• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM

2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

2.1.1 Gambaran Umum Desa Pakraman

Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus mengenai desa pakraman yang sekaligus memperkuat kedudukan dan landasan eksistensi desa pakraman. Peraturan daerah tersebut yaitu Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat. Sebelumnya, istilah yang digunakan adalah desa adat sesuai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa adat sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu, harta kekayaan sendiri, dan berhak

mengurus rumah tangganya sendiri. Namun,  Peraturan Daerah 6 Tahun

(2)

Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali kemudian dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sehingga pada tahun 2001 diganti menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun 3003 tentang Desa Pakraman. Peraturan daerah ini pada dasarnya tetap berpegang pada falsafah Tri Hita Karana, sebagai landasan dalam pembuatan peraturan daerah di Bali. Dan selanjutnya, istilah desa yang digunakan di Bali adalah desa pakraman sesuai dengan maksud Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun 2003. Dalam Perda ini diuraikan pengertian desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian keberadaan desa pakraman telah diakui secara formal menurut perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi landasan desa pakraman yang ada di Bali.

2.1.2 Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dilapangan bersumber dari informan yaitu Bapak Nengah Putu Kastawan yang penulis temui di rumahnya di Banjar Dinas Jero Kawan Asak pada tanggal 1

(3)

september 2015. Adapun data-data struktur kepengurusan Desa Pakraman Asak sebagai berikut:

KRAMA SAING DULUN TAMPUL

1 De Bahan Wayan 2 De Bahan Nyoman

3 De Ngempat Wayan 4 De Nempat Nyoman

5 De Ngempat Alit Wayan 6 De Ngempat alit Nyoman

7 De Ngempat Asta Wayan 8 De Ngempat Asta Nyoman

9 De Desa Guna Wayan 10 De Desa Guna Nyoman

11 De Jurulis Wayan 12 De Jurulis Nyoman

KRAMA SAING TEBEN TAMPUL

13 De Bahan Alit Wayan 14 De Bahan Alit Nyoman

15 De Catur Desa Wayan 16 De Catur Desa Nyoman

17 De Sapta Desa Wayan 18 De Sapta Desa Nyoman

19 De Merta Maya Wayan 20 De Merta Maya Nyoman

21 De Dulun Pemuit Wayan 22 De Dulun Pemuit Nyoman

23 De Pemuit Wayan 24 De Pemuit Nyoman

Sistem organisasi kepengurusan Desa Pakraman Asak disebut Krama Saing dengan jumlah 24 orang yang terdiri dari Krama Saing

(4)

Dulun dan Krama Saing Teben Tambul. Didalam menjalankan tugas-tugasnya kedudukan tertinggi di krama saing disebut De Bahan, jabatan De Bahan di Desa Pakraman Asak adalah orang yang bertugas mengatur jalannya upacara di pura desa seperti Usaba Kasa, Usaba Kedasa, dan kegiatan upacara lainnya, bahwa didalam menjalankan tugas-tugas sesuai struktur kepengurusan yang disebut Krama Saing. Desa Asak sebagai desa tua agak berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali, bahwa kedudukan De Bahan sangat dominan memegang peranan penting didalam mengatur kerja yang menyangkut operasional upacara-upacara yang diselenggarakan di Desa Pakraman Asak yang di bantu oleh Penyarikan. De Bahan adalah sebagai pemucuk pimpinan yang berhubungan dengan operasional upacara-upacara adat di desa, sedangkan kelian adat berfungsi sebagai pimpinan yang mengatur masyarakat adat sebagai tokoh masyarakat.

Anggota krama saing didalam menjalankan tugasnya di desa ada tata krama seperti tradisi Desa Pakraman Asak, bahwa anggota Krama Saing wajib berambut panjang, berbusana tradisional sesuai dengan posisi jabatannya atau yang di sebut Pesaluk yaitu menggunakan keris yang terselip dipunggungnya, bahwa yang mendampingi dari De Bahan Wayan di dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah De Bahan Nyoman.

(5)

1. Krama Saing Dulun Tampul

Tugas-tugas Krama Saing Dulun Tampul adalah untuk melakukan kegiatan/ mengurus kelengkapan upacara yang terkait dengan perbutan bebantenan yang berhubungan dengan Dewa Yadnya.

2. Krama Saing Teben Tampul

Tugas-tugas Krama Saing Teben Tampul yaitu bertugas membuat perlengkapan sarana upacara dalam kaitan dengan Butha Yadnya.

