidak terdapatnya larangan dari Sapta Darma bagi para pengikut dalam melakukan perpindahan keyakinan. Penyebabnya ialah penekanan ajaran Sapta Darma yang berfokus pada kebatinan seseorang yang terhubung dengan tuhan melalui bersujud.

50

(12)

Proses pencarian tersebut diawali dengan keluar dari Sapta Darma, memilih agama Kristen, yakni menjadi jemaat Gereja Isa Almasih (GIA). Pendeta yang melayani di jemaat GPIB ATK yang berperan sebagai Ketua Majelis Jemaat (KMJ), mengatakan bahwa selama Bpk.Nariyoto atau yang lebih dikenal dengan panggilan pak Nari menjadi warga jemaat GIA, memberi diri untuk di baptis secara selam serta menjadi seorang pelayan (majelis). Tindaklanjut yang kurang bijak terhadap pemberian diri Bpk.Nariyoto dari pihak jemaat, berpengaruh pada hidup beliau. Selain itu juga penanganan dari pihak GIA yang demikian, menjadikan pak Nari memutuskan untuk tidak meneruskan keterlibatannya di wilayah gereja tersebut. Realita keluarnya Bpk.Nariyoto dari jemaat GIA diperkuat dengan alasan yang diutarakan beliau, dimana kekhusukan dalam beribadah tidak diperolehnya ketika beribadah. Selain itu juga gambaran diri seorang pendeta sebagai seorang pemimpin, tidak nampak dalam diri pendeta atau gembala yang memimpin jemaat GIA.Selama berdomisili dalam wilayah pelayanan Gereja Isa Almasih, beliau tidak memperoleh sepenuhnya kebutuhan yang selama ini dicari. Proses pencarian dalam menemukan dan menjawab kebutuhan terkait dengan Isa Rohulah, dilakukan oleh pak Nari berlangsung selama lima tahun. Pencarian tidak berhenti pada titik dimana ia menjadi jemaat di Gereja Isa Almasih, dengan mengikuti arus yang ada, ia memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Selama dua tahun di Islam, pak Nari mengakui bahwa ia tidak mengetahui ajaran-ajaran, doa, bahkan ia tidak pernah beribadah di mesjid. Dapat dikatakan ia tidak sepenuhnya menganut agama Islam, atau yang dikenal dengan sebutan sebagai Islam KTP. Pencarian terus dilakukan hingga ia mendengar kabar mengenai ibu Pdt.Merziline Ch. Ressok, S.Th yang dilihat memiliki kepribadian yang disukainya, yaitu tegas dan keras. Berawal dari sinilah pak Nari mencari tahu tentang kekristenan yang

(13)

sesungguhnya, melalui jemaat yang dilayani oleh ibu Pdt.Merziline Ch. Ressok,

S.Th, yakni jemaat GPIB ATK.51 Keingintahuan yang dimiliki membuat beliau

termotivasi, sehinggga tindakan yang diambilnya berupa mendengarkan khotbah-khotbah yang disampaikan oleh ibu pendeta hanya dari luar gereja. Ketertarikannya terhadap kekristenan yang sesungguhnya diperoleh ketika penyampaian pendeta dalam khotbah yang pada intinya mengatakan bahwa orang yang telah menjadi Kristen tidak menjamin keselamatan akan diperoleh, namun keselamatam dapat diperoleh ketika orang Kristen dengan sungguh melakukan apa yang telah

diajarkan selama ia hidup.52

Semangat tinggi yang dimiliki oleh pak Nari dalam mencari agama yang mempercayai dan mengajarkan tentang Isa Rohulah, direspon dengan baik oleh keponakannya yang bernama pak Dariyanto. Beliau merupakan salah satu majelis jemaat di GPIB ATK sektor Tambakrejo. Saat pak Nari menceritakan proses pencariannya kepada pak Dariyanto, tanggapan yang baik dan cepat, dilakukan oleh pak Dariyanto. Dimana ia memberitahukan realita yang terjadi dalam hidup pak Nari, kepada pendeta. Reaksi serupa pun terjadi terhadap pendeta, dengan bijak ia meminta pak Nari untuk benar-benar belajar dari awal mengenai kekristenan. Diawali dengan bergereja, mengikuti ibadah maupun kegiatan-kegiatan yang telah dijadwalkan oleh pihak gereja. Pengajaran tersebut

berkembang dengan pihak gereja ATK melayankan katekisasi.53

III.5 Pertemuan dengan agama yang baru

51

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto, (Senin, 23 Juli 2012, pukul 17.05 WIB) 52

