anafilaksis
Teks penuh
(2) Reaksi adversi obat Yang dapat diperkirakan : Intoksikasi Efek samping Efek sekunder Interaksi obat Yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya: Alergi Intoleransi Idiosinkrasi Pseudoalergi.
(3) Pengertian Reaksi anafilaksis. Anafilaksis Syok anafilaktik Anafilaktoid.
(4) ALERGI : Reaksi sistem pertahanan tubuh yang berlebihan terhadap alergen (zat asing yang menyebabkan alergi). Tipe Reaksi Hipersensitivitas : Tipe I (immediate, IgE mediated) Tipe II (cytotoxity) Tipe III (immune complex, mediated) Tipe IV (delayed cell mediated-Tcell mediated cytolysis).
(5) Cara alergen masuk ke dalam tubuh.
(6) Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1 ALLERGEN. IgE SYNTHESIS. MAST CELL DEGRANUL. Mediator. LOCAL ANAPHYLAXIS. ALLERGIC RHINITS ASTHMA ATOPIC.ECZEMA URTICARIA FOOD ALLERGY. Roitt I, ea, Really Essential Medical Immunology, Blackwell Science, 2000; 126.
(7) Reaksi alergi - kompleks . . . Reaksi cepat : penglepasan mediator oleh sel mast Reaksi berjalan terus respons inflamasi kompleks Dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
(8) Simptom yg muncul pada reaksi tipe I: 1. Pembesaran kapiler (vasodilatasi) 2. Meningkatnya permeabilitas kapiler 3. Sekresi mukus berlebihan 4. Kontraksi saluran pernafasan 5. Pusing 6. Gatal 7. Sakit tenggorokan.
(9) Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba sesudah terpapar oleh alergen atau pencetus lainnya.
(10) What is anaphylaxis? Anaphylaxis is a severe, life-threatening, generalized or systemic hypersensitivity reaction. Anaphylaxis. Allergic anaphylaxis. IgE-mediated anaphylaxis. Non-allergic anaphylaxis. Non-IgE-mediated allergic anaphylaxis. Johansson SGO, et al. Allergy 2001;56:813-824.
(11) The causes of anaphylaxis 35 30. Percent of Cases. 25 20 15 10 5 0 Food. Drug/Bio. Sting. Allergen. Exercise. Idiopathic. Golden DBK, Patterns of anaphylaxis: Acute & late phase features of allergic reactions. In Anaphylaxis. Novartis foundation 2004: 103.
(12) Onset time of reaction in insect venom anaphylaxis. (from Lockey et al 1988, with permission). Percen t of Pa tie nts (N =201 3). 60 50. 40 30. 20 10 0 0-10. 11-20. 21-40. 41-60. 61-120. >120. Onset of Reaction (minutes) Golden DBK, Patterns of anaphylaxis: Acute & late phase features of allergic reactions. In Anaphylaxis. Novartis foundation 2004: 105.
(13) Gejala & Tanda Anafilaksis Berdasarkan Organ Sasaran Sistem. Gejala dan Tanda. Umum Prodromal. Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan, rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung & palatum. Pernapasan - Hidung - Larings - Lidah - Bronkus. Hidung gatal, bersin, & tersumbat Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme Edema Batuk, sesak, mengi, spasme. Kardiovaskular. Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda infark miokard. Gastrointestinal. Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi. Kulit. Urtika, angioedema di bibir, muka atau ekstremitas. Mata. Gatal, lakrimasi. Susunan saraf pusat. Gelisah, kejang.
(14) Derajat berat reaksi hipersensitivitas yang luas Derajat. Gambaran klinik. Ringan (hanya kulit dan jaringan submukosa)* Sedang (keterlibatan pernapasan, kardiovaskuler,atau gastrointestinal. Eritema luas,edema periorbita,atau angioedema Sesak, stridor, mengi, mual, muntah, pusing, presinkop diaforesis, rasa tertekan di dada atau tenggorok atau sakit perut. Berat (hipoksia,hipotensi,atau defisit neurologik). Sianosis, atau SpO2 < 92% pada tiap tingkat, hipotensi (tek sistolik < 90 mm Hg pd dewasa), bingung kolaps, hilang kesadaran atau inkontinens. * Reaksi ringan dapat dibagi lagi, disertai atau tidak ada angiodema.
(15) Kriteria klinik diagnosis anafilaksis1 1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir-lidah-uvula) DAN PALING SEDIKIT SATU DARI BERIKUT INI : a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi-bronkospasme, stridor, penurunan Arus Puncak Ekspirasi (APE), hipoksemia. b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens).