Anggota Krama Saing di Desa Pakraman Asak berjumlah 24 orang yang dibantu oleh satu orang Penyarikan desa bertugas mengendalikan pemerintahan Desa Pakraman Asak dengan segala agenda/tugas upacara sesuai dengan nomor urutnya masing-masing dalam jangka waktu 3 tahun (tiga kali usaba kasa) pimpinan Krama Saing yang disebut De Bahan Wayan dan De Bahan Nyoman dianggap selesai (tamat) melaksanakan kewajiban selanjutnya diberi gelar De Salah, De Salah bertugas dalam waktu satu tahun sebagai Juru Arah Desa yaitu memberitahu kepada masyarakat desa terhadap agenda kegiatan di Desa Pakraman Asak dengan cara memberitahukan berjalan berkeliling desa dan berhenti pada perempatan-perempatan jalan yang telah ditentukan pada waktu sandi kala mengucapkan kata-kata pengarah dengan

(6)

membawa tombak dengan pakaian putih dan rambut panjang terurai yang biasanya disebut Ngauk. Setelah De Bahan tamat dari tugasnya maka akan diganti oleh yang dibawahnya yang disebut De Ngempat demikian seterusnya yang didasarkan pada nomor urut yang disebut Tegak.

(7)

Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak

I Nyoman Winata (Pemucuk) I Ketut Sudira (Petajuh) I Ketut Sudana (Penyarikan) I Ketut Simur (Petengen)

Parhyangan Pawongan Palemahan

Krama Desa I Nengah Sarga (Mangku

Desa) (Koordinator)

(Anggota) I Nyoman Gedur (Mangku Puseh)

I Wayan Cidra (Mangku Dalem)

I Gede Mahaputra Jro Ni Kadek Ayu

I Nyoman Rumiana (Koordinator) I Nyoman Mudra (Koordinator) (Anggota) I Ketut Sulendra I Ketut Musta I Nengah Raka I Nyoman Rateng Jro Nyoman Pidada   Anggota) I Nengah Bontak I Nengah Mesir I Ketut warta I Nengah Wardana I Wayan Orta

(8)

2.1.3 Hak dan Kewajiban Warga Terhadap Ayahan Desa

Kewajiban setiap warga Desa Pakraman Asak untuk melaksanakan ayahan desa diawali dengan turunnya warga masyarakat untuk ngayah ke desa yang disebut me krama saing, warga masyarakat yang mendapat arahan turun untuk me krama saing adalah warga masyarakat yang tercatat sesuai nomor urut waktu pernikahannya oleh penyarikan desa yang di sebut dengan Tegak yang di ambil dari krama desa nyoman. Krama Desa Nyoman adalah krama desa yang sudah bulu angkep (menikah) dan memperoleh pecatu (gantalan desa) yang berasal dari Desa Asak dan tinggal di Desa asak, krama desa nyoman ini berhak atas pecatu (tanah garapan) yang berasal dari tanah desa yang disebut dengan gantalan desa dan berkewajiban untuk menjalankan ayahan desa.

Bahwa disamping adanya yang disebut dengan Krama Desa Nyoman untuk melaksanakan ayahan desa di desa asak juga ada organisasi ditingkat banjar yang disebut dengan pauman. Organisasi Pauman adalah kumpulan masyarakat ditingkat banjar yang dipimpin oleh kelian pauman, organisasi pauman berbeda dengan organisasi banjar sekalipun kenyataannya di desa asak kelian pauman adalah juga merupakan kelian banjar karena tempatnya menjadi satu, kegiatan organisasi pauman sangat menunjang kegiatan di banjar dalam segala hal, perbedaanya adalah organisasi pauman merupakan organisasi yang mempunyai kekayaan atas tanah yang cukup luas yang anggotanya

(9)

berasal dari warga desa asak yang masih dalam ikatan perkawinan (bulu angkep) yang awalnya berasal dari 40 orang (berdasarkan prasasti desa asak), setiap anggota pauman yang masih dalam ikatan perkawinan berhak atas jaminan pecatu (gantalan) atas tanah pauman yang disebut dengan gantalan pauman yang luasnya ditentukan oleh pimpinan pauman. Setiap warga masyarakat yang sudah bercerai atau salah satunya meninggal (tidak lagi bulu angkep) maka secara otomatis berhenti menjadi anggota pauman, namun masih sebagai anggota banjar. Di Desa Pakraman Asak organisasi pauman dibagi menjadi 2 wilayah yaitu pauman asak kangin dan pauman asak kawan, sedangkan organisasi banjar adalah organisasi yang keanggotaannya berasal dari seluruh warga masyarakat Desa Pakraman Asak yang tidak terkait dengan status perkawinan.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka seluruh anggota pauman atau banjar ditambah dengan pendatang yang tinggal di Desa Pakraman Asak adalah merupakan anggota masyarakat Desa Pakraman Asak yang disebut dengan Desa Sabu.

