• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNIKAHAN USIA DINI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHARMONISAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA BONTO JATI KEC. PASIMASUNGGU TIMUR KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERNIKAHAN USIA DINI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHARMONISAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA BONTO JATI KEC. PASIMASUNGGU TIMUR KAB."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

WINIK JUNIASTI 105 192 137 14

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017 / 2018

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

WINIK JUNIASTI 105 192 137 14

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017 / 2018

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Nama :Winik Juniasti

Nim :110519213714

Jurusan :Pendidikan Agama Islam Fakultas :Agama Islam

Kelas :B

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, peneliti menyusun sendiri skripsi saya (tidak di buatkan oleh siapapun)

2. Peneliti tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 28 Syawal 1439 H 12 juli 2018 M Yang membuat pernyataan

Winik Juniasti NIM:10519213714

(7)

jati kecamatan pasimasunggu timur kab. Kepulauan selayar. (Dibimbing oleh Rusli Malli dan Ahmad Abdullah).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana pernikahan usia dini dan pengaruhnya terhadap keharmonisan dalam rumah tangga di desa bonto jati kecamatan pasimasunggu timur kabupaten kepulauan selayar.

Penelitian ini dilaksanakan di desa bonto jati yang berlangsung 2 bulan mulai dari 05 Mei sampai 05 juli 2018. Teknik penentuan sampel di lakukan dengan observasi dengan 10 pasangan dengan melalui dua variabel yaitu variabel bebas berupa pernikahan usia dini dan variabel terikat yang berupa keharmonisan dalam rumah tangga.

Dari hasil penelitian di lapangan dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa Gambaran Pernikahan usia dini di desa bonto jati di tinjau dari Perkawinan usia muda dalam kehidupan sosial berdampak kepada ekonomi keluarga berjumlah 18 dengan persentase 90% dan perceraian berjumlah 2 dengan persentase 10% .Jika di lihat dari hubungan pernikahan usia dini dengan keharmonisan dalam rumah tangga Hal ini terbukti dari 10 pasangan responden yang di berikan angket yang menyatakan baik berjumlah 12 dengan persentase 60% dan yang menyatakan kurang baik berjumlah 8 dengan persentase 40%. Jika di lihat dari pengaruh pernikahan usia dini terhadap keharmonisan dalam rumah tangga Dari 10 pasangan responden yang menyatakan berpengaruh berjumlah 12 dengan persentase 60%, Menyatakan kurang berpengaruh berjumlah 6 dengan persentase 30% dan yang menyatakan tidak berpengaruh berjumlah 2 dengan persentase 10%.Jadi dengan demikian bahwa pernikahan usia dini berpengaruh terhadap keharmonisan dalam rumah tangga.

(8)

viii

kehadirat dan junjungan Allah SWT. Bingkisan salam dan shalawat tercurah kepada Allah, Nabiiullah Muhammad SAW, Para sahabat dan keuarga serta ummat yang senantisa istiqamah dijalannya.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan,arahan,bimbingan, serta bantuan moril dan materi. Maka melalui kesempatan ini peneliti ingin mmengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kepada orang tua tercinta Leniyanti dan Azis Argi, yang tiada henti-hentinya mendoakan,member dorongan moril maupun materi selama menempuh pendidikan. Terima kasih atas do’a, motivasi dan bantuannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Abdul Rahman SE., MM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makasssar

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku ketua prodi pendidikan agama islam.

4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si. selaku ketua prodi Pendidikan Agama Islam.

(9)

ix Muhammadiyah Makassar

7. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan, Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin

Makassar, 28 Syawal 1439 H 12 Juli 2018 M

(10)

x

PENGESAHAN SKRIPSI……….………iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH………..……….iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING………v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………..………vi

ABSTRAK………vii KATA PENGANTAR………...……ix DAFTAR ISI………..x DAFTAR TABEL………xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..………1 B. Rumusan Masalah………7 C. Tujuan Penelitian………..7 D. Manfaat Penelitian………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernikahan………9

1. Pengertian Pernikahan………9

2. Syarat dan Rukun Nikah………11

3. Hukum Nikah………...13

4. Hikmah dan Tujuan Pernikahan Dalam Islam………14

B. Pernikahan Usia Dini………..17

(11)

xi

C. Keharmonisan Dalam Rumah Tangga………...……….…27

1. Pengertian Keharmonisan Dalam Rumah Tangga…………27

2. Aspek-aspek Keharmonisan Dalam Rumah Tangga………28

3. Faktor Penentu Keharminisan Dalam Rumah Tangga…….28

BAB III METODE PENELITIAN………..36

A. Jenis Penelitian………...36

B. Lokasi dan Obyek Penelitian……….36

C. Variabel Penelitian………..36

D.Defenisi Operasional Variabel………37

E. Populasi dan Sampel……….………...38

F.Instrumen Penelitian……….………...40

G. Teknik Pengumpulan Data……….……….…..42

F. Teknik Analisis Data………...……….………...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………45

A. Profil Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar………45

B. Bagaimana Gambaran Pernikahan Usia Dini Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar………...49

C. Bagaimana Hubungan Pernikahan Usia Dini dengan keharmonisan Dalam Rumah Tangga Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar………...53

(12)

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..60

B. Saran..………..61

DAFTAR PUSTAKA……….62

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..……..63

(13)

xiii

Tabel 1.2 Sejarah desa bonto jati……….….46

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk……….………..48

Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan………..……….………..48

Tabel 1.5 Mata pencaharian……….………..49

Tabel 2.1 Angket pernikahan dini………..50

Tabel 2.2 Angket pernikahan dini………..51

Tabel 2.3 Angket pernikahan dini………..52

Tabel 2.4 Angket pernikahan dini………..52

Tabel 2.5 Angket pernikahan dini………..53

Tabel 3.1 Angket keharmonisan dalam rumah tangga………...54

Tabel 3.2 Angket keharmonisan dalam rumah tangga………..55

Tabel 3.3 Angket keharmonisan dalam rumah tangga ………56

Tabel 3.4 Angket keharmonisan dalam rumah tangga ………56

Tabel 3.5 Angket keharmonisan dalam rumah tangga ………57

Tabel 4.1 Angket keharmonisan dalam rumah tangga ………58

Tabel 4.2 Angket pernikahan dini dan keharmonisan dalam rumah tangga ……….…………59

Tabel 4.3 Angket pernikahan dini dan keharmonisan dalam rumah tangga ……….…………59

(14)

xiv

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang berada di atas permukaan bumi ini pasti menginginkan yang namanya kebahagiaan dan berusaha agar kebahagian itu tetap menjadi miliknya. Kebahagiaan tidak akan didapat dengan mudah tanpa mematuhi peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama, diantaranya kewajiban individu-individu dalam masyarakat itu saling menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing, dan salah satu untuk mencapai kebahagiaan ituialah dengan pernikahan. Sebagaimana dikemukakan diatas Islam yang memandang pernikahan sebagai suatu cita-cita yang sangat ideal, pernikahan bukan hanya sebagai suatu persatuan antara laki-laki dan perempuan tetapi lebih daripada itu pernikahan sebagai kontrak sosial keanekaragaman tugas.

Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sakral pula dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan syari’at agama.Pernikahan bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu, melainkan juga meraih ketenangan, ketentraman dan sikap saling mengayomi diantara suami istri dengan dilandasi cinta dan kasih sayang yang mendalam.Memang tak dapat dipungkiri antara pria dan wanita sudah fitrahnya untuk saling mempunyai ketertarikan dan dari ketertarikan tersebut kemudian beranjak kepada niat suci pernikahan, proses ini mengandung dua aspek yaitu aspek biologis

(16)

agar manusia itu berketurunan dan aspek afeksional agar manusia merasa tenang dan tentram berdasarkan kasih sayang.Dengan cinta dan kasih sayang tidak hanya memungkinkan pasangan tersebut membentuk kehidupan keluarga yang damai dan bahagia, tetapi juga memberi kekuatan yang dibutuhkan untuk mengutamakan nilai-nilai kebudayaan yang lebih tinggi. Al-Qur’an telah menerangkan sasaran tersebut, bahwa dalam pandangan Islam konsep pernikahan merupakan konsep cinta dan kasih sayang.Surat An-Nur ayat 32 :











































Terjemahnya:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian.diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.1

Pernikahan adalah salah satu asas hidup yang utama dalam masyarakat beradab dan sempurna,karena islam berpendapat bahwa perkawinan bukan saja satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan turunan,tetapi juga sebagai satu jalan

(17)

menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan kaum yang lain.2Berikut ini hadis tentang pernikahan:

) : َلﺎَﻗ ُﮫْﻧَﻋ َو

ﺎًﯾْﮭَﻧ ِلﱡﺗَﺑﱠﺗﻟا ِنَﻋ ﻰَﮭْﻧَﯾ َو , ِةَءﺎَﺑْﻟﺎِﺑ ُرُﻣْﺄَﯾ مﻠﺳو ﮫﯾﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ِ ﱠ َﷲ ُلوُﺳَر َنﺎَﻛ

( ِﺔَﻣﺎَﯾِﻘْﻟَا َم ْوَﯾ َءﺎَﯾِﺑْﻧَ ْﻷَا ُمُﻛِﺑ ٌرِﺛﺎَﻛُﻣ ﻲﱢﻧِإ َدوُﻟ َوْﻟَا َدوُد َوْﻟَا اوُﺟ ﱠوَزَﺗ : ُلوُﻘَﯾ َو , اًدﯾِدَﺷ

, ُدَﻣ ْﺣَأ ُها َوَر

ُﮫَﺣﱠﺣَﺻ َو

َنﺎﱠﺑِﺣ ُنْﺑِا

Artinya:

Anas Ibnu Malik r.a berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: "Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.3

Keharmonisan keluarga ialah keadaan tercapainya kebahagiaan dan kebersamaan setiap anggota dalam suatu keluarga dan sedikit sekali terjadi konflik, sehingga terbentuklah keluarga yang tentram dan bahagia.4Keluarga yang harmonis adalah kelurga yang rukun, bahagia, penuh cintakasih serta jarang terjadi konflik dalam keluarga tersebut. Keluarga harmonis akan tercipta jika suami istri taat pada agama, menjalankan tugas dan tanggun jawab masing-masing, saling menghormati, saling menghargai, saling mencintai, saling pemaaf, saling bekerja sama, serta saling menjaga komunikasi

2 Husain Husain Syahatah,Mempermudah pernikahan suatu keharusan.(Jakarta :Pustaka Azzam,2005) h. 27

3Hadits shahih No. 995

4Asrizal,kafa’ah bingkai keharmonisan rumah tangga, (Yogyakarta: Lembaga lading kata,2015) h. 51-52

(18)

Pernikahan dini merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri di usia yang masih muda/remaja.5Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7ayat (1), perkawinan hanya diizinkan jika pihak sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.6

Namun, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87 tahun 2014 pasal 24 ayat (1) bagian a, menjelaskan tentang pendewasaan usia perkawinan. Pendewasaan tersebut dalam rangka mensukseskan program Keluarga Berencana. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) menurut BKKBN adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat di ketahui bahwa pernikahan dini merupakan pernikahan yang di lakukan oleh wanita berusia di bawah 20 tahun dan pria berusia di bawah 25 tahun.7

Pernikahan dini masih terjadi di Desa Bonto Jati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.Faktor penyebabnya adalah kondisi sosial ekonomi orangtua rendah sehingga anak dinikahkan meskipun masih berusia muda atau anak tidak melanjutkan pendidikan

5Namora lumongga lubis,Psikologi kespro: wanita dan perkembangan reproduksinya di

tinjau dari aspek fisik dan psikologis, (Jakarta: kencana prenada media group,2013)h.80 6Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1

7https://www.geogle.co.id/amp/m.merdeka.com/amp/peristiwa/bkkbn nikahi deal itu 20tahun bagi wanita 25 tahun bagi pria.html

(19)

sehingga kemudian menikah muda.Hal tersebut untuk meringankan beban keluarga atau rendahnya ekonomi orangtua tersebut menyebabkan anak putus sekolah kemudian menikah muda.Selain itu,penyebabnya ialah lebih dahulu melakukan hubungan suami istri sehingga pernikahan dilangsungkan meskipun usia mereka masih tergolong sangat muda dan belum siap mengarungi bahtera rumah tangga dan ada juga yang di jodohkan karena keluarga sudah dekat sehingga meskipun usia masih muda harus siap untuk menikah Kemudian, didesa Bonto jati ini adalah desa yang mayoritas penduduknya bertani,nelayan serta bekerja sebagai buruh . Apabila anak sudah dapat menggarap pertanian dengan baik atau sudah mampu bekerja sebagai buruh dianggap telah mampu menghidupi keluarga sehingga anak di nikahkan

Pernikahan dini berdampak pada terbentuknya keluarga yang tidak harmonis .Pada umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga masih stabil dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.hal ini menyebabkan permasalahan yang timbul dalam rumah tangga tidak terselesaikan dengan baik tetapi justru semakin rumit.

Perkawinan pada umur yang masih muda akan banyak mengundang masalah yang tidak diharapkan karena segi psikologisnya belum matang. Tidak jarang pasangan yang mengalami keruntuhan dalam rumah tangga karena perkawinan yang masih terlalu muda.Memang

(20)

keharmonisan dalam rumah tangga tidak semata-mata di patok oleh umur, karena semuanya di kembalikan kepada pribadi masing-masing. Tetapi umur biasanya mempengaruhi cara berpikir dan tindakan seseorang. Umur yang masih muda cenderun masih stabil dalam menghadapi masalah serta menyebabkan seringnya terjadi konflik dan percekcokan yang berujung pada perceraian.