(16) Kriteria klinik diagnosis anafilaksis2 2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai jam): a.Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-kemerahan, edema pada bibir-lidahuvula) b.Gangguan pernapasan (sesak, mengi-bronkospasme, stidor, penurunan APE, hipoksemia) c.Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan, inkontinens) d.Gejala gastrointestinal yang menetap(kram perut, sakit, muntah).
(17) Kriteria klinik diagnosis anafilaksis3 1.. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit sampai jam) a. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan lebih dari 30% tekanan darah sistolik. b. Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih dari 30% nilai basal pasi. * Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didefinisikan bila < 70 mm Hg antara 1 bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg [2x umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang dari 90 mm Hg dari 11 sampai 17 tahun..
(18) Penatalaksanaan anafilaksis 1. Hentikan pencetus, nilai beratnya & berikan terapi yg sesuai Minta bantuan Adrenalin i.m (paha lateral) 0.01mg/kg boleh sampai 0.5mg Pasang infuse Berbaring rata/ tinggikan posisi kaki bila bias Berikan oksigen aliran tinggi,alat bantu napas/ventilasi bila diperlukan BILA HIPOTENSI Akses i.v.tambahan (jarum 14G atau 16G pada orang dewasa) utk infus NaCl fisiologis. NaCl fisiologis bolus atau infus 20 mL/kg diberikan secepatnya bila perlu dengan tekanan.
(19) Penatalaksanaan anafilaksis 2. Bila respons tidak adekuat, keadaan mengancam kehidupan, atau memburuk: Mulai dengan infuse adrenalin sesuai dengan panduan/protocol rumah sakit ATAU Ulang adrenalin i.m setiap 3-5 menit Pertimbangkan hal-hal berikut • Hipotensi o Ulangi infuse NaCl fisiologis 10-20 ml/kg dapat mencapai 50 ml/kg dalam 30 menit. o i.v. atropine 0.02 mg/kg bila bradikardi berat dosis minimum 0.1 mg o i.v vasopresor untuk mengatasi vasodilatasi. Pada henti jantung adrenalin dapat ditingkatkan menjadi 3-5 mg setiap 2-3 menit mungkin efektif. o i.v. glucagons pada pasien yang memakai obat penyekat beta. Dosis orang dewasa 1-5 mg diikuti 5-15 ug/mnt • Bronkospasme o Inhalasi salbutamol secara kontinyu o i.v. hidrokortison 5mg/kg diikuti prednisone 1mg/kg maksimal (50 mg) selama 4 hari • Obstruksi saluran napas bagian atas o Adrenalin inhalasi (5 mg atau 5 ml sediaan adrenalin 1;1000) mungkin membantu. o Persiapkan tindakan bedah..
(20) Penatalaksanaan anafilaksis 3. Lama observasi dan tindak lanjut Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda menghilang. • Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat dating, 1 jam stelahnya, dan sebelum dipulangkan. • Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama pasien yang mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma yang tidak terkontrol dan pasien yang datang pada malam hari. Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai alergen tersangka dan upaya penghindarannya Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi terutama pada kasus yang sedang – berat, dan yang ringan karena alergi makanan yang disertai asma. Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan sebagian pasien di berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15 mg yang siap pakai.
(21) Frequency of occurrence of signs & symptoms of anaphylaxis*+ Signs & symptoms Cutaneous Urticaria & angiodema Flushing Pruritus without rash Respiratory Dyspnea, wheeze Upper airway angioedema Rhinitis Dizziness, syncope, hypotension Abdominal Nausea, vomiting, diarrhea, cramping pain Miscellaneous Headache Substernal pain Seizure. 90% 85-90% 45-55% 2-5% 40-60% 45-50% 50-60% 15-20% 30-35% 25-30% 5-8% 4-6% 1-2%. * On the basis of a compilation of 1865 patients reported in references 1 through 14 + Percentages are approximations.
(22) Mekanisme & Obat Pencetus Anafilaksis Anafilaksis (melalui IgE) Antibiotik (penisilin, sefalosporin) Ekstrak alergen (bisa tawon, polen) Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin) Enzim (kemopapain, tripsin) Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit) Protein manusia (insulin, vasopresin, serum).
(23) Mekanisme & Obat Pencetus Anafilaksis Anafilaktoid (tidak melalui IgE) Zat penglepas histamin secara langsung : • Obat (opiat, vankomisin, kurare) • Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol) • Obat lain (dekstran, fluoresens) Aktivasi komplemen • Protein manusia (imunoglobulin, & produk darah lainnya) • Bahan dialisis Modulasi metabolisme asam arakidonat • Asam asetilsalisilat • Antiinflamasi nonsteroid.
