• Tidak ada hasil yang ditemukan

FOTODEGRADASI LIMBAH TEKSTIL WARNA MERAHMENGGUNAKAN SERBUK BESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FOTODEGRADASI LIMBAH TEKSTIL WARNA MERAHMENGGUNAKAN SERBUK BESI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FOTODEGRADASI LIMBAH TEKSTIL WARNA MERAHMENGGUNAKAN SERBUK BESI

Siti Wardiyati, Sari Hasnah Dewi

Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir, PTBIN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Serpong

ABSTRAK

FOTODEGRADASI LIMBAH TEKSTIL WARNA MERAH DENGAN SERBUK BESI. Telah dilakukan penelitian Fotodegradasi limbah tekstil warna merah menggunakan serbuk besi. Serbuk besi sangat efektif untuk degradasi senyawa organik dengan metoda Foto-Fenton, karena sifat magnet yang dimilikinya dapat mempersingkat alur proses yang terjadi. Efektifitas degradasi warna dengan metoda Foto-Fenton sangat ditentukan oleh jumlah oksidator H2O2, jumlah ion Ferrous (Fe2+) yang berfungsi

sebagai katalisator, nisbah H2O2/Fe2+, pH larutan dan waktu penyinaran. Limbah tektil warna merah

yang digunakan pada percobaan ini diperoleh dari limbah batik Rara Djonggrang Yogyakarta, sedangkan katalisator oksida besi (Fe3O4) dan Fe zero valent (Feo) diperoleh dari hasil sintesis.

Faktor-faktor yang dipelajari pada penelitian ini adalah pengaruh pH larutan, jumlah H2O2, waktu

penyinaran, jumlah dan jenis katalisator, Kondisi optimum percobaan diperoleh pada pH larutan 3,0 - 4,0; jumlah H2O2 25 µL; waktu penyinaran 90 menit, jumlah katalisator 75 mg. Pada kondisi

tersebut efisiensi degradasi mencapai 88,5 % untuk katalisator Fe3O4 dan 91 % untuk Feo. Proses

Fotodegradasi senyawa organik dengan menggunakan serbuk besi lebih sederhana dan efektif dibandingkan dengan menggunakan garam besi.

Kata-kata kunci : Fenton, Fotodegradasi, limbah warna, Fe3O4 dan zero valent iron (Feo) ABTRACT

PHOTODEGRADATION OF RED TEXTILE WASTE WITH IRON POWDER. A study of photodegradation of red textile waste have been conducted using iron powder. Iron powder is very effective for the degradation of organic compounds with Photo-Fenton method, because of its magnetic properties can shorten flow processes. Effectiveness of color degradation with Photo-Fenton method is determined by the amount of oxidant H2O2, the amount of Ferrous ion (Fe2+) that serves as a catalyst,

ratio H2O2/Fe2+, pH and exposure time. Red textile waste used in the experiments was obtained from

waste Rara Djograng Yogyakarta batik, while the catalyst iron oxide (Fe3O4) and zero valent iron

(Feo) were obtained from the synthesis results. Factors studied in red photodegradation studies using iron powder are the influence of the solution pH, the amount of H2O2, the amount and type of iron

powder, and exposure time. Optimum experimental conditions. obtained at pH 3.0 to 4.0; amounts of H2O2 15 mL; exposure time of 90 minutes, amounts of catalyst of 25 mg. In these conditions the

degradation efficiency reached 88.5 % for Fe3O4 catalyst and 91 % for Feo. Photodegradation process

of organic compounds by using iron ore powder is simple than using iron salts. Keywords: Fenton, photodegradation, waste color, Fe3O4 and zero valent iron (Feo)

PENDAHULUAN

emajuan pembangunan industri yang terjadi di Indonesia akan menambah jumlah penggunaan zat warna sintetik. Industri yang menggunakan zat warna sintetik diantaranya industri tektil, industri kertas, percetakan, kulit, farmasi, konsmetik dan industri makanan. Terdaftar sekitar 10.000 jenis zat pewarna yang digunakan oleh industri sampai saat ini, dan lebih dari 700.000 ton zat

pewarna di produksi setiap tahun di seluruh dunia [1]. Perkembangan pembangunan industri akan selalu diikuti dengan penambahan jumlah limbah yang merupakan efek samping dari sebuah industri. Sampai saat ini metoda yang efektif dan ekonomis untuk pengolahan limbah warna merupakan topik yang menarik untuk diteliti mengingat limbah pewarna mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap mamalia dan organisme air.

