• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA. memperoleh data dari hasil wawancara dengan informan tentang pola komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA. memperoleh data dari hasil wawancara dengan informan tentang pola komunikasi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

43

Berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data dari hasil wawancara dengan informan tentang pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi interpersonal bermedia mereka, yang dalam hal ini menggunakan BlackBerry Messenger (BBM). Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan data-data yang telah diperoleh beserta analisis dan pembahasannya, yang meliputi beberapa hal terkait pertanyaan penelitian, yaitu pola komunikasi interpersonal, pola komunikasi interpersonal bermedia, dan pergeseran pola komunikasi dari interpersonal ke interpersonal bermedia mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS Surakarta 2014.

A. KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Pada umumnya, komunikasi interpersonal adalah hal yang dibutuhkan dan akan selalu dilakukan oleh manusia. Komunikasi interpersonal (antar pribadi) adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Devito, 1997). Untuk melihat pola komunikasi interpersonal tersebut secara jelas dan rinci, data temuan lapangan akan dipaparkan dalam beberapa bagian.

(2)

1. Proses Komunikasi

Komunikasi dapat berlangsung jika unsur-unsurnya terpenuhi. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah adanya komunikator, komunikan, dan pesan.

1.1 Pasangan Komunikasi

Seseorang pasti membutuhkan lawan ketika akan melakukan komunikasi. Effendy (2003:30) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interograsi atau pemeriksaan, dan wawancara.

Komunikasi interpersonal biasanya dilakukan dengan orang terdekat dan orang yang dianggap paling nyaman bagi mereka. Dari data hasil temuan lapangan, mayoritas informan paling sering dan paling nyaman berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan terdekatnya, yaitu teman dan keluarga, sehingga bentuk komunikasi tersebut dapat digolongkan dalam interaksi intim. Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman baik, anggota keluarga, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.

Teman

Mayoritas informan menyebutkan teman sebagai orang yang paling sering diajak berkomunikasi.

“Kalau untuk saat ini sih aku lagi ada kerjaan juga, itu relasi, teman, kampus, sama personal. Kebiasaannya semua teman-teman.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

(3)

“Komunikasi paling sering sih lebih banyaknya sama teman sih, gitu. Karena disini juga kan aku juga banyak-banyak teman ya. Jadi lebih seringnya ke teman.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Palingan sih sama teman biasanya.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

Keluarga

Informan lain menyebutkan keluarga berada di posisi berikutnya sebagai orang yang paling sering untuk diajak berkomunikasi, setelah teman di posisi pertama.

“Pertama, pastinya teman. Karena kan lingkungan paling terdekat itu adalah teman. Kedua, pacar. Karena kan pacar jauh. Terus ketiga, orangtua. Karena kan mungkin intensitas ketemu sama orangtua itu kan jarang udah gitu jauh pula, gitu. Dan jarang berkomunikasi lewat media sosial tuh jarang banget.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Ya paling teman-teman. Atau nggak ya keluarga. Sama Ibu.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Kalau paling nyaman sih pasti dengan keluarga ya, dengan ibu, adik, kakak. Tapi ada juga dengan teman dekat.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

1.2 Alasan Memilih Pasangan Komunikasi

Dalam memilih pasangan komunikasi, informan menyebutkan bahwa mereka memiliki alasan sebagai pendorong, hingga akhirnya memilih berkomunikasi dengan seseorang. Faktor nyaman dan seringnya bertemu dengan seseorang menjadi dua alasan pendukung utama dalam pemilihan pasangan komunikasi.

(4)

Kenyamanan

Rasa nyaman berkomunikasi dengan seseorang adalah hal yang paling sering disebut oleh mayoritas informan sebagai alasan mereka memilih pasangan komunikasi.

“Paling nyaman teman main sih kalau nyaman, teman-teman main.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Kalau paling nyaman sih pasti dengan keluarga ya dengan ibu, adik, kakak, tapi ada juga dengan teman dekat.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Kalau ngobrol sama teman dekat tuh paling nyaman lah. Enak, nyambung.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Intensitas Pertemuan

Selain faktor rasa nyaman, hal lain yang mendorong pemilihan pasangan komunikasi adalah intensitas pertemuan. Dengan kata lain, mayoritas informan memilih orang-orang di lingkungan terdekat yang paling sering dijumpai.

“Apalagi kan kalau sekarang paling sering ketemu teman ya.” (Wawancara Raissa, 26 November 2104)

“Karena kan lingkungan paling terdekat itu adalah teman.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Karena disini juga aku kan banyak-banyak teman ya. Jadi lebih seringnya ke teman.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

1.3 Waktu Komunikasi

Tubbs dan Moss (2000:200) menyatakan bahwa jumlah waktu tersebut dapat diukur dengan frekuensi berkomunikasi dan durasi berkomunikasi. Komunikasi interpersonal yang mereka lakukan dengan

(5)

teman tersebut bersifat fleksibel atau luwes. Dengan kata lain komunikasi interpersonal tersebut dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selama kondisi dan situasi memungkinkan.

“Dimana aja. Kalau sama teman bisa di kos-an, bisa di kampus, bisa dimanapun. Ketemu sama teman, pasti. Kapanpun. Mau pagi, siang, malam. Kapanpun bisa.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Itu di everywhere, everytime, setiap kita ngumpul pasti kita ngebicarain sesuatu.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Kalau sama teman ya mungkin kalau ketemu, kalau kuliah, atau lagi mau apa main gitu. Dimana-mana aja sih mbak tergantung kita nentuinnya tempat dimana. Kan itu harus nentuin tempat dulu kalau kita mau ketemu.” (Wawancara Agnes, 2 Desmber 2014)

“Biasanya dimana aja kalau misalnya lagi ada temannya. Kalau kapannya paling dari pagi, kisarannya pagi. Kalau udah malam jarang face-to-face. Kalau udah malam banget.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

1.4 Hal yang Dibicarakan

Dalam suatu proses komunikasi, mayoritas informan mengatakan bahwa mereka biasa membahas berbagai hal, mulai dari obrolan ringan semacam gosip. Dari topik ringan tersebut, pembicaraan mengalir hingga ke topik-topik yang lebih serius seputar permasalahan pribadi, perkuliahan, dan juga hobi.

Gosip dan Masalah Pribadi

Mayoritas informan mengatakan bahwa hal-hal ringan seperti gosip dan masalah personal adalah yang paling sering dibicarakan.

“Gosip. Kalau kadang-kadang berhadapan sama kalau lagi curhat-curhat atau gimana gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

(6)

“Hal yang aku bicarain biasanya curhat tentang pribadi atau tentang informasi-informasi baru gitu. Kalau misalnya berita atau ada ya biasa lah kalau laki juga sama halnya sama perempuan, ada gosip ya ngegosip gitu kan. Jatuhnya gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Kalau sama teman gosip, terus ngomongin berita-berita terkini, itu sih, sama bertukar pikiran. Ini teman semuanya. Kalau teman kampus paling cuma apa ngomongin tentang kuliah terus, nggosip juga gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Perkuliahan

Selain seputar gosip dan masalah pribadi, hal lain yang dibicarakan adalah hal-hal seputar perkuliahan.

“Nggak cuma gosip, nggak cuma ngomongin orang, terus ngomongin soal pelajaran, mata kuliah, terus mungkin ngomongin orang-orang yang lewat, misalnya gimana-gimana. Ya paling gitu aja sih kalau sama teman.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Hal yang dibicarain banyak. Tentang kuliah. Terus apa lagi ya. Kalau ada masalah apa, gitu.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2015)

“Kalau teman kampus paling cuma apa ngomongin tentang kuliah terus, nggosip juga gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Hobi

Informan lain melengkapi dengan mengatakan bahwa hobi adalah topik yang paling sering dan menarik untuk dibahas dalam perbincangan antar teman, selain gosip dan perkuliahan.

Everything. Dari personal, dari mode, dari lagi trennya. Mode fashion, terus yang lagi tren hitsnya sekarang tuh apa, terus ya udah nyacatiwong. Bahasa jawanya itu, nyacati wong.” (Wawancara Widi 26 November 2014)

(7)

“Ya nggak jauh-jauh dari lingkungan kerja juga. Mungkin hobi hobi juga. Kapan nanti ada waktu untuk keluar dari kerjaan gitu mungkin liburan kemana. Nggak jauh-jauh dari itu. Teman kampus nggak jauh dari tugas. Biasanya kan gitu, apa curhatan nanti gimana, mau kemana.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Nah kalau di kampus bisa tentang obrolan tentang teman sendiri, bisa tentang game, film, pokoknya tentang kampus juga gitu bisa diobrolin. Kalau misalnya sama teman yang nongkrong gitu kan emang karena ngeband juga kan jadi ngomonginnya musik biasanya kalau sama teman-teman nongkrong.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

2. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikator, diakses pada 21 Desember 2014 pukul 22.00)

2.1 Pertimbangan Memulai Komunikasi

Ketika seseorang menjadi komunikator, maka terdapat hal-hal yang mendorongnya untuk memulai pembicaraan. Dari data hasil temuan lapangan, diketahui bahwa mayoritas faktor pendorong tersebut adalah keinginan menyampaikan informasi atau cerita serta untuk mencairkan suasana.