(24) Sebelum Memberikan Obat. 1. Adakah indikasi memberikan obat 2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya 3. Apakah pasien mempunyai risiko alergi obat 4. Apakah obat tsb perlu diuji kulit dulu 5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi.
(25) Sewaktu Minum Obat Cara memberikan obat Kalau mungkin obat diberikan secara oral Hindari pemakaian intermiten Sesudah memberikan suntikan pasien harus selalu diobservasi Beritahu pasien kemungkinan reaksi yang terjadi Sediakan obat/alat untuk mengatasi keadaan darurat Bila mungkin lakukan uji provokasi atau desensitisasi.
(26) Mast Cell and Basophil Mediators of Anaphylaxis Primary (stored) mediators. Histamine Chemotactic factors for neutrophils and eosinophils Proteoglycans (eg, heparin, chondroitin sulfate) Potent proteolytic enzymes (eg, trypsin, chymotrypsin). Secondary (generated) mediators. Prostaglandins Leukotrienes Platelet-activating factor Cytokines (interleukins and hematopoietic factors).
(27) Terima kasih.
(28) Iris Rengganis Divisi Alergi - Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
(29) KASUS I RPS : Wanita 24 thn, demam 5 hari smrs, demam naik turun, batuk (+), riak (-), sesak napas (-), muntah/mual (-) BAK / BAB normal Sejak 1 hari smrs demam semakin tinggi RPD : Riwayat alergi obat :. -.
(30) PF : KU sedang , kompos mentis, TD 120/70mmHg, N 100x/menit, P 24x/menit dangkal, suhu 39 oC Paru : sonor, vesikuler, ronki basah halus nyaring di kedua basal paru, wheezing (-). Lain-lain dalam batas normal. Masalah : Pneumonia.
(31) Laboratorium : Hb: 13,1 gr %. leukosit : 13.000 /mm3. Ht : 40%. trombosit : 251.000/mm3. lain-lain dbn Xray thorax : CTR < 50%, infiltrat (+) dibasal paru RD/ : kultur sputum & tes resistensi RT/ : Ampisilin 4 x 1 g IV Parasetamol 3 x 1 tab. ( skin test - ).
(32) 10 menit kemudian : Pasien bertambah sesak & tampak gelisah, TD 60/palpasi, nadi cepat & halus, P 32x/mnt dangkal, akral dingin, sianosis (-). Masalah : Syok anafilaktik e.c. ampisilin IV.
(33) Terapi : Adrenalin 0,3 cc subkutan (I)→ 0,3 cc IV (II) Infus NaCl 0,9% loading 200 cc Dexametason 5 mg IV 15 menit kemudian TD 100/70 mmHg N 100x/mnt P 24x/mnt.
(34) Pembahasan Adakah alergi obat ? Beratkah ? Terapi Penyebab Pencegahan.
(35)
(36) 1. Adrenalin Terapi. Anafilaktik Syok. 2. Steroid 3. Antihistamin Lain-lain : aminofilin (bronkodilator) ß2 agonis (bronkodilator) cairan infus oksigen dll.
(37)
(38) Kasus II RPS : Seorang wanita umur 45 thn overweight, dirujuk oleh Bagian Bedah. Pasien dilakukan ESWL, sebelum tindakan tersebut diberikan suntikan tramadol IV, bengkak & sesak napas timbul setelah tindakan ESWL selesai. RPD : Pasien mempunyai riwayat alergi obat NSAID dan asam mefenamat..
(39) PF : KU gelisah. TD 140/90 mmHg. N 110x/mnt. P 40x/mnt. Muka & badan terdapat angioedema Cor : BJ I-II murni, murmur Paru : sonor, vesikuler, rh -/- , wh +/+ Abd : lemas, H/L tt Ext : edema +/+. NT -. BU +.
(40) Penunjang EKG : sinus takikardi Terapi ■ O2 3 liter/mnt ■ Infus dextro 5% emergency ■ Adrenalin 1:1000 → 0,3 cc subkutan ■ Metil-prednisolon 60 mg IV ■ Observasi 15 menit, sesak berkurang ■ Inhalasi berotec ■ Ryzen 1x1 tab ■ Rawat dgn th/ lanjut : Anti histamin, steroid, observasi TNSP.
(41)
(42) HIPERSENSITIVITAS OBAT Strategi klasifikasi 1. Jenis respon imun (IgE, sitotoksik, kompleks imun, cell mediated) 2. Organ yang sering diserang 3. Struktur kimia obat.