(2)

Ada beberapa metoda pengolahan limbah warna, diantaranya dengan metoda adsorbsi, destruksi elektrokimia, degradasai fotokatalitik, mikrobiologi dan metoda Fenton. Metoda Fenton merupakan salah satu metoda yang lazim digunakan untuk pengolahan limbah warna, karena metoda ini mampu mendegradasi pewarna sintetik yang umumnya bersifat non-biodegradable yang tidak mampu diuraikan dengan metoda konvensional [2]. Metoda Fenton adalah suatu metoda degradasi warna dengan pembentukkan radikal bebas OH• yang diperoleh dari reaksi H2O2 dengan ion Fe2+ dalam kondisi penyinaran atau tanpa penyinaran sinar UV (matahari) seperti yang ditunjukkan pada reaksi (1) s/d (3) berikut ini; [3] Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH- + OH• ...(1) Fenton : Fe3+ + H2O2 → Fe2+ + OOH- + H+ ...(2) Foto-Fenton : Fe3+ + hv → Fe2+ + OH• ...(3)

Pada reaksi (3) hv adalah energi panas yang diberikan pada proses Foto-Fenton yang berasal dari sinar UV atau matahari. Proses oksidasi atau degradasi warna akan bertambah efektif dengan adanya paparan sinar UV atau matahari, proses ini disebut proses Foto-Fenton. Ion Fe2+ pada reaksi (1) berfungsi sebagai katalisator. Katalisator yang lazim digunakan berupa garam Fe, seperti FeSO4. 7H2O, yang selanjutnya disebut Fenton klasik. Penggunaan garam Fe pada proses Fenton dan Foto-Fenton mempunyai kelemahan, dikarenakan timbulnya endapan FeOOH2+ dari reaksi yang terjadi [4], sehingga akan menimbulkan permasalahan baru. Permasalah tersebut selain mempengaruhi efisiensi proses oksidasi, diperlukan perlakuan pemisahan endapan yang selanjutnya diperlukan tempat untuk penyimpanan atau pembuangan endapan yang berupa lumpur. Proses pemisahan endapan pada proses Fenton maupun Foto-Fenton ini dapat ditiadakan dengan penggunaan katalisator berupa serbuk besi, seperti oksida besi (Fe3O4; Feo) yang selanjutnya disebut Fenton modifikasi. Reaksi degradasi warna dengan serbuk besi (Feo) mengikuti reaksi (4), (2) dan (5) berikut ini; [5]

H+

Feo → Fe2+ ...(4)

Fe 2+ + H2O2 → Fe3+ + OH• + OH ...(2) OH + Dye → dye teroksidasi + H2O ....(5) Penggunaan serbuk besi yang bersifat magnet akan mempermudah proses pengambilan kembali katalisator yang telah digunakan, yaitu dengan bantuan magnet permanen. Selain itu penggunaan katalisator serbuk besi dapat didaur ulang sehingga proses lebih ekonomis

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metoda degradasi warna yang lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan metoda Fenton klasik yang telah lazim digunakan. Metoda Fenton modifikasi yang dikembangkan ini akan diterapkan untuk pengolahan limbah warna dari industri tekstil. Limbah industri yang digunakan adalah limbah batik warna merah dari Batik Roro Djonggrang Yogyakarta. Parameter yang berpengaruh dan dipelajari pada penelitian ini adalah pH larutan, jumlah oksidator, jenis dan jumlah katalisator, dan waktu penyinaran.

METODOLOGI Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah limbah batik warna merah dari Batik Roro Djonggrang Yogyakarta, larutan hidrogen peroksida (H2O2) 35 % w/w, Fe3O4, dan zero valent iron (Feo) hasil sintesis. Larutan pengatur pH yaitu H2SO4 (0,1N)), dan NaOH.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah shaker buatan BKAN PTBIN untuk proses Foto-Fenton, alat analisis limbah berupa Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) Bruker Jerman, dan alat analisis hasil Spektrofotometer UV-Vis Lambda 25 PerkinElmer. Peralatan umum laboratotium seperti peralatan gelas, pH meter dan centrifuge.