Keinginan Menyampaikan Informasi atau Cerita

Mayoritas informan mengatakan bahwa mereka memulai pembicaraan ketika mereka mempunyai informasi atau cerita yang ingin disampaikan.

(8)

“Ya saya mempunyai bahan cerita untuk diceritakan kepada teman saya, gitu mbak.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

“Karena punya hot issue.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Biasanya kalau ada yang emang apa ya pengen dibahas aja gitu misalnya ada tiba-tiba kepikiran „ah ini nih coba ditanyain atau nggak dibahas nih‟, sekalian apa pengen juga denger pendapatnya gimana kan tentang apa yang pengen dibahas itu.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Mau ngasih tau informasi mungkin, kayak gitu.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

Keinginan Mencairkan Suasana

Selain karena mempunyai informasi dan cerita, informan mengatakan bahwa alasan lain mereka memulai pembicaraan adalah rasa ingin mencairkan suasana yang hening.

“Pertimbangannya misalnya dalam suasana yang hening gitu ya. Ya untuk mencairkan suasana, gitu kan. Pengen aja sih berkomunikasi gitu. Soalnya boring kan kalau misalnya nggak berkomunikasi tuh.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Pertimbangannya setiap apa aja. Daripada kita bengong jadi mending kita saysomething, biar rame aja pas kita kumpul. Jadi biar enak aja.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Ya kan kadang-kadang kalau pas kumpul suka pada diem. Ya jadi aku ngomong duluan. Terus nanti kan jadi pada rame ikut ngobrol.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

2.2 Cara Menyampaikan Pesan

Ketika menjadi komunikator, masing-masing orang mempunyai caranya masing-masing dalam memulai pembicaraan dan menyampaikan pesan. Mayoritas informan menyampaikan pesan kepada komunikannya

(9)

secara lugas dan langsung ke intinya. Beberapa informan lainnya melalui tahap basa-basi sebelum ke intinya.

Langsung ke Inti Pembicaraan

Mayoritas informan mengatakan bahwa mereka lebih suka langsung ke inti permasalahan (to-the-point) dalam memulai pembicaraan dan menyampaikan pesan.

“Aku lebih suka blak-blakan sih. To-the-point, frontal, nggak berbelit-belit, dalam arti ya udah, aku ngomong ya gini-gini langsung gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Caranya langsung sih. Nggak basa-basi gitu, biasanya langsung aja.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Ngomong langsung. Nggak pakai basa-basi.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

To-the-point sih biasanya. Misalnya langsung aja ke intinya. Nggak suka yang berbelit-belit.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

Menggunakan Basa-Basi

Beberapa informan lainnya mengatakan bahwa mereka melewati tahap basa-basi terlebih dahulu sebelum ke inti pembicaraan, terutama jika berkomunikasi dengan orang yang kurang dekat.

“Kalau basa-basinya sih pertamanya ya mau cerita aja. Kalau ada cerita baru, ada apa ya mbak ya. Pokoknya ada itu kayak ini lho ada berita baru dari si A. Jadi ya gitu mbak.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Biasanya buat basa-basi dulu kabar, sekarang kesibukannya apa gitu lah. Nanti baru langsung masuk ke masalah utama yang dibicarain.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

(10)

“Ya mungkin aku mancing dia dengan aku bilang „kamu tau nggak sih kalau ada kayak gini gini gini‟ misal kayak gitu. Jadi aku mancing dia dulu, pengen nggak dengerin apa yang pengen aku ceritain kayak gitu.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

2.3 Respon dari Komunikan

Ketika berkomunikasi dengan orang lain, maka respon komunikan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Respon ini menunjukkan pengaruh dan penguasaan komunikator dan pesan yang dibawanya terhadap komunikan. Mayoritas informan mengatakan bahwa mereka selalu mendapat respon dan reaksi yang baik dari lawan bicaranya.

Respon Baik

Para informan mendapat respon yang baik dari komunikannya. Bahkan tak jarang komunikan memberi timbal balik yang sangat positif, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar.

“Responnya bagus sih. Soalnya yang aku omongin udah jelas mereka tau. Jadinya topik pembahasannya tuh udah jelas ke orang ini apa ke apa gitu kan udah jelas. Jadinya udah saling, udah tau gitu lho, udah yang „ah ini pasti ini pasti ini‟ gitu.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Malah lebih ekspresif biasanya daripada aku bicara, nanti tanggapannya lebih, lebih keren.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Responnya baik, baik. Sangat menanggapi gitu, kalau misalnya aku mau ngomong ini, temanku atau orang lain langsung menanggapi, gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Ya mereka juga mendengarkan apa yang saya omongin kan. Jadi ya memberi solusi juga. Terkadang juga gantian, saya jadi komunikan juga, mereka jadi komunikator. Misalkan Geri curhat apa, saya dengerin. Ya gitu aja mbak, saling timbal balik.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

(11)

3. Komunikan

Komunikan adalah penerima pesan dalam suatu proses komunikasi. Receiver atau penerima adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator (Effendy, 2003:18).

Selain kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan, keberhasilan komunikasi juga bergantung pada respon dan sikap komunikan. Dalam proses ini, komunikator pun kemudian akan berada di posisi komunikan. Maka peneliti juga ingin melihat sikap informan ketika berada di sisi ini.

3.1 Penerimaan dan Respon terhadap Pesan

Dalam menerima dan menyerap pesan, masing-masing orang mempunyai caranya masing-masing. Response atau tanggapan adalah seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan (Effendy, 2003:18).

Data menunjukkan bahwa mayoritas informan memilih untuk lebih banyak mendengarkan terlebih dahulu sebelum menjawab atau memberi komentar. Beberapa yang lain memberi komentar hanya sekedar untuk memberi respon kepada komunikator.

Mendengarkan dan Memberi Timbal Balik

Ketika menjadi komunikan, informan mengatakan bahwa mereka lebih banyak mendengarkan terlebih dahulu, kemudian menjawab pertanyaan atau memberi komentar atas pernyataan komunikator setelah memahami dengan baik isi pesannya.

(12)

“Ya kalau ketemuan pasti jatuhnya apa ya, ya mendengarkan lah, jadi pendengar yang baik dan mungkin kalau mereka butuh saran pasti aku kasih, gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Jadi didengerin dulu, sekiranya mau dibales, mau dijawab, dijawab. Tapi kalau nggak sekiranya nggak dijawab ya cuma diem.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Ya paling dengerin, dengerin. Terus kalau misalnya emang ada yang pengen dikomentarin, ya ditimpal balik gitu, dikomentarin.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Aku biasanya dengerin dulu. Dengerin dulu, terus kalau misalnya aku tertarik ya aku tanggepi, tapi kalau nggak ya aku diem aja.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Merespon Sekedarnya

Beberapa informan lain memilih untuk merespon sekedarnya dalam menanggapai komunikator

“Ya pasti ngehargain sih kalau misalnya dia komunikasi, misalnya coba buat ngelucu, ya ketawa kalau emang lucu, gitu kan, kayak gitu.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Ya menjawab, menjawab. Menjawab apa adanya lah. Maksudnya nggak, nggak apa ya, ya pokoknya biar kita nyambung aja gitu lah. Maksudnya kalau pas ngobrol apa gojekan apa bercanda-bercanda ya nanggepinnya bercanda-bercanda.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Jadi didengerin dulu, sekiranya mau dibales, mau dijawab, dijawab. Tapi kalau nggak sekiranya nggak dijawab ya cuma diem „oh ya oh ya ya ya itu ya ya‟.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

4. Hambatan Komunikasi Interpersonal

Hambatan yang dimaksud disini adalah suatu bentuk gangguan dalam komunikasi interpersonal. Noise atau gangguan adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat

(13)

diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator (Effendy, 2003:18).

