• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MODIFIKASI ALGORITMA SPIN DENGAN PENAMBAHAN VC TABLE DI TinyOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MODIFIKASI ALGORITMA SPIN DENGAN PENAMBAHAN VC TABLE DI TinyOS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Modifikasi Algoritma SPIN dengan Penambahan VC Table di TinyOS [Ratna Mayasari]

ANALISIS MODIFIKASI ALGORITMA SPIN

DENGAN PENAMBAHAN VC TABLE DI TinyOS

Ratna Mayasari1, Rendy Munadi2, Sony Sumaryo3

1,2,3

Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom 1

[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Mekanisme routing merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan kinerja jaringan sensor nirkabel (JSN). Sebagai contoh, Sensor Protocols for Information via Negotiation (SPIN). Dalam Algoritma SPIN, masalah yang dihadapi adalah "blindly forward" dan "data inaccessible". Hal ini dapat mengurangi kinerja jaringan itu sendiri. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi algoritma SPIN untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan menambahkan VC Table, node tidak perlu mengirimkan informasi data secara terus menerus dan membuang data yang sama. Dengan adanya VC table, node akan mengetahui alamat node pengiriman DATA. Setelah VC Table-nya di-update berdasarkan proses pesan ADV dan REQ. Hasil simulasi menunjukkan bahwa modifikasi SPIN memiliki perbaikan dari segi packet loss sebesar 10,39% dari SPIN karena adanya perbaikan di sisi penentuan next hop-nya. Konsumsi energi mengalami perbaikan sebesar 13,81% karena perubahan prosedur dalam proses pengiriman data di dalam modul TinyOS-nya. Sedangkan latency mengalami peningkatan sebesar 12,74% karena adanya proses pembaruan VC Table berupa kondisi node tetangga sebelum dilakukan pengiriman DATA.

Kata kunci: routing, SPIN, VC Table Abstract

Routing mechanism is a way to optimize the performance of wireless sensor networks. For example, Sensor Protocols for Information via Negotiation (SPIN). The problems in SPIN algorithm are "blindly forward" and "data inaccessible". Those can reduce the performance of the network itself. In this research, SPIN algorithm is being modificated to resolve the issue. By adding VC table, node does not need to send information data continuously and dispose the same data. By the presence of the VC table, the node will know where it should send the DATA. After the VC table has been updated based on the ADV and REQ messages. The simulation results show that SPIN modification has improved in terms of packet loss at 10.39% from SPIN because of the improvement of the next hop determination. Energy consumption is improved by 13.81 % due to changes in its procedures in TinyOS module. While latency increased by 12.74% due to update the VC table as the result of neighbour node change before DATA sending.

Keywords: routing, SPIN, VC Table

1. Pendahuluan

Penelitian tentang mekanisme routing pada jaringan sensor nirkabel (JSN) telah menjadi pokok bahasan menarik selama beberapa tahun terakhir. Namun, pada dasarnya penelitian ini merujuk pada suatu cara untuk melakukan efisiensi konsumsi energi sehingga mampu mengoptimalkan network lifetime pada JSN. Karena seperti yang diketahui, setiap node pada jaringan sensor nirkabel memiliki keterbatasan resource energi.

Konsumsi energi terbanyak pada tiap node

terjadi pada saat node tersebut bertukar data dan informasi dalam jaringan. Semakin jauh node

tersebut mengirim data, maka diperlukan energi yang semakin besar [6]. Oleh karena itu, banyak dikembangkan berbagai algoritma dan protokol

routing untuk mencoba mengatasi masalah tersebut.

Beberapa contoh algoritma yang dikembangkan yaitu LEACH, SPIN, PEGASIS, GPSR, ASCENT, dan sebagainya.

Dalam Algoritma SPIN, masalah yang dihadapi adalah "blindly forward" dan "data inaccessible".