PERCOBAAN

Percobaan degradasi warna dilakukan secara catu seperti yang diuraikan pada pustaka [6] oleh Siti Wardiyati dkk, dengan menggunakan katalisator Fe3O4 dan zero valent iron hasil sintesis, dengan ukuran < 100 nm. Pembuatan Fe3O4 dilakukan secara presipitasi seperti yang diuraikan pada makalah yang berjudul Sintesis nano partikel oksida besi dengan metode Emulsi menggunakan Surfaktan Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) oleh Siti Wardiyati, dkk. [7]. Sedangkan pembuatan zero valent iron dilakukan secara presipitasi dengan menggunakan NaBH4 sebagai reduktor

(3)

seperti yang diuraikan pada makalah Sintesis dan Karakterisasi Nano Zero Valent Iron (NZVI) dengan metoda Presipitasi oleh Siti Wardiyati, yang telah diseminarkan pada Seminar Magnet Nasional Nopember 2011 di ITS Surabaya [8]. Parameter percobaan yang yang dilakukan adalah, pH larutan ( 1, 2, 3, 4, 5, dan 6), jumlah oksidator (10, 15, 20, 25, 30) µL, jenis dan jumlah katalisator ( Fe3O4 dan FeO : 5, 10, 15, 20, 25, 30 mg) dan waktu penyinaran (10, 20, 30, 40, 50, 60, 90) menit.

Analisis konsentrasi limbah warna sebelum dan sesudah proses Fotodegradasi dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis Lambda 25 PerkinElmer. Efisiensi penghilangan warna dihitung dari selisih antara konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir dalam bentuk %. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh pH larutan

Pengaruh pH larutan pada proses Fotodegradasi limbah batik warna merah dilakukan pada kondisi operasi; volume larutan limbah 50 ml, kataliasator Fe3O4 15 mg, oksidator H2O2 25 µL, lama penyinaran 90 menit. Hasil percobaan ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh pH larutan terhadap efisiensi degradasi limbah batik warna merah

Pada Gambar 1. terlihat bahwa pH optimum hasil percobaan degradasi limbah batik warna merah secara Fenton modifikasi sama dengan degradasi senyawa organik menggunakan metoda Fenton klasik [4] yaitu pada pH asam 3,0 - 4,0. Pada pH dibawah 2,0 proses Fenton tidak efektif, karena ion H+ akan ditangkap oleh radikal bebas OH• (yang terbentuk pada reaksi (1) ) membentuk H2O mengikuti reaksi (6) berikut ini;

OH• + H+ + e-→ H2O ...(6) Karena radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan H+, mengakibatkan proses degradasi menurun. Pada pH diatas 4,0, H2O2 yang ditambahkan mudah terdekomposisi membentuk H+ dan HOO- yang segera bereaksi dengan Fe2+ membentuk gumpalan

ferric hydroxide, yang mengakibatkan pembentukan radikal bebas OH• terganggu atau berkurang.

2. Pengaruh jumlah oksidator H2O2

Pengaruh penggunaan H2O2 pada proses Fotodegradasi limbah warna merah ditunjukan pada Gambar 2. Disini terlihat bahwa, pada awalnya penambahan H2O2 akan menaikkan efektifitas degradasi warna, akan tetapi setelah mencapai titik kesetimbangan, penambahan H2O2 tidak menaikkan efisiensi degradasi lagi. Karakteristik diagram jumlah H2O2 vs efisiensi degradasi warna tidak jauh berbeda pada percobaan degradasi senyawa organik menggunakan metoda Fenton klasik yang dilakukan sebelumnya [4]. Perbedaannya terletak pada jumlah pemakaian H2O2 untuk mencapai titik kesetimbangan.

Gambar 2. Pengaruh jumlah H2O2 terhadap efisiensi degradasi limbah batik warna merah Volume limbah 50 m,L;waktu kontak 90 menit, jumlah Fe3O4 15 mg; pH larutan 3,0

Pada Fenton klasik titik kesetimbangan penambahan H2O2 terjadi pada jumlah H2O2 75 mg, sedangkan pada Fenton modifikasi kesetimbangan dicapai pada penambahan H2O2 jauh lebih kecil yaitu 25 mg. Hal ini dimungkinkan karena dengan menggunakan katalisator berupa serbuk tidak menimbulkan gumpalan atau lumpur yang menghalangi penyinaran sehingga pembentukan radikal

(4)

bebas tidak terganggu, sehingga penggunaan H2O2 bisa optimal.

