• Tidak ada hasil yang ditemukan

cbr ppd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "cbr ppd"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Harmoko (2005), kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, Harmoko (2005), kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena  percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.  percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa, Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa, sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil Masa remaja adalah masa goncang yang sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil Masa remaja adalah masa goncang yang terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional. Perubahan-perubahan terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional. Perubahan-perubahan emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri dan emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri dan faktor dari lingkungan.

faktor dari lingkungan.

Perkembangan emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia Perkembangan emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia remaja cenderung memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis remaja cenderung memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis sehingga perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada sehingga perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada emosi yang positif.

emosi yang positif.

Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah sehingga perlu Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah sehingga perlu upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar emosinya dapat terkontrol upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar emosinya dapat terkontrol dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat memperbaiki moral remaja.

dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat memperbaiki moral remaja. 1.2 Rumusan Masalah

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah “Critical Book Report Perkembangan Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah “Critical Book Report Perkembangan Peserta Didik 

Peserta Didik ” ” ini ini adalah adalah :: 1.

1. Apa identitas buku yang dibandingkan ?Apa identitas buku yang dibandingkan ? 2.

2. Bagaimana ringkasan buku yang dibandingkan ?Bagaimana ringkasan buku yang dibandingkan ? 3.

3. Apa kelemahan dan kelebihan kedua buku Apa kelemahan dan kelebihan kedua buku yang dibandingkan ?yang dibandingkan ? 4.

4. Apa kesimpulan yang didapat sesudah membandingkan kedua buku ?Apa kesimpulan yang didapat sesudah membandingkan kedua buku ? 1.2

(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1.IDENTITAS BUKU

A. Buku Pertama

Judul buku : Perkembangan Peserta Didik

Penulis : Prof.Dr.H.Sunarto & Dra.Ny.B.Agung Hartono Penerbit : Rineka Cipta

Tahun Terbit : 2008

ISBN : 978-979-518-826-1 Jumlah Halaman : 245 hlm

Bab Pembahasan : Perkembangan Emosi pada Remaja Usia Sekolah Menengah Cover Buku

(3)

B. Buku Kedua

Judul buku : Perkembangan Peserta Didik Penulis : Prof.Dr.Sudarwan Danim Penerbit : Alfabeta,Bandung

Tahun Terbit : 2010

ISBN : 978-602-880-043-3 Jumlah Halaman : 182 hlm

Bab Pembahasan : Perkembangan Emosi pada Remaja Usia Sekolah Menengah Cover Buku :

(4)

2.2 Ringkasan Isi Buku A. Ringkasan Isi Buku 1

PERAN GURU BIDANG STUDI/WALIKELAS/ PKS III/ KEPSEK/ ORANGTUA/KAKAK ABANG/ SAHABAT MEMBANTU MENGEMBANGKAN PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA USIA SEKOLAH MENEGAH

Faktor kematangan dan pengalaman belajar, juga kondisi lainnya mempengaruhi  perkembangan emosi seseorang. Pada perkembangan emosi peserta didik, pengaruh faktor  belajar lebih penting karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan. Terdapat berbagai cara untuk mengendalikan lingkungan dan pengalaman belajar emosi, baik untuk memperkuat pola reaksi emosi yang diinginkan, atau menghilangkan pola reaksi yang tidak diinginkan.

Perkembangan emosi dapat dipelajari antara lain dengan cara atau metode berikut. 1. Belajar emosi dengan cara coba dan ralat (trial and error), terutama melibatkan aspek reaksi. Anak mencoba-coba dalam mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat diterima.

2. Belajar dengan cara meniru (imitasi) dilakukan melalui pengamatan yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain. Anak belajar bereaksi dengan cara yang sama dengan ekspresi dari orang yang diamati dan ditiru perilakunya.

3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (identifikasi) dengan orang lain yang dikagumi atau mempunyai ikatan emosional dengan anak lebih kuat dibandingkan dengan motivasi untuk meniru sembarang orang.

