• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia harus mampu untuk menjamin pemerataan pendidikan bagi semua pihak dan semua kalangan secara merata. Pemerataan pendidikan tentunya juga diikuti dengan peningkatan mutu dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Di Indonesia telah dicanangkan pemerataan wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu ini dilaksanakan dengan mengolah sumber daya manusia yang ada secara maksimal. Sumber daya manusia dikembangkan oleh tenaga kependidikan yang telah direncanakan, diarahkan dan dilakukan secara terus menerus.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran esensial di sekolah. Keabstrakan dalam matematika menjadi ciri khas tersendiri mata pelajaran ini. Soedjadi (2000:13) menyatakan matematika memiliki karakteristik: (1) memiliki obyek kajian abstrak, (2). Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, 4). Memiliki simbol yang kosong dari arti, (5). Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6). Konsisten dalam sistemnya.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Soedjadi maka pendidikan matematika harus mampu menanamkan konsep-konsep yang abstrak di sekolah dasar. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dalam Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 yaitu mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kenyataan yang terjadi di sekolah dasar, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berbeda dengan tujuan pendidikan dasar yang tertera dalam Badan Standar Nasional Pendidikan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar didominasi oleh guru yang mengajar, sementara itu siswa hanya sebagai pelajar pasif yang hanya mendengar dan mencatat. Kejadian seperti ini diakibatkan karena adanya tuntutan kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian target. Artinya semua materi pelajaran harus selesai diajarkan dan bukan konsep-konsep

(2)

matematika yang harus dipahami oleh siswa. Hal ini menimbulkan penghafalan suatu konsep atau prosedur semata yang nantinya tidak dapat digunakan pada masalah yang lebih kompleks dan tingkat pemikiran yang lebih tinggi.

Febriana Mila Selvinda (2010) dalam penelitiannya mengemukakan ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar, diantaranya siswa kurang memahami dan suasana pembelajaran yang cenderung kaku karena komunikasi lebih banyak didominasi oleh guru. Adanya kendala yang menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini menjadikan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika rendah dibanding mata pelajaran lain, yaitu rata-rata hasil belajar pada tes semester kedua 62 tahun pelajaran 2012/2013.

Ching dan Gallow dalam Amir (2009:3) mengemukakan bahwa pendekatan teacher centered (guru sebagai pusat pembelajaran), sudah dianggap tradisional dan perlu diubah. Ini karena pendekatan teacher centered, dimana pembelajaran berpusat pada pendidik dengan penekanan pada penyebaran materi, sementara siswa kurang aktif. Yang jelas, saat ini pendidik harus lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Sekarang sudah dimunculkan terobosan metode-metode yang lebih berpusat pada siswa (student centered) yang dapat memberi bekal pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan yang akan mereka butuhkan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Dengan membiarkan siswa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran, memungkinkan siswa untuk mengembangkan kecakapan berpikir dan kecakapan mengambil keputusan. Tidak banyak hal yang akan mereka dapat bila partisipasi mereka hanya sebagian kecil saat pembelajaran. Padahal kecakapan inilah yang akan mereka butuhkan di hari kelak.

Metode yang sering digunakan untuk mendukung pendekatan pembelajaran student centered juga mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah metode Make A Match (mencari pasangan). Pembelajaran Make A Match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang sudah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu yang diterima bisa berisi jawaban atau soal. Kemudian siswa mencari pasangan dengan ketentuan cocok dengan kartu yang dibawanya. Masalah yang didapat akan dicari solusinya

(3)

secara bersama dan guru hanya sebagai fasilitator mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar akan didominasi antara siswa dengan siswa. Make A Match benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya.

Make A Match adalah metode pembelajaran dimana kegiatan

pembelajarannya siswa melakukan aktifitas menyatukan atau mencocokkan bangun datar. Penggunaan bangun datar yang ditambah dengan gambar akan merangsang siswa untuk tertarik dan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Reni Yuni Ayu (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil penelitian dan pembahasan matematika menunjukkan Make A Match berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika kelas II SDN Wonorejo II Surabaya pada materi operasi hitung perkalian. Biyono (2012) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Siswa Kelas I SD Madugowongjati 02 Kecamatan Grinsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa penelitian ini berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Piaget dalam teori Dienes, perkembangan kognitif anak sekolah dalam fase operasional kongkret (6-12 tahun), anak memiliki pengetahuan melalui benda-benda kongkret. Pembelajaran dengan menggunakan benda konkret sangat membantu anak memahami konsep-konsep yang abstrak. Manipulasi dan interaksi aktif dengan lingkungan akan mempunyai peran yang besar bagi perkembangan intelektual anak. Interaksi dengan lingkungan akan menambah informasi baru bagi pengetahuan anak yang mengharuskan anak untuk memperluas pengetahuan yang ada dan membuat informasi baru.