Blindly forward terjadi jika jaringan memiliki data baru yang akan dikirim, maka harus mengulangi proses pengiriman ADV, REQ, dan pengiriman DATA sampai paket mencapai tujuan. Sedangkan

data inaccessible terjadi jika node sensor

mengumpulkan DATA baru yang perlu diteruskan, maka akan langsung di-broadcast pesan ADV ke

node tetangganya. Dalam beberapa kasus, beberapa

node tidak meneruskan data baru karena node

tetangga sudah memiliki data yang sama sehingga dapat mengurangi kinerja jaringan itu sendiri.

(2)

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dilakukan modifikasi, yaitu dengan menambahkan VC table. Sehingga, node

tidak perlu mengirimkan informasi data secara terus menerus dan membuang data yang sama. Dengan adanya VCtable, node akan mengetahui alamat node

pengiriman DATA setelah VC table-nya di-update

berdasarkan proses pesan ADV dan REQ.

2. Dasar Teori

2.2 Desain Protokol WSN

Pemodelan dan perancangan suatu algoritma atau protokol routing pada JSN memiliki beberapa

constraint yang harus dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan spesifikasi node sensor dan sumber energi yang dimiliki. Namun, tetap mampu menciptakan suatu jaringan yang reliable. Beberapa

constraint tersebut adalah sebagai berikut [6]. a. Autonomy. Adanya asumsi bahwa tidak ada unit

yang didedikasikan untuk mengontrol radio dan

routing yang berada dalam jaringan secara

langsung. Hal ini disebabkan mudahnya unit tersebut mengalami berbagai gangguan langsung. Oleh karena itu, prosedur routing pada intinya adalah transfer data dari suatu node ke node

tetangganya.

b. Energy Efficiency. Protokol routing harus

mampu mempertahankan lifetime jaringan

selama mungkin untuk menjaga kualitas koneksi yang baik dalam komunikasi antar-node dalam jaringan. Hal tersebut sangat penting mengingat persebaran node yang banyak sehingga akan tidak efisien jika dilakukan penggantian baterai dalam waktu singkat.

c. Scalability. JSN dibangun dengan jumlah node

yang sangat banyak sehingga mampu mencakup area pengukuran yang luas.

d. Resilience. Sensor tidak dapat diprediksi kapan akan berhenti bekerja, baik akibat dari perubahan kondisi lingkungan atau konsumsi energi. Oleh karena itu, protokol routing harus mampu menyediakan alternatif untuk sesegera mungkin me-recover kondisi jaringan saat ada node sensor yang mati.

e. Device Heterogeneity. Dalam beberapa kasus

pengukuran, diperlukan beberapa sumber

pengukuran yang berbeda-beda. Hal ini

mengakibatkan perbedaan proses, transmisi, dan data untuk tiap node sensor yang berbeda jenis. f. Mobility Adaptability. Aplikasi berbeda pada

JSN dapat berimplikasi pada mobilitas node-sink

berbeda juga. Mekanisme pemilihan node-sink

harus mampu diakomodasi oleh protokol yang dibuat.

2.2 Sensor Protocols for Information via

Negotiation (SPIN)

SPIN adalah protokol yang dirancang untuk JSN, di mana data dari node menggunakan deskripsi

tingkat tinggi yang biasa disebut meta-data. SPIN

menggunakan meta-data untuk mengurangi

transmisi yang berlebihan dalam jaringan. Protokol SPIN terletak pada dua ide dasar. Pertama, untuk beroperasi secara efisien dan untuk menghemat energi, node sensor perlu untuk berkomunikasi satu sama lain tentang data yang telah dimiliki dan data yang masih diperlukan. Kedua, node dalam sebuah jaringan harus memantau dan beradaptasi terhadap perubahan dalam sumber energi mereka sendiri untuk memperpanjang operasi lifetime dari sistem [1].