4. Belajar melalui pengkondisian berarti belajar perkembangan emosi dengan cara asoiasi atau menghubungkan antara stimulus (rangsangan) dengan respon (reaksi). Pengkondisian lebih cepat terjadi pada anak kecilyang mempelajari perkembangan perilaku karrena anak kurang mampu menalar, dan kurang pengalaman.

5. Belajar melalui pelatihan (training) dibawah bimbingan dan pengawasan guru atau orang tua. Dengan pelatihan, anak dirangsang untuk bereaksi terhadap hal-hal tertentu dan belajar mengendalikan lingkungan atau emosi dirinya.

Pada diri setiap individu, termasuk peserta didik usia SD/MI, ada emosi dominan yaitu satu atau beberapa emosi yang menimbulkan pengaruh terkuat terhadap perilaku seseorang dan mempengaruhi kepribadian anak, khususnya dalam penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi dominan ini biasanya terbentuk dan bergantung pada lingkungan tempat anak hidupa dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang berarti atau berpengaruh dalam kehidupannya, seperti kondisi kesehatan, suasana rumah, hubungan dengan anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya, perlindungan aspirasi orang tua, serta cara mendidik dan  bimbingan orang tua.

(5)

Emosi dominan ini akan mewarnai temperamen anak dan bersifat menetap. Anak yang bertemperamen periang akan memandang ringan rintangan yang menghalangi langkahnya. Demikian juga, besarnya pengaruh emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang dan kebahagiaan menyebabkan timbulnya perasaan aman yang akan membantu anak dalam menghadapi masalah dengan penuh ketenangan, kepercayaan dan keyakinan dapat mengatasinya, bereaksi terhadap rintangan denga ketegangan emosi yang minimal, dan dapat mempertahankan keseimbangan emosi.

Kesimbangan emosi dapat diperoleh melalui cara :

(1) pengendalian lingkungan dengan tujuan agar emosi yang tidak/kurang menyenangkan dapat cepat diimbangi dengan emosi yang menyenangkan; dan

(2) mengembangkan toleransi terhadap emosi yaitu kemampuan untuk menghambat  pengaruh emosi yang tidak menyenangkan (marah, kecemasan, dan frustrasi) dan belajar

menerima kegembiraan dan kasih sayang. Terjadinya ketidakseimbangan antara emosi yang menyenangkan dan tidak menyenagkan akan membuat anak menjadi murung, cepat marah, dan watak negatif lainnya. Untuk itu diperlukan “katarsis emosi” yaitu keluarnya energi emosional yang dapat mengakngkat sebab terpendam, dan sekaligus membersihkan tubuh dan jiwa dari gangguan emosional. Kondisi emosi yang meninggi antara lain disebabkan oleh kondisi fisik (kesehatan buruk, gangguan kronis, perubahan dalam tubuh), kondisi psikologis (kecerdasan rendah, kecemasan, kegagalan mencapai aspirasi), dan kondisi lingkungan (ketegangan karena pertengkaran, sikap orang tua/guru yang otoriter, dll).

Pelatihan kecerdasan emosional dimulai dengan cara mengenali diri (kekuatan,kelemahan, cita-cita, dan harapan) serta perasaan-perasaan yang ada pada diri seseorang, termasuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosi dengan perilaku yang dapat diterima. Belajar mengendalikan perasaan atau emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran emosi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Untuk mencapai  pengendalian emosi, seseorang perlu memberikan perhatian pada aspek mental emosi sebanyak perhatiannya pada aspek fisik. Jadi, selain belajar cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi, anak juga harus belajar cara mengatasi reaksi yang biasa menyertai emosi tersebut. Anak harus mampu menilai rangsangan dan menentukan reaksi emosinya secara benar. Tercapainya pengendalian emosi penting bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Semua kelompok sosial mengharap bahwa semua anak belajar mengendalikan emosinya. Semakin dini anak belajar mengendalikan emosinya, semakin lebih mudah pula mengendalikan dirinya.