Peneliti ingin mengetahui adakah hambatan yang ditemui dalam proses komunikasi interpersonal. Data yang didapat menunjukkan bahwa mayoritas informan mengalami hambatan yang berasal dari luar dirinya, khususnya dari pihak komunikan.

Komunikan menerjemahkan pesan sesuai dengan pemahamannya. Kemampuan menangkap pesan sangat bergantung pada tingkat intelektualitasnya, latar belakang budaya, serta situasi dan kodisinya. (http://www.slideshare.net/FujiLestari1/komunikan, diakses pada 9 Januari 2015 pukul 02.06).

Hal-hal tersebutlah yang juga disebut menjadi hambatan dalam komunikasi interpersonal para informan. Sedangkan beberapa yang lain mengatakan bahwa komunikasi mereka selalu lancar tanpa menemui hambatan.

Tingkat Kedekatan dengan Pasangan Komunikasi

Menurut informan, tingkat kedekatan dengan pasangan komunikasinya membawa pengaruh besar terhadap kelancaran komunikasi. Komunikasi menemui hambatan jika dilakukan dengan orang yang kurang dikenal atau kurang akrab.

“Sebenernya tergantung sih kalau misalnya ya itu tadi karena kalau kita kurang deket gitu kan berarti ada hambatannya ya. Jadi kayak ada rasa yakin nggak yakin berkomunikasi sama dia tuh.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

(14)

“Hambatannya kalau ketemu orang baru. Susah buat basa-basi pertamanya itu yang susah.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Kalau sama orang yang nggak begitu deket itu yang agak mikir ya. Kira-kira mau ngomong apa yang dia nyambung.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Situasi dan Kondisi Komunikan

Kondisi dan situasi yang sedang dialami komunikan dikatakan bisa menjadi hambatan dalam komunikasi.

“Hambatan. Apa ya. Kondisi kali ya. Jadi kalau misalnya tiba-tiba kita mau ngomong, ya aku balikin lagi, ketika aku mau ngomong kalau dianya lagi nggak enak ya aku harus diem dulu, dalam arti aku harus cari kondisi dimana kita harus berbicara dengan lawan kita itu di posisi yang enak dalam keadaan yang enak, seperti itu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Ada sih. Kadang-kadang kalau orangnya misalnya lagi nggak fokus atau nggak lagi ngapain, gitu-gitu.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

“Paling hambatannya kalau orangnya yang diajak ngomong itu moody. Kan males juga ya kalau ngajak omong sama moody, gitu kan. Mendingan diem.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Perbedaan Tingkat Intelektualitas

Tingkat intelektualitas komunikator dan komunikan juga berpengaruh terhadap berjalannya proses komunikasi. Bila tingkat intelektualitas mereka berada di titik yang berbeda, pengiriman dan penerimaan pesan akan menemui hambatan.

“Dan kita harus ngerti juga orang yang kita ajak ngomong ini sepinter apa sih, supaya kita bisa nyesuaiin.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Hambatannya apa ya. Biasanya kalau sama orang-orang yang agak, katakan agak cerdas gitu saya agak bingung mbak.

(15)

Komunikasinya seperti apa gitu. Soalnya saya pernah punya teman tuh orangnya terlampau cerdas. Jadi saya ngomong tuh kayak saya nggak ada apa-apanya, seperti itu. Itu mungkin salah satu hambatan.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

“Terus kalau misalnya dia ini lebih pinter banget atau gimana gitu topiknya kadang suka beda atau kalau nggak jadi serba serius.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Latar Belakang Budaya

Pemicu hambatan komunikasi yang lain adalah perbedaan latar belakang budaya. Dalam hal ini, perbedaan bahasa menjadi hambatan dalam komunikasi di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Non-Reg UNS 2014 yang mayoritas individunya berasal dari berbagai daerah dengan budayanya masing-masing.

“Biasanya sih soal bahasa ya. Kalau apalagi di transfer ini kan banyak yang dari Jawa Timur ya dari Jawa Barat. Mungkin kalau orang Solo kan nggak biasa ngomong bahasa Indonesia kayak gini. Nah mungkin hambatannya nggak bisa cepet gitu. Medok.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Mungkin juga karena bahasanya beda juga bisa jadi susah.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Sama bahasa itu sih kadang-kadang. Kan suka pada pakai bahasa daerah gitu.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

Tanpa Hambatan

Beberapa informan mengatakan bahwa mereka tidak menemui adanya hambatan dalam komunikasi interpersonal.

“Lancar. Secara anak komunikasi.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

(16)

“Hambatannya apa ya. Jarang sih mbak. Kalau masalah langsung jarang ya. Paling apa. Nggak ada sih kayaknya.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

“Nggak ada kayaknya sih. Kalau menurut saya sih nggak ada. Soalnya kan kalau komunikasi face-to-face kan langsung tau kan ekspresinya, gimana cara dia ngomong. Jadi tau lah gimana, gitu.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL BERMEDIA

Komunikasi sekarang ini jelas tak terbatas ruang dan waktu. Komunikasi bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa harus bertemu langsung. Berbagai media komunikasi kini sangat banyak tersedia, yang salah satunya adalah BBM. Komunikasi inilah yang kemudian disebut dengan komunikasi bermedia. Komunikasi bermedia adalah komunikasi dimana proses penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan (melalui)

cyverspace atau ruang maya yang bersifat interaktif.

(https://enjourm.wordpress.com/2011/04/27/komunikasi-tatap-muka-vs-komunikasi-bermedia/, diakses pada 15 Januari 2014 pukul 22.48) 1. Gambaran Umum Penggunaan BBM

Peneliti ingin mengetahui pola penggunaan BBM oleh para informan.Bagian ini diuraikan dalam beberapa bagian, yaitu mengenai alasan informan memilih BBM sebagai media komunikasi, pemanfaatannya, dan hal-hal yang dibicarakan melalui BBM tersebut. 1.1 Alasan Memilih BBM

Sekarang ini banyak sekali tersedia media komunikasi yang mampu mempermudah dan mempercepat pengiriman dan penerimaan

(17)

pesan. Media-media tersebut berlomba-lomba menawarkan fasilitas dan keunggulannya masing-masing. Maka peneliti ingin mengetahui alasan para informan tetap bertahan menggunakan BBM di antara pilihan-pilihan yang lain.

Mayoritas informan mengatakan BBM adalah media komunikasi paling nyaman dan efisien. Beberapa informan yang lain menggunakan BBM karena mengikuti teman dan orang terdekat. BBM adalah media yang pertama kali populer di kalangannya adalah alasan lain media komunikasi ini dipilih oleh penggunanya.

BBM Praktis dan Efisien

BBM mempunyai fasilitas-fasilitas yang mampu membantu penggunanya dalam berkomunikasi, antara lain pesan suara, group, dan kemampuan mengirim gambar serta berbagai jenis file. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan tersebut, BBM dianggap praktis dan efisien untuk berkomunikasi

Efisien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya (http://kbbi.web.id/efisien, diakses pada 20 Maret 2015 pukul 08.24). Selain itu, BBM dirasa mudah, cepat, dan nyaman untuk digunakan.

“Karena BBM itu enak untuk user, terus easy, terus nangkepnya juga enak, cepet juga dunia maya, Karena sekarang harus ada serba cepat.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Memilih BBM karena kan cepet gitu lho mbak.Maksudnya ada groupnya, ada fasilitas kirim gambar, kirim file, kayak gitu kan

(18)

kalau mau minta apa terus butuh apa kan data atau apanya kan cepet kalau BBM.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Mungkin yang lebih praktis, lebih enak, ada voice itunya pesan suaranya, terus ada pesan gambarnya juga. Jadi mungkin itu alasan pertamanya tuh soalnya itu.” (Wawancara Punto, 26 Desember 2014)

“Soalnya menurut aku tuh lebih mudah, lebih praktis, lebih efisien.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

Mengikuti Teman dan Orang Terdekat

Selain karena kemampuan dan fasilitasnya, beberapa informan mengatakan bahwa mereka menggunakan BBM berawal dari sekedar mengikuti teman dan orang-orang terdekat di lingkungan sosialnya. Dari situlah kemudian mereka menggunakan BBM sebagai media komunikasi utama.

“Milih BBM karena kebanyakan ya teman sih pakai BBM juga. Jadi lebih, biar lebih enak.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Itu komunikasi yang ikut-ikutan lah jatuhnya. Jadi karena kebanyakan remaja sekarang memakai BBM ya udah aku jadi ikut-ikutan BBM juga, gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Karena sekarang banyak orang pakai BBM.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

BBM adalah Media Komunikasi yang Pertama Populer

Selain kedua alasan tersebut, menurut beberapa informan, BBM merupakan media komunikasi yang pertama kali dikenal baik dan populer di antara media-media komunikasi lainnya. Sehingga jumlah teman yang terdaftar sebagai sesama pengguna BBM pun

(19)

lebih banyak daripada jumlah teman yang menggunakan media komunikasi sejenis lainnya.