Selain itu, Pasangan yang menikah muda juga belum matang secara sosial ekonomi. Umumnya mereka belum memiliki pekerjaan tetap sehingga kesulitan ekonomi pun memicu konflik dalam rumah tangga .Ketidakstabilan emosi serta kurangnya pengetahuan pasangan yang menikah muda. Berdasakan kondisi lapangan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pernikahan Usia Dini Dan Pengaruhnya Terhadap Keharmonisan Dalam Rumah Tangga”

(21)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran pernikahan usia dini di desa bonto jati kecamatan pasimasunggu timur kab. Kepulauan selayar?

2. Bagaimana hubungan antara pernikahan usia dini dengan keharmonisan dalam keluarga di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar

3. Bagaimana pengaruh pernikahan usia dini terhadap keharmonisan dalam rumah tangga di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk gambaran pernikahan usia dini di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pernikahan usia dini dengan keharmonisan dalam rumah tangga di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar.

3. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan usia diniterhadap keharmonisan dalam rumah tangga di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar.

(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

a. Dapat menambah khazanah penelitian dan obyek penelitian mahasiswa jurusan pendidikan agama islam (PAI)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan,baik bagi para pembaca atau terutama bagi para praktisi yang terkait dalam pembinaan rumah tangga.

2. Manfaat Praktis

a. Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan masukan bagi aparatur yang berwenang dalam urusan pernikahan dan juga rumah tangga,agar tetap berani dalam memberikan pengarahan-pengarahan kepada masyarakat tentang pernikahan dini.

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baru dalam masalah ini,di samping sebagai perbandingan antar teori yang di dapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di lapangan.

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Nikah menurut bahasa;al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul.Makna nikah (zawaj) bisa di artikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah,juga bisa di artikan (wath’u al-zaujah)bermakna menyetubuhi istri.Adapun yang di kemukakan oleh Rahmat Hakim bahwa kata nikah berasal dari bahasa arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il madhi) “nakaha” sinonimnya “tazawwaja” kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.8.Pernikahan adalah akad atau ikatan,karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab kabul (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki)selain itu ,nikah juga bisa di artikan sebagai bersetuibuh.9Sesuai firman allah dalam

surat Ar-Rum (30) ayat 21:



















































Artinya:

8Tihami dan sohari sahrani,fikih munakahat dan fikih nikah lengkap(Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada.2010) cet.2 h.7 9Ibid.h.7

(24)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan di jadikannya di antaramu rasa kasih sayang sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.10

Perkawinan di sebut juga “pernikahan” berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan,saling memasukkan dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi)kata (nikah) sendiri sering di pergunakan untuk arti persetubuhan (coitus),juga untuk arti akad nikah.sedangkan menurut istilah hukum islam yaitu nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau kata-kata yang semakna dengannya.11

Pernikahan merupakan ketetapan yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia,hewan maupun tumbuh-tumbuhan.ia adalah suatu cara yang di pilih oleh Allah swt sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembangbiak dan melestarikan hidupnya.12

Nikah atau perkawinan adalah akad antara calon suami dan istri untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariah,dengan akad ini kedua calon akan di perbolehkan bergaul sebagai suami istri.akad

10Departemen agama Al-Qur’an dan terjemahan

11Abd. Rahman Ghazali..Fiqh Munakahat(bogor;kencana 2003) h.7-8

12Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat(Jakarta;Grafindo persada.2010) h.6

(25)

ialah ijab dari pihak wali perempuan atau wakilnya dan Kabul dari pihak calon suami atau wakilnya.13

Menurut UUP RI No. 1 Tahun 1974 ,Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal bardasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.(UUP Pasal 1/Tahun 1974)14

Pada pasal 2 UUP disebutkan pernikahan adalah akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.15

Dalam kompilasi hukum islam di sebutkan adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan merupakan ibadah.

Abdurrahman Ghazaly dalam bukunya fiqh munakahat, menyebutkan bahwa pernikahan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan pernikahan adalah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang di landasi tolong menolong karena perkawinan termasuk pelaksanaan agama,maka di dalamnya terkandung adanya tujuan/maksud mengharapkan keridhoan Allah.16

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dangan lafadz Nikah dan kata-kata yang semakna dengannya untuk membina rumah tangga yang

13Kaelany.Islam dan Aspek-aspek kemasyarakatan (Jakarta;bumi aksara,2000) h.139

14Undang-undang dasar RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 Tentang Perkawinan

15Amir Syarifuddin.Garis-Garis Besar Fiqh(Bogor;Kencana 2003) h.10

(26)

sakinah dan untuk mentaati perintah Allah SWT,dan melakukannya merupakan ibadah

2. Syarat dan Rukun Nikah

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.maka terlebih dahulu harus diperhatikan hal-hal yang mendasar dari terlaksananya kegiatan tersebut,yaitu dilengkapi syarat-syarat serta rukun-rukun dari pernikahan tersebut,pengertian rukun adalah “rukun yang pokok dalam perkawinan adalah keridhoan dari kedua belah pihak dan persetujuan mereka didalam ikatan tersebut.QS An-Nisa (4) ayat 3:























































Artinya:

Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua,tiga,atau empat.kemudia jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang ddemikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.17

Dari pengertian diatas dapat di jelaskan bahwa rukun adalah sesuatu yang menjadi hakikat atas sesuatu.maka apabila rukunnya tidak terpenuhi dapat dipastikan bahwa pernikahan tidak syah.Yang termasuk kedalam rukun pernikahan itu adalah:

(27)

a. Calon pengantin pria b. Calon pengantin wanita c. Wali nikah

d. Dua orang saksi

e. Sighat (akad) ijab Kabul.18

rukun nikah merupakan bagian dari segala hal yang terdapat dalam perkawinan yang wajib di penuhi,kalau tidak terpenuhi pada saat berlangsung pernikahan tersebut dianggap batal.19juga disertai dengan syarat-syarat,adapun yang di maksud dengan syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan,tetapi tidak termasuk salah satu bagian dari hakikat perkawinan.