Dalam pendekatan sederhana mengenai

transfer data terdapat tiga masalah, antara lain: a.Implosion:

Masalah flooding di mana data yang sama dikirim ulang dari berbagai node. Oleh karena itu, energi dari node sensor tidak digunakan secara efisien.

b.Overlap:

Node mendapat sepotong informasi yang sama dari node tetangga. Hal ini menyebabkan pemborosan energi dan pengurangan bandwidth. c. Resource Blindness:

Node tidak menyadari berapa banyak energi yang tersisa dan node tidak memodifikasi kegiatan mereka berdasarkan energi yang tersisa.

2.2.1 SPIN Messages

Pada protokol SPIN, node mempunyai tiga pesan yang akan digunakan dalam berkomunikasi :

a. ADV

Advertisement message, ketika sebuah node

SPIN mempunyai data untuk dibagi, node dapat mengirimkan kenyataan ini dengan pemancaran sebuah pesan yang berisi ADV meta-data. ADV

merupakan pesan yang digunakan untuk

mengenali dan mengidentifikasi jalur transmit antar node serta sebagai penanda kedudukan

node sensor tersebut.

b. REQ

Request message, sebuah node pada SPIN

mengirimkan REQ pesan bila ingin menerima beberapa data aktual. REQ merupakan pesan yang dikirimkan ketika node sensor ingin menerima paket data.

c. DATA

Pesan DATA berisi sensor data yang sebenarnya dengan meta-data header.

2.2.2 Arsitektur SPIN

Gambar 1 menunjukkan contoh dari protokol SPIN. Setelah menerima sebuah paket pesan dari

node A, node B memeriksa apakah itu memiliki semua data yang diinginkan (a). Jika tidak, node B mengirimkan sebuah pesan request kembali ke node

A, daftar semua data yang ingin didapatkan (b). Ketika node A menerima paket request, node A mengambil data yang diminta dan mengirimkannya

(3)

Analisis Modifikasi Algoritma SPIN dengan Penambahan VC Table di TinyOS [Ratna Mayasari]

kembali ke node B sebagai sebuah pesan DATA (c).

Node B pada gilirannya, mengirim pesan yang diterima dari node A ke semua node tetangga (d).

Node B tidak mengirimkan sebuah pesan kembali ke

node A, karena node B mengetahui jika node A sudah memiliki data. Node tersebut kemudian mengirim pesan dari data baru kepada semua node

tetangga, dan protokol terus berlanjut.

Ada beberapa hal penting untuk dicatat. Pertama, jika node B mempunyai data sendiri, dan mengirim pesan dari data yang dikumpulkan kepada semua node tetangga (d). Kedua, node tidak diharuskan untuk menjawab setiap pesan dalam protokol. Dalam contoh ini, salah satu node tetangga tidak harus mengirim paket request kembali ke node

B (e). Ini akan terjadi jika itu node sudah memiliki data yang diinginkan.

Kekuatan protokol SPIN ini adalah

kesederhanaannya. Setiap node dalam jaringan kecil melakukan pengambilan keputusan ketika menerima data baru. Karena itu, pemborosan energi dalam komputasi menjadi kecil.

Algoritma SPIN digunakan untuk mengurangi pentransmisian data yang berlebihan dengan bernegosiasi antar-node sensor. Hal ini akan mengurangi adanya implosion dan overlap yang menyebabkan terjadinya flooding. Pada SPIN, saat

destination menerima paket data dari border node

dan jika ada paket yang sama dikirim oleh border node, maka pada destination akan menggugurkan atau mengabaikan paket yang sama, sehingga tidak ada duplikat paket data. Oleh karena itu, algoritma SPIN bisa dikatakan baik dalam pentransmisian data karena hanya data informasi yang berguna akan diterima oleh destination.[1]

Gambar 1. Arsitektur SPIN [1]

3. Model Protokol

Penelitian ini secara umum membahas tentang modifikasi pada algoritma SPIN (Sensor Protocols for Information via Negotiation). Hal ini diharapkan mampu mengoptimalkan konsumsi energi yang berujung pada makin panjangnya masa kerja node

dalam jaringan. Algoritma ini sangat cocok untuk

jaringan kecil, misalnya di dalam gedung

dikarenakan prosesnya yang sederhana.