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto, (Senin, 06 Agustus 2012, pukul 17.03 WIB) 53

Wawancara dengan Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th (KMJ GPIB ATK), (Kamis, 26 Juli 2012, pukul 17.19 WIB)

(14)

Perpindahan agama atau konversi dalam kasus ini tidak terbatas hanya dilakukan dan dialami oleh Bpk.Nariyoto, namun juga seluruh anggota keluarganya. Pertemuan dengan kekristenan diawali dari anak keempat yang bernama Nova, atau dengan kata lain Nova merupakan anggota keluarga yang pertama, yang telah bertemu dengan agama Kristen. Anak tersebut telah mengikuti kegiatan-kegiatan gereja di sektor Tambakrejo pada usia kurang lebih 10 tahun, atau ketika ia duduk di bangku SD kelas 5. Perbedaan proses pertemuan, terjadi di antara pak Nari dengan keempat anak, serta istrinya. Dimana keempat anak, dari pertama telah bertemu dengan agama Kristen. Walaupun sebelum proses yang terjadi di dalam kehidupan pak Nari, keempat anak tersebut telah menjadi Kristen namun belum yang sesungguhnya (ikut-ikutan). Sedangkan istri dari Bpk.Nariyoto pada usia kanak-kanak, pernah beragama Islam (ketika duduk di bangku kelas 1 SD), serta Katolik. Kedua agama tersebut juga tidak dijalankan sesuai dengan ajaran-ajaran yang berlaku di dalamnya. Pada tahun 1976, ibu Ismiyati menjadi seseorang yang tidak beragama. Pada tahun 2010 terjadi pertemuan dirinya dengan

kekristenan yang sesungguhnya.54

Perbedaan dari proses pertemuan kekristenan dengan diri pak Nari terdapat pada

peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya. Berbagai pengalaman

Bpk.Nariyoto serta keluarga, yang dengan pasti menambah pergolakan yang terjadi di dalam dirinya. Beberapa pengalaman yang terjadi ketika ia masih seorang Sapta Darma, kemudian bertemu dengan agama Kristen khususnya denominasi GPIB. Seluruh peristiwa yang mengiringi perjumpaan atau pertemuan dengan agama

Kristen yang sesungguhnya, antara lain:55

54

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto bersama keluarga, (Senin, 06 Agustus 2012, pukul 18.15 WIB) 55

(15)

a) Berkaitan dengan pengalaman Bpk.Nariyoto tentang kesehatan fisik, dimana ia mengalami suatu penyakit yang belum diketahui jenis serta nama penyakit tersebut. Pertemuannya dengan agama Kristen menjadikannya memiliki keyakinan yang dituangkan di dalam doa-doanya kepada Tuhan Yesus. Dengan keyakinan yang ada di dalam dirinya tersebut, membuahkan hasil yang baik, dimana penyakit tersebut terdeteksi pada saat pemeriksaan dilakukan. Penyakit yang ia derita selama ini ialah prostat.

b) Pengalaman lain terjadi di dalam anggota keluarga Bpk.Nariyoto yakni anak

pertama, yaitu Fendi. Kecelakaan parah yang terjadi pada tahun 2005, yang membuat dirinya patah tulang. Mereka meyakini bahwa kesembuhan yang dirasakan, itu adalah kuasa Tuhan.

c) Peristiwa yang dialami ibu Ismiyati (istri Bpk.Nariyoto), yang diungkapkan

beliau ialah pengalamannya yang akan dibunuh oleh seekor serigala. Situasi dan kondisi pada saat itu, ketika ia sedang tidur. Dan ketika pembunuhan tersebut hampir terjadi, ia dengan spontan menyebut nama Tuhan Yesus, dan seketika itu serigala tersebut langsung menghilang.