(6)

B. RINGKASAN ISI BUKU II

PERAN GURU BIDANG STUDI/ WALI KELAS / PKS III/KEPSEK/ ORANGTUA/KAKAK ABANG/ SAHABAT MEMBANTU MENGEMBANGKAN PERKEMBANGAN EMOSi REMAJA USIA SEKOLAH MENEGAH

Masa remaja merupakan masa peralihan antara kanak –  kanak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan kematangan fisik, mental, sosial, dan emosi. Pada masa ini, remaja memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar  –   kobar sedangkan  pengendalian diri belum sempurna. Untuk itu, guru jangan sampai memadamkan emosi yang  berkobar itu, tetapi berusaha mengarahkan ke arah yang positif dan bermanfaat bagi remaja,

dengan memberikan pengarahan, bimbingan, dan menjadi contoh yang baik bagi remaja. Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan  beberapa cara yaitu:

a. Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.

 b. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat –  akibat yang muncul karena kegagalan.

c. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.

d. Memahami emosi anak.

e. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.

f. Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau  penilaian.

Setelah mengetahui bagaimana tipe remaja dalam mengekspersikan dirinya, orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam membimbing anaknya saat masa remaja, dengan cara berikut :

(7)

Ø Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan2 yang terjadi di dalam dirinya.

Ø Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.

Ø Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua serta reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.

Ø Menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan2 yang positif, memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak, “mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.

Ø Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria dan wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.

Ø Masalah-masalah seksualitas, kelainan seksual dan pengaruh buruk yagn ada di masyarakat.

Tidak hanya rema ja yang belajar menghadapi kehidupananya yang “baru” tetapi orang tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan2 dan menemukan cara terbaik untuk menghadapinya.

Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang positif  bagi perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik bagi remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang perlu diperhatikan agar remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :

1.Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain dengan teman sebaya dan kapan membantu orang tua.

2.Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dalam  berhubungan dengan teman-teman sebayanya.

3.Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif. 4. Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.

5. Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.

6. Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan teman-teman remaja yang lain.

Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosional , salah satu di antar anya adalah dengan menggunakan

(8)

 b. Mengungkapkan perasaan, c. Menilai intensitas perasaan, d. Mengelola perasaan,

e. Menunda pemuasan,

f. Mengendalikan dorongan hati, g. Mengurangi stress, dan

h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.

2. Pengembangan keterampilan kognitif

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah sebagai berikut.

a. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.

 b. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.

c. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.

d. Belajar memahami sudut pandang orang lain.

e. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.

f. Belajar bersifat positif terhadap kehidupan. g. Belajar mengembangkan kesadaran diri. 3. Pengembangan keterampilan perilaku

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku individu adalah sebagai berikut.

a.Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal.  b.Mempelajari keterampilan komunikasi verbal

Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosional adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya terdapat materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori (2010:74-75) yang kemudian diberi nama Self-Science Curiculum sebagaimana dipaparkan berikut ini.

(9)

a. Belajar mengembangkan kesadaran diri

Caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan respons emosional.

 b. Belajar mengambil keputusan pribadi

Caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang menguasai suatu keputusan, pikiran, atau perasaan, serta menerapkan pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat terlarang.

c. Belajar mengelola perasaan

Caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk mengungkap pesan-pesan negatif yang terkandung di dalamnya, menyadari apa yang ada di balik perasaan, menemukan cara-cara untuk menangani rasa takut, cemas, amarah dan kesedihan.

d. Belajar menangani stress

Caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yang terarah, dan metode relaksasi.

e. Belajar berempati

Caranya adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.

f. Belajar berkomunikasi

Caranya adalah berbicara mengenai perasaan secara efektif, yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan sesorang dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.

(10)

i. Belajar menerima diri sendiri

Caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali kekuatan dan kelemahan diri anda, serta belajar mampu untuk menertawakan diri anda sendiri.

 j. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

Caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan dan tindakan pribadi, serta menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.

k. Belajar mengembangkan ketegasan

Caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa marah atau berdiam diri.

l. Mempelajari dinamika kelompok

Caranya adalah mau bekerja sama, memahami kapan dan bagamana memimpin, serta memehami kapan harus mengikuti.

m. Belajar menyelesaikan konflik

Caranya adalah memahami bagaimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menang-menang (win-win solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.

