BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN II..11 LLaattaar r BBeellaakkaanngg
Pada masyarakat luas, sekarang ini sedang ditingkatkan kesadaran Pada masyarakat luas, sekarang ini sedang ditingkatkan kesadaran mas
masyarayarakat kat sendsendiri iri menmengenagenai i penpentingtingnya nya keskesehatehatan an itu. itu. BanBanyak yak hal hal yanyangg dilakukan untuk mewujudkan hal ini, misalnya saja dengan menggunakan dilakukan untuk mewujudkan hal ini, misalnya saja dengan menggunakan berbagai bahan-bahan yang mendukung untuk kebersihan tubuh, maupun berbagai bahan-bahan yang mendukung untuk kebersihan tubuh, maupun lingkungan. Untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta peralatan lingkungan. Untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta peralatan rumah tangga umumnya masyarakat menggunakan suatu desinfektan.
rumah tangga umumnya masyarakat menggunakan suatu desinfektan.
Dewasa ini di masyarakat beredar berbagai macam produk sediaan Dewasa ini di masyarakat beredar berbagai macam produk sediaan ya
yang ng beberturtujuajuan n ununtuk tuk memembmbununuh uh kumkuman an ataatau u mikmikroroorgorgananismisme. e. ProProdukduk te
tersrsebebut ut adada a yayang ng didigugunanakakan n papada da lilingngkukungngan an yayang ng seseriring ng didisesebubutt desinfektan dan ada juga yang digunakan untuk makhluk hidup yang sering desinfektan dan ada juga yang digunakan untuk makhluk hidup yang sering disebut antiseptik.
disebut antiseptik.
Desinfektan adalah suatu zat / bahan kimia yang dapat membunuh Desinfektan adalah suatu zat / bahan kimia yang dapat membunuh atau
atau menmenghenghentikatikan n pertpertumbumbuhan uhan mikrmikroorgoorganisanisme me yang yang digudigunaknakan an padapada benda mati atau lingkungan sekitar kita. Antiseptik adalah suatu zat / bahan benda mati atau lingkungan sekitar kita. Antiseptik adalah suatu zat / bahan k
kimimiia a yyaang ng dadappat at mmeemmbbununuuh h atataau u mmeengnghheenntitikkaan n ppeertrtumumbubuhahann mikroorganisme yang digunakan pada jaringan hidup.
mikroorganisme yang digunakan pada jaringan hidup. Ban
Banyayaknknya ya ikliklan an dadan n propromomosi si tententantang g kekemamampmpuauan n dedesinsinfekfektantan maupun antisepik ini membuat sebagian besar masyarakat membeli produk maupun antisepik ini membuat sebagian besar masyarakat membeli produk
se
sediadiaan an yayang ng didiikliklanankakan n tertersesebutbut. . PaPadadahahal l bebelum lum tententu tu sedsediaaiaan n yayangng dipasarkan tersebut mempunyai kemampuan seperti yang diiklankan.
dipasarkan tersebut mempunyai kemampuan seperti yang diiklankan. Dan
Dan untuntuk uk memmemerikeriksa sa baibaik k tidatidaknyknya a bahabahan-bn-bahan ahan yanyang g digudigunakanakann un
untutuk k dedesisinfnfekektatansnsia ia ddalalam am ininduduststriri, , rurumamah h ssakakitit, , mmauaupupun n dadalalamm laboratorium, maka perlu diadakan tes, salah satunya yaitu
laboratorium, maka perlu diadakan tes, salah satunya yaitu MIC (MinimumMIC (Minimum Inhi
Inhibitobitory ry ConConcentcentratiration).on). MiMininimumum m InInhihibibitotory ry CoConcncenentrtratatioion n adadalalahah konsent
konsentrasi terendah rasi terendah yang masih yang masih dapat menghambat pertumbuhdapat menghambat pertumbuhan an mikrobamikroba.. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai sejauh mana tingkat Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai sejauh mana tingkat kem
kemampampuan uan sedsediaan iaan desdesinfeinfektan ktan dan dan antantisepiseptik tik daladalam m memmembunbunuh uh kumakumann sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat. sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat.
I.2
I.2 Maksud Maksud dan dan TujuanTujuan I.
I.2.2.11 MaMaksksud ud PePercrcobobaaaann Men
Mengegetatahui hui dan dan mememamahahami mi cacarara-ca-cara ra pepenennentutuan an nilnilai ai MIC MIC suasuatutu desinfektansia atau antiseptika.
desinfektansia atau antiseptika. I.
I.2.2.22 TuTujujuan an PePercrcobobaaaann
Menentukan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari listerin Menentukan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari listerin®®,, des
desinfeinfektan ktan domdomestoestos s wipowipoll®® dan dan supsuperpeerpell®®, , sabsabun un keskesehatehatan an detodetoll®® dandan beb
bebek ek klosklosetet®® dengdengan an menmengguggunaknakan an baktbakteri eri ujiuji StaphyStaphylococcus lococcus aureus,aureus, Salmonella typhosa, E-coli.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan nilai MIC dari sampel listerin®, desinfektan domestos wipol® dan superpel®, sabun kesehatan detol® dan bebek kloset® berdasarkan penghambatan pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus aureus, Salmonella typhosa, E-coli dalam medium Nutrien Broth (NB) yang telah diberi berbagai tingkat pengenceran sampel desinfektansia yang diinkubasikan pada suhu 37º C selama 1 x 24 jam dimana hasil menunjukkan positif jika terjadi kekeruhan atau adanya endapan dalam medium NB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum
Membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan penemuan bakteri muncul di pasaran. Oleh karena itu tidak adanya bahan kimia yang ideal atau dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan maka pilihan akan jatuh pada bahan kimia yang mampu untuk membunuh
mikroorganisme. Hingga sekarang makin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk yang ada dalam waktu yang sesingkat mungkin dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi (1).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, pertumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimia peristiwa itu disebut chemotropis(1)
Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik. Zay yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antara kedua pengertian bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua pengertian itu tidak berlaku bagi
spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti Mycobacterium tuberculosis (2).
Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan (2).
Desinfektasia adalah bahan atau zat yang digunakan untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri baik patogen maupun nonpatogen, terutama bakteri yang membahayakan (patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses membebaskan benda-benda mati dari infeksi, dan aman untuk dipakai dalam bidang industri atau pada rumah sakit-rumah sakit atau industri-industri makanan/minuman dan industri farmasi (3).
Untuk memeriksa baik tidaknya bahan-bahan yang digunakan untuk desinfektan dalam industri maupun rumah sakit, maka perlu dilakukan beberapa tes, yaitu (3) :
1. Minimal inhibitiry concentration (MIC Test) 2. Rideal Walker Test.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah (4) 1. Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba
2. Suhu desinfektan
4. Jumlah dan tipe dari mikroorganisme 5. Keadaan bahan yang didesinfektan
Bahan kimia yang menimbulkan suatu pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi. Aktivitas anti bakteri ditentukan oleh spectrum kerja, cara kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu bakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar. (5)
Dalam memilih bahan kimia sebagai suatu desinfektan atau antiseptik perlu diperhatikan hal-hal berikut (6) :
1. Sifat mikrosida (membunuh jasad renik)
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa desinfektan sebagaihalogen, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap spora.
2. Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah, dan komponen ini mempunyai sifat bakteriostatik atau fungisid.
Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh yang berbeda-beda terhadap jasad renik. Beberapa komponen lainnya hanya efektif setelah beberapa jam. Sel yang sedang tumbuh atau berkembang biak lebih sensitive dan mudah dibunuh dibandingkan dengan sel dalam keadaan istirahat atau statik.
4. Sifat-sifat lain
Dalam pemilihan suatu desinfektan harus disesuaikan dengan harga yang tidak mahal, efektivitasnya tetap dalam waktu yang lama. Larut dalam air dan stabil dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat racunnya, sifat iritasi pada kulit dan warna yang ditinggalkan. Beberapa komponen organik dapat menghambat kerja desinfektan, misalnya halogen, garam merkuri, dan deterjen kationik, sedangkan sabuk dan deterjen sintetik anionik dapat membantu penyerapan.
Bahan kimia yang menimbulkan suatu pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi.
II.3.1 Klasifikasi 1. Staphylococcus aureus (7 : 123) Kingdom : Protista Divisio : Protophyta Classis : Schizomycetes O r d o : Enterobacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
A.Morfologi (10 : 175)
Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 µm terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Non motil, Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35 – 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas.
Pertumbuhan pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya.
II.4 Uraian Sampel Domestos Wipol®
Bahan aktif : Pine Oil 0,5 %, BAC 0,75 %
Netto : 800 ml
Domestos Wipol ® , Karbol wangi yang ekonomis dengan keharuman khas cemara, memiliki daya kerja yang efektif membersihkan dan membunuh kuman pada lantai dan kamar mandi. Menjadikan ruangan harum, segar dan higinis.
Menghilangkan bau. Domestos Wipol® sangat cocok digunakan untuk menghilangkan bau di kamar mandi, WC , got, tempat sampah, kandang binatang, dll.
Membersihkan. Bahan pembersihnya menjadikan lantai bersih dan kesat.
Membunuh kuman. Bahan aktifnya efektif membunuh kuman Perhatian :
- Jangan sampai terkena mata. Bila terkena mata, bilas dengan air yang banyak dan segera hubungi dokter.
- Bila terminum, segera hubungi dokter dan tunjukkan kemasan atau label produk
- Jauhkan Domestos wipol dari jangkauan anak-anak.
Produksi PT.Milenium Masa Manunggal, Gunung Putri-Bogor untuk PT Unilever Indonesia Tbk.
BAB III
METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, botol pengenceran, cawan petri, inkubator, lampu spiritus, handsprayer, rak tabung, spoit
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dugunakan adalah alkohol, aluminium foil,
aquadest steril, listerin®, desinfektan domestos wipol®dan superpel®, sabun kesehatan detol® dan bebek kloset®, medium NB.
III.2 Cara Kerja A. Listerin®
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Kemasan disterilkan dengan cara disemprot dengan alkohol 70 % 3. Diambil sampel sebanyak 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9,5 ml medium LB dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 20)
4. Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml medium LB, dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 40)
5. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, dan 1 : 1280.
6. Dari pengenceran 1 : 1280, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen
( sebagai kontrol )
7. Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam
8. Diamati kekeruhan yang terjadi.
B. Wipol®
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Kemasan disterilkan dengan cara disemprot dengan alkohol 70 % 3. Diambil sampel sebanyak 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9,5 ml medium LB dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 20)
4. Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml medium LB, dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 40)
5. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, dan 1 : 1280.
6. Dari pengenceran 1 : 1280, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen
7. Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam 8. Diamati kekeruhan yang terjadi.
C. Superpel®
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Kemasan disterilkan dengan cara disemprot dengan alkohol 70 % 3. Diambil sampel sebanyak 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9,5 ml medium LB dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 20)
4. Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml medium LB, dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 40)
5. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, dan 1 : 1280.
6. Dari pengenceran 1 : 1280, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen
( sebagai kontrol )
7. Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam 8. Diamati kekeruhan yang terjadi.
D. Sabun Detol® 1. Disiapkan alat dan bahan.
3. Diambil sampel sebanyak 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9,5 ml medium LB dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 20)
4. Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml medium LB, dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 40)
5. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, dan 1 : 1280.
6. Dari pengenceran 1 : 1280, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen
( sebagai kontrol )
7. Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam 8. Diamati kekeruhan yang terjadi.
E. Bebek Kloset® 1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Kemasan disterilkan dengan cara disemprot dengan alkohol 70 % 3. Diambil sampel sebanyak 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9,5 ml medium LB dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 20)
4. Dari pengenceran 1 : 20, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml medium LB, dikocok hingga homogen (pengenceran 1 : 40)
5. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, dan 1 : 1280.
6. Dari pengenceran 1 : 1280, diambil 5 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen
( sebagai kontrol )
7. Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam 8. Diamati kekeruhan yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Klp 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280 1:2560 Nilai MIC I - + ++ ++ ++ ++ ++ ++ 1:20 II - - - + + ++ + + 1:40 III - + + + + + + ++ 1:20 IV - - - - + + + + 1:60 V + + + ++ ++ ++ ++ ++ 1:10 Ket:
a. - = tidak ada penentuan mikroba b. + = keruh
IV.2 Gambar
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Uji Minimum Inhibitory Consentration (MIC) A Keterangan : 1. Sumbat Kapas 2. Tabung Reaksi 3. Koloni Bakteri A. Pengenceran 1 : 20 B. Pengenceran 1 : 40 C. Pengenceran 1 : 80 D. Pengenceran 1 : 160 E. Pengenceran 1 : 320 F. Pengenceran 1 : 640 G. Pengenceran 1 : 1280 H. Pengenceran 1 : 2560 I. Pengenceran 1 : 5120 J. Pengenceran 1 : 10240 B C D E F G H I J
BAB V PEMBAHASAN
Seiring dengan meningkatnya tingkat pengetahun manusia maka keinginan untuk hidup sehatpun semakin tinggi. Dengan berpedomana pada hal tersebut maka orang cenderung ingin membebaskan diri dan lingkungannya dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Untuk maksud tersebut penggunaaan antiseptic dan desinfekan oleh masyarakat semakin meningkat
Akan tetapi ada beberapa hal yang patut disadari oleh masyarakat bahwa belum tentu antiseptik atau desinfektan yang digunakannya efektif untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dilain pihak, harus dihindari juga penggunaan antiseptik atau desinfektan yang berlebihan karena kemungkinan dapat menyebabkan toksisitas pada individunya.
Dalam kehidupan manusia selalu berusaha agar dapat memperoleh derajat kesehatan yang tinggi. Oleh karena itu manusia menggunakan berbagai produk untuk menjaga kesehatannya. Beberapa dari produk yang paling sering digunakan adalah desinfektansia dan juga antiseptic.