3. Pengaruh Waktu penyinaran

Pengaruh waktu penyinaran pada proses Fotodegradasi warna merah limbah batik dengan metoda Foto-Fenton ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengaruh waktu penyinaran terhadap efisiensi degradasi warna merah limbah batik dengan metoda Foto-Fenton. Kondisi percobaan untuk mempelajari pengaruh waktu penyinaran terhadap efisiensi degradasi warna dilakukan pada volume larutan limbah 50 mL; jumlah H2O2 25 μL

jumlah Fe3O4 25 mg; pH larutan 3,0. Pada Gambar 3. terlihat jelas pengaruh waktu pennyinaran terhadap efisiensi degradasi warna. Pada lama penyinaran hingga 50 menit, efisiensi degradasi warna masih rendah, hal ini dikarenakan bahan katalisator yang digunakan berupa serbuk, sehingga waktu yang diperlukan untuk membentuk ion Fe2+ lebih lamban dibandingkan dengan bahan katalisator yang berupa garam [4]. Akan tetapi setelah waktu penyinaran diatas 50 menit, kenaikan waktu penyinaran akan memberikan kenaikan efisiensi degradasi yang nyata. Dari percobaan ini diperoleh waktu optimum degradasi warna merah dengan menggunakan katalisator Fe3O4 adalah 90 menit.

4. Pengaruh jenis dan jumlah katalisator Untuk mengetahui pengaruh jenis dan jumlah katalisator pada percobaan Fotodegradasi limbah batik warna merah digunakan 3 katalisator yaitu garam FeSO4.7H2O, Fe3O4 dan Feo. Penggunaan katalisator garam FeSO4.7H2O dilakukan sebagai pembanding metoda antara Fenton klasik dan Fenton modifikasi dengan katalisator Fe3O4 dan Feo. Kondisi operasi

percobaan menggunakan kondisi operasi optimum dari hasil yang diperoleh diatas yaitu merah dengan volume limbah 50 mL, waktu kontak 90 menit, jumlah H2O2 25 μL; pH

larutan 3,0. Hasil percobaan ditunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh jenis dan jumlah katalisator terhadap efisiensi degradasi warna merah Pada Gambar 4. terdapat 3( tiga) grafik yang menunjukan penggunaan katalisator berlainan, yang mempunyai karakteristik yang berlainnan pula. Perbedaan karakteristik ini akan dibahas satu persatu pada penlulisan makalah ini.

4.1. Fenton klasik

Pada Fenton klasik, penggunaan katalisator garam FeSO4. 7H2O memberikan karakterisitik hasil seperti yang ditunjukan pada Gambar 4. Pada grafik FeSO4. 7H2O terlihat bahwa, pada awal proses degradasi menunjukan kenaikan jumlah katalisator memberikan kenaikan efisiensi degradasi yang lamban. Hal ini disebabkan karena garam FeSO4. 7H2O dalam larutan mudah terurai menjadi ion-ionnya. Ion ion yang terbentuk tersebut akan membentuk kompleks dengan ion-ion yang ada dalam larutan limbah. Kompleks ini selanjutnya akan membentuk lapisan tipis atau film yang akan menghalangi proses penyinaran, sehingga mengakibatkan pembentukan radikal bebas terganggu dan efisiensi degradasi menjadi rendah.

4.2. Fenton modifikasi

Pada percobaaan Fenton modifikasi digunakan 2 (dua) jenis katalisator yaitu Fe3O4 dan Feo.

4.2.a. katalisator Fe3O4

Dari grafik Fe3O4 diperlihatkan bahwa, pada awal proses dengan penggunaan katalisator Fe3O4 sebanyak 5 gr, memberikan efisiensi degradasi warna 34 %. Pada

(5)

penambahan berikutnya yaitu 10 gr, efisiensi degradasi naik menjadi 70 %. Kenaikan efisiensi tersebut cukup signifikan, hal ini dikarenakan proses penyinaran tidak terhalang oleh terbentuknya kompleks seperti halnya pada proses Fenton klasik. Pada penambahan katalisator berikutnya, kenaikan efisiensi tidak secepat pada awal proses karena telah terjadi kesetimbangan.

4.2.b. katalisator Feo

Pada grafik katalisator Feo, pada awal proses dengan penggunaan katalisator sebanyak 5 gr, memberikan efisiensi degradasi warna rendah yaitu 23 %, akan tetapi pada penambahan katalisator berikutnya terjadi kenaikan efisiensi degradasi terus bertambah. Hal ini disebabkan karena sifat Feo yang mudah teroksidasi sehingga mempermudah terbentuknya radikal bebas OH•, sehingga efisiensi degradasi menjadi tinggi.