Bagi pak Nari, bantuan yang diberikan oleh pak Dariyanto sangat menolong dalam menemukan agama yang selama ini dicari. Pak Nari dapat dipertemukan dengan pendeta yang melayani di jemaat tersebut, hingga akhirnya berkembang menjadi suatu pembicaraan dan keputusan yang serius, yakni pendeta menganjurkan agar pak Nari memulai dengan ikut terlibat di dalam kegiatan gereja. Anjuran tersebut dilakukan oleh pak Nari, hingga pendeta yang melayani di jemaat itu pun melihat keseriusan pak Nari dalam berpindah menjadi Kristiani. Penggembalaan pun mulai dilakukan dan mulai memperkenalkan ajaran-ajaran Kristen yang sesungguhnya. Pengajaran dalam bentuk memberikan katekisasi pun

(16)

dilaksanakan, namun tidak serupa dengan katekisasi yang dilaksanakan pada umumnya oleh pihak gereja dimana dilaksanakan setiap hari Minggu yang bertempat di gereja. Terkait dengan kasus ini, penyelenggaraan katekisasi disesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh pihak pak Nari. Dan terkadang pelaksanaannya pun tidak hanya terfokus di gereja, dapat juga di rumah pak Nari. Keputusan dalam mengikuti katekisasi jemaat GPIB ATK, merupakan bentuk pemberian diri untuk menjadi jemaat setempat. Beberapa alasan yang diutarakan terkait dengan pemberian diri tersebut ialah bahwa di dalam GPIB ATK ada ketenangan yang diperoleh, serta kekhusukkan dalam proses ibadah. Selain itu juga tersedianya perlengkapan yang dapat memandu jemaat dalam beribadah, berupa

liturgi maupun puji-pujian, serta kesopanan dalam hal beribadah.56

Terkait dengan realita yang dihadapi oleh GPIB ATK mengenai perpindahan agama yang dilakukan oleh keluarga Bpk.Nariyoto ini, pihak gereja dalam hal ini pendeta dan majelis sangat peka menanggapi. Tanggapan yang diberikan berupa memberikan dorongan atau semangat dalam proses perpindahan agama yang telah menjadi keputusan mereka. Selain itu juga sebagai tindaklanjut dari proses konversi ini, khususnya pendeta membantu memberikan penyelesaian, yang tidak

hanya teori melainkan juga turut bertindak.57 Maksudnya ialah ketika pak Nari

berada dan mengikuti ajaran Sapta Darma, pegangan berupa batu-batu, keris dan buku-buku yang memiliki kekuatan magic menjadi hal yang cukup penting bagi dirinya. Melihat hal itu, dengan sikap yang tegas dan keras, pendeta melarang bahkan dengan persetujuan dari pak Nari, pendeta membakar sebagaian besar dari benda-benda tersebut. Pembakaran yang dilakukan tersebut tidak cukup dalam satu

56

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto dan ibu A (kakak kandung), (Senin, 23 Juli 2012, pukul 17.47 WIB) 57

Wawancara dengan Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th (KMJ GPIB ATK), (Kamis, 26 Juli 2012, pukul 17.19 WIB)

(17)

atau dua hari, namun hingga beberapa hari lamanya. Sedangkan sebagian lagi berupa keris, misalnya keris asli dari kerajaan Demak serta keris-keris yang dimiliki oleh pak Nari, dikembalikan ke asalnya. Dalam kegiatan pembakaran, melihat realita bahwa kekuatan magic yang sangat kuat berada di dalamnya, tidak selayaknya pembakaran benda-benda pada umumnya. Untuk menyikapi hal itu, maka yang dilakukan oleh pendeta sebelum membakarnya adalah berdoa dan berpuasa.

Perjumpaan Bpk.Nariyoto dan keluarga terhadap agama Kristen yang sesungguhnya, terdapat beberapa kendala, atau yang dibahasakan oleh beliau sebagai suatu pencobaan. Beberapa kendala atau pencobaan tersebut, antara lain:

a) Ketika melakukan perjalanan, di dalam bis terdapat seorang anak yang

menangis tanpa henti. Dengan gaya berpakaian pak Nari yang pada saat itu memakai baju dalang, menjadikannya pusat perhatian dari para penumpang bis saat itu. Penilaian para penumpang terhadap dirinya yang sebagai seorang dalang, membuat mereka meminta bantuan terkait dengan penanganan terhadap anak tersebut.

b)Perjalanan pada waktu yang lain, dimana pencobaan atau kendala tersebut

muncul pada saat bis yang ditumpangi berjalan pada hari yang mulai gelap,

namun tanpa memiliki penerangan (lampu) yang memadai. Yang

mengakibatkan penglihatan akan terganggu. Melihat hal tersebut, pak Nari mengungkapkan kepada beberapa penumpang disekitarnya agar polisi segera menangkap kendaraan yang mereka tumpangi tersebut. Ucapan pak Nari menjadi suatu kenyataan, dimana beberapa saat kendaraan mereka diberhentikan oleh beberapa polisi. Realita saat itu memberikan suatu prasangka dalam diri penumpang yang mengetahuinya, bahwa beliau selayaknya seorang dukun. Oleh