Desinfektansia adalah merupakan suatu zat yang dapat mematikan mikroba yang umumnya terdapat pada benda mati. Misalnya, di lantai, kamar mandi, dan lain-lain. Sedangkan antiseptik merupkan bahan atau zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan pada makhluk hidup sedangkan desinfektan merupakan bahan atau zat yang
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan pada lingkungan.
Akan tetapi ada beberapa hal yang patut disadari oleh masyarakat bahwa belum tentu antiseptik atau desinfektan yang digunakannya efektif untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dilain pihak, harus dihindari juga penggunaan antiseptik atau desinfektan yang berlebihan karena kemungkinan dapat menyebabkan toksisitas pada individunya.
Dalam percobaan ini akan dilakukan uji MIC yaitu untuk menentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration atau menentukan nilai konsentrasi minimum dari desinfektan atau antiseptik yang masih mampu untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Percobaan ini dilakukan dengan membuat beberapa tingkat pengenceran sampel untuk melihat sejauh mana kemampuan dari antiseptic atau desinfektan tersebut untuk mrenghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa tabung reaksi kontrol yang tidak berisi mikroba berada dalam keadaan jernih. Tabung reaksi I, II, III IV, dan V dengan perbandingan masing-masing 1 : 20, 1 :40, 1: 80 dan 1 : 160 serta 1 : 320 juga menunjukkan keadaan jernih, sedangkan tabung reaksi yang lain, yaitu tabung reaksi VI sampai IX terlihat keruh. Kekeruhan yang terjadi disebabkan karena adanya pertumbuhan dari mikroorganisme akibat dari ketidakmampuan listerin untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Berdasarkan data diatas maka dapat ditentukan bahwa nilai MIC dari sediaan Sabun sirih adalah 1 : 320 yang berarti bahwa pada konsentrasi tersebut sediaan listerin masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Dari hasil yang diperoleh, terlihat bahwa nilai MIC dari antiseptik listerin cukup tinggi sehingga bisa dikatakan bahwa sediaan tersebut tidak cukup efektif melawan bakteri Staphylococcus aureus. Semakin besar nilai MIC yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuan suatu sediaan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai MIC maka semakin efektif pula sediaan tersebut sebagai antiseptik ataupun desinfektan.
Maka diperoleh nilai MIC untuk sampel listerin® 1:10, desinfektan
domestos wipol® 1:40, superpel® 1:60, sabun kesehatan detol® 1:20, dan
bebek kloset®1:20.
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh hasil bahwa nilai Minimum Inhibitory Consentration (MIC) dari sampel listerin® 1:10, desinfektan domestos wipol® 1:40, superpel® 1:60, sabun kesehatan detol® 1:20, dan bebek kloset®1:20.
VI.2 Saran
Bahan-bahan di dalam bisa dilengkapi lagi sehingga praktikan tidak perlu membeli baha lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soemarno. dr, Prof., (1976. “Mikrobilogi ”. LEPHAS (Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin), Unhas, Makassar.
2. Jutomo, (1975), “Mikrobilogi untuk Perguruan Tinggi ”. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
3. Volk., A.W., dan Margareth, F.W., (1988), “Mikrobiologi Dasar ”, edisi III, jilid I, Erlangga, Jakarta.
4. Fardiaz, S., (1992), “Mikrobiologi Pangan”, Pangan dan Gizi IPP, Jakarta.
5. Suriawiria, Unus., (1986), “Pengantar Mikrobiologi Umum”, Penerbit Angkasa, Bandung,
6. Djiwoseputro, D., (1989), “Dasar-Dasar Mikrobiologi ”, Djambatan, Malang.
7. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Depkes RI : Jakarta
8. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV . Depkes RI : Jakarta
9. Wattimena, J.R., (1982), “Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik ”, UGM Press, Yogyakarta.
10. Pelczar, M. J., Chan, E.C.S., (1988), “Dasar-Dasar Mikrobiologi ”, UI Press, Jakarta.
LAMPIRAN
I. Komposisi Medium
1. Nutrien Broth (NB)
Pepton 5,0 g
Ekstrak daging sapi 3,0 g
Aquadest 1000 ml
2. Medium NA (Nutrien Agar)
Peptone 5,0 g
Ekstrak beef 3,0 g
Agar 15g
II. Skema Kerja
Sampel Biakan Bakteri Staphylococcus aureus 5 ml 5 ml 5ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5ml 5ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml NB NB NB NB NB NB NB NB NB NB
Inkubasi 1 x 24 jam suhu 37 C
Pengamatan/penentuan nilai MIC 0.02 ml 0,5 ml
9,5 ml 5 ml