Dari kedua metoda Fenton klasik dan Fenton modifikasi (Fe3O4 dan Feo) terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing masing proses tersebut. Letak kekurangan metoda klasik terletak pada terbentuknya lapisan film dari slurry yang terbentuk yang menyebabkan efisiensi degradasi rendah. Sementara Fenton modifikasi dengan katalisator Fe3O4 cepat terjadi kesetimbangan sehingga dengan penambahan katalisator kenaikan efisiensi degradasi lambat. Untuk Fenton modifikasi dengan katalisator Feo, kekurangan terjadi pada awal proses penambahan katalisator dan terbentukan slurry pada akhir proses, sehingga diperlukan proses pemisahan seperti halnya pada Fenton klasik. Timbulnya slurry pada akhir proses diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Foto akhir proses Fotodegradasi limbah batik warna merah dengan katalisator Fe3O4 dan Feo

Pada Gambar 5, terlihat jelas adanya

slurry pada akhir proses Fenton modifikasi dengan katalisator Feo, sedangkan dengan katalisator Fe3O4 slurry tidak terbentuk. Dari segi efisiensi degradasi pada kondisi optimum yaitu pH larutan 3,0, penambahan H2O2 25 mg, waktu penyinaran 90 menit dan jumlah katalisator 75 gr memberikan hasil yang tidak jauh berbeda antara Fe3O4 dengan Feo , yaitu 88,5 % untuk Fe3O4 dan 91 % untuk Feo. Dari percobaan ini terbukti penggunaan katalisator Fe3O4 lebih sederhana dan efektif dibandingkan dengan Feo dan garam FeSO4. 7H2O pada Fenton klasik.

5. Ratio katalisator / H2O2

Ratio atau perbandingan antara katalisator dengan oksidator (H2O2) sangat menentukan efisiensi degradasi warna. Dari hasil percobaan yang ditunjukan pada Gambar 4. dapat dituliskan ratio katalisator / H2O2 dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Ratio katalisator / H2O2 Ratio katalisator / H2O2, mg/ µL Efisiensi degradasi, % FeSO4. 7H2O Fe o Fe3O4 10/25 39 32 68 30/25 46 86,5 71 50/35 85 91 88,5

Pada Tabel 1 terlihat adanya perbedaan efisiensi yang nyata dengan perbedaan katalisator dan ratio katalisator / H2O2. Pada penggunaan katalisator berupa garam FeSO4. 7H2O, diperlukan ratio katalisator / H2O2 lebih tinggi dibandingkan dengan katalisator yang berupa serbuk oksida besi untuk mencapai efisiensi yang sama atau mendekati. Dari ketiga jenis katalisator yang digunakan, katalisator Fe3O4 memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan pada ratio Fe3O4/ H2O2 rendah (10/25), telah memberikan efisiensi degradasi cukup tinggi yaitu 68 %, sedangkan penggunaan katalisator Feo pada perbandingan tersebut meberikan hasil yang sangat rendah yaitu 32 %. Dari hasil ini terbukti penggunaan katalisator Fe3O4 lebih efektif dibandingankan Feo dan garam FeSO4. 7H2O. Perubahan warna limbah sebelum dan sesudah proses dengan katalisator Fe3O4 dapat dilihat pada Gambar 6.

Fe3O4

(6)

Gambar 6. Limbah warna merah sebelum dan sesudah proses Fotodegradasi KESIMPULAN

Dari pecobaan fotodegradasi limbah tekstil warna merah menggunakan serbuk besi dipeoleh kondisi optimum pH larutan 3,0, jumlah H2O2 25 mg, waktu penyinaran 90 menit dan jumlah katalisator 75 gr. Pada kondisi tersebut efisiensi degradasi warna mencapai 88,5 % untuk Fe3O4 dan 91 % untuk Feo. Dari percobaan ini terbukti penggunaan katalisator Fe3O4 lebih sederhana dan efektif dibandingkan dengan penggunaan katalisator Feo pada Fenton modifikasi dan garam FeSO4. 7H2O pada Fenton klasik. Kelebihan lainnya katalisator Fe3O4 dapat dipakai ulang.