(11)

2.3 PERBANDINGAN KEDUA BUKU A. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pertama

a. Kelebihan Buku Pertama

1. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami pembaca.

2. Bagian sub bab buku dibuat dengan jelas. Isi sub bab lengkap dan terperinci.

3. Memiliki kajian lanjutan yang berupa pengetahuan umum yang lebih luas mengenai sub bab. Dengan adanya kajian lanjutan tersebut pembaca diajak untuk lebih mendalami dan lebih mengkaji lagi materi yang disampaikan.

4. Dengan dipaparkannya materi tentang peran guru,orangtua, teman dan keluarga maka kita sebagai pembaca bisa menerapkan sesuai dengan  peranan diri kita kita tempatkan sebagai apa . kita bisa mengetahui  peran-peran apa yang selayaknya kita terapkan untuk perkembangan

emosi peserta didik ataupun remaja usia menengah  b. Kelemahan Buku Pertama

1. Masih terdapat beberapa kesalahan pengetikan dalam buku

2. Jika dibandingkan dengan bab pembahasan pada buku kedua buku ini tidak membahas tentang upaya mengembangkan emosi remaja dan  bagaimana implikasinya bagi pendidikan

3. Tidak memiliki soal latihan yang sangat membantu dalam mengasah  pemahaman pembaca.

(12)

B. Kelebihan dan Kelemahan Buku Kedua a. Kelebihan Buku Kedua

1. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami pembaca 2. Memiliki soal latihan yang membantu pemahaman pembaca. 3. Terdapat bagan dan tabel serta gambar pendukung isi buku. 4. Bagian isi ditulis dengan jelas dan terperinci

5. Pada bab pembahasan ini memaparkan materi tentang peranan guru, orangtua, keluarga untuk perkembangan emosi remaja usia menengah sehingga dengan materi tersebut pembaca bisa membuatnya menjadi acuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menempatkan posisinya sebagai apapun yang memang bisa mendukung perkembangan emosi peserta didik atau remaja usia menengah selain itu juga pada buku ini menerapkan  bagaimana upaya mengembangkan emosi remaja dan bagaimana implikasinya  bagi pendidikan

 b. Kelemahan Buku Kedua

1. Masih terdapat beberapa kesalahan pengetikan.

2. Masih terdapat istilah-istilah asing yang tidak disertai dengan artinya sehingga hal tersebut dapat membuat pembaca agak kesulitan dalam memahami  penyampaian materinya

3. Tidak memiliki soal latihan yang sangat membantu dalam mengasah  pemahaman pembaca.

(13)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal. Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.

3.2 Saran

Usaha untuk mengembangkan emosi remaja, yaitu :adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-emosi negatif,adanya latihan  beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah, mempelajari secara mendalam

kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif remaja muncul dan menghindari kondisi-kondisi itu, membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya membicarakan masalah pribadi itu kepada oran g-orang yang dipercayainya. a

Referensi

Dokumen terkait

karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik maka. dengan mudah mengelola emosi-emosi secara efektif,

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki kemampuan mengenali emosi dirinya sendiri, mampu mengelola emosi yang

Dari hasil analisis pengaruh antara kecerdasan emosi remaja dengan perilaku seks pada remaja, diperoleh 35 (81.4%) dari 43 responden yang memiliki kecerdasan

Oleh karena itu perawat agar mempertahankan kecerdasan emosional dalam aspek mengenali emosi diri dan mengembangkan aspek mengelola emosi dalam hal mengontrol diri

Kegiatan mendongeng sambil bermain ini diasumsikan memiliki keterkaitan dengan lima aspek kecerdasan emosional, antara lain mencakup kemampuan mengenali emosi diri sendiri,

Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dan religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial remaja, artinya remaja yang memiliki

Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki kemampuan mengenali emosi dirinya sendiri, mampu mengelola emosi yang

Peran yang dilakukan pengasuh dalam mengembangkan kemandirian remaja pada aspek kemandirian emosional yaitu pengasuh memberikan nasehat kepada remaja agar remaja dapat mengontrol emosi,