“Soalnya kalau dibandingin daripada Line, WhatsApp, atau yang lainnya itu kan BBM lebih duluan ada. Jadi ya pertama emang kontak mungkin lebih banyak di BBM dibandingin yang lain. Jadi mungkin lebih sering di BBM, kayak gitu.” (Wawancara Imanda 26 November 2014)

“BBM itu yang jelas itu pertama kali penggantinya SFS kali ya.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Ya karena mungkin dari dulu kan, jamannya BlackBerry ya. Itu udah pertama kali terkenalnya kan situsnya jejaring sosialnya tuh chatting messengernya kan BBM. Jadi ya teman-teman saya udah banyak di BBM, gitu lho.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

1.2 Pemanfaatan BBM

Mengenai penggunaan dan pemanfaatan BBM, para informan menggunakannya untuk kegiatan jual-beli di toko online dan mengirim berbagai jenis file, seperti dokumen dan foto, di luar fungsi utamanya sebagai sarana untuk berkomunikasi dan bertukar informasi.

Berkomunikasi dan Bertukar Informasi

Sesuai dengan fungsi utamanya, BBM digunakan untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan orang lain secara cepat, tanpa harus bertemu langsung dan bertatap muka.

“Cuma berkomunikasi aja. Paling kalau misalnya kalau misal ke teman. Kalau orangtua, saya bukan di BBM.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Buat bertukar informasi yang pasti. Ngomongin itu, ngomongin dari yang nggak penting sampai penting, gitu kan.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

(20)

“Ya buat komunikasi mbak. Ya kompleks sih. Ya pacaran, ya kerja, ya ngobrolin tentang semuanya.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

Jual-Beli di Toko Online

Di era serba praktis ini orang-orang gemar melakukan jual-beli secara online. Banyak toko-toko online membuat group-group di BBM untuk mempermudah penyampaian informasi serta melakukan promosi atas produknya. Dalam hal ini, BBM juga sangat berperan sebagai sarana proses jual-beli di berbagai jenis toko online tersebut.

“Buat pacaran, buat berhubungan sama keluarga, maksudnya komunikasi sama keluarga, sama satunya buat jual online saya mbak.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

“Yang jelas pertama buat pacaran mbak. Yang kedua buat sama teman. Yang ketiga baru kalau ada bisnis apa, kayak kemarin sempet jual baju bola gitu. Buat gitu, buat jualan.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Buat komunikasi.Tapi kadang pernah juga buat kayak proses jual beli, gitu. Mau beli misalnya mau beli baju, gitu kan, ada toko-toko online juga kan di BBM, paling gitu.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

Mengirim File

BBM juga biasa digunakan untuk mengirim data, dokumen, foto, dan file lainnya. Pengiriman tersebut dapat secara mudah dilakukan melalui fasilitas attachment.

“Kalau misalnya aku sih, kalau misalnya pakai BBM biasa aja buat chatting-an. Terus misalnya kirim foto. Tapi kadang juga kalau misalnya kita kayak misalnya kirim PPT atau kirim itu kan bisa lewat BBM. Sebenernya sih BBM itu memudahkan sih.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

(21)

“Kalau aku biasanya lebih buat kayak misalnya ngirim kayak tadi dokumen, kalau urgent banget dokumen.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

“Sama kirim-kirim foto juga sih biasanya.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

1.3 Hal yang Dibicarakan

Serupa dengan komunikasi interpersonal langsung, hal-hal yang dibicarakan oleh informan dan pasangan komunikasinya melalui BBM tak jauh dari topik perkuliahan dan masalah pribadi.

Perkuliahan

Perkuliahan selalu menjadi bahan utama pembicaraan para informan melalui BBM, khususnya tentu dengan teman-teman kuliahnya.

“Lebih banyak sih kalau sekarang sih kuliah, sama emang kan misal di group kan di BBM bikin group ya, itu paling ngomongin soal ya paling yang tadi balikin lagi ke soal gosip atau nggak emang soal mata kuliah, pelajaran, gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Kalau teman ya sekedar, ya tanya jawab tentang apa ya, masalah kampus, masalah kuliah, gitu mbak.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Dengan teman, masalah kampus biasanya.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

Masalah Pribadi

Dari masalah perkuliahan tersebut, perbincangan kemudian bergeser menjadi pertukaran saran dan solusi tentang masalah pribadi masing-masing.

(22)

“BBM secara personal pribadi, curhat biasanya. Cerita, curhat, nanya kabar, biasanya gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2024)

“Apa ya. Curhat mungkin. Gosipin orang mungkin.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

“Pertamanya sih biasanya kalau sama teman yang di kampus terus ngomongin kuliah dulu nih misalnya ada tugas atau nggak. Ntar ujung-ujungnya cerita, jadi curhat. Curhat masalah pribadi bisa.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

1.4 Waktu dan Intensitas Penggunaan BBM

Waktu dan intensitas ini merujuk pada tingkat keseringan penggunaan BBM sebagai media komunikasi interpersonal di kalangan informan. Intensitas komunikasi ialah proses komunikasi yang terjalin dengan melihat kuantitas pada kurun waktu tertentu

(http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-intensitas-komunikasi.html, diakses pada 20 Maret 2015 pukul 07.45)

Pareek (dalam Dharmawan, 1993) mengatakan umpan balik yang terjadi dalam menciptakan intensitas komunikasi paling sedikit melibatkan dua orang, satu yang memberikan umpan balik dan yang lain menerimanya.

Peneliti ingin melihat seberapa sering informan berkomunikasi melalui BBM. Data menunjukkan bahwa seluruh informan menggunakan BBM setiap hari. Perbedaanya adalah pada waktu dan intensitas penggunaannya. Mayoritas informan menggunakan BBM pada malam hari. Informan lain menggunakannya di pagi dan malam hari atau hanya

(23)

pada saat ada waktu luang. Sedangkan beberapa yang lain menggunakannya sepanjang hari.

Malam

Mayoritas informan menggunakan BBM pada malam hari, karena pada waktu tersebut informan sudah dalam keadaan santai dan bebas dari kesibukan.

“Malam biasanya.Kalau pas malam. Kalau malam kan udah santai.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Malam sih, kalau udah selesai kegiatan-kegiatan.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Paling sering itu malam.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

Pagi dan Malam

Selain pada malam hari, pagi hari atau setelah bangun tidur juga biasa menjadi waktu yang tepat untuk berkomunikasi menggunakan BBM oleh para informan, karena pada waktu itu informan pun belum memulai aktivitas dan kesibukan.

“Malam dan pagi. Tiap hari. Apalagi sekarang udah ada group. Jadi itu pasti tiap hari.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Waktu pagi sama malam. Pas mau tidur sama bangun tidur. Soalnya pemikirannya, badannya disitu tapi pemikirannya dimana-mana. Jadi kan tau oh iya ini, ini, ini, to-do-listnya hari ini apa, gitu. A sampai z jadi inget.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Biasanya setelah bangun pagi terus malam. Pagi sama malam. Kalau siang sih nggak, nggak terlalu, kan kerja juga jadi sulit.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

(24)

Waktu Luang

Beberapa informan memanfaatkan waktu luang di sela-sela kesibukannya untuk membuka BBM. Waktu tersebut digunakan untuk sekedar menengok BBM atau sekaligus membalas pesan-pesan masuk yang sempat terabaikan ketika mereka tengah sibuk.

“Kalau aku ya kalau pas nggak ada kerjaan sih. Hampir setiap nggak ada kerjaan pasti pegangya HP, bukanya BBM.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Pas nggak ada kerjaan. Soalnya kalau pas ada kerjaan nggak pernah megang HP.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Aku sering BBM-an setiap lagi waktu luang yang kosong aja gitu. Kalau misalkan lagi sibuk ya BBM aku abaikan gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

Sepanjang Hari

Beberapa informan yang lain biasa menggunakan BBM sepanjang hari dari pagi hingga malam, tanpa terikat oleh waktu dan aktivitas yang tengah dilakukan.