(18)

karena itu mereka dengan berani memintanya untuk berdoa agar ada

pertolongan dari bis lain yang melewati area sekitar.58

Kendala juga dialami oleh ibu Pdt.Merziline Ch.Ressok, S.Th dalam menangani proses konversi yang dilakukan oleh keluarga Bpk.Nariyoto. Kendala tersebut ialah berbagai macam ilmu dengan kekuatan yang besar, khususnya ilmu hitam, yang dimiliki oleh pak Nari. Penanganan yang dilakukan oleh beliau terkait dengan kendala tersebut ialah dengan berdoa dan bertindak secara langsung, yang pada intinya bertujuan agar keluarga Bpk.Nariyoto dapat bertemu dengan kekristenan

yang sesungguhnya.59

III.6 Interaksi yang mendukung proses konversi agama

Dengan bakat serta kemampuannya dalam bidang kesenian, maka ia mampu menjaga hubungan yang baik dengan komunitas Sapta Darma maupun dengan yang akan menjadi komunitas agamanya yang baru, yakni jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo. Interaksi yang dilakukan, terbagi ke dalam dua bagian, yakni: III.6.1 Interaksi dengan komunitas agama lama

Penilaian masyarakat sekitar yang menganggap pak Nari sebagai seseorang yang dalam dirinya, seni melekat dengan kuat. Dimana profesi utamanya ialah sebagai seorang dalang dalam pewayangan, akibat yang ditimbulkan ialah membuat masyarakat tetap menerima pak Nari apa adanya. Kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terkandung nilai seni, diawali dengan berkonsultasi kepadanya. Relasi yang tetap terjalin dengan baik tersebut didukung dengan sikapnya yang terbuka pada semua orang. Keterbukaan pun terlihat dimana menurut pemaparannya, ia tetap

58

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto, (Senin, 23 Juli 2012, pukul 17.05 WIB) 59

Wawancara dengan Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th (KMJ GPIB ATK), (Kamis, 26 Juli 2012, pukul 17.19 WIB)

(19)

menghadiri undangan-undangan dari agama lain, seperti undangan kenduren dari agama Islam. Dengan bijak ia menyikapi undangan tersebut karena memiliki nilai seni, namun ia lebih memilih untuk duduk diluar, dengan pertimbangan bahwa proses yang dilakukan dengan cara agama Islam. Interaksi lainnya yakni dengan seringnya ia berkumpul dan bercengkrama bersama masyarakat sekitar tempat tinggalnya baik yang muda maupun yang tua, yang pada saat itu ia dengan berani menceritakan sebenarnyayang terjadi di dalam kehidupannya, terkait dengan kekristenan. Serta pada saat umat muslim berpuasa (seperti bulan Juli-Agustus ini), beliau sering memanggil mereka berbuka bersama. Interaksi-interaksi tersebut yang dilakukannya tanpa membatasi diri dengan siapa saja, yang

tua maupun yang muda, serta agama apa pun.60

Hubungan relasi yang baik juga terjadi antara Bpk.Nariyoto dengan pihak GIA, hal itu nampak dalam penerimaan beliau ketika pihak GIA meminta pertolongan dalam pembuatan keroncong. Tidak hanya itu, ketika dalam pihak GIA terjadi permasalahan intern, konsultasi justru dilakukan dengan beliau. Dengan sikap yang bijak tanpa bermaksud mencapuri urusan intern mereka, beliau hanya membantu sebatas memberikan arahan-arahan. Dengan hubungan yang terus terjalin baik, menjadikan pihak GIA menjalin hubungan baik dengan jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo. Penampakkan dari realitas interaksi yang harmonis tersebut terwujud dalam tindakan perkunjungan dari pihak GIA pada waktu tim keroncong GPIB ATK melakukan latihan. Yang pada intinya ia mangatakan bahwa hal-hal tersebut dilakukannya dalam rangka saling menghormati satu dengan