Di bidang keagamaan Desa Asak Karangasem memiliki Pura Khayangan Tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura dalem Bija. Disamping Pura Khayangan Tiga di Desa Pakraman Asak juga terdapat pura-pura lainnya, seperti:

(10)

a. Pura Melanting

b. Pura Dugul/Ulun Suwi c. Pura Prajapati

d. Pura Muter e. Pura Dalem Alit

Di Desa Pakraman Asak juga dapat dijumpai tradisi yang tidak dimiliki oleh desa-desa lainnya, demi menjaga tradisi adat yang diturunkan secara turun-temurun dari leluhur mereka pada jaman dahulu, Seperti halnya Desa Pakraman Asak daerah Kabupaten Karangasem. Banyak keunikan-keunikan yang dimiliki oleh desa ini Seperti, tradisi Menek Bajang atau yang sering disebut Mabuang merupakan upacara dimana seorang anak menginjak dewasa dan diharuskan menari di pura desa. Tradisi lainnya yaitu Tuk-tukan merupakan tradisi adu Jempana, jempana merupakan tempat prasasti yang diangkat dan diarak mengelilingi desa. Dan tradisi Usaba Kaulu yaitu merupakan tradisi mecaru besar yang dilakukan satu tahun sekali yang jatuhnya pada Sasih Kaulu. Tradisi ini dilakukan oleh anak laki-laki yang sudah dewasa (sudah metatah/potong gigi, dan mengikuti upacara mabuang) dimana anak laki-laki tersebut harus mengejar dan membunuh sapi tersebut yang akan digunakan untuk mecaru.

(11)

Desa Asak termasuk wilayah Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada cukup untuk mendukung dalam rangka melaksanakan program pembangunan. Potensi penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembanguna, sehingga penduduk merupakan sumber daya sebagai salah satu faktor penentu pembangunan. Berhasil tidaknya pembangunan tersebut tergantung dari kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Masalah penduduk perlu mendapat penanganan yang serius sehingga mobilitas penduduk dapat diketahui secara akurat sehingga beban desa menampung jumlah penduduk dapat dikendalikan sesuai dengan daya dukung alam yang tersedia.

2.2 Sejarah Desa Pakraman Asak Karangasem

Nama Desa Asak adalah berasal dari nama orang yaitu Pangeran Asak, adalah keturunan dari Adipati Shri Naraya Kresna Kepakisan, Pangeran Asak dalam tugasnya sebagai pengembara bertugas melakukan pengintaian terhadap keberadaan masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan. Pangeran Asak pernah tinggal di wilayah timur pulau Bali yang berbatasan dengan Desa Tenganan yang merupakan bagian dari masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan sehingga beliau melakukan pengawasan dari wilayah timur Desa Tenganan yang dibatasi oleh sebuah bukit yang disebut dengan Bukit Tenganan.

(12)

Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah tempat pengintaian yang ditempati tersebut diberi nama Desa Asak, sesuai dengan nama Pangeran Asak. Selanjutnya pangeran asak pernah menetap di Desa Asak dan melakukan pengembaraan ke wilayah lain di Bali sebagai tugasnya melakukan pengawasan/ pengintaian dan akhirnya Pangeran Asak menetap di Desa Kapal Mengwi Badung, dan mempunyai keturunan bernama I Gusti Arya Manginte.