“Hampir setiap bangun tidur saya pegang BBM. Terus main, waktu nongkrong juga pegang BBM.Habis mandi pegang BBM. Waktu makan juga pegang BBM mbak.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

“Bisa dari siang sampai malam.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

“Paling sering kayaknya tiap hari sering dari pagi sampai malam.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(25)

2. BBM Personal

Pola komunikasi ini tidak membedakan antara komunikator dan komunikan karena tidak ada peranan dan batasan yang jelas antara keduanya. Komunikator juga sekaligus berperan sebagai komunikan, namun memiliki fungsi yang berbeda di kedua peranan tersebut. Maka, peneliti ingin mengetahui fungsi komunikasi para informan ketika berada di masing-masing posisi tersebut.

2.1 Komunikator

Komunikator yang dimaksud dalam pola komunikasi interpersonal bermedia melalui BBM ini adalah orang yang pertama mengirim pesan dan memulai pembicaraan. Maka dalam peranan ini, seorang komunikator pasti membawa beberapa aspek yang mengikuti, yaitu pertimbangan mengirim pesan, cara menyampaikan pesan, serta respon komunikan terhadapnya.

2.1.1 Pertimbangan Mengirim Pesan

Pertimbangan komunikator untuk mengirim pesan dan memulai pembicaraan memiliki makna yang sama dengan pertimbangan ketika memulai obrolan langsung secara tatap muka. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui hal-hal yang menjadi pertimbangan para informan untuk mengirim pesan kepada orang lain yang sedang tidak berada bersamanya.

(26)

Butuh Menyampaikan atau Mencari Informasi Penting

Mempunyai hal penting yang perlu segera disampaikan adalah jawaban paling banyak dari para informan. Selain ingin menyampaikan, informan juga membutuhkan informasi dari orang lain. Sehingga, menghubungi orang yang bersangkutan melalui BBM adalah hal pertama yang dilakukan.

“Ya karena aku yang butuh mbak. Biasanya kayak gitu.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Kalau mendadak atau penting ya diping ping ping ping biar dibales. Soalnya butuh banget dia.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Karena emang ada sesuatu yang penting misalnya.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

“Ya tujuan misalnya aku mau nanya sesuatu, ya itu, gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Karena misalnya ada sesuatu yang penting mau ditanyain, gitu gitu sih.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

Butuh Teman Bicara

Beberapa informan mengatakan mereka menghubungi orang lain terlebih dahulu melalui BBM karena sedang membutuhkan teman untuk sekedar mengobrol. Kejenuhan adalah salah satu alasan yang mendorong mereka mengirim pesan untuk sekedar memulai obrolan.

“Ya mungkin lagi jenuh kan. Akhirnya saya butuh teman buat bicara. Akhirnya saya BBM duluan aja teman saya, siapapun itu.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

(27)

“Pertimbangannya itu hal yang penting sama misalnya aku lagi boring, aku ajak aja orang yang di kontak BBM itu untuk ngobrol sharing, gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

“Atau kalau lagi sepi gitu terus pengen ngobrol.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

Keinginan Merespon Status BBM Teman

Fasilitas status BBM juga menjadi salah satu pendorong seseorang mengirim pesan. Status BBM adalah ruang yang memungkinkan penggunanya menuliskan dan mengekspresikan berbagai macam hal secara bebas. Umumnya status BBM diisi dengan kondisi dan perasaan pengguna pada saat-saat tertentu.

Beberapa informan mengirim pesan kepada teman atau orang lain setelah melihat orang tersebut mengganti statusnya. Tujuan pengiriman pesan dalam hal ini hanyalah sekedar memberi komentar dari status yang ditulis tersebut.

“Pertimbangannya kalau ini, dia pas kalau di BBM ya kan ada update status nih. Oh tau, oh ini orang ini apa. Aku ada janjian hari ini apa, oh udah langsung tanya, gitu. Kalau nggak, ngobrol. Kalau nggak, pas to-do-listku apa gitu, „oh iya lupa hari ini harus ngomong sama ini lewat BBM‟. Ya udah, gitu.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Mungkin aku ngomentarin statusnya dia apa, kayak gitu bisa.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

“Kalau ada yang ganti status terus ditanya itu kenapa atau gimana.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(28)

2.1.2 Cara Menyampaikan Pesan

Peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan di antara cara informan menyampaikan pesan dalam komunikasi interpersonal langsung dengan komunikasi interpersonal bermedia. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa cara mereka menyampaikan pesan di kedua pola komunikasi tersebut hampir sama. Pesan disampaikan langsung pada intinya dan beberapa yang lain menggunakan basa-basi sebagai pembukanya. Pembedanya adalah beberapa informan mengatakan bahwa mereka harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan melalui BBM.

Langsung ke Inti Pembicaraan

Tidak berbeda dengan komunikasi interpersonal langsung, informan juga mengirim pesan secara lugas dan langsung ke inti pembicaraan dalam pola komunikasi ini. Mereka memilih metode to-the-point ini karena merasa komunikasi cepat dan hemat lebih penting daripada komunikasi yang menggunakan basa-basi dan bertele-tele.

“Kalau aku to-the-point sih mbak. Nggak gimana ya, nggak terlalu bertele-tele. Kalau biasanya kan pakai basa-basi apa, kayak gitu. Nggak, aku langsung apa.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Sama, sama, aku sama, nggak beda jauh. Tapi untuk menghemat energi dan tenaga kan BBM itu kan aku udah masih pake qwerty ya, keypad yang keras itu, ya aku langsung lebih baik langsung to-the-point gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Langsung. Yaudah cepet gitu kok, blak-blakan aja, to-the-point.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(29)

Hati-hati dalam Memilih Kata

Data temuan juga menunjukkan beberapa informan memilih kata dalam merangkai kalimat yang akan disampaikan kepada pasangan komunikasinya. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal bermedia dirasa lebih rentan menimbulkan salah makna. Sehingga, mereka memutuskan untuk memilih kata yang benar-benar sesuai dan bisa mewakili ekspresi yang sebenarnya untuk menyampaikan pesan, agar kemudian pesan tersebut dapat diterima sesuai makna aslinya.

“Beda banget. Kalau misalnya kalau di langsung pasti kan lebih, lebih apa ya, lebih enak, gitu kan. Kita face-to-face, terus eyes-to-eyes gitu. Terus kita bisa nggak cuma dari, kan kadang-kadang kan kalau misal lewat media sosial tuh takut apa ya, beda gitu. Yang disebut pernyataan jadi pertanyaan, pertanyaan jadi pernyataan, kayak gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Beda pastinya. Kalau di BBM kan itu lebih bentuk kata-kata ya. Jadinya biasanya pilah-pilih kata-kata dulu kira-kira cocok apa nggak katanya. Soalnya kan beda kalau misalnya ngomong langsung kan maksudnya orang udah tau muka kita kayak gimana. Kalau itu kan belum tentu tau.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

“Agak milih kata-kata sih.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

Menggunakan Basa-Basi

Berbeda degan yang terbiasa langsung ke inti pembicaraan, beberapa informan lain harus melalui tahap basa-basi untuk mengawali penyampaian pesan yang sebenarnya. Basa-basi ini

(30)

biasa dilakukan misalnya dengan menyapa dan bertanya mengenai kabar pasangan komunikasinya.

“Cara menyampaikan pesan paling awalnya nyapa dulu. Nyapa dulu, ya langsung nanya habis itu.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Nanya-nanya dulu yang basa-basi gitu juga mungkin.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

“Mungkin cuma rada basa-basi dikit gitu.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

2.1.3 Respon dari Komunikan

Keberhasilan suatu proses komunikasi interpersonal bermedia bisa dilihat salah satunya melalui respon dari komunikannya. Respon komunikan yang dimaksud pada bagian ini dilihat dari cara komunikan membalas pesan yang disampaikan oleh para informan ketika menjadi komunikator.

Dari berbagai jawaban yang diutarakan informan, terlihat bahwa respon komunikan terwujud dalam berbagai bentuk. Beberapa informan mengatakan bahwa komunikannya selalu memberi respon yang baik. Sedangkan beberapa informan yang lain mendapat respon sesuai dengan situasi dan kondisi komunikan pada saat komunikasi tersebut berlangsung.

Respon Baik

Beberapa informan mengatakan bahwa mereka selalu mendapat pesan balasan atas pesan yang dikirimnya kepada

(31)

seseorang. Sehingga bisa dikatakan mereka mendapat respon yang baik dari komunikannya.