60

(20)

lainnya dan dapat menjadi teladan. Kedua hal tersebut merupakan perwujudan dari kasih yang diajarkan di dalam agama Kristen yang

diperolehnya.61

III.6.2 Interaksi dengan komunitas agama baru

Bagi pak Nari bersama keluarga, untuk melakukan hubungan dengan jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo adalah hal yang tidak cukup susah. Hal itu dikarenakan wilayah tempat tinggal mereka yang dominan ialah warga jemaat GPIB ATK. Selain itu juga sebelum ia mengambil keputusan melakukan konversi ke agama Kristen, jemaat GPIB ATK sektor Tambakrejo telah sering meminta pertolongan beliau dalam melatih

Panembromo maupun ketoprak62. Dengan adanya kebiasaan yang demikian,

menjadikan tidak adanya jarak yang berarti di antara mereka. Interaksi yang semakin intens juga terjadi dikarenakan keikutsertaan keluarga di

dalam kegiatan-kegiatan gereja.63

III.7 Komitmen pelaku konversi agama

Dengan melalui keseluruhan proses yang dijalani oleh pak Nari bersama keluarga, maka mereka memutuskan untuk dengan sungguh berpindah agama menjadi Kristen Protestan, dan berjemaat di GPIB ATK. Hal penting tersebut terjadi pada tanggal 30 Mei 2010, dimana saat itu mereka memberi diri untuk di baptis dan di sidi. Mengingat pak Nari bersama istri telah menikah, maka pihak gereja memutuskan untuk melayankan nikah gereja pada tanggal 26 Juli 2010, bertempat di GPIB ATK sektor Tambakrejo. Yang melayani baik baptis, sidi dan

61

Wawancara dengan Bpk. Nariyoto, (Senin, 06 Agustus 2012, pukul 17.03 WIB) 62

Panembromo merupakan salah satu kesenian suku Jawa dalam hal suara, atau dapat dikatakan sebagai sekumpulan dari beberapa orang yang melantunkan tembang-tembang dengan lirik bahasa Jawa. Panembromo dalam kebudayaan Kristen, sebagai paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu dalam lirik bahwa Jawa. Sedangkan ketoprak juga termasuk dalam kesenian suku Jawa, sejenis drama.

63

(21)

nikah gereja ialah Pdt. Merziline Ch.Ressok, S.Th. Setelah mengambil keputusan untuk berpindah agama, pak Nari mengutarakan bahwa ia semakin tidak takut untuk berkata jujur dimana ia telah menjadi Kristen dan bersedia melakukan ajaran-ajaran Kristiani yang telah ia ketahui dan pahami. Ia memberikan beberapa contoh yang di dalamnya terkandung nilai kesaksian, yakni ketika orang-orang memintanya untuk memainkan wayang. Pada saat itu ia dengan jujur berkata kepada orang yang memintanya tersebut, bahwa ia sekarang adalah orang Kristen, maka ketika berdoa, ia akan melakukannya dengan doa Kristen. Selain itu juga, ketika pembangunan jalan baru di dekat tempat tinggalnya, ada seseorang yang datang menemuinya. Orang tersebut ialah pekerja jalan tersebut, ia mengatakan bahwa kakinya membesar, dan mempercayai bahwa hal itu merupakan perbuatan makhluk-makhluk yang menjadi penunggu tempat tersebut. Namun saat itu pak Nari mengatakan kepadanya bahwa ia akan membantu dalam doa bersama rekan-rekannya (satu orang dari GIA, satu orang dari Katolik, satu orang dari Islam, bersama dengan pak Nari), doa tersebut dilakukan di kediamannya dan mereka mengijinkan beliau yang memimpin doa tersebut. Dan ketika pekerja tersebut datang kembali padanya, setelah melakukan pemeriksaan medis, ditemukan

penyakit yang menyebabkannya menjadi seperti demikian.64 Dari hal-hal tersebut

nampak bahwa secara langsung pak Nari telah bersaksi kepada mereka yang dijumpai.