Adapun mengenai syarat-syarat nikah bila merujuk kepad Undang-undang pernikahan Nomor 1 tahun 1974,maka syarat-syarat nikah meliputi debagai berikut:

a. Persetujuan kedua calon mempelai

b. Lelaki sudah berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun c. Izin orang tua /pengadilan kalau belum berumur 21 tahun d. Tidak terikat dalam satu perkawinan

e. Tidak bercerai untuk kedua kali dengan suami/istri yang sama ,yang hendak di nikahi.

f. Bagi janda,sudah melewati masa tunggu(iddah)

g. Memberi tahu kepada pegawai pencatat pernikahan 10 hari sebelum di langsungkan pernikahan.

h. Tidak ada yang melakukan pencegahan i. Tidak ada larangan karena:

a.Berhubungan darah dalam garis lurus kebawah ataupun keatas b.berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping

(saudara-saudara orang tua,(saudara-saudara nenek)

c.berhubungan semenda (mertyua,anak tiri,menantu,ibu/bapak tiri) d.Berhubungan susunan

18Didi jubaedi ismail, Membina rumah tangga islami di bawah ridha

illahi(Bandung;Pustaka setia 2000) h.118-119

(28)

e.berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan istri,dalam hal seorang suami beristri lebih dari satu orang istri.20

Syarat pernikahan merupakan dasar bagi sahnya pernikahan. Jika syarat-syaratnya terpenuhi maka pernikahannya adalah sah dan menimbulkan segala kewajiban dan hak-hak pernikahan.dalam islam syarat-syarat nikah di perinci ke dalam syarat-syarat untuk mempelai laki-laki,syarat-syarat ini di golongkan ke dalam syarat materi dan harus di penuhi agar dapat melangsungkan pernikahan

3. Hukum Nikah

Hukum nikah (perkawinan) yaitu hokum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antarjenis dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.21

Hukum nikah menurut para ulama bermacam-macam,yaitu berdasarkan kondisi dan situasi .akan tetapi,Islam sangat menganjurkan umatnya yang sudah mampu untuk menikah karena banyak hikmah yang terkandung di dalamnya .Hukum nikah berdasarkan kondisi dan situasi ini terbagi menjadi lima:

1. Sunnat artinya nikah itu sunnah bagi orang yang telah mampu dan berkehendak untuk menikah.

20Ibid h.8

21Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat(Jakarta;Grafindo persada.2010) h.8-9

(29)

2. Wajib artinya nikah itu wajib dilaksanakan bagi mereka yang telah mampu menikah dan jika tidak menikah ia akan terjatuh ke dalam perzinaan.

3. Mubah artinya nikah itu mubah bagi orang yang tidak terdesak oleh hal-hal yang mengharuskan atau mengharamkan nikah.

4. Makruh artinya nikah itu makruh bagi orang yang tidak mampu untuk nikah,yakni tidak mampu baik biaya maupun mental.

5. Haram artinya nikah itu haram hukumnya bagi orang yang berkeinginan nikah dengan niat menyakiti atau berbuat aniaya.22 Jadi, hukum pernikahan sendiri di sesuaikan berdasarkan keadaan satu orang yang hendak atau mau menikah. Dengan keterangan di atas, kita mampu membedakan mana hukum yang sesuai buat kasus atau keadaan yang diharuskan maupun diharamkan menikah.

4. Hikmah dan tujuan pernikahan dalam islam

a. Hikmah Perkawinan

Islam menganjurkan umat untuk melaksanakan perkawinan sesuai dengan tuntunan ajaran agama (islam)tidak lepas dari keutamaan dan faedah yang tekandung di dalamnya , baik bagi dirinya sendiri,masyarakat,maupun bagi manusia pada umunya.Berbicara masalah hikmah perkawinan Sayid Sabiq menyatakan antara lain sebagai berikut:

22Didi jubaedi ismail, Membina rumah tangga islami di bawah ridha

(30)

1. Manusia terhindar dari perbuatan zina karena manusia memiliki naluri seksual yang paling kuat dan eksplosif, yang selalu mendesak manusia untuk mencari dan menemukan penyalurannya sehingga terhindar dari kegelisahan dan keluh kesah yang akan menyeretnya kepada penyelewengan-penyelewengan yang tidak di inginkan.

2. Perkawinan merupakan cara yang di tempuh manusia untuk berkembang biak dan mendapatkan keturunan yang baik,serta berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang disertai terjaminnya kemurnian asal usul manusia yang amat dipentingkan oleh agama islam.kemurnian asal usul inilah yang menjadi ciri khusus manusia di bandingkan dengan makhluk allah lainnya.

3. Dengan perkawinan naluri keibuan dan keayahan (naluri parental)akan tumbuh dan dan menjadi sempurna.Perasaan santun dan kasih sayang akan bersemi dan mekar,tanpa sifat-sifat tersebut maka sifat kemanusiaanya menjadi kosong dan hampa.

4. Perkawinan akan menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab berumah tangga dan membiayai anak-anak yang selanjutnya akan mendorong orang untuk giat dan rajin berusaha serta membangkitkan kemampuan-kemampuan pribadi dan bakat-bakat yang terpendam

5. Dengan perkawinan akan muncul dan berkembang pembagian tugas yang disatu pihak sesuai dengan keadaan rumah tangga,sedang di pihak lain sesuai dengan keadaan dan suasana di luar ,di samping menentukan tanggung jawab suami istri itu mengenai pekerjaannya masing-masing.23

Landasan bagi seorang untuk melakukan suatu perbuatan pada dasarnya adalah tujuan yang ingin diraih dari melakukan tersebut.Begitupun halnya dengan petrnikahan,seseorang ingin melaksanakannya karena di landasi oleh tujuan yang ingin diraih.

b. Tujuan Pernikahan

Pernikahan bertujuan untuk membentuk perjanjian (suci)antara seorang pria dan seorang wanita yang mempunyai segi-segi perdata di

23 Rois Mahfud,Al-islam pendidikan agama islam (Jakarta;Erlangga 2011) h.39-40

(31)

antaranya adalah: a. kesukarelaan, b. Persetujuan kedua belah pihak. c. kebebasan memilih d. aurat.24

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat di kemukakakan sebagai berikut:

1. Perkawinan itu merupakan pangkal ikatan kemasyarakatan

2. Perkawinan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologios dan psikologis

3. Perkawinan bermanfaat agar orang terhindar dari penyakit. 4. Perkawinan untuk kesenangan

5. Perkawinan untuk mendapatkan keturunan 6. Perkawinan sebagai pelaksanaan ajaran islam.

Zakiyah Darajat dkk. Mengemukakan lima tujuan dalam pernikahan yaitu;

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya

3. Memenuhi panggilan agama ,memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal serta

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang25

tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi hajat tabi’at kemanusiaan, yakni hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia, atas dasar kasih dan sayang. Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh keturunan dalam

24Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat(Jakarta;Grafindo persada.2010) h.16

25Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat(Jakarta;Grafindo persada.2010) h.15-16

(32)

masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur oleh syari’ah.

B. Pernikahan Usia Dini.

Pernikahan dini merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri di usia yang masih muda/remaja.26

a. Pengertian dan batasan usia dini

Sebelum penulis membahas tentang pengertian pernikahan dini,terlebih dahulu harus di ketahui batasan usia muda.Mendefinisikan usia muda (remaja) memang tidak mudah karena kalau kita lihat sampai saat ini belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas yang pasti mengenai usia muda,karena menurut mereka hal ini terghantung kepada keadaan masyarakat dimana usia muda itu di tinjau27

Ada beberapa pengertian usia muda yang di tinjau dari beberapa segi diantaranya:Usia muda (remaja) menurut bahasa adalah Mulai dewasa,sudah mencapai umur untuk kawin.28

26Namora lumongga lubis,Psikologi kespro: wanita dan perkembangan reproduksinya di

tinjau dari aspek fisik dan psikologis, (Jakarta: kencana prenada media group,2013)h.80

27 Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Islam Terhadap Pemecahan

Problema Remaja, (Jakarta;Kalam Mulia, 1999) Cet ke I h.69

28WJS. Poewadarminta,Kesehatan Mental, (Jakarta; Gunung Agung,tt) Cet ke 3 h.106

(33)

Masa remaja adalah suatu periode peralihan yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa.29ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru pengganti perilaku dan pola yang di tinggalkan.Akibat peralihan ini remaja bersikap ambivalensi.Di situ pihak si anak remaja ingin di perlakukan sebagai orang dewasa,jangan selalu di perintah seperti anak kecil,tetapi dilain pihak segala kebutuhannya masih diminta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak.

Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya.Ada empat perubahan yang bersifat universal selama merasa remaja yaitu:

1. Meningkatkan emosi, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan fsikologis yang terjadi,perubahab emosi ini banyak terjadi pada masa remaja awal

2. Perubahan fisik,perubahan peran dan minat yang di harapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama masa ini remaja merasa di timbuni masalah.

3. Dengan berubahnya minat dan perilaku,maka nilai-nilai jga berubah.Apa yang dianggap penting dan bernilai pada masa

(34)

kanak-kanak sekarang ini tidak lagi. Kalau pada masa kanak-kanak kuantitas di pentingkan sekarang segi kualitas yang diutamakan 4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalensi terhadap setiap

perubahan.Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan,tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.30

Dalam Agama Islam tidak dijelaskan batasan umur remaja,tetapi hal ini dapat dilihat ketika seseorang telah mencapai akil baligh,itu di tanda haid (Menstruasi) yang pertama bagi perempuan sehingga sudah boleh di nikahkan dan wanita Indonesia rata-rata haid pada usia kurang lebih 13 tahun. Sedangkan yang laki-laki ditandai dengan bermimpi atau mengelurkan mani (ejakulasi) dan sudah boleh menikah juga.31

Mahmud Yunus mendefinisikan usia remaja dan membaginya dalam tiga tingkatan yaitu; pra remaja 10-12 tahun, remaja awal 13-16 tahun,remaja akhir 17-21 tahun.32

Menurut WHO Batasan Usia muda terbagi dalam dua bagian yaitu; usia muda awal 10-14 tahun dan usia muda akhir 15-20 tahun.33

Dari penjelasan diatas,ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang batasan usia muda ,namun dalam hal ini penulis mencoba

30 M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan,(Jakarta;Pedoman Ilmu Jaya,2007)cet,III h. 25-26

31Ali Akbar,Merawat Cinta Kasih, (Jakarta; Pustaka Antara, 1975) Cet Ke 2 h.27 32Mahmud Yunus, Pendidikan Seumur Hidup, (Jakarta;Lodaya,1987), h.52 33Sarlinto Wirawan,Psikologi Remaja, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1989)Cet. Ke I,h. 9-10

(35)

menyimpulkan bahwa uisia muda itu dalah mulai dari umur 10 tahun sampai 21 tahun yang tercakup didalamnya antara lain masa pra remaja,remaja awal dan remaja akhir. Jadi pernikahan dini yang penulis maksud disini adalah hubungan antara dua insan yang berlainan jenis kelamin yang didasari atas rasa suka sama suka sebagai landasan terlaksananya ketentuan-ketentuan syariat agama untuk membentuk mahligai rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah yang dilakukan pada saat pasangan tersebut berusia antara 10-21 tahun.

b. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menikah usia dini

Ketika seseorang memutuskan untuk menikah dini maka sebainya mempersiapkan diri terlebih dahulu sehingga nantinya memiliki bekal untuk menjalani hidup berumah tangga serta menghindari dari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Hal-hal yang diperhatikan diantaranya dalah senagai berikut:

1. Memiliki kesiapan merupakan faktor utama terlaksananya pernikahan

Jika seseorang ingin melangkah menuju suatu pernikahan,maka dia harus memiliki kesiapan sebelumnya ,kesiapan yang di maksud adalah fisik,mental,materi,atau lainnya.Maka pernikahan akan sulit terwujud.kesiapan dari semua hal sangat dibutuhkan dalam membentuk mahligai rumah tangga.Disamping menyiapkan perangkat fisik,mental dan materi,seseorang yang akan melakukan pernikahan seharusnya mem[persiapkan hal-hal berikut;

(36)

a. Persamaan dalam tujuan pernikahan,yakni pembentukan keluarga sejahtera

b. Persamaan pendapat tentang bentuk keluarga kelak,jumlah nak dan arah pendidikannya.

c. Mempunyai dasar pernikahan dan hidup keluarga yang kuat kemauan;baik toleransi dan cinta kasih.

Faktor-faktor ini harus dibereskan pemikirannya sebelum pernikahan,apabila hal ini telah dipersiapkan sebelum pernikahan,barulah mereka dapat membina hidup keluarga34

2. Memiliki kematangan Emosi

Kematangan emosi adalah kemanusiaan untuk menyelesaikan diri ,menempatkan diri, dan menghadapi segala macam kondisi dengan suatu cara dimana kita mampu untu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita hadapi saat itu.35

Denga memiliki kematangan emosi seseorang dapat menjaga kelangsungan pernikahannya karena lebih mampu mengelola perbedaan yang pasti ada dalam rumah tangga.

3. Lebih Sekedar Cinta

Ada alas an lain yang lebih baik untuk menikah sebuah pernikahan tidak hanya didasari cinta ataupun keterkaitan pada fisik dan dorongan seksual saja.Tetapi harus di dasari pada komitmen agar tidak terjerumus

34Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta;Gunung Mulia ,1988) Cet ke 9 h.37

35 Muhammad Qorni,Indahnya, Manisnya Bercinta Setelah Menikah (Jakarta : Mustaqim,2002),Cet ke I,h.112

(37)

pada hubungan perzinahan dan hanya ingin mengikuti sunnah nabi dan mengharap ridho allah SWT

4. Mempunyai bekal ilmu

Banyak hal yang harus dipelajari untuk menghadapi kehidupan berumah tangga.Ada kewajiban-kewajiban maupun kebajikan-kebajikan dalam pernikahan yang menuntut kita untuk memiliki ilmunya. Sehingga kita bisa melaksanakan dengan baik dan tidak menyimpan.mengajarkan ilmu agama kepada istri dan anak-anak,mengingatkan dan menasehati Istri,mendapingi suami,dan sebagainya butuh ilmu, bahjkan untuk berjimak pun butuh ilmu tentang sebagaimana berjimak sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw36.Untuk itu orang yang berumah tangga ,kebutuhan bekal ilmu untuk mengurangi bahtera rumah tangganya.

5. Kemampuan memenuhi tanggung jawab

Kemampuan memenuhi tanggung jawab yang haru di pikul oleh seorang suami ataupun oleh seorang istri sehingga kadangkala membuat seseorang takut melakukan pernikahan.Bagi seorang suami akan dipenuhi tanggung jawab untuk memberiokan pakaian ,makan serta rumah tinggal bagi istri dan anaknya.Dan bagi istri memiliki tanggung jawab untuk melayani suami dengan sebaik-baiknya.mengatur rumah tangga,mengurus dan mendidik anak,ketika suami bekerja, dan banyak lagi tanggung jawab yang harus di pikul oleh pasangan suami istri.Untuk itu,sebelum menikah pasangan ini harus siap dengan segala tanggung

36 M. Fauzil Adhim, Saatnya Untuk Menikah, (Jakarta; Gema Insani Press 2000)Cet ke I h.30

(38)

jawab yang akan di pikulnya agar rumah tangga dapat berjalan dengan baik

6. Kesiapan menerima anak

Dalam membentuk sebuah rumah tangga tidak hanya di tuntut kesiapan untuk menikah,tetapi juga dituntut kesiapan untuk membentuk rumah tangga,yakni membentuk keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak.Suami istri harus siap menerima kehadiran anak dalam kehidupan mereka.37

c. Faktor-faktor Pendorong Pernikahan UsiaMuda

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yang sering dijumpai dilingkungan masyarakat, antara lain:

a) Ekonomi

Pasangan yang menikah karena adanya faktor sulitnya kehidupan orangtua yang ekonominya pas-pasan sehingga terpaksa menikahkan anak gadisnya dengan keluarga yang sudah mapan perekonomiannya. Keputusan menikah kadang kala muncul dari inisiatif anak itu sendiri yang ingin meringankan beban ekonomi orangtuanya dengan cara menikah pada usia muda. Dengan menikah di usia muda merekaberharap akan dapat meringankan beban orang tuanya

b) Pendidikan

(39)

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.

c) Faktor orangtua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

d) Media massa

Gencarnya ekspose seks dimedia massa menyebabkan remaja modern kian Permisif terhadap seks.

e) Faktor adat

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.38

d. Dampak Pernikahan UsiaMuda

Berbagai dampak pernikahan usia muda dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Dampak positif

Dampak positif dari Pernikahan usiamuda sebagai berikut: (1)Menghindari perzinahan

Jika ditinjau darisegi agama Pernikahanusiamuda pada dasarnya tidak dilarang,karena dengan dilakukannya perkawinan tersebut mempunyai implikasi dan tujuan untuk menghindari adanya perzinahan

38 Abu Al-Ghazali, Pernikahan Muda; di lema generasi Ekstravaganza, (Bandung:Mujahid Press,2004),cet,h. 42-45

(40)

yang sering dilakukan para remaja yang secara tersirat maupun tersurat dilarang baik oleh agama maupun hukum.

(2)Belajar bertanggungjawab

Suatu perkawinan akan memberikan motivasi/dorongan kepada seseorang untuk bertanggung jawab,baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain (istrinya).

b) Dampak negatif

Dampak negatif dari perkawinan usia muda sebagai berikut: (1)Segi pendidikan

Seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda,tentu akan membawa dampak dalam dunia pendidikan. Dapat diambil contoh, jika seseorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA,tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai.

Selain itu belum lagi masalah ketenagakerjaan, seperti yang ada di dalam masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.

(2)Segi Fisik

Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan fisik,untuk mendatangkan penghasilan baginya, dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

(41)

(3)Segi Mental/Jiwa

Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering mengalami kegoncangan mental,karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosionalnya.

(4)Segi Kelangsungan Rumah Tangga

Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya perceraian.

C.KEHARMONISAN DALAM RUMAH TANGGA 1. Pengertian Keharmonisan rumah tangga

Suatu pernikahan tentunya menginginkan rumah tangga yang harmonis. “Keharmonisan” berasal dari kata “harmonis” yaitu bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni ; seia,sekata. “Keharmonisan” berarti keadaan harmonis,n keselarasan dan keserasian.39Sedangkan “keluarga” adalah kelompok sosial terkecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak.40Berdasarkan defenisi tersebut dapat di ketahui bahwa keharmonisan keluarga adalah tercapainya keadaan harmonis atau serasi dalam suatu keluarga.

39DepartemenPendidikanNasional,KamusBesarBahasaIndonesia,(Jakarta:Gram

edia PustakaUtama,2008)40 ,h. 484

Moh padil trivo suprivatno,sosiologi pendidikan (Malang:maliki press.2010)h.116

(42)

Keharmonisan keluarga merupakan keadaan tercapainya kebahagiaan dan kebersamaan setiap anggota dalam suatu keluarga dan sedikit sekali terjadi konflik, sehingga terbentuklah keluarga yang tenteram dan bahagia.Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat di ketahui bahwa keharmonisan keluarga adalah tercapainya suatu kebahagiaan, ketenteraman, penuh kasih sayang sertya tercapainya komunikasi yang baik setiap anggota keluarga dan sedikit sekali terjadi konflik atau jika terjadi konflik, keluarga tersebut mampu menyelesaikan dengan baik.

1. Aspek-aspek keharmonisan rumah tangga

Setidaknya ada enam aspek yang harus diperhatikan untuk menciptakan keluarga yang harmonis yaitu sebagai berikut:

a. Kehidupan beragama dalam keluarga b. Mempunyai waktu untuk bersama

c. Mempunyai pola komunikasi yang baik bagi sesama anggota keluarga (ayah,ibu,anak)

d. Saling menghargai satu dengan yang lainnya.

e. Masing-masing anggota keluarga merasa terkait dalam ikatan keluarga sebagai kelompok.

(43)

f. Bila terjadi suatru permasalahjan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif dan konstruktif.41

Beberapa aspek di atas mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lain. Keharmonisan dalam keluarga sangat ditentukan oleh tercapainya beberapa aspek di atas.