“Baik, baik kok. Nggak ini. Ya Alhamdulillah gitu, ya teman-teman ngeresponnya dengan baik, gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Responnya baik-baik aja sih responnya. Kayak gitu aja. Ngebales, soalnya kan kalau di BBM kan emang udah ketuju siapa yang bakal diomong. Jadi emang udah lancar aja ngerti satu sama lain, gitu.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Biasanya sih balesnya cepet, lancar.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

Respon Tergantung pada Situasi dan Kondisi Komunikan Selain informan yang selalu mendapat respon baik, terdapat informan lain yang mendapat respon dari komunikan sesuai dengan kondisi dan situasi komunikan pada saat komunikasi itu berlangsung. Maksudnya disini adalah dimana cepat atau lambatnya penerimaan pesan dan panjang atau pendeknya balasan terhadap pesan tersebut bergantung pada ketersediaan waktu yang dimiliki olehnya.

“Responnya tergantung sih. Kadang ada yang ngebales, dia ngebalesnya singkat-singkat juga. Ya kalau misalnya dia pribadinya dia suka rame ya balesnya rame.” (Wawancara Imanda, 26 November 2914)

“Sama enaknya, sama enaknya sih. Kalau tinggal tergantung, biasanya kan gini lewat dunia maya sama kalau lewat personal langsung kan beda. Penanggapannya juga beda. Kadang ada yang dia mau ngomong apa, tapi dia maksudnya apa, kan itu juga beda lagi. Tapi kalau untuk saat ini, di BBM itu oke-oke aja.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

(32)

“Ya itu juga tergantumg situasi mereka juga, mungkin kalau mereka lagi available kali ya, kalau waktunya mungkin tersedia banyak, ya baik. Atau mungkin kalau misalkan mereka lagi sibuk, ya cuma bales nanti dulu atau mungkin balesnya lama, gitu.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

Tidak Mendapat Respon

Komunikasi via BBM, selain melalui chat room pribadi, juga bisa dilakukan melalui fasilitas display picture dan kolom status yang bisa diganti sesuai keinginan penggunanya. Beberapa informan mengatakan bahwa terkadang mereka tidak mendapat respon sesuai dengan yang diharapkan. Ketika hal tersebut terjadi, maka komunikasi akan berlangsung satu arah.

“Ya kalau biasanya sih mbak, kalau dia nggak punya jawaban gitu, kadang udah sampai kan BBMnya, jawabnya lama atau nggak malah nggak dijawab. Mungkin dibacanya udah beberapa jam kemudian. Padahal dia bisa ganti-ganti status, kayak gitu.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Ya beda-beda sih. Kadang-kadang ada orang yang cuma diread aja.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Terus kadang kita kan juga pasang status atau ganti DP kan juga sebenernya niatnya pengen ngasih tahu sesuatu ke orang-orang. Cuma kan orang-orang walaupun udah lihat juga nggak mungkin buat selalu komen. Tapi kadang suka ada yang nanya juga soal status yang aku tulis, gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

2.2 Komunikan

Ketika informan berada di posisi komunikan atau pihak yang menerima pesan, hal yang ingin diketahui oleh peneliti adalah penerimaan dan respon mereka terhadap pesan yang berwujud teks tertulis tersebut.

(33)

2.2.1 Penerimaan dan Respon terhadap Pesan

Dari jawaban-jawaban yang diterima peneliti, terlihat bahwa para informan merespon pesan tergantung dari siapa yang mengirim pesan dan isi pesan itu sendiri. Isi pesan tersebut yang kemudian menentukan cara mereka meresponnya, baik dengan pesan balasan yang panjang dan detail atau balasan seperlunya. Begitu pula berlaku bagi cepat atau lambatnya membalas pesan. Sedangkan beberapa informan lain memilih berhati-hati dalam merespon pesan di BBM.  Merespon Seperlunya

Jika pesan yang disampaikan dirasa kurang penting, maka informan merespon pesan tersebut seperlunya. Dengan kata lain, pesan balasan tersebut dikirim hanya sekedar untuk menjaga agar komunikasi di antara keduanya tetap terjalin dengan baik.

“Kalau emang orangnya cuma nanya sekilas atau misalkan masuk jam berapa, gitu kan, saya jawab seadanya aja. Kalau lebih ke teman tuh jawabnya mungkin seadanya kalau memang tidak ada pembicaraan yang lebih mendalam.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

“Misal, kan kadang, apalagi kalau media-media yang ngetik-ngetik gitu kan typo, gitu ya. Paling suka dikomentarin typonya, gitu-gitu. Ya paling dibalas aja apa yang dia tanggepin.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

“Kalau dari teman aku baca dulu sih. Kalau nggak begitu penting ya bales aja sedapetnya.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(34)

Merespon secara Cepat

Informan mengatakan mereka merespon pesan dengan cepat jika pesan tersebut bersifat penting untuk kedua belah pihak.

“Tapi kebanyakan sih langsung balesnya cepet sih. Kan orang juga sama-sama butuh. Kalau sama rekan kerja gitu, ya kita sama-sama butuh biasanya responnya cepet.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Kalau aku biasanya cepet sih untuk ngebales BBM itu sendiri. Takutnya kan urgent jadi pasti cepet balesnya. Kecuali emang yang nggak penting, baru udah lah diread aja, nanti aja balesnya.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

“Baca dulu langsung aku tanggepin aja, gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Merespon dengan Pesan Panjang

Pesan yang dianggap penting juga akan dibalas dengan pesan yang lebih panjang dan detail. Tak jarang para informan balik bertanya kepada lawan komunikasinya tersebut. Jawaban panjang semacam ini juga digunakan untuk menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan pasangan komunikasinya.

“Kalau misalnya pertanyaannya yang emang harus untuk menjelaskan, ya pasti aku balesnya panjang. Seusaha mungkin kalau tuh kadang suka ngebedainnya gini. Orang deket sama orang jauh. Kalau orang jauh kan kita berkomunikasinya pasti cuma lewat media sosial. Jadi aku pasti ngejawabnya lebih panjang dari biasanya gitu.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Kalau misalnya itu, ya aku jawabannya panjang. Aku jarang jawabannya singkat. Karena aku mikirnya itu pasti ada balasannya, gitu. Kalau misalnya aku BBM atau aku jadi komunikator, nanti balesannya dari komunikan kan singkat itu kan kayaknya sakit hati kan, bête, gitu. Ya udah aku lebih baik agak panjang jawabnya. Terus nanya kembali ke komunikator, gitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

(35)

“Kalau ternyata pesannya penting, aku balesnya panjang aku jelasin.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

Merespon secara Lambat

Beberapa informan mengatakan bahwa mereka tidak langsung membalas pesan yang diterima. Sehingga, respon yang diberikan menjadi lebih lambat. Hal ini disebabkan karena mereka memilih untuk memikirkan jawaban yang tepat terlebih dahulu sebelum mengirim pesan balasan. Selain itu, jarang memegang ponsel juga menjadi salah satu alasannya.

“Mikir dulu saya mbak. Tergantung ya misalnya isinya apa gitu kan saya mikir dulu ini gimana, gimana, terus baru saya bales gitu. Agak low.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

“Biasanya sih tak baca dulu. Habis itu balesnya agak lama. Sampai diping ping ping baru tak bales. Yang penting tak buka dulu.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Baca dulu mbak baru bales. Lama. Soalnya saya jarang megang.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

Merespon dengan Hati-hati

Selain itu ada pula informan yang berhati-hati dalam membalas pesan. Mereka membaca pesan bekali-kali dan memilih kata-kata yang tepat untuk membalas pesan tersebut guna menghindari terjadinya salah paham atau salah makna.

“Aku baca berkali-kali. Karena mungkin takutnya ntar aku salah, salah beda apa ya, beda aku serepin, gitu. Ini pertanyaan itu kayak gini atau nggak, ini kayak gini atau nggak, ceritanya kayak gini atau nggak. Takutnya kan beda, yang dia pengen kayak gimana, akunya juga kayak gimana ke dianya jawaban ke dianya, gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

(36)

“Tapi emang harus lebih hati-hati sih ya kalo di BBM. Biar yang kita omongin tuh ditangkepnya bener.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Aku mikir dulu mau jawabnya kayak gimana. Kan gitu juga harus dipikir ya jadi biasanya kalau, itu kan termasuk komunikasi nggak langsung ya mbak, jadi apa ya. Kita lebih susah untuk tau emosi atau ekspresi orang saat itu. Jadi harus dijaga bener-bener. Jadi lebih susah daripada kalau kita ketemu. Takutnya mungkin waktu lagi emosi, lagi emosinya lagi seneng atau lagi marah atau lagi apa, jadi ya ati-ati aja.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

Tidak Memberi Respon

Beberapa informan menyebutkan kemungkinan untuk tidak membalas pesan yang dikirim oleh seseorang kepadanya. Jika pesan yang diterimanya dirasa tidak penting atau tidak perlu dibalas, maka mereka memilih untuk sekedar membaca pesan tersebut.