SARAN

Penelitian ini akan dilanjutan dengan penggabungan dua (2) metoda yaitu sonikasi dan fenton/foto-fenton untuk meningkatkan efisiensi degradasi warna.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga makalah ini bisa dipresentasikan. Penelitian ini didanai dari DIPA 2012 Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir Batan Serpong.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zollinger, H., Colour Chemistry-Synthesisi, Properties And Application Of Organik Dyes And Pigment, Vch Publisher, New York, 1987(92-102) 2. Safni, Maizatisna, Zulfarman dan Tadao

Sakai, Degradasai Zat Warna Napthol Blue Black Secara Sonolisis Dan Fotolisis Dengan Penambahan Tio2-Anatase, J.Ris.Kim.,Vol. 1, N0 1, September 2007.

3. Yao-Hui Huang, Hsiao-Ting Su, Li-Way Lin, Removal Of Citrate And Hydrophosphite Binry Components Using Fenton, Photo-Fenton And Electrio-Fenton Processes, Journal Of Enviromental Science, 21 (2009) 35-40.

4. Siti Wardiyati, Degradasi Senyawa Organik Menggunakan Metoda Fenton, Disampaikan Pada Seminar Nasional XV Kimia Dalam Pembangunan Di Hotel Phoenix Yogyakarta, 06 September 2012.

5. Barbusinski, K, J. Majewski, Discoloration Of Azo Dye Acid Red 18 By Fenton Reagent In Precence Of Iron Powder, Polish Journal Of Enviromental Studies Vol. 12, No. 32 (2003), 151-155. 6. Siti Wardiyati, Sari Hasnah Dewi, Adel Fisli, Saeful Yusuf, Dekolorisasi Limbah Industri Menggunakan Reagen Fenton FeSO4. 7h2o, Diseminarkan Pada Pertemuan Ilmiah Iptek Bahan, 2 Oktober 2012.

7. Siti Wardiyati, Dkk, Sintesis Nano Partikel Oksida Besi Dengan Metode Emulsi Menggunakan Surfaktan Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (Ctab), Journal Sains Materi Indonesia, Edisi Khusus 2007 ( 14 - 16). 8. Siti Wardiyati, Adel Fisli, Ridwan.,

Sintesis Dan Karakterisasi Nano Zero Valent Iron (Nzvi) Dengan

Metoda Presipitasi,

Diseminarkan Pada Seminar Magnet Nasional Nopember 2011di Its Surabaya.

TANYA JAWAB Yuliana

 Apakah metoda ini telah diaplikasikan pada limbah yang sebenarnya?

 Apakah bahan adsorbent yang digunakan dibuat sendiri atau beli?

Siti Wardiati

 Sudah, metoda ini telah dilakukan terhadap limbah batik yang berasal dari Batik Roro Djonggrang Yogyakarta

 Bahan adsorbent yang berupa Fe3O4 dan Feo dibuat di Laboratorium kami yaitu BKAN, PTBIN BATAN serpong.

Gambar

Gambar  2.  Pengaruh  jumlah  H 2 O 2   terhadap  efisiensi  degradasi    limbah  batik  warna  merah  Volume  limbah  50  m,L;waktu  kontak  90  menit,  jumlah Fe 3 O 4  15  mg;  pH larutan  3,0
Gambar  3  Pengaruh  waktu  penyinaran    terhadap  efisiensi  degradasi  warna  merah    limbah  batik  dengan  metoda Foto-Fenton
Tabel 1. Ratio katalisator / H 2 O 2
Gambar  6.  Limbah  warna merah  sebelum  dan  sesudah proses Fotodegradasi  KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian tiggi rendahnya intesitas membaca iklan politik dimedia cetak ini akan memberikan parubahan pada perilaku memilih masyarakat terhadap calon yang

Penelitian wisata kampung adat Orang Huaulu di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku adalah merupakan pandangan awal tentang potensi-potensi

Tidak seperti acara lain dimana pengambilan gambar/shooting dilakukan sesuai nazca dan pengarahan sutradara, pada acara berita seorang kameramen harus memiliki inisiatif tinggi

Kami menyimpulkan bahwa pemberian probiotik pada pasien diare akut nonspesifik dapat mempersingkat lama diare, menurunkan frekuensi diare per hari mulai hari kedua setelah terapi

Berdaasarkan gambar 3.2 menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan pertumbuhan miselium yang paling cepat pada hari ke-21 adalah pada M1J2 (Media Batang pisang Jamur

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya beberapa tipe longsoran, faktor keamanan kestabilan lereng dan critical strength reduction factor.. Data

Namun penelitian yang dilakukan oleh Yokoyama dkk (2005) terhadap 30 pasien elektif yang akan menjalani pembedahan esofagektomi radikal mendapatkan hasil yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan metode pembelajaran CL dan PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan UI yang telah