Tanda komitmen atau kesungguhan keluarga Bpk.Nariyoto dalam menjadi Kristen, juga nampak ketika mereka turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan gereja. Maksudnya ialah ketika gereja mengadakan kegiatan yang di dalamnya dikolaborasikan dengan seni-seni suku Jawa, maka keluarga tersebut ikut berperan

64

(22)

aktif di dalamnya. Mulai dari pak Nari yang berperan sebagai dalang; pembuatan alur cerita wayang maupun ketoprak; mengikuti PKB (Persekutuan Kaum Bapak) ngamen dalam rangka pencarian dana untuk membeli pastori baru; hingga menjadi pelatih panembromo dan keroncong. Hal itu juga dilakukan oleh ibu Ismiyati, yakni mengambil bagian dalam seni Reog. Selain itu juga keluarga ini pernah terlibat di dalam pengurus paniti Natal gereja, serta menyediakan rumah mereka

menjadi tempat berlatih kesenian tersebut.65

III.8 Konsekuensi dalam melakukan konversi agama bagi pelaku konversi

Keputusan dalam kasus keluarga Bpk.Nariyoto untuk menjadi agama Kristen, menimbulkan konsekuensi yang harus ditanggung. Konsekuensi besar dirasakan oleh pak Nari, dimana kekuatan yang berasal dari ilmu-ilmu yang selama ini dimiliki, harus dilepaskan. Dengan demikian membuatnya tidak lagi bergantung pada benda maupun kekuatan gaib dalam kehidupannya. Pdt.Merziline melihat bahwa ilmu-ilmu serta benda-benda yang dimiliki pak Nari, belum sepenuhnya dilepaskan. Terdapat beberapa pernyataan yang secara tidak langsung memperkuat pernyataan yang diungkapkan oleh ibu pendeta, yaitu pengakuan Bpk.Nariyoto terkait dengan penyimpanan beberapa buku hingga saat ini. Diutarakannya alasan bahwa buku-buku tersebut terkandung pengetahuan terkait sifat-sifat manusia

berdasarkan wilayahnya, khususnya Jawa.66 Konsekuensi atau dampak lain muncul

dari bidang ekonomi. Permintaan untuk memainkan wayang (dalang) tidak berkurang, namun justru semakin banyak permintaan. Dengan demikian namanya pun tetap dikenal oleh banyak orang, atau dengan kata lain di bidang sosial, hubungan-hubungannya dengan orang lain semakin meluas. Walaupun ketika keputusan berpindah agama dilakukan, pihak kontra berasal dari rekan-rekannya

65

Wawancara dengan Pdt. Merziline Ch.Ressok,S.Th (KMJ GPIB ATK), (Kamis, 26 Juli 2012, pukul 17.19 WIB)

66

(23)

yang beragama Islam. Konsekuensi atau dampak juga dirasakan dalam keluarga, dimana kehidupan anak-anak mereka menjadi lebih baik dan benar. Ketiga anaknya telah mendapat kerja yang bagus, sedangkan anak keempat,

pendidikannya pun lancar. Kehidupan keluarga menjadi harmonis dan teratur.67

Namun dampak terhadap Sapta Darma tidak dirasakan begitu berarti, karena para penganut Sapta Darma dimana pak Nari dahulu berdomisili, tidak menunjukkan perilaku yang berarti atas ketidaksukaan mereka terhadap perpindahan agama yang dilakukan beliau. Walaupun secara manusiawi, pak Nari merasa bahwa mereka kurang rela dengan keputusan yang dipilih olehnya. Lain halnya dengan gereja, dimana dengan ramah menyambut masuknya pak Nari bersama keluarga menjadi warga jemaat GPIB ATK. Dengan pemikiran yang bijak, majelis jemaat khususnya pendeta, memberdayakan kemampuan seta bakat dalam bidang seni yang dimiliki oleh pak Nari bersama keluarga. Pemberdayaan tersebut diterapkan ketika hari-hari raya Kristen, seperti Natal dan paskah. Pihak gereja meminta kesediaan dalam memainkan wayang di pertengahan dari proses ibadah, maksudnya ialah pemberitaan kebenaran firman Tuhan yang telah disampaikan oleh pendeta, diterapkan di dalam pewayangan. Atau dengan kata lain permainan wayang yang dilakukan oleh pak Nari, menjadi perantara pemberitaan kebenaran firman Tuhan yang ditujukan bagi jemaat yang mendengarkan saat itu.

67

Referensi

Dokumen terkait

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Akhir-akhir ini saya merasa tidak dapat mencapai tujuan akhir ketika beban pekerjaan yang diberikan kepada saya sangat

Basa sing watake raket banget lan alus sarta ngajeni banget marang wong sing diajak guneman jalaran nggunakake tembung krama inggil tumrap wong sing diajak guneman lan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Merespon keluhan pembaca Pos Kota, Sudinhubtrans Jaksel menderek kendaraan pribadi yang diparkir liar di Jalan Sunan Ampel, Kebayoran Baru, meski sudah terpasang rambu larangan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun