• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Penelitian terdahulu yang diambil berdasarkan persamaan objek penelitian dan analisisnya. Objek penelitian sama-sama merupakan makanan hasil pengolahan. Kesamaan analisis adalah sama-sama mencari mengenai biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan nilai tambah.

Penelitian Agus Nugroho (2007) tentang Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Berbahan Baku Pisang di Kabupaten Bojonegoro menyatakan bahwa Industri rumah tangga keripik pisang dengan sistem bagi hasil besar biaya Rp 2.417.280,00/bln; penerimaan Rp 3.200.000,00/bln; pendapatan Rp 782.720,00/bln; R/C Rasio 1,32. Industri rumah tangga keripik pisang dengan sistem tanpa bagi hasil (individual) biaya total Rp 2.030.760,00/bln; penerimaan Rp 3.600.000,00/bln; pendapatan Rp 1.569.240,00/bln; R/C Rasio

1,77. Industri rumah tangga ledre biaya yang dikeluarkan adalah Rp 967.050,00/bln, penerimaan Rp 1.170.00/bln, pendapatan Rp 202.950,00/bln; R/C Rasio 1,21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara keseluruhan R/C Rasio adalah lebih dari 1 yang berarti bahwa industri rumah tangga berbahan baku pisang sudah efisien.

Penelitian Nur Azizah Premono Sari (2008) mengenai Analisis Nilai Tambah Salak sebagai Bahan Baku pada Industri Rumah Tangga Jenang Salak di Kabupaten Banjarnegara menyimpulkan bahwa hasil penerimaan dalam satu bulan produksi diperoleh nilai sebesar Rp 1.194.375,00, dengan biaya antara sebesar Rp 488.181,25 yang diperoleh dari penjumlahan total

biaya bahan baku sebesar Rp 285.725,00 dan biaya bahan penolong sebesar Rp 202.456,25, diperoleh nilai tambah bruto sebesar Rp 704.193,75. Total

biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 873.695,29 yakni biaya tetap sebesar Rp 14.264,04 dan biaya variabel sebesar Rp 859.431,25. Keuntungan yang

(2)

commit to user

diperoleh selama satu bulan produksi sebesar Rp 320.679,71 dengan nilai R/C Rasio sebesar 1,37.

Penelitian Rinda Saptianuri (2011) tentang Analisis Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menyimpulkan bahwa total biaya rata-rata yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 28.092.681,90/bln dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 36.340.580,36 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 8.247.898,46 dengan profitabilitas 23,00%. Usaha industri keripik ketela ungu yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C Rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,29.

Penelitian Galuh Perwita Sari (2012) mengenai Analisis Nilai Tambah pada Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman menyatakan bahwa total biaya rata-rata dalam satu bulan produksi sebesar Rp 20.182.786,73, penerimaan rata-rata sebesar Rp 26.295.000,00. Keuntungan rata-rata yang diperoleh Rp 6.112.213,27. Industri keripik salak sudah efisien karena nilai efisiensi usahanya sebesar 1,26. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 4.593,24/Kg bahan baku dan tenaga kerjanya sebesar Rp 1.750,00. Dari hasil penelitian dapat disarankan adanya pengembangan agroindustri pengolahan salak menjadi keripik salak di sentra-sentra produksi salak, serta peningkatan akses pembiayan bagi para pelaku agroindustri salak baik yang berasal dari pemerintah, perbankan, maupun non perbankan.

(3)

commit to user

8

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang relevan

No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Agus Nugroho (2007)

Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Berbahan Baku Pisang di Kabupaten Bojonegoro

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan R/C Rasio adalah lebih dari 1 yang berarti bahwa industri rumah tangga berbahan baku pisang sudah efisien.

2 Nur Azizah Premono Sari (2008)

Analisis Nilai Tambah Salak sebagai Bahan Baku pada Industri Rumah Tangga Jenang Salak di Kabupaten Banjarnegara

Hasil penelitian menunjukkan hasil penerimaan diperoleh nilai sebesar Rp 1.194.375,00, dengan biaya antara sebesar

Rp 488.181,25, diperoleh nilai tambah bruto sebesar Rp 704.193,75. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 873.695,29. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 320.679,71 dengan nilai R/C Rasio sebesar 1,37.

3 Rinda Saptianuri (2011)

Analisis Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya rata-rata adalah sebesar Rp 28.092.681,90/bln dengan penerimaan Rp 36.340.580,36 dan keuntungan Rp 8.247.898,46 dengan profitabilitas 23,00%. R/C Rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,29.

4 Galuh Perwita Sari (2012)

Analisis Nilai Tambah pada Industri Keripik Salak di Kabupaten Sleman

Hasil penelitian menunjukkan total biaya rata-rata sebesar Rp 20.182.786,73, penerimaan Rp 26.295.000,00. Keuntungan Rp 6.112.213,27. Nilai efisiensi usahanya

sebesar 1,26. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 4.593,24/Kg bahan baku dan tenaga kerjanya sebesar

Rp 1.750,00. Sumber : Data Sekunder

(4)

commit to user

Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa nilai tambah produk pertanian dapat diperoleh dengan cara pengolahan dari bahan baku menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keberadaan agroindustri dapat meningkatkan nilai tambah pada produksi hasil pertanian. Penelitian-penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam menganalisis besarnya nilai tambah ubi ungu pada industri egg roll ubi ungu Shasa di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, terutama sebagai acuan dalam menentukan metode analisis data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya selain terdapat pada perbedaan komoditas pertanian dan jenis makanan hasil olahannya adalah penelitian ini menambahkan informasi mengenai ekonomi kreatif sebuah perusahaan terhadap peningkatan nilai ekonomis produk pertanian.

B. Landasan Teori 1. Ubi Jalar

Tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L. sin. Batatas edulis Choisy) berasal dari Amerika bagian tengah, kemudian tersebar ke berbagai negara dunia termasuk Indonesia. Daerah yang cocok untuk membudidayakan ubi jalar adalah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, yang bersuhu 210C - 270C dengan kelembaban 50% - 60% mendapatkan panas sinar matahari 11-12 jam/hari dengan curah hujan 750 mm – 4.500 mm/tahun. Di dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian mencapai 1.000 mdpl, ubi jalar masih mampu tumbuh dengan baik namun pencapaian umur panennya lebih lama (Rukmana, 2001 : 15). Berbagai varietas ubi jalar berkembang di Indonesia. Warna umbinya beraneka ragam, seperti putih, ungu, merah, kuning, atau oranye. Umbi jalar yang berwarna kuning kaya akan betakaroten (provitamin A) dan vitamin C. Umbi yang berwarna ungu juga merupakan sumber viaminC dan betakeroten (provitamin A) yang sangat baik. Bahkan kandungan betakarotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar berdaging kuning. Sementara itu ubi jalar berdaging putih tidak mengandung vitamin tersebut atau sangat sedikit. Namun, umbi yang

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

berwarna putih dapat dijadikan tepung karena berkadar bahan kering tinggi (Purwono dan Purnamawati, 2010 : 46).

Dibeberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan makanan pokok. Ubi jalar diusahakan penduduk, mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun. Umbi ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk/macam produk olahan, seperti keripik dan tepung. Bagian tanaman lainnya, seperti daun dan batang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Purwono dan Purnamawati, 2010 : 51).

2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria jumlah kekayaan bersih paling banyak lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau penjualan yang diperoleh paling banyak tiga ratus juta rupiah.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. Kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak dua milyar lima ratus juta rupiah. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar. Kriteria Usaha

(6)

commit to user

Menengah adalah jumlah kekayaan bersih lebih dari lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak dua lima puluh milyar rupiah.

Berdasarkan kriteria di atas, industri egg roll ubi ungu di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul dapat dikategorikan sebagai usaha kecil. Hal ini karena industri egg roll ubi ungu memiliki kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Selain itu industri ini memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah, kurang dari dua milyar lima ratus juta rupiah.

Industri kecil memiliki manfaat sosial yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah.

b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilitasi tabungan domestik atau tabungan sendiri.

c. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang

(Azhary, 1986 : 5). 3. Industri Egg Roll

Industri pengolahan adalah suatu unit/kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan untuk mengubah suatu barang secara mekanik, kimia, atau dengan tangan, sehingga menjadi benda/barang/produk batu yang nilainya lebih tinggi, dan sifatnya lebih dekat kepada konsumen akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perusahaan yang melakukan

kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (Statistik Industri Besar dan Sedang, 2010 : xii).

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Menurut Statistik Industri Besar dan Sedang (2010 : xiii) peusahaan/usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Umbi ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk/macam produk olahan, seperti keripik dan tepung. Bagian tanaman lainnya, seperti daun dan batang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Purwono dan Purnamawati, 2010 : 51).

4. Analisis Ekonomi

4.1 Biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, dan efisiensi 4.1.1 Biaya

Biaya merupakan nilai dari masukan yang digunakan untuk penghasilan keluarannya. Biaya merupakan unsur penting dalam keputusan bisnis, oleh karena laba dari kegiatan produksi adalah selisih antara pendapatan dari hasil penjualan keluaran dengan biaya-biaya masukannya. Biaya atas penggunaan suatu barang dalam suatu usaha tertentu merupakan manfaat yang

dikorbankan penggunaan yang terbaik (Lipsey et al, 1990 : 381-383).

Menurut Lipsey (1990 : 422) biaya rata-rata adalah biaya keseluruhan untuk menghasilkan suatu output tertentu dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan atau biaya perunit.

Menurut Bishop C. E dan Toussaint W.D (1979 : 99-100) terdapat kategori-kategori biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang tetap dikeluarkan meskipun tidak ada output yang dihasilkan. Biaya-biaya ini tidak berubah dengan perubahan-perubahan output dan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kenaikan atau penurunan produksi.

(8)

commit to user

Sedangkan biaya variabel adalah biaya karena pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung dan jumlah dari biaya-biaya ini akan tergantung pada macam input yang digunakan. Di dalam membuat keputusan-keputusan produksi adalah yang digunakan untuk memaksimumkan penerimaan bersih adalah jumlah input variabel. Oleh karena itu, hanya biaya-biaya variabel yang merupakan biaya-biaya yang cocok.

4.1.2 Penerimaan

Menurut Sundari (2011 : 120) penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.

Penerimaan merupakan perkalian antara harga jual dengan produksi yang dihasilkan (Soekartawi, 1995 : 54). Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q x P Dimana:

TR = Penerimaan total (total revenue)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (quantity) P = Harga (price)/unit

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil.

Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha. Penerimaan bisa juga bersumber dari pembayaran-pembyaran tagihan, bunga, deviden, pembayaran dari pemerintah dan semua sumber-sumber lainnya yang menambah asset perusahaan (Halimah, 1995 : 125).

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

4.1.3 Keuntungan

Menurut Soeharno (2007 : 109) keuntungan adalah merupakan selisih antara penerimaan perusahaan dengan biaya total. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

π = TR – TC Dimana :

π = keuntungan (profit)

TR = penerimaan total = P.Q harga dikalikan dengan jumlah yang dijual

TC = biaya total, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang

Q = kuantitas barang yang dihasilkan atau yang dijual. Profit (π) adalah selisih antara total revenue (TR) dengan total cost (TC). Total Cost atau jumlah biaya ini dalam banyak kenyataan diklasifikasikan menjadi biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) (Fajarningsih et al, 2002 : 67).

4.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Laba merupakan jumlah tersisa setelah memperhitungkan semua pendapatan dan beban non operasi, seperti pendapatan bunga atau penerimaan deviden dan beban bunga (Downey dan Erickson, 1992 : 160).

Secara matematis profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut : Profitabilitas = x 100% TC p Dimana : π = keuntungan usaha (Rp) TC = biaya total usaha (Rp) (Prawirokusumo, 1990 : 156).

(10)

commit to user 4.1.5 Efisiensi

Efisiensi usaha mempunyai pengertian yang relatif. Suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila ia memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan tentu saja laba yang besar. Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Rasio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 2006 : 85-86).

Di dalam analisa ekonomi, efisiensi bertindak sebagai alat pengukur untuk menilai pemilihan-pemilihan. Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilai-nilai output terhadap nilai-nilai input. Suatu methode produksi dikatakan lebih efisien dari pada yang lakin apabila methode itu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk persekutuan input yang digunakan. Dari sudut pandang ekonomi efisiensi itu dikehendaki (Bishop dan Toussaint, 1979 : 47). 4.2 Nilai Tambah

Agroindustri pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. dapat meningkatkan nilai tambah,

b. menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakab atau dimakan,

c. meningkatkan daya saing, dan

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Agroindustri pengolahan hasil pertanian menghasilkan komoditas ekspor penting. Produk agroindustri, termasuk produk dari proses sederhana seperti pengeringan, mendimonasi ekspor kebanyakan negara berkembang sehingga menambah perolehan devisa. Nilai tambah produk agroindustri cenderung lebih tinggi dari nilai tambah produk menufaktur lainnya yang diekspor karena produk manufaktur

lainnya sering tergantung pada komponen impor (Kusnandar et al, 2010 : 48-49)

Perhitungan nilai tambah suatu sektor, biaya antara harus dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi. Nilai tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah tersebut. Umumnya yang termasuk nilai tambah dalam suatu kegiatan produksi/jasa adalah berupa upah/gaji, laba, sewa tanah, dan bunga uang yang dibayarkan (berupa dari bagian biaya), penyusutan dan pajak tidak langsung (neto) (Tarigan, 2004 : 14).

Nilai tambah produk pertanian bisa meningkat melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam konteks masa kini tidak perlu memaksakan makna produksi barang yang sama secara missal. Ketika konsumen sudah semakin demanding, industri harus bisa didesain dan menyesuaikan tuntutan cuztumation konsumen. Industri zaman sekarang harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai permintaan sekelompok kecil bahkan masing-masing konsumen. Pengembangan agroindustri dengan memanfaatkan bioteknologi diperhitungkan akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna bagi upaya pemulihan krisis ekonomi sekaligus peningkatan daya saing produk agroindustri di era globalisasi yang sangat kompetitif (Kusnandar et al, 2010 : 45).

Sistem produksi merupakan system integral yang mempunyai komponen structural dan fungsional. Di dalam system produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah 15

(12)

commit to user

input menjadi output yang dapat di jual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam system produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional ( Gaspersz, 2002 : 43).

Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari usaha pertanian dalam arti luas, baik dari pertanian tanaman pangan, maupun non pangan, peternakan ataupun perikanan. Agroindustri merupakan industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri, yang mengelola bahan baku yang bersumber dari tanaman, binatang dan ikan. Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transpormasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan dan distribusi (Kusnandar et al, 2010 : 44-45).

5. Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke-21. Gelombang ekonomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, pendapatan dan kesejahteraan. Inti ekonomi kreatif terletak pada industri kreatif, yaitu industri yang digerakkan oleh kreator dan inovator. Rahasia ekonomi kreatif terletak pada kreativitas dan keinovasian (Suryana, 2013 : 11).

Program Ekonomi Kreatif (Inpres No. 6/2009) à dengan program aksi yang harus dilaksanakan oleh 27 Departemen dan Pemda:

a. Presiden mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indoneia Kreatif yang ditandai dengan penyelenggaraan Pameran Virus Kreatif (mencakup 14 sub-sektor industri kreatif) dan Pameran Pangan Nusa 2009 mencakup kreatifitas industri pangan INA oleh UKM;

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Pembuatan PORTAL Ekonomi Kreatif Indonesia, Pembuatan Data Eksportir, Importir, Perusahaan, Asosiasi dan Pelaku Industri Kreatif serta Lembaga Pendidikan Formal/Non-Formal

c. Cetak biru ”Rencana Pengembangan Industri Kreatif Nasional 2025” memuat rencana pengembangan 14 subsektor industri kreatif tahun 2009−2015 (Inpres No. 6 Tahun 2009 yang mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009−2015);

d. Prioritas 2009-2014 pada 7 kelompok industri kreatif yaitu, Arsitektur, Fesyen, Kerajinan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Periklanan, Permainan Interaktif, Riset dan Pengembangan;

e. Mendorong ide dan aktivitas kreatif seperti dengan menampilkan tokoh kreatif contoh fesyen desainer, pengembangan blog #Indonesiaunite, lagu 100% Cinta INA à cinta dan bangga produk INA.

Semakin jelas bahwa hubungan antara ekonomi kreatif dengan industri kreatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas sumber daya manusia sebagai aset utamanya untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Dalam era ekonomi kreatif, telah tumbuh kekuatan ide yang fenomenal, dimana sebagian besar tenaga kerja kini berada pada sektor jasa atau menghasilkan produk abstrak, seperti data, software, berita, hiburan, periklanan, dan lain-lain. Belanja modal di Amerika Serikat untuk teknologi informasi berlipat lebih dari tiga kali sejak tahun 1960, dari hanya 10 persen menjadi 35 persen. Istilah Software adalah juga ide, yang melambangkan suatu prestise dimana uang akan mengalir ke perusahaan dengan modal intelektual yang sangat berharga (Affif, 2012 : 5).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Nilai tambah adalah besarnya selisih yang diperoleh antara penjualan dengan biaya total (harga bahan baku dan sumbangan input lain). Pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu akan diperoleh nilai tambah bagi ubi ungu itu sendiri daripada tidak dilakukan suatu kegiatan pengolahan. Ubi

(14)

commit to user

ungu memiliki nilai jual yang sangat rendah dibandingkan dengan volume yang besar, selain itu sifatnya yang mudah rusak. Selain harga jual yang rendah ubi ungu terkenal sebagai komoditas pertanian untuk konsumsi masyarakat kalangan bawah dan tampilan luar/fisik dari ubi ungu yang kurang menarik. Salah satu cara untuk meningkatkan harga jual dari ubi ungu adalah dengan melakukan pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu sehingga sifatnya menjadi tahan lama. Selain itu, adanya pengolahan ini akan merubah pandangan masyarakat tentang ubi ungu. Dengan melakukan analisis nilai tambah maka akan diketahui seberapa besar nilai tambah yang diberikan ubi ungu jika diolah menjadi egg roll ubi ungu. Nilai tambah dari hasil pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu dipengaruhi oleh penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi. Konsep nilai tambah diperoleh dari pengurangan nilai produk akhir egg roll ubi ungu dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Selain itu juga dihitung nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan.

Analisis suatu usaha meliputi biaya, penerimaan, keuntungan dan efisiensi dari usaha pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu yang telah dilakukan. Biaya merupakan nilai dari input yang telah digunakan selama menghasilkan egg roll ubi ungu, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga jual egg roll ubi ungu dengan jumlah egg roll ubi ungu yang terjual. Keuntungan adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan total biaya yang kemudian dikalikan 100%. Efisiensi usaha yaitu apabila diperoleh keuntungan maksimal dari penggunaan korbanan (biaya) yang sesuai. Keseluruhan analisis yang dilakukan maka akan dapat diketahui apakah industri pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu tersebut efisien dan dapat memberikan keuntungan bagi produsen.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Adapun skema kerangka berpikir pendekatan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Input: 1. Biaya Variabel a. bahan baku b. bahan tambahan -telur -tepung terigu -gula -santan -mentega -pewarna makanan -susu bubuk -sagu -ovalet c. pengemasan - kemasan plastik - kemasan kardus d. gas elpigi

e. biaya tenaga kerja f. biaya transportasi g. listrik

2. Biaya Tetap: a. penyusutan alat b. bunga modal sendiri

c. sewa bangunan

Input Proses pengolahan

Penerimaan

a. Keuntungan

b. Profitabilitas c. Efisiensi d. Nilai tambah

Analisis Nilai Tambah Egg Roll Ubi Ungu Di Home Industry Shasa

Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul

(16)

commit to user D. Pembatasan Masalah

Analisis nilai tambah dilakukan pada home industry yang mengolah ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu di Desa Pleret Kelurahan Pleret Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul didasarkan pada perhitungan biaya bahan baku, sumbangan input lain serta output selama satu bulan proses produksi.