2. Faktor penentu keharmonisan rumah tangga

Rumah tangga yang harmonis akan terwujud jika masing-masing pasangan suami istri mengetahui dan menjalankan factor-faktor yang dapat mendatangkan keharmonisan dalam berkeluarga yaitu factor utama dan factor pendukung sebagai berikut.

a. Faktor Utama

1. Terpenuhinya kebutuhan lahiriyah

Terpenuhinya kebutuhan lahiriyah berkaitan dengan pemenuhan hak dan kewajiban suami istri dalam kehidupan berumah tangga. Hal itu berkaitan dengan kewajiban istri melayani suami, mengurus anak dan mengurus rumah

2. Terpenuhinya kebutuhan bathiniyah a. Terpenuhinya kebutuhan biologis

Kebutuhan biologis yaitu kebutuhan seksual antara suami istri b. Bersikap lemah lembut

41DadangHawari,Al-Qur’an:IlmuKedokteranJiwadanKesehatan Jiwa,(Jakarta:

(44)

Seorang suami dianjurkan bersikap lemah lembut kepada istrinya, begitupun sebaliknya, tidak boleh saling menyakiti baik secara lisan apalagi dengan kekerasan fisik

3. Terpenuhinya kebutuhan spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan akan pendidikan dan ilmu agama. Terpenuhinya kebutuhan pendidikan ini terkait dengan tingkat pendidikan. Tingginya tingkat pendidikan seseorang akan menambah pengetahuannya tentang cara menciptakan keluarga harmonis. Sedangkan terpenuhinya kebutuhan ilmu agama dapat terlihat dari seringnya mengikuti pengajian atau mendengarkan ceramah tentang keluarga sehingga sering ,mendapatkan siraman rohani yang dapat mendekatkan diri pada allah sehingga mengetahui mana yang boleh di lakukan dan mana yang tidak boleh di lakukan dalam keluarga.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di ketahui bahwa factor utama yang mendatangkan keharmonisan keluarga adalah terpenuhinya kebutuhan lahiriyah, bathiniyah dan spiritual.

b. Faktor pendukung

1. Memanggil pasangan dengan sebutan yang paling di seganinya.

(45)

3. Bersabar dan saling menasehati dengan baik ketika pasangan melakukan hai-hai yang tidak di senangi.

4. Hendaknya suami menjadi tel;adan bagi keluarga.

5. Saling pengertian, saling m,emahami, saling mempercayai dan saling menghormati.

6. Selalu bermusyawarah atau berkomunikasi ketika ada suatu kesulitan atau permasalahan.

7. Dapat mengusahakan sumber kehidupan yang layak untuk keluarga.

Berdasrkan factor-faktor penentu keharmonisan keluarga di atas dapat di ketahui bahwa pernikahan dini juga merupakan factor yang mempengaruhi terciptanya keluarga yang tidak harmonis. Hal itu dapat dilihat dari:

1. Pasangan pernikahan dini belum matang secara ekonomi. Mereka umumnya belum memiliki pekerjaan tetap. Itu berarti bahwa kebutuhan lahiriyah tidak selalu terpenuhi.

2. Pasangan pernikahan dini belum matang secara psikologis. Kondisi ini menyebabjkan mereka mudah marah maupun sedih. Pada saat marah, biasanya muncul kata-kata kasar atau tindakan-tindakan yang

(46)

tidak baik. Hal ini berarti kebutuhan bathiniyah tentang bersikap lemah lembut tidak selalu terpenuhi.

Selain itu belum matang secara psikologis juga mempengaruhi cara menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. Pasangan pernikahan dini umumnya mengabaikan komunikasi dan musyawarah ketika menghadapi masalah.Hal ini berarti factor pendukung keharmonisan keluarga bagian 6 tidak selalu terpenuhi. Dua kondisi di atas dapat memicu konflik dalam rumah tangga.Sehingga dapat di ketahui bahwa pernikahan dini juga termasuk factor yang mempengarhi terciptanya keluarga yang tidak harmonis.

4. Pengaruh Pernikahan Dini terhadap Keharmonisan Keluarga

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang masih berusia muda/ remaja.“Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga masih labil dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan”.52 Teori tersebut menunjukkan bahwa pasangan pernikahan dini masih labil dalam menghadapi masalah.Hal itu dapat menyebabkan permasalahan yang timbul dalam rumah tangga tidak terselesaikan dengan baik tetapi bisa saja justru semakin rumit.

(47)

Perkawinan pada umur yang masih muda akan banyak mengundang masalah yang tidak diharapkan karena segi psikologisnya belum matang. Tidak jarang pasangan yang mengalami keruntuhan dalam rumah tangga karena perkawinan yang masih terlalu muda.Umur yang masih muda cenderung masih labil dalam menghadapi masalah serta menyebabkan seringnya terjadi konflik dan percekcokan yang berujung pada perceraian.

Selain itu, pasangan yang menikah muda juga belum matang secara sosial ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa “Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya denganbertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagaipenopang”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam bidang ekonomi pasangan pernikahan dini belum matang.Hal itu karena mereka umumnya belum memiliki pekerjaan tetap sehingga masih bergantung dengan orangtua atau sering mengalami kesulitan ekonomi.Kesulitan ekonomi ini biasanya menimbulkan pikiran kacau dan menjadikan seseorang lebih emosional.Hal inilah yang biasanya menimbulkan konflik ataupun pertengkaran.Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pernikahan dini berpengaruh pada terbentuknya keluarga yang tidak harmonis.

(48)

5. Kerangka Berpikir

Dalam memperbaiki sebuah masyarakat islam tidak merusak apa yang telah ada, tetapi menyingkirkan hal-hal yang membuat masyarakat itu tidak baik. Dalam rangka melakukan proses pendidikan antar pasangan suami istri haruslah mempunyai “bekal” dalam pembentukan keberagaman bagi anak-anaknya. Untuk itulah persamaan keagamaan (kematangan emosi dan ilmu pengetahuan yang memadai) menjadi landasan utama dalam mewujudkan hal di atas.

Dalam membentuk rumah tangga tidak hanya dituntut kesiapan untuk menikah, tetapi juga dituntut kesiapan untuk membentuk rumah tangga.Berumah tangga dalam artian membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Suami istri harus siap menerima kehadiran seorang anak dalam kehidupan mereka.Banyak kasus pernikahan di usia dini yang tidak siap menerima anak. Pernikahan bagi mereka hanyalah sekedar penghalalan dari hubungan dua insan yang berbeda jenis tanpa mempersiapkan diri dalam menghadapi kehadiran anak sebagai titipan Allah Swt. Banyak kita lihat orang tua yang tidak bisa mengasuh bahkan mendidik anaknya sendiri.

Berdasarkan Uraian diatas dan berdasarkan deskripsi teori maka diduga bahwa orang tua (pasangan yang menikah pada usia dini) berpengaruh negative dalam keharmonisan rumah tangga

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui oleh peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian dapat dianalisis menggunakan metode statistik.42

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar sedangkan yang menjadi objek penelitian yaitu masyarakat di Kecamatan Pasimasunggu Timur khususnya Desa Bonto Jati.penelitian di lokasi ini karena sudah ada yang melakukan pernikahan dini dan lokasi penelitian adalah tempat tinggal peneliti.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini membahas masalah pernikahan usia dini dan pengaruhnya terhadap keharmonisan dalam rumah tangga di Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar . Dari judul tersebut terdapat dua variable penelitian yaitu pernikahan usia dinii sebagai varibel independen (variable bebas/ Variabel mempengaruhi)

(50)

keharmonisan dalam rumah tangga sebagai variable dependen (variable terikat/dipengaruhi).

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.43

D. Defenisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.

Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:

1. Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang di lakukan di bawah usia yang seharusnya serta belum siap dan matang untuk melaksanakan pernikahan dan menjalani kehidupan rumah tangga. 2. Keharmonisan keluarga merupakan keadaan tercapainya

kebahagiaan dan kebersamaan setiap anggota dalam suatu keluarga dan sedikit sekali terjadi konflik, sehingga terbentuklah keluarga yang tenteram dan bahagia.