Desa Pakraman Asak merupakan Desa Tua yang ada kaitannya dengan kepemerintahan Kerajaan Gel-gel yang dalam kisah sejarahnya paska wafatnya Raja Gel-gel Dalem Watu Renggong dengan diangkat putra sulung yang bernama I Dewa Pemayun sebagai Raja tahun caka 1472 atau 1550 masehi yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Bekung. Dalem Pemayun dalam memimpin kerajaan dengan usia yang sangat muda boleh dikatakan masih usia anak-anak, dengan keadaan tersebut maka semua urusan kepemerintahan dijalankan oleh Maha Patih Agung yang bernama I Gusti Arya Batanjeruk, sehingga Dalem Pemayun diangkat sebagai raja terkesan hanya sebagai simbol belaka, hal ini memunculkan kecemburuan sosial di lingkungan keluarga-keluarga terdekat kerajaan sehingga berdampak adanya pemberontakan I Gusti Agung Maruti yang menyebabkan Maha Patih I Gusti Arya Batanjeruk mundur dari jabatannya sebagai Mahapatih dan pergi bersama istrinya dan putra angkatnya menuju ke arah timur, namun kepergian I Gusti Batanjeruk dikejar sampai di Jungutan, Desa Bungaya dan terbunuh

(13)

oleh I Gusti Arya Manginte pada Caka 1478 atau 1556 masehi dengan tombaknya yang bernama Ki Baru Gudug.

Setelah I Gusti Batanjeruk terbunuh I Gusti Arya Manginte menetap di Desa Asak dan pernah melakukan perjalanan ke Pulau Lombok ke wilayah Pangutan Asak, namun perjalanannya tidak terlalu lama kerena I Gusti Arya Manginte dipanggil oleh Raja untuk kembali ke Bali. Namun setelah pulang ke Bali ternyata I Gusti Arya Manginte tidak langsung menghadap Raja di Gel-gel namun beliau langsung menuju Desa Asak dan menetap di Desa Asak pada Caka 1478 sesuai dengan prasasti yang tersimpan di Merajan Agung Jero Mekel Asak. I Gusti Arya Manginte dan I Mangungang diberikkan kekuasaan oleh raja yang disuratkan oleh Penyarikan Blangsinga untuk

mengurus Desa Asak dengan segala kewenangannya sebagai

pemacek/pimpinan Desa Asak

Dengan kewenangannya tersebut I Gusti Arya Manginte membentuk pemerintahan di Desa Asak yang awalnya terbentuk dari 40 orang warga masyarakat Asak yang dipilih oleh I Gusti Arya Manginte yang selanjutnya disebut pembantu/ kaki tangan beliau di dalam menjalankan pemerintahan di Desa Asak yang kepengurusannya disebut Krama Saing.

Pemerintahan yang diterapkan oleh I Gusti Arya Manginte di Desa Asak pada zaman dulu yaitu segala bentuk penjatuhan sanksi mulai dari sanksi ringan sampai sanksi yang berat, yang berwenang adalah I Gusti Arya Manginte, tanpa sepengetahuan beliau siapapun tidak boleh mengambil

(14)

keputusan. Namun, seiring perkembangan jaman penjatuhan sanksi yang diterapkan di Desa Asak telah banyak mengalami banyak perubahan dalam tata cara menjatuhkan sanksi, dimana yang dulunya hanya I Gusti Arya Manginte saja yang boleh mengambil keputusan sedangkan sekarang pengambilan keputusan dalam menjatuhkan sanksi di sepakati secara bersama-sama yaitu keputusan di tingkat keprajuruan sampai pada kesepakatan krama desa Asak karangasem.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pengaruh pencelupan larutan kulit manggis terhadap warna putih telur ayam ras pada penyimpanan suhu ruang antara telur yang diberi perlakuan dan

Meskipun lebih dari separo responden istri migran menyatakan bahwa dengan perginya suami untuk bekerja ke Malaysia beban pekerjaan rumah tangga menjadi semakin berat,

engan perkataan lainnya pasar itu adalah keseluruhan permintaan dan penaaran akan sesuatu barang atau jasa. )ehingga kemampuan hidup perusahaan itu bukan

7.7.3 Jalankan penilaian keberkesanan latihan staf berdasarkan kepada objektif program yang dihadiri dan kembalikan borang kepada TPLS(PTJ) selewat-lewatnya 7

(2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak

Dari Tabel 5 diatas, diketahui bahwa bentuk, bau, homogenitas, dan jenis olesan deodoran batang tipe alkohol gel dengan berbagai konsentrasi lendir daun lidah buaya

dewasa, seharusnya ia bertanggung jawab atas biaya hidupnya sendiri (tidak sebagai beban orang tua) dan hal tersebut berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. 2)