E. Asumsi

1. Seluruh input yang digunakan dalam proses produksi home industry Shasa diperoleh dari pembelian.

2. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam kegiatan, diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar.

3. Produk egg roll ubi ungu terjual seluruhnya.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Home industry egg roll ubi ungu di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul adalah industri yang mengolah ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu. 2. Egg Roll ubi ungu merupakan sejenis makanan ringan yang berupa olahan

ubi ungu yang diproses melalui proses pengolahan hingga pembentukan menjadi sebuah gulungan yang disebut egg roll..

3. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan adalah ubi ungu.

4. Biaya total merupakan total biaya secara keseluruhan yang dikeluarkan selama proses produksi egg roll ubi ungu, yaitu biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/bln).

5. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya tetap dalam produksi egg roll ubi ungu meliputi biaya penyusutan, sewa bangunan, dan bunga modal sendiri (Rp/bln).

6. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Biaya variabel ini meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pengemasan, biaya gas elpigi, biaya transportasi dan biaya listrik (Rp/bln).

7. Biaya bahan tambahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan pendukung yang digunakan bersama-sama dengan bahan baku dalam proses produksi, yaitu telur, terigu, gula, garam, mentega dan pewarna makanan (Rp/bln).

8. Biaya penyusutan merupakan hasil pengurangan nilai barang-barang modal karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi atau faktor waktu (Rp). Besarnya biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dalam satuan rupiah, yaitu barang modal yang digunakan diperkirakan memiliki umur teknis berapa tahun, kemudian nilainya dibebankan pada setiap tahun.

Penyusutan = Teknis Umur Sisa Nilai Awal Nilai -Keterangan :

Nilai awal : Harga beli peralatan produksi awal tahun usaha Nilai sisa : Harga sisa jual peralatan produksi

Umur Teknis : Umur peralatan produksi dapat digunakan (Gill, 2004).

9. Penerimaan, dihitung dengan cara mengalikan jumlah produksi (kemasan) egg roll ubi ungu yang dihasilkan dengan harga persatuan (Rp/bln). 10. Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya

(Rp/bln). Besar keuntungan dihitung dengan cara π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan usaha pengolahan egg roll ubi ungu (Rupiah) TR = penerimaan total usaha pengolahan egg roll ubi ungu (Rupiah)

TC = biaya total usaha pengolahan egg roll ubi ungu (Rupiah)

11. Profitabilitas, dihitung dengan membandingkan antara keuntungan usaha egg roll ubi ungu yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian dikalikan 100%.

Gambar

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang relevan
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Input: 1.  Biaya Variabel  a.  bahan baku  b

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja pengabdian masyarakat/ profesi, yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada mesyarakat umum atau masyarakat profesinya, memberikan penyuluhan kesehatan,

Analisa untuk semua pemeriksaan yang terdapat pada body preparation adalah pengambilan sampel telah dilakukan dengan baik melebihi standar yang ditetapkan oleh

Untuk melihat hubungan antara reponden yang mempunyai titer antibodi terlindungi terhadap difteri (titer antibodi positif) dihubungkan dengan data kesmas yakni tentang

Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang berbicara tentang praktik manusiawi, atau tentang tindakan atau perilaku manusia sebagai manusia. Etika bertujuan untuk

Selain itu penelitian ini tidak hanya berbicara tentang Partai Demokrat saja, tetapi juga berbicara tentang pengaruhnya terhadap masyarakat dimana strategi yang dilakukan

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana

Tanaman nenas yang berasal dari bibit berukuran besar menyebabkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan bibit yang berukuran sedang dan berukuran kecil. Waktu pelaksanaan

Perencanaan dengan teknik carrier aggregation inter-band non-contiguous lebih unggul dengan selisih persentase CINR level ≥ 5 dB sebesar 4.378% dan rata-rata CINR level sebesar