(43) Allergenic Drugs in Common Use Haptenic drugs. Complete antigens. Penicillins Cephalosporins Sulphonamides (including antimicrobials, sulphasalazine, oral hypoglycaemics, thiazides, and Diazoxide) Muscle relaxants Anti-tuberculous drugs Anti-convulsants Thiopental Quinidine Cis-platinum. Insulin Enzymes (chymopapain, asparaginase) Foreign anti-toxins Organ extracts (ACTH, hormones) Vaccines.
(44) Drugs for which Intradermal Skin Testing may be Useful Penicillins Cephalosporins Insulin Chymopapain Local anaesthetics Muscle relaxants Thiopental. Foreign anti-toxins Anti-tuberculous drugs Anti-convulsants Quinidine Cis-platinum Penicillamine.
(45) HIPERSENSITIVITAS OBAT Faktor risiko ■ Drug specific (sifat kimiawi, dosis, rute, lama pemberian, jumlah pajanan) ■ Host specific (usia, atopi, genetik).
(46) HIPERSENSITIVITAS OBAT Diagnosis klinis ■ Riwayat sangat penting ■ Pemeriksaan sistem organ yang terkena ■ Pemeriksaan laboratorium umum ■ Pemeriksaan imunologis spesifik ■ Diagnosis sering sudah dapat diduga.
(47) HIPERSENSITIVITAS OBAT Terapi ■ Stop obat ■ Regimen anafilaksis ■ Steroid pada sindrom kompleks imun & multi-sistem berat ■ Desensitisasi ■ Graded challenge.
(48) PENCEGAHAN HIPERSENSITIVITAS OBAT Pencegahan ■ Faktor risiko pejamu ■ Anamnesis teliti ■ Hindari pemberian obat dengan reaksi silang ■ Gunakan tes kulit prediktif ■ Pemberian obat yang bijaksana ■ Utamakan pemberian oral.
(49) ALGORITMA URTIKARIA KARENA OBAT Riwayat urtikaria karena obat Adakah obat alternatif lain Ada. Tidak Ada. Obati dengan obat tersebut. Tes kulit atau laboratorium Ada. Tidak Tes Provokasi. Negatif Berikan obat hati-hati. Teruskan pengobatan. Positif Desensitisasi atau pikirkan kembali alternatif lain.
(50) Bentuk reaksi obat yang lain. Eritema Multiforme 1. EM Minor 2. EM Major (Sindrom Stevens-Johnson).
(51) Distinguishing Features of Erythema Multiforme Minor and Major EM Minor EM Major Prodrome. None. Skin lesions. Red papules “target” lesions Mounth only; few lesions. Mucosal involvement Systemic symptoms Laboratory changes Complication Course Histology Precipitating factors. None None None 1-3 weeks Focal keratinocyte necrosis ; no vasculitis Herpez simplex virus. Respiratory illness with fever, cough, headache Extensive areas of skin necrosis, bullae, denuded skin At least two mucosal surfaces; extensive ulceration Fever, arthritis, “toxicappearing” Elevated erythrocyte sendimentation rate and liver function tests; leukocytosis Scarring of mucosa and skin 4-8 weeks Extensive epidermal necrosis, subepidermal blisters Drug, mycoplasma pneumoniae.
(52) Terapi Eritema Multiformis Peran steroid mulai dipertanyakan, dosis steroid tidak terlalu tinggi..
(53) . 1.Gejala klinis alergi obat beragam 2.Organ yang terkena juga dapat > 1 3.Perlu observasi dan pemantauan.
(54) URTIKARIA.
(55) ANGIOEDEMA.
(56) ERITEMA MULTIFORME. SINDROM STEVENS-JOHNSON.
(57)
(58)
(59)
Dokumen terkait
Setelah dilakukan pengujian pengusangan (aging test) didapatkan bahwa tegangan putus bertahan lebih daTi 75 % yang berarti menunjukkan bahwa kompon kabel iradiasi
Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991) menunjukkan bahwa perlindungan ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia cairan rumen, hal ini berarti bahwa pemanfaatan
Yus Noron yang bersama Subagyo yang sudah memilih untuk kelak menjadi imam diosesan atau projo akhirnya berhasil menyelesaikan studi pada 1983.. Yus Noron pun memasuki Tahun
PDRB Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tanpa Migas Tahun 2000-2006 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Jumlah (Juta Rp)
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi pesawat sederhana antara yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis
yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil
Tapi sebelum itu untuk mengetahui nomor ekstensi dari masing-masing pesawat telepon yang terhubung ke PABX, praktikan cukup menekan tombol #*9 maka secara otomatis
Burung Layang-layang Asia yang dijumpai di wilayah Bantul, Kulonprogo dan Sleman diduga merupakan populasi satwa tersebut yang berasal dari koloni di Daerah