Algoritma SPIN sebelumnya melakukan proses pembuangan data yang sama sehingga sering terjadi dropping data. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan modifikasi dengan menambahkan VC table sehingga hanya mengirimkan ADV dan menerima REQ untuk membentuk jalur. Setelah jalur terbentuk maka DATA dikirimkan. Dengan begitu, ada pembatasan data yang harus dikirim serta kemampuan untuk melakukan multihop routing.

Pemodelan dan implementasi protokol SPIN

menggunakan platform TinyOS yang memang

secara khusus digunakan untuk pemrograman pada

node JSN. Dan untuk proses simulasi, digunakan

TinyViz untuk mengamati proses yang terjadi dalam jaringan.

3.2 Format Paket

TinyOS telah menyediakan standar format paket yang digunakan pada penelitian kali ini. Struktur paket tersebut terdapat dalam TOS_Msg

yang memiliki panjang hingga 29 bita. Field tersebut digunakan sebagai pembawa informasi sebagai berikut. [4]

a. sendingNode (2 bita): node yang mengirimkan paket,

b. originNode (2 bita): node yang menghasilkan (sensing) paket,

c. seqNo (2 bita): sequence number dari paket, d. hopCount (2 bita): jumlah hop yang dilalui oleh

paket, dan

e. data (8 bita): berisi data hasil sensing data berbagai informasi tambahan lainnya.

3.2 Model Protokol SPIN

Model protokol dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut [7].

a. Inisialisasi

Pertama semua node sensor disinkronkan dengan

global time dalam jaringan sesuai dengan local time dari node 0. Setelah proses sinkronisasi, program aplikasi dijalankan dan paket advertise

(ADV) sensor dihasilkan secara berkala.

b. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini, setiap node memperoleh paket DATA baik dari hasil aplikasi penginderaannya sendiri maupun hasil dari node tetangganya. Paket DATA berisi alamat dari node asal,

sequence number dan payload yang berisi

(4)

menyimpan payload dalam memorinya sendiri

sampai terjadinya negosiasi. Tahap ini

merupakan proses berkelanjutan yang bertujuan untuk mengumpulkan data

c. Negosiasi

Pada tahap ini meta-data berukuran kecil. ADV

dikirimkan sebelum paket DATA asli

dikirimkan. Saat menerima ADV, node tetangga

mengirimkan permintaan ke sumber

menggunakan paket REQ untuk mencocokkan data, kemudian paket DATA dikirimkan.

Untuk mengimplementasikan hal tersebut dalam algoritma SPIN, digunakan tiga tipe struktur pesan yang berbeda. Format advertise message

(ADV) dan request (REQ) memiliki struktur yang sama menggunakan TOS_Msg dengan modifikasi

field data sebagai berikut.

a. type (1bita): mengindikasikan jenis dari pesan, contoh: ADV atau REQ.

b. sending node (2 bita): Id dari node pengirim c. origin node (2 bita): Id node sumber yang

memiliki data.

d. seq no (2 bita): nomor sequence paket

Sedangkan untuk pesan DATA sendiri

menggunakan TOS_Msg dengan modifikasi field

data sebagai berikut.

a. seq no (2 bita): nomor sequence paket b. time stamp (4bita): waktu sejak paket dikirim c. info (4 bita): data hasil sensing

d. address (1 bita): alamat dari source node.

Secara ringkas, penjelasan proses pada protokol SPIN dapat dilihat dari diagram alir pada Gambar 2. Diagram alir tersebut merupakan mekanisme yang terjadi pada setiap node dalam jaringan. Berdasarkan diagram alir inilah modul

MHSpinPSM dibuat menggunakan bahasa

pemrograman NesC pada platform TinyOS.