“Kadang juga nggak aku bales sih. Kadang ada yang ping ping tapi nggak ngomong apa-apa, ya aku nggak respon.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Kadang ada juga yang nggak aku bales. Karena kadang ada yang suka nggak penting atau cuma ping ping doang tapi nggak ngomong apa-apa atau broadcast.” (Wawancara Dofa, 2 Desember 2014)

“Tapi kalau misalnya broadcast cuma aku baca aja udah. Tapi kadang juga langsung aku hapus, gitu. Ya kalau nggak penting pokoknya dibaca aja udah, nggak aku bales.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(37)

2.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal Bermedia

Peneliti ingin mengetahui adakah hambatan dalam pola komunikasi interpersonal bermedia ini. Data menunjukkan bahwa hal utama yang menjadi hambatan dalam pola komunikasi ini adalah terjadinya salah paham atau missed communication. Maka pada bagian ini akan dipaparkan penyebab terjadinya missed communication tersebut dan metode penyelesaian yang digunakan oleh para informan.

2.3.1 Missed Communication

Hal tersebut umumnya terjadi karena adanya perbedan pengertian makna pesan antara komunikator dan komunikan. Sedangkan hambatan lain dari luar komunikator dan komunikan adalah sinyal jaringan yang kurang baik.

Perbedaan Pemahaman Makna Pesan

Perbedaan penyerapan makna adalah salah satu hambatan terbesar dalam komunikasi interpersonal bermedia melalui BBM ini. Pesan yang berbentuk teks ini berpeluang besar menyebabkan perbedaan makna. Makna asli pesan yang dikirim oleh komunikator diserap dengan makna lain oleh komunikannya. Sehingga, komunikasi berujung pada salah paham.

“Pasti banyaklah. Takutnya, maksudnya hambatannya takutnya nanti beda gitu reaksinya, dalam arti lebih emang enak langsung, karena kalau misalnya di BBM takutnya salah persepsi itu. Pertanyaannya gimana, jawabnya gimana, nanyanya kayak gimana, kayak gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Sering sih. Kadang-kadang kan yang kita, yang sering dimaksud teman kan kita juga kadang-kadang ada salah

(38)

pengertian, gitu kan. Jadi BBM sih banyak salahnya sih kalau menurut aku ya.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

"Ada banyak banget. Misalnya tuh komunikasi lewat BBM itu apa ya nggak sesuai, banyak nggak sesuainya sama kita kalau ketemu langsung sama orang tersebut, gitu. Kan jadi missed komunikasi.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Permasalahan Teknis

Selain hambatan yang berasal dari komunikator, komunikan, dan pesan itu sendiri, terdapat satu hambatan lain yang berasal dari luar, yaitu hambatan teknis seperti buruknya sinyal. Sinyal jaringan yang tidak memadai menyebabkan pengiriman pesan tidak sempurna. Pesan asli yang dikirim oleh komunikator bisa jadi tertunda pengirimannya, hanya terkirim setengah bagiannya, atau bahkan tidak terkirim sama sekali. Sebab ini pun membawa komunikasi berujung pada salah paham.

“Apa ya paling ya kayak ini aja sih, kayak namanya BBM, sinyal jelek. Jadi komunikasi itu pasti terhambat. Tiba-tiba nggak nyambung lah, terus pending, terus tiba-tiba kadang ya namanya nge-send pesan itu misalnya kita dua kali, dua kali pesan taunya yang nyampe cuma satu gitu kan jadi nggak nyambung, gitu.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Hambatan sih paling teknis ya mbak. Cuma jaringan kalau pas lagi pending, gitu-gitu. Kalau selama apa, aku pakai itu ya nggak, maksudnya aku nggunain itu nggak ada kendala. Cuma kendala teknis aja.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Hambatannya sinyal itu. Kadang suka pending atau tiba-tiba nggak kekirim kan yang tanda silang itu, nah itu aja masalahnya paling.” (Wawancara Jofie, 2 Desember 2014)

(39)

2.3.2 Penyelesaian Missed Communication

Peneliti kemudian ingin mengetahui cara para informan menyelesaikan kesalahpahaman tersebut, jika faktanya missed communication adalah hal utama yang disebut sebagai hambatan dalam pola komunikasi ini. Data menunjukkan bahwa beberapa informan memilih untuk bertemu langsung dengan pasangan komunikasinya. Beberapa informan yang lain biasa menyelesaikannya tetap melalui BBM. Sedangkan beberapa sisanya memilih meluruskan kesalahpahaman melalui telepon.

Bertemu Langsung

Solusi yang dirasa paling sesuai oleh mayoritas informan adalah bertemu langsung dengan pasangan komunikasinya. Penyelesaian melalui telepon dan BBM dianggap tidak efektif karena tetap akan menimbulkan kesalahan penyerapan makna pesan.

“Mending langsung ketemu. Ngobrol langsung. Telepon juga kadang-kadang suka, suka salah-salah, salah apa ya, salah kaprah, gitu.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Kalau orangnya deket, ketemu dijelasin, gitu kan.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Ya ketemu. Nggak bisa diselesaiin lewat BBM. Soalnya udah salah paham dulu kan dari awalnya. Jadi nggak enak kalau nggak ketemu.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Biasanya ketemu langsung. Biasanya kan kalau kita nggak tau kan mending nggak usah dibales dulu. Nanti kalau ketemu baru tanya tadi yang dimaksud apa, gitu.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

(40)

Melalui BBM

Jawaban yang berbeda diutarakan oleh beberapa informan yang lain. Mereka merasa masalah tersebut cukup diselesaikan melalui BBM. Informan akan menjelaskan ulang makna pesan yang sesungguhnya dengan kalimat yang lebih jelas.

“Penyelesaiannya udah lewat BBM lagi. Aku terus diterapin lagi dengn pemahaman yang lebih inti, kompleks, to-the-point, jadi sekian, sekian, sekian, terus kirim, gitu.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Masih via BBM atau kalau misalkan aku missed komunikasi, misalnya via BBM aku langsung telepon, telepon orangnya, biasanya begitu.” (Wawancara Geri, 2 Desember 2014)

“Penyelesaiannya ya jelasin aja „oh ini kayak gini gini gini gini‟. Jadi emang harus satu-satu yang ngomong. Jangan langsung ini dibales, dibales, dibales, gitu jangan. Jadi aku dulu misal jelasin gini gini, terus ntar orang yang aku ajak BBM-an, gitu. Ntar ganti-gantian, kayak gitu.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

Melalui Telepon

Informan lain menyebutkan telepon adalah solusi yang tepat untuk meluruskan permasalahan tanpa harus bertemu langsung, namun juga tidak lagi berbentuk teks.

“Penyelesaiannya mending ya telepon langsung. Kan BBM kan cuma kata-kata doang.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Biasanya aku telepon sih mbak.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

“Untuk ngelurusinnya paling kayak lewat telepon atau nggak diajak ketemuan langsung.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

(41)

3. BBM Group

Selain BBM antar pribadi, masing-masing dari informan tergabung dan menjadi bagian dari BBM Group. BBM Group ini biasa terbentuk berdasar kelompok sosialnya masing-masing, seperti kelompok teman perkuliahan, pekerjaan, hobi, dan komunitas-komunitas lainnya. BBM Group bermanfaat dalam membantu penyebaran informasi secara cepat dan efisien karena pesan yang disampaikan oleh satu orang bisa langsung secara cepat diterima oleh beberapa orang sekaligus.

Komunikasi di dalam BBM Group juga memiliki komunikator dan komunikan tanpa terdapat batasan yang jelas antara keduanya. Komunikator disini adalah orang yang mempunyai informasi dan paling dipercaya oleh seluruh anggota group. Sedangkan komunikan adalah anggota group yang berperan sebagai penerima informasi.

3.1 Komunikator

Komunikator dalam BBM Group adalah orang yang mempunyai informasi dan paling dipercaya oleh seluruh anggota group. Hal yang ingin diketahui tentang komunikator di BBM Group adalah mengenai hal yang dibicarakan dan cara menyampaikan pesan. 3.1.1 Hal yang Dibicarakan

Peneliti ingin mengetahui hal-hal apa saja yang biasa disampaikan dan dibicarakan melalui BBM Group. Mayoritas jawaban para informan menunjukkan bahwa hal yang dibahas dalam BBM Group berada di seputar perkuliahan dan kegiatan komunitas.