43Suharsimi arikonto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: PT Rineka cipta,2013) h.161

(51)

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Untuk lebih jelasnya mengenai populasi, berikut ini penulis akan memaparkan arti populasi sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengatakan bahwa:

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi” (Suharsimi Arikunto (1998: 67)44

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran untuk dapat menyimpulkan data, baik berupa benda, manusia, maupun hal-hal yang terjadi dan yang diselidiki secara nyata menurut pandangan kolektif dan berdasarkan ciri-ciri yang telah ditetapkan.45

Sesuai dengan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka yang akan menjadi populasi adalahmasyarakat Desa Bonto Jati Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar yang melakukan pernikahan di bawah umur/pernikahan usia dini sebagai berikut:

44Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktif ), (Jakarta:Bulan Bintang,1998),h.8

(52)

Tabel I Keadaan Populasi

No Tahun Jumlah nikah Usia

Dini

Keterangan

1 2012 2 pasangan Menikah dini

2 2014 4 pasangan Menikah dini

3 2016 6 pasangan Menikah dini

4 2017 4 pasangan Menikah dini

5 2018 2 pasangan Menikah dini

Jumlah 18 pasangan menikah dini

Sumber data: Kantor KUA Kec. Pasimasunggu Timur Kab. Kepulauan Selayar

2. Sampel

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut.46Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data atau keterangan mengenai hal yang di teliti dengan cara meneliti sebagai populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasii yang ada. Jumlah pasangan pernikahan dini di desa Bonto jati tersebut penulis kemukakan dalam tabel sebagai berikut:

46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D (Bandung:Alfabeta, CV.2014) h.81

(53)

Tabel II

Keadaan Sampel

No Nama Pasangan/Usia Saat Menikah Jumlah

Anak

Alamat Rumah

Laki-Laki Usia Perempuan Usia

1 Nur Hasman 20 Wiwik Jusniati 17

Dusun Balla Bulo Barat

2 Junaedi 20 Reski Anti 18

3 Asrung Raping 23 Kaidah 18

4 Ahmad Sahril 21 Nur Liana 19

5 Andi Arung 23 Ariska Ningsih 16

6 Israk 21 Suhesti 18

7 Sahrul 20 Nurul Ismi 16

8 Muh. Ramlan 18 Nur Faliana 16

Dusun Balla Bulo Barat

9 Patta Balang 20 Winy 16

10 Dandi Saputra 18 Nur Hasni 16

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian sehingga mendapatkan data sebagaimana adanya.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006;1630) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

(54)

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data di lapangan mengenai “Pernikahan Usia Dini dan pengarunya terhadap keharmonisan dalam rumah tangga” yaitu: Angket atau Quesioner (quistionnaire) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

1. Pedoman interview yang sering juga disebut wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi atau data-data yang akurat yang diinginkan dari seseorang yang menjadi narasumbernya.

2. Pedoman observasi yaitu pengumpulan data dengan memperhatikan sesuatu atau hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat indera. Observasi bisa dilakukan dengan pedoman sebagai instrumen pengamatan atau tanpa instrumen pengamatan.47

3. Angket adalah sebuah pertanyaan atau pernyataan tertulis dalam bentuk pilihan ganda atau essay yang ditujukan kepada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

4. Catatan dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis, jadi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif, dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh peneliti sendiri dari suatu

47 Muhammad Idrus,Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan

(55)

obyek dan dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, dan peraturan-peraturan pemerintah.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian ini,karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode yaitu penelitian lapangan (field research) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti langsung terjun ke objek yang di teliti melalui:

1. Pedoman interview yang sering juga disebut wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi atau data-data yang akurat yang diinginkan dari seseorang yang menjadi narasumbernya.

2. Pedoman observasi yaitu pengumpulan data dengan memperhatikan sesuatu atau hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat indera. Observasi bisa dilakukan dengan pedoman sebagai instrumen pengamatan atau tanpa instrumen pengamatan.48

3. Angket adalah sebuah pertanyaan atau pernyataan tertulis dalam bentuk pilihan ganda atau essay yang ditujukan kepada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

48 Muhammad Idrus,Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan

(56)

4. Catatan dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis, jadi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif, dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh peneliti sendiri dari suatu obyek dan dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, dan peraturan-peraturan pemerintah.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu mengambarkan mengolah data yang berupa angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis sebagai berikut:

1. Indukatif

Indukatif yaitu teknik menganalisis data yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan:

“Proses berpikir Induktif adalah kebalikan dari berfikir deduktif yakni pengambilan kesimpulan mulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju kepada kesimpuan yang bersifat umum49

(57)

2. Deduktif

Deduktif suatu cara berfikir yang digunakan atau ditempuh dengan melalui cara berfikir yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan secara khusus.

Sutrisno Hadi M mengemukakan pendapatnya tentang berfikir deduktif sebagai berikut,dengan deduktif kita berangkat dari pengetahuan yang umum ini kita hendak menilai sesuatu yang bersifat khusus.50

Sedangkan untuk menganalisis data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh melalui angket maka digunakan rumus persentase darii hasil penelitian

Adapun rumus persentase yaitu:

P= 100%

Keterangan:

F : Frekuensi yang sedang di cari persentasenya N : Jumlah frekuensi/ banyaknya frekuensi P : Angka presentase

50 Sutrisno hadi, M.A. Metedologi Reserch,Jilid I. (Yogyakarta: yayasan Gajah Mada,1980) h.42

Gambar

Tabel I Keadaan Populasi
Tabel II Keadaan Sampel
Gambar 2. Hasil pengisian angket ibu winy
Gambar 4. Hasil wawancara ibu winy
+4

Referensi

Dokumen terkait

kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu Ada pengaruh yang positif antara pernikahan pada usia dini terhadap kehidupan keluarga di Desa Bero Kecamatan Trucuk

Sebelum berlakunya Undang-undang Perkawinan Masyarakat Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung dalam menciptakan kehidupan rumah tangga yaitu sangat

Dari penelitian yang penulis peroleh dapat diperoleh hasil penelitian, bahwa benar adanya dampak pernikahan usia dini terhadap pendidikan anak yaitu berdampak pada pendidikan

Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar faktor pendorong terjadinya pernikahan usia dini di desa kubah sentang yaitu karena

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dengan atas izinnya sehingga skripsi saya yang berjudul : DAMPAK PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP EKONOMI KELUARGA DI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara ketahanan pangan rumah tangga pada pernikahan usia dini dan pernikahan usia ideal di Kecamatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui “ Gambaran perkembangan anak usia dibawah 1 tahun pada orang tua dengan riwayat pernikahan dini

yang sudah memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kerajinan Bonggol Jati Di Desa Bangunrejo Kidul,