3.3 Modifikasi Model Protokol SPIN

Pada Model Protokol SPIN yang dimodifikasi, secara umum melalui proses yang sama dengan SPIN. Namun, dengan beberapa penambahan kemampuan, yaitu:

a. Kemampuan masing-masing node untuk

memelihara VC table. VC table ini terdiri dari

srcId dan destId yang masing-masing fungsinya sebagai source Id dan destination Id. Pada penelitian ini VC Table dibuat berukuran sebanyak 30 baris. Pada saat advertise message

diterima oleh tiap node maka yang dibawa hanya origin node-nya saja. Kemudian pada saat mengirimkan request maka akan dipasangkan

origin node-nya dengan next hop. Jalur yang terbentuk akan dipakai sampai sistem ini

di-restart atau power dari sensornya habis. Setelah

VC table terbentuk maka DATA akan dikirimkan

sesuai dengan isi VC table yang ada (Gambar 2).

(5)

Analisis Modifikasi Algoritma SPIN dengan Penambahan VC Table di TinyOS [Ratna Mayasari]

b. Setiap node mampu memeriksa data hasil

sensing sebelum dilakukan pengiriman data

dengan tujuan untuk melakukan penghematan energi.

Format advertise message (ADV) dan request

(REQ) memiliki struktur yang sama menggunakan

TOS_Msg dengan modifikasi field data sebagai berikut:

a. type (1bita): mengindikasikan jenis dari pesan, contoh: ADV atau REQ

b. sending node (2 bita): Id dari node pengirim c. origin node (2 bita): Id node sumber yang

memiliki data

d. seq no (2 bita):nomor sequence paket

Untuk pesan DATA itu sendiri menggunakan

TOS_Msg dengan modifikasi field data sebagai

berikut:

a. seq no (2 bita):nomor sequence paket b. time stamp (4 bita): waktu sejak paket dikirim c. info (4bita): data hasil sensing

d. address (1 bita): alamat dari source node

Sedangkan format VC table-nya yang

merupakan modifikasi dari SPIN itu sendiri memiliki struktur sebagai berikut.

a. srcId (2byte): merupakan sourceId atau origin node

Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Simulasi Algoritma Node Average Latency (ms)

Average Power

Used (unit) Data

Loss mean std dev Mean std dev

SPIN 10 895,89 332,90 6961,60 361,54 37,94% 20 121273,79 8054,67 6907,85 2430,09 44,25% 30 329543,00 29571,60 4394,27 2330,08 25,80% 40 249388,21 29774,56 3619,50 1958,42 65,25% 50 203208,13 29282,93 2591,90 1727,32 77,71% MODSPIN 10 768,44 279,65 5570,10 1830,79 27,55% 20 101856,21 6575,14 5830,60 2230,11 28,93% 30 274204,10 24787,04 3860,26 1439,04 19,96% 40 229478,03 27366,45 33,40 1274,75 64,44% 50 185522,79 26608,45 2365,76 1787,58 75%

Gambar 3. Grafik Perbandingan Konsumsi Energi SPIN dan Modified-SPIN

b. destId (2 bita): merupakan destination Id atau

node tujuannya.

4. Analisis dan Evaluasi

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan skenario pada pembahasan sebelumnya, diperoleh rekapitulasi hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat pada tabel bahwa secara umum performansi protokol

Modified-SPIN lebih baik jika dibandingkan dengan

SPIN. Hal ini disebabkan karena menggunakan VC table yang dapat mengurangi nilai packet loss

selama simulasi berjalan.

4.1 Perbandingan Lifetime Jaringan

Lifetime jaringan dapat dilihat dari rata-rata pemakaian energi setelah simulasi dilakukan selama 30 menit. Seperti yang telah diketahui, bahwa setiap

node sensor memiliki catu daya terbatas. Dengan semakin sedikitnya energi yang terpakai maka akan memperpanjang lifetime jaringan sensor tersebut.