Materi pengetahuan matematika yang abstrak namun bisa dijelaskan dengan hal kongkrit dapat berpedoman pada teori permainan Dienes. Pada teori permainan Dienes ini bukanlah hanya sekedar bermain. Dalam permainan, pengetahuan pebelajar akan dibawa menuju konsep-konsep abstrak. Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan pada penyampaian pembelajaran matematika. Selain terkait dengan teori belajar Piaget, teori permainan Dienes

(4)

juga terkait dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).

Penelitian yang menggunakan penerapan teori Dienes adalah salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah Hamidah yang menyatakan bahwa penerapan teori Dienes dapat mengatasi kesulitan Belajar pada soal cerita operasi campuran di kelas III SDN Capang I Purwodadi, Pasuruhan.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Utami Isnandra dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Permainan Berbasis Teori Dienes Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Siswa Kelas II SD Negeri Dadaprejo 01 Batu” dan menghasilkan simpulan bahwa: Penerapan model permainan berbasis teori Dienes pada pokok bahasan perkalian siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 01 Batu, Malang secara signifikan meningkat. (http : library.umm.ac.id).

PAKEM diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar, maka dari itu diperlukan adanya suatu kegiatan pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan hasil belajar. Wahyudi (2011:115) mengemukakan perlu diusahakan perbaikan pembelajaran yang sudah ada dengan paradigma belajar. Proses pembelajaran lebih difokuskan pada pengaktifan siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep, melakukan refleksi, abstraksi, formulasi dan aplikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan pembelajaran matematika mencari pasangan (Make A Match).

Pembelajaran yang selama ini masih terjadi dalam kelas adalah sebagian besar pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa menjadi pendengar pasif dan hanya mencontoh hal yang dikerjakan guru di depan kelas dan belum tertarik pada pembelajaran. Hal ini terlihat pada observasi awal, siswa yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru atau temannya masih sangat sedikit. Terkadang dalam satu kali pertemuan tidak ada satu pun siswa yang bertanya atau menjawab.

Make A Match akan lebih menarik, bermakna dan menyenangkan siswa ketika dikombinasikan dengan permainan Dienes. Ini dapat menciptakan kompetisi yang sehat antar sesama siswa dengan pasangannya untuk menyelesaikan masalah bersama. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa agar terarah pada pengetahuan yang baru bagi siswa.

(5)

Teori belajar Dienes dalam metode pembelajaran Make A Match akan sangat menarik jika diterapkan dalam pembelajaran khususnya di SDN Pakopen 02. Pembelajaran dengan mencari pasangan didesain dalam bentuk permainan sedemikian rupa sehingga siswa terlibat aktif selama pembelajaran dan lebih bermakna bagi siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: apakah penerpan metode Make A Match yang dikombinasikan dengan teori Dienes mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika Kelas V Semester 2 SD N Pakopen 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan metode pembelajaran Make A Match yang dikombinasikan dengan teori Dienes dan metode konvensional.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam karya tulis ilmiah yang membahas tentang penggunaan metode Make A Match yang dikombinasikan dengan teori Dienes pada mata pelajaran matematika.

1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Guru

- Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran.

- Dengan mengetahui pola-pola cara belajar siswa maka guru dapat menyesuaikan proses belajar mengajar yang diciptakan, misalnya menerapkan metode mengajar dengan teori belajar.

(6)

b. Bagi Siswa

- Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal.

- Melatih siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan benda bangun datar.

c. Bagi Sekolah

- Diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tipe arus laut di Selat Toyapakeh adalah arus pasang surut yang bergerak ke arah tenggara saat pasang dan ke arah

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan/kegagalan atau tercapai/tidak tercapainya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

Kesimpulan pada hasil penelitian pengaruh macam varietas dan sistem jajar legowo terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi ( Oryza sativa L .) adalah

"Ya Allah jadikanlah aku lebih baik daripada apa yang mereka sangkakan, dan jangan hukum aku lantaran apa yang mereka katakan, dan ampuni aku berkaitan dengan apa yang

Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pemberian benziladenin (BA) dengan konsentrasi (0 – 30) mg L -1 tidak berpengaruh nyata pada semua variabel