(42)

Perkuliahan

Segala kegiatan, tugas, dan hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan menjadi hal yang paling utama dibahas di dalam BBM Group. Pesan yang bersifat jaringan komunikasi (jarkom) seperti pengumuman jadwal kuliah dan tugasnya biasa dibagi melalui BBM Group.

“Kalau di group nih kalau sekarang lebih ke mata kuliah jelas.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Kalau teman-teman ini, kalau ini kan aku teman-teman kuliah ya, jadi perkuliahan aja, tugas, tentang kuliah, everything about school.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Ya kadang apa ya, share info. Misalkan jarkom apa kalau di kampus kan lebih cepet pakai group, biar semuanya tau.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

“Kalau untuk sekarang ini tentang masalah kuliah, kayak gitu-gitu.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

Kegiatan Komunitas

Beberapa informan mengatakan bahwa selain perkuliahan, BBM Group biasa dimanfaatkan untuk membahas berbagai kegiatan komunitas yang diikutinya. Komunitas yang dimaksud disini pada umumnya adalah komunitas yang terbentuk berdasarkan hobi, seperti komunitas olahraga, otomotif, dan musik.

“Kebetulan saya di BBM Group itu ada komunitas Jadi saya membicarakan tentang komunitas tersebut. Misalnya kegiatan komunitas itu apa, seperti itu.” (Wawancara Gadang, 26 November 2014)

(43)

“Kalau katakanlah group teman-teman futsal atau group teman-teman SMA. Ya kalau pembahasannya sih lebih ke apa ya, lebih ke apa yang mau dilakuin. Katakanlah kalau futsal juga kapan futsal, kapan tempatnya, terus dimana, mau bikin baju nggak, terus publish foto-foto pas lagi habis sparing gitu, apa habis nongkrong bareng sama teman, gitu.” (Wawancara Punto, 26 November 2014)

“Terus kalau group kelompok yang lain ya biasanya ngobrolnya soal kegiatan kelompok itu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

3.1.2 Cara Menyampaikan Pesan

Cara komunikator menyampaikan pesan kepada seluruh anggotanya tentu mempunyai cara yang berbeda-beda. Beberapa orang mengirim pesan penting secara formal, sedangkan beberapa yang lain memilih untuk mengirim pesan yang bersifat ringan sekedar untuk memulai obrolan di BBM Group.

Secara Logika

Beberapa informan memilih hanya membagi informasi yang bersifat umum dan penting. Pesan semacam ini disampaikan dalam bentuk pesan seperti pengumuman yang bersifat formal dan serius.

“Biasanya kalau yang di kampus lebih resmi ya infonya, maksudnya soal kuliah-kuliah gitu dari ketua.” (Wawancara Punto, 26 Desember 2014)

“Ketua kelas sering kasih info yang bentuknya macem broadcast, gitu. Info penting soal ya jadwal kuliah, ya tugas.” (Wawancara Agnes, 2 Desember 2014)

“Biasanya sih ketua ya kirim info yang resmi, gitu.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

(44)

Atraktif

Beberapa informan yang lain sering mengirim informasi yang bersifat ringan dan tidak penting dengan tujuan memulai obrolan di BBM Group. Pesan semacam ini disampaikan dengan cara atraktif untuk memancing respon anggota group yang lain.

“Kalau lagi nggak ada kerjaan, iseng aja ngomong aja gitu di group.” (Wawancara Raissa, 26 November 2014)

“Kalau lagi ngomongin yang seru pasti kebawa seru juga kan akunya.” (Wawancara Imanda, 26 November 2014)

“Lebih santai sih kalau aku di group. Suka becandaan.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

3.2 Komunikan

Komunikan dalam BBM Group adalah anggota group yang berperan sebagai penerima pesan. Hal yang ingin diketahui pada bagian ini adalah penerimaan dan respon terhadap pesan, kredibilitas sumber pesan, dan significant others.

3.2.1 Penerimaan dan Respon terhadap Pesan

Dalam BBM Group, anggota group terbagi menjadi dua bagian, yaitu anggota group aktif dan anggota group pasif.

Anggota Group Aktif

Beberapa informan berperan sebagai anggota aktif dalam BBM Group. Mereka selalu merespon pesan yang dibawa oleh komunikator. Respon tersebut kemudian akan direspon juga oleh anggota group yang lain. Begitu seterusnya hingga terbentuk

(45)

komunikasi group yang aktif dengan topik pembahasan yang beragam.

“Kalau aku sih selama topiknya menarik aku suka nimbrung di group.” (Wwaancara Raissa, 26 November 2014)

“Kadang rame juga tuh di group kalau udah mulai saut-sautan gitu tuh.” (Wawancara Imanda, 27 November 2014)

“Hidup groupnya. Kadang kalau pas obrolannya seru kan pada komentar, terus jadi panjang.” (Wawancara Putri, 7 Desember 2014)

Anggota Group Pasif

Beberapa informan terbiasa menjadi anggota pasif, dimana pesan yang mereka terima hanya sebatas dibaca dan diserap. Mereka tidak memberikan respon terhadap pesan yang dikirim oleh komunikator tersebut.

“Biasanya lihat aja sih sambil baca-baca aja, gitu.” (Wawancara Nofik, 2 Desember 2014)

“Seringnya baca doang. Soalnya mereka udah pada rame sendiri.” (Wawancara Dania, 3 Desember 2014)

“Nyimak aja sih biasanya.” (Wawancara Tri, 3 Desember 2014)

3.2.2 Kredibilitas Sumber Pesan

Hal selanjutnya pada bagian ini yang ingin diketahui oleh peneliti adalah kredibilitas sumber pesan. Kredibilitas sumber pesan yang dimaksud disini adalah nilai percaya informan terhadap sumber pesan yang didapat melalui BBM Group. Kredibilitas sumber pesan dapat dartikan sebagai tingkatan sejauh mana sumber pesan dapat

(46)

dipercaya oleh penerima pesan

(http://ratihrozalina.blogspot.com/2011/12/bab-9-prinsip-dasar-komunikasi-yang.html, diakses pada 18 Maret 2015 pukul 17.38) Kredibilitas atau credibiliy menunjuk pada suatu kondisi dimana si sumber dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat obyektif. Lazimnya faktor kredibilitas sumber ini dilihat dalam dua dimensi, yaitu keahlian atau kecakapan (expertise) dan kepercayaan (trustworthiness) (Wesnawati, 2013)

Sebagian informan mengatakan bahwa mereka bisa percaya sepenuhnya terhadap pesan yang disampaikan di dalam BBM Group. Sedangkan beberapa informan yang lain mengatakan kurang bisa mempercayai pesan tersebut.

Kredibilitas Tinggi

Beberapa informan langsung dapat percaya terhadap kebenaran pesan yang disampaikan dalam BBM Group karena merasa orang-orang yang berada di dalam group adalah orang-orang terpercaya, sehingga pesan yang dibawanya pun seketika dapat dipercaya.

“Dalam itungan persen ya. Itu 99 persen.” (Wawancara Widi, 26 November 2014)

“Kalau menurutku sih aku percaya, percaya. Soalnya kalau aku sendiri nggak yakin sama group itu, aku nggak ikutan.” (Wawancara Dimas, 26 November 2014)

Referensi

Dokumen terkait

kontrol diri dan pembuatan keputusan karier dalam penelitian ini sebagai rujukan penyusunan program Bimbingan dan Konseling untuk peserta didik kelas XII dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pemanfaatan penggunaan smartphone dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 4 Wajo, 2) Dampak penggunaan smartphone

Jika dalam pengacuan tersebut lebih dari satu pustaka dengan nama pengarang yang sama dan tahun publikasi yang sama maka di belakang tahun tersebut ditulis

Hasil penelitian: bahwa (1) faktor-faktor yang menjadi dasar perjanjian Paroan (bagi hasil Pemeliharaan kerbau) Menurut Hukum Adat Lembak di Kecamatan Talang Empat

Teramati dengan jelas bahwa tegangan tidak berubah atau konstan dengan perubahan nilai volume elektrolit ekstrak buah nanas baik tanpa (sampel A) maupun melalui penyaringan

Penelitian ini tidak membuktikan teori audiens aktif karena apa pembacaan khalayak terhadap apa yang disajikan media adalah sama, yaitu infotainment adalah sebuah tayangan

Penelitian daun tanaman bunga pukul empat didapatkan bahwa fraksi etil asetat dengan konsentrasi 10 % menunjukkan diameter zona hambat paling besar dalam menghambat

Untuk mama dan papa, terima kasih atas semua pengorbanan kalian, terima kasih atas doa dan restu yang engkau selalu panjatkan kepada Allah demi kelancaran dan