Kemudian, perlu dilihat juga deviasi untuk melihat distribusi penggunaan energi masing-masing

node. Jika distribusi semakin rata yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya nilai deviasi, maka dapat juga memperpanjang lifetime jaringan. Hal ini disebabkan first node die akan terjadi setelah jaringan berlangsung lama (Gambar 3).

Gambar 4. Grafik Perbandingan Packet Loss SPIN dan Modified-SPIN

Gambar 5. Grafik Pebandingan Latency SPIN dan Modified-SPIN

(6)

Gambar 6. Grafik Pengaruh Node terhadap Latency

Gambar 7. Grafik Pengaruh Jumlah Node terhadap Konsumsi Energi

4.2 Performansi Protokol

Untuk melihat performansi suatu jaringan, dapat dilihat melalui beberapa parameter diantaranya adalah latency (end to end delay) dan packet loss. Kedua parameter tersebut dapat menunjukkan

apakah jaringan bisa dikatakan memiliki

performansi yang baik atau tidak. Semakin kecil nilai kedua parameter di atas, performansi jaringan akan semakin baik, dan sebaliknya.

Pada penelitian ini, kedua parameter

dimunculkan untuk membandingkan performansi dari kedua protokol yang diujikan. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa secara umum performansi jaringan dengan protokol Modified-SPIN lebih baik jika dibandingkan dengan SPIN. Hal ini ditunjukkan oleh nilai latency dan packet loss yang relatif lebih kecil untuk semua jumlah node (Gambar 4).

Modified-SPIN memiliki packet loss yang lebih kecil dibandingkan dengan protokol aslinya karena adanya kemampuan untuk melakukan pemilihan jalur pengiriman data sebelumnya sehingga tidak banyak paket data yang sama dibuang. Hal ini memungkinkan paket untuk tetap sampai di BS. Dengan menggunakan hop yang terdekat sebagai

hop dan mem-forward paket ke BS (Gambar 5). Adanya batasan data yang harus dikirim pada

Modified-SPIN, memberikan keuntungan terhadap

kedua parameter di atas. Dengan semakin sedikit paket yang dikirim, maka beban trafik juga semakin kecil, sehingga kemungkinan terjadinya collision

juga akan menurun. Hal ini terlihat saat membandingkan nilai kedua parameter performansi untuk jumlah node yang berbeda. Semakin banyak

jumlah node, maka performansi akan semakin buruk.

4.3 Jumlah Node terhadap Performansi

Jaringan

Seperti halnya pada suatu jaringan komputer, jumlah node dalam jaringan juga memiliki pengaruh tehadap performansi jaringan sensor nirkabel. Oleh karena itu, dilakukan simulasi dengan beberapa variasi jumlah node untuk melihat pengaruhnya.

Berdasarkan Tabel 1, makin banyaknya jumlah

node akan menambah waktu pengiriman data dari

node hingga ke BS. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak hop yang harus dilalui oleh data untuk sampai ke BS. Atau, dengan kata lain akan menambah kompleksitas routing pada jaringan. Selain itu, kapasitas antrian pada BS juga berpengaruh terhadap hal ini.

Kemudian jumlah node juga akan

mempengaruhi konsumsi energi pada rentang waktu tertentu. Jika dengan semakin banyak jumlah node

maka rata-rata konsumsi daya akan menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah node

yang ada pada satu area. Sehingga beban juga akan terbagi sesuai dengan jumlah node yang tersebar (Gambar 6 dan 7).

Secara umum, semakin banyak jumlah node

akan meningkatkan persentase packet loss. Sebab, dengan semakin banyaknya node maka jumlah data yang dikirim ke jaringan juga akan meningkat yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya collision

semakin besar. Kemudian, kapasitas antrian yang mampu ditampung oleh BS juga berpengaruh terhadap hal ini. Jika antrian penuh, maka data selanjutnya yang masuk akan dibuang.

5. Kesimpulan

Setelah melalui berbagai tahapan pengerjaan, penelitian ini menuju pada beberapa kesimpulan sesuai dengan asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya, antara lain:

1. Performansi yang dihasilkan protokol

Modified-SPIN menunjukkan hasil yang lebih baik dengan nilai packet loss 15,323% dan latency 263364,09 ms, sedangkan SPIN memiliki packet loss

78,31% dan latency 411770,78 ms.

2. Protokol Modified-SPIN akan memiliki lifetime

yang lebih lama dibandingkan SPIN jika berdasarkan konsumsi energi selama simulasi, yaitu Modified-SPIN dengan mean 7771,18 unit dan deviasi 1042,39 unit, dibanding SPIN dengan mean 7808,95 unit dan deviasi 2443,77 unit.

3. Baik SPIN maupun Modified-SPIN cocok

diterapkan untuk jaringan sensor nirkabel dengan jumlah node sedikit dan tidak cocok umtuk sebaran antar-node yang jauh. Pada simulasi ini yang paling baik adalah untuk node berjumlah 30.

(7)

Analisis Modifikasi Algoritma SPIN dengan Penambahan VC Table di TinyOS [Ratna Mayasari]

Daftar Pustaka

[1] Heinzelman, W. B., J. Kulik, H.

Balakrishnan,“Adaptive Protocols for

Information Dissemination in Wireless Sensor

Networks”, Proceedings of ACM MobiCom

’99, Seattle, WA, 1999.

[2] Levis, P., N. Lee, “TOSSIM : a Simulator for TinyOS network”, Project research, University of California, Berkeley, 2003.

[3] Luwei Jing, Feng Liu, Yuling Li, "Energy Saving Routing Algorithm Based on SPIN Protocol in WSN", IEEE 978-1-61284-881-5/11, 2011.

[4] Martin, Geoff, Alan Tully, “An evaluation of ad-hoc routing protocol for wireless sensor

networks”, BSc (Honours) Software

Engineering, UC Berkeley, 2004.

[6] Perillo, Mark A., Wendi B. Heinzelman,

Wireless sensor network protocol”,

Department of Electrical and Computer Engineering, University of Rochester, 2005. [7] Rehena Z., Krishanu K., Sarbani R., Nandini

M., "SPIN Implementation in TinyOS

Environment using nesC", Second

International conference on Computing,

Communication and Networking Technologies, 2010.

Gambar

Gambar 1. Arsitektur SPIN [1]
Gambar 2. Sequence Diagram SPIN pada Node WSN
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Simulasi
Gambar 6. Grafik Pengaruh Node   terhadap Latency

Referensi

Dokumen terkait

dayanya salah satunya melalui mahasiswa KKN dalam memunculkan Inovasi Tehnologi maupun Informasi serta ide untuk bisa bersama sama dalam mengatasi Covid-19. Mengacu pada

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis-empiris. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. sedangkan Teknik analisis menggunakan

Artinya dengan kesabaran seseorang akan tetap menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji saat mendapatkan masalah, orang yang sabar dapat memahami bahwa

Kinerja Perusahan Partisipasi dalam Penganggaran Sistem Kompensasi Kinerja Perusahan Partisipasi dalam Penganggaran Sistem Kompensasi Kinerja Perusahan Partisipasi dalam

Maria tetap setia dan menyertai Kristus; juga kesetiaan Bunda Maria dibuktikan dengan ketekunannya untuk berdoa dan bersekutu dengan para murid Yesus di tengah-tengah ancaman dan

Setiap pengguna harus bertekad dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa produk yang dipasok oleh Lonza Group Ltd dan informasi serta rekomendasi yang diberikan oleh Lonza Group

Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor resiko jatuh dan setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan keluarga

1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal