STANDARD OPERATING PROCEDURE
PENGAWASAN PELAKSAAN PEKERJAAN
DIBUAT OLEH :
1. FRENGKI RONSUMBRE
NIM. 21010113420056
2. MUJI SISWATI
NIM. 21010113420058
3. RAYMOND BENARDUS MUNTHE
NIM. 21010113420049
4. WAHYUDIN
NIM. 21010113420054
TUGAS
MANAJEMEN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Ir. Irawan Wisnu W., MS
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN REKAYASA INFRASTRUKTUR
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MMRI 2014 UNDIP 1
1. ACUAN
a) Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
b) Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; c) Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; d) Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
e) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; f) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan;
g) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;
h) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
i) Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi;
j) Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;
k) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 369/KPTS/M/2001 Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; l) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;
m) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi;
n) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 362/KPTS/M/2004 tentang Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; o) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No. 02/SE/M/2001 tentang Tata Cara
MMRI 2014 UNDIP 2 diatas Lima Puluh Milyar rupiah;
p) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No.IK0106-Mn/66 Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi Dalam Rangka Pengadaan yang dilaksanakan Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2002.
2. DEFINISI PROYEK
Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003).
Sedangkan arti kata manjemen yaitu pengelolaan, hal ini menunjukkan bahwa manajemen proyek adalah merupakan tata cara/dan atau pengelolaan proyek yang terdiri dari kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi atausumber daya (manusia, material, peralatan, keuangan, metode/teknologi) untukmenghasilkan barang/jasa yaitu berupa konstruksi jalan dan jembatan, yangdiharapkan ada
keuntungan yang didapat dari pemanfaataan jalan dan jembatan sebagai sarana perhubungan darat atau transportasi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dalam periode tertentu yaitu selama umur rencana / efektif konstruksi jalan dan jembatan.
Maka dalam pelaksanaan proyek, bagi para penyelenggara proyek terutama pelaksana/pemborong hendaknya dapat melaksanakan tugas secara professional dalam menyediakan seluruh faktor-faktor produksi atau sumber daya yang diperlukan oleh suatu proyek, untuk memenuhi maksud dan tujuan proyek secara sukses yaitu dicapainya standar mutu yang disyaratkan, biaya dan waktu yang telah ditetapkan. Proyek dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah baik teknis maupun administrasi yang pada akhirnya proyek tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak. Salah satu penyebab umum dari kesulitan dalam
MMRI 2014 UNDIP 3 melaksanakan proyek adalah kurang dipahaminya proyek itu sendiri secara benar sehingga tidak dapat memperhitungkan secara teliti dan tepat semua faktor-faktor produksi/sumber daya proyek yang diperlukan untuk menentukan secara pasti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, dalam hal ini proyek adalah pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
Di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan akan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi yang harus diperhitungkan, terutama pekerjaan jalan dan jembatan yang sangat rawan dilaksanakan pada musim hujan. Hal ini akan menuntun kearah situasi yang tidak menguntungkan apabila ternyata musim hujan tidak sesuai yang diperkirakan maka waktu penyelesaian proyek dapat terganggu. Apapun alasannya perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi harus dihindarkan, kecuali memenuhi alasan yang dapat diterima sesuai dengan kontrak (pekerjaan tambah, perubahan desain, keadaan diluar kehendak seperti bencana alam, dan sebagainya).
Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek dilakukan pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan dan tahapan-tahapan kegiatan proyek serta peranan/tugas penyelenggara proyek menyangkut hak dan kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa akan melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan menyusun metoda kerja.
Umumnya pimpinan pelaksana yang ditugaskan dilapangan telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi tidak berarti bahwa sudah menguasai manajemen proyek secara menyeluruh dan mendetail, menganalisa secara teliti setiap kegiatan dan kesulitan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
MMRI 2014 UNDIP 4 Adapun hubungan antara masing-masing kegiatan dan fungsi dapat digambarkan merupakan suatu hubungan siklus manajemen proyek sebagai berikut:
Gambar 1.0 Hubungan siklus manajemen proyek/konstruksi
Keterangan gambar:
P = planning; perencanaan/rencana kerja O = organizing; organisasi kerja
A = actuating; pelaksanaan pekerjaan C = controlling; kontrol/pengendalian kerja
MMRI 2014 UNDIP 5
3. URUTAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
a) biasanya dalam kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek harus diselesaikan secara berurutan sesuai dengan tahapan kegiatan dalam mencapai sasaran proyeK seperti contoh spesifikasi dibawah ini:
b) lingkup dan urutan kegiatan pekerjaan dapat dijelaskan secara diagram seperti gambar di bawah ini:
survei lapangan termasuk peralatan pengujian yang diperlukan dan penyerahan laporan oleh kontraktor.
30 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor
peninjauan kembali rancangan oleh Direksi Pekerjaan selesai
60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor, walau keluarnya detail pelaksanaan dapat bertahap setelah tanggal ini.
pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dan bahu jalan selesai.
60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor
pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian dan timbunan, pemasangan perlengkapan jalan dan pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.
90 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor
Pekerjaan drainase selesai. Sebelum dilaksanakan kegiatan overlay
MMRI 2014 UNDIP 6
MMRI 2014 UNDIP 7
MMRI 2014 UNDIP 8
MMRI 2014 UNDIP 9
4. SUMBER DAYA MANUSIA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
Sumber daya manusia untuk pekerjaan konstruksi dibutuhkan kemampuan profesi keterampilan dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi, menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan (untuk tenaga terampil) dan atau kefungsian dan atau keahlian (untuk tenaga ahli) tertentu. Oleh karena itu tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan perlu dilakukan sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja, seperti ahli pengawas dan ahli pelaksana konstruksi jalan dan jembatan.
Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi dan kualifikasi bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti pengakuan berupa sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga yang deserahi wewenang melakukan sertifikasi.
Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama (PP No. 28/2000 pasal 11 ayat 2). Selengkapnya ketentuan Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian Kerja tenaga kerja konstruksi sesuai dengan PP No. 28/2000 pasal 15 sebagai berikut:
a) tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat;
b) sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keterampilan
MMRI 2014 UNDIP 10 tertentu;
c) sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahlian tertentu;
d) sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga;
e) pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari lembaga.
Tenaga terampil/ahli yang perlu dilengkapi dengan sertifikat keterampilan/keahlian dan disyaratkan pada kontrak konstruksi jalan dan jembatan, antara lain:
a) Jabatan personil pekerjaan jalan: 1. General Superintendent 2. Highway Engineer 3. Material Engineer Pekerjaan jembatan : 1) General Superintendent 2) Bridge Engineer
b) Persyaratan pendidikan personil:
Persyaratan minimum pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum pendidikan sarjana muda atau yang sederajat didang teknik sipil.
c) Persyaratan pengalaman kerja personil: 1) pekerjaan konstruksi jalan :
persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama (similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada
MMRI 2014 UNDIP 11 beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut:
1) 3 tahun untuk General Superintendent 2) 2 tahun untuk Highway Engineer 3) 2 tahun untuk Material Engineer
persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang sama(similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut:
1) 6 tahun untuk General Superintendent 2) 5 tahun Highway Engineer
3) 5 tahun Material Engineer 2) Pekerjaan konstruksi jembatan
persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama (similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 1) 3 tahun untuk General Superintendent
2) 2 tahun untuk Bridge Engineer
persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang sama (similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut:
1) 6 tahun untuk General Superintendent 2) 5 tahun Bridge Engineer
Adapun secara umum tenaga kerja terampil untuk pekerjaan Jalan dan Jembatan dapat dikelompokan biasanya antara lain :
a) tenaga yang langsung bekerja dalam konstruksi 1) kepala pelaksanan;
MMRI 2014 UNDIP 12 3) pelaksana dan pekerja pekerjaan jembatan;
4) pelaksana dan pekerja pekerjaan tanah;
5) pelaksana dan pekerja pekerjaan struktur beton dan jembatan; 6) pelaksana dan pekerja base camp;
7) kepala mekanik dan pekerja operator alat-alat berat dan sopir, dll. b) tenaga yang membantu pada kegiatan pengujian kualitas pekerjaan:
1) kepala dan pekerja survey/pengukuran; 2) kepala dan pekerja pengujian/laboratorium; 3) bagian supervisi/inspeksi intern manajemen.
c) tenaga yang membantu pada kegiatan umum dan administrasi, pengadaan dan keuangan proyek :
1) kepala dan staf administrasi personalia;
2) kepala bagian keuangan/akuntan dan staf administrasi keuangan; 3) kepala bagian dan staf hukum/hubungan masyarakat;
4) kepala bagian dan staf logistik;
5) kepala bagian dan personil pengamanan;
6) kepala bagian dan staf kesehatan/keselamatan kerja.
d) Sedangkan tenaga kerja konstruksi yang dimasukan dalam diperhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, biasanya antara lain:
1) pekerja; 2) tukang; 3) mandor; 4) operator; 5) pembantu operator; 6) sopir; 7) pembantu sopir;
MMRI 2014 UNDIP 13 8) mekanik;
9) pembantu mekanik; 10) kepala tukang.
MMRI 2014 UNDIP 14
5.
TAHAP AWAL PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK
5.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
2. Mobilisasi
2.1 Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek.
2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam kontrak.
3. Demobilisasi
3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi
MMRI 2014 UNDIP 15 proyek, dan persyaratan-persyaratan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi.
5.2. SURVEI
1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi survei penelitian hasil desain konstruksi, survei topografi, survei utilitas, penyelidikan tanah, survei hidrologi dan hidrolika dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.
2. Survei Penelitian Hasil Desain Konstruksi
2.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib melakukan penelitian terhadap desain konstruksi yang terdapat dalam kontrak.
2.2 Bila terdapat hal-hal yang meragukan dalam desain konstruksi, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana, Konsultan dan PPK.
2.3 Perbaikan terhadap desain (review desain) diusulkan oleh Kontraktor oleh PPK untuk mendapat persetujuan.
3. Survei Topografi
3.1 Kontraktor harus mengadakan pengukuran-pengukuran serta pemasangan patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan dan bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran tersebut sehingga dapat dijadikan benchmark sebagai titik acuan elevasi dan posisi bangunan. Patok-patok serta tanda harus dijaga sedemikian rupa sehingga kedudukannya tetap serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung.
3.2 Kesalahan-kesalahan terjadi sebagai akibat kelalaian didalam menentukan ukuran selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab
MMRI 2014 UNDIP 16 Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap gambar-gambar dan ketentuan yang ada.
4. Survei Utilitas
4.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan survei utilitas yang berada dilokasi pekerjaan.
4.2 Kontraktor sebelum mengadakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan tim direksi/PPK untuk mengetahui kondisi utilitas yang ada dilokasi pekerjaan.
4.3 Hasil survey harus dibuat dokumentasi yang baik sebagai alat kerja.
5. Penyelidikan Tanah
5.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan penelitian terhadap hasil penyelidikan tanah yang digunakan dalam proses desain. 5.2 Jika terdapat hal – hal yang belum diperhitungkan atau meragukan,
Kontraktor dapat melakukan penyelidikan tanah tambahan.
5.3 Dalam melakukan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan PPK.
6. Survei Hidrologi dan Hidrolika
Kontraktor harus melakukan survei hidrologi dan Hidrolika untuk memastikan bahwa akibat yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan tidak menimbulkan dampak negative seperti banjir, penyumbatan dan lain-lain.
MMRI 2014 UNDIP 17
5.3 RUANG KERJA
1. Ruang Kerja (Right Of Way)
1.1 Ruang kerja akan menjadi lahan sementara atau permanen untuk melaksanakan pekerjaan. Konsultan harus menentukan lebar efektif dan batas-batas ruang kerja.
1.2 Kontraktor harus memperhatikan ruang kerja sebagaimana ditetapkan oleh Konsultan.
1.3 Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan ruang kerja tambahan yang diperlukan untuk penyimpanan material, peralatan dan lain – lain atas biaya sendiri.
2. Perijinan
2.1 Setiap perijinan yang dibutuhkan untuk memindahkan material dan peralatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.2 Kontraktor akan melakukan survey untuk mengetahui kondisi – kondisi dan kesulitan yang mungkin ditemui dalam pengangkutan material, pengangkutan peralatan, dan lain – lain.
3. Pembersihan Lokasi Kerja
3.1 Wilayah kerja harus dipelihara secara tertib dan bebas dari hambatan untuk memberikan kondisi terbaik yang mungkin untuk berbagi operasi dan instansi yang diperlukan.
3.2 Limbah dan puing – puing harus dihilangkan dari lokasi kerja.
5.4 DIREKSI KEET DAN GUDANG 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pembuatan direksi keet dan gudang yang digunakan untuk tempat pertemuan dan penyimpanan barang sementara di lapangan.
MMRI 2014 UNDIP 18
2. Persyaratan Teknis
2.1 Material
1) Direksi keet dibuat dengan rangka kayu kelas III, dengan triplek tebal lebih besar/sama dengan 4 mm, atap seng gelombang BJLS 25, lantai plesteran dengan campuran 1 PC : 5 PC, tebal = 10 cm, kaca nako, daun pintu dari triplek, dicat.
2) Di direksikeet harus dilengkapi dengan :
No Item Volume
1 Papan Nama 1 bh
2 Meja 1 bh
3 Kursi 4 bh
4 Kalender 1 bh
5 Kotak Obat 1 set
6 Papan Tulis/ White board 1 bh
7 Papan Informasi 1 bh
8 Papan untuk menempel Gambar kerja 1 bh
3) Setelah pekerjaan selesai, lokasi yang digunakan sebagai direksikeet dan gudang harus dibongkar dan dibersihkan.
5.5 FASILITAS OPERASIONAL 1. Ruang Lingkup
Fasilitas operasional kerja perlu dilengkapi oleh Kontraktor antara lain seperti alat komunikasi, operasional kantor kontraktor, listrik/penerangan, dan lain – lain sesuai kebutuhan di lapangan.
MMRI 2014 UNDIP 19
2. Alat Komunikasi
2.1 Kontraktor harus menyediakan peralatan komunikasi berupa HT dilengkapi dengan RIG (bila perlu) yang diperlukan untuk komunikasi. 2.2 Jika penguat/booster diperlukan, antenna booster harus disediakan untuk
menjamin komunikasi yang baik/lancer antara alat komunikasi didalam seluruh area pekerjaan, termasuk ke stasiun terdekat.
3. Listrik dan Penerangan
3.1 Menyediakan dan memelihara semua penerangan sementara dan tenaga listrik sementara yang diperlukan untuk konstruksi.
3.2 Menyediakan koneksi ke semua peralatan konstruksi yang memerlukan tenaga listrik.
3.3 Menyediakan dan memelihara tenaga listrik sementara untuk peralatan mekanik permanen memerlukan layanan tenaga listrik sampai tenaga listrik tetap dapat digunakan.
3.4 Menyediakan penerangan lapangan sementara untuk keamanan sesuai dengan arahan PPK/Konsultan.
3.5 Menyediakan grounding untuk semua perangkat sesuai standar yang berlaku.
3.6 Menyediakan semua item yang diperlukan untuk penerangan.
3.7 Menyediakan dan menjaga semua peralatan layanan sementara sampai kerja permanen terinstal dan diaktifkan.
3.8 Kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai akibat kelalaian di dalam penyediaan, penggunaan dan perawatan peralatan akibat dari tenaga listrik selama proses pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai
MMRI 2014 UNDIP 20 kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap syarat dan ketentuan yang ada.
6 Telepon Sementara
Kontraktor akan menyediakan layanan telepon sementara selama konstruksi untuk kelancaran komunikasi.
7 Petunjuk Panggilan Darurat
Kontraktor harus menyediakan daftar lokasi terdekat dan bekerja sama dengan instansi terkait seperti polisi, rumah sakit atau pelayanan kesehatan di Direksi keet, untuk mengantisipasi apabila terjadi keadaan darurat.
5.6 PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN
1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.
2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.
3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan bangunan – bangunan sementara, termasuk pengangkutnya tanpa tambahan biaya.
5.7 KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 1. Ruang Lingkup
Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan.
MMRI 2014 UNDIP 21
2. Pedoman dan Standar
2.1 Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245?MEN/1990 tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional.
2.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Keselamatan Kerja
3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi.
3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dan lain-lain.
3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt,
MMRI 2014 UNDIP 22 safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu.
4. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
4.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 4.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
4.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, Tim Direksi, dan Konsultan.
5.8 DAMPAK LINGKUNGAN
1. Pertimbangan Lingkungan
1.1 Kontraktor akan membangun fasilitas, sehingga tidak satupun pekerjaan mempunyai dampak merugikan pada lingkungan, komunitas serta fasilitas lalu lintas lainnya.
1.2 Pertimbangan harus dilakukan sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada : 1). Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk meminimalkan
emisi polusi udara
2). Pengendalian sulfur dioksida dan polutan udara lainnya 3). Pemisahan air limbah industri dan kota
MMRI 2014 UNDIP 23 4). Reklamasi air limbah
5). Pemulihan dan daur ulang bahan – bahan yang sesuai 6) Pengendalian kebisingan kendaraan
7) pengendalian kebisingan dari industry dan fasilitas komersial 8) Batasan getaran
9) Pelestarian tanah alam sedapat mungkin 10) Pelestarian situs arkeologi
2. Perlindungan Lingkungan
2.1 Kontraktor harus menyadari dan mengikuti praktek-praktek perlindungan lingkungan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh otoritas dan instansi terkait yang relevan.
2.2 Lanau dan lumpur yang diklarifikasikan sebagai limbah bahan tidak boleh dibuang langsung ke perairan dekat pantai. Bahan ini akan dibuang di TPA yang disetujui.
2.3 Limbah / sisa material dengan klasifikasi bahan kimia berbahaya atau tidak berbahaya akan dibuang dan/atau disimpan di TPA yang disetujui. 2.4 Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat untuk perlindungan
lingkungan hidup tetapi semua biaya yang daripadanya akan dimasukan dalam harga kontrak dibayarkan item.
3. Pengendalian Dampak Lingkungan
3.1 Kontraktor wajib mengikuti ketentuan yang ada dalam usaha pelaksanaan pengendalian lingkungan.
3.2 Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain : Banjir
Longsor Debu
MMRI 2014 UNDIP 24 Suara
5.9 JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU 1. Ruang Lingkup
Bagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu produk, hasil kerja dan penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan.
2. Persyaratan Umum
2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang ditentukan, kecuali secara spesifik ditentukan bebas dari persyaratan.
2.2 Konsultan dan PPK mempunyai hak untuk menolak material atau cara dan hasil kerja yang tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat. 2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak
oleh Konsultan dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari konsultan tanpa tambahan biaya.
2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan melakukan pembongkaran atas biaya dari kontraktor.
2.5 Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan.
5.10 SUBMITTAL
1. Ruang Lingkup
Bagian ini mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan dokumen yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, ijin pelaksanaan pekerjaan, material, sub kontraktor, gambar kerja (Shop
MMRI 2014 UNDIP 25 Drawing), metode pelaksanaan pekerjaan, usulan review desain, perubahan pelaksanaan pekerjaan (variation order) dan gambar pelaksanaan hasil pekerjaan (as built drawing).
2. Persyaratan Umum
2.1 Pengajuan submittal harus disertai surat penyampaian, yang berisi : 1) Nomor dan tanggal penyampaian / revisi penyampaian 2) Nama proyek, paket dan bagian pekerjaan
3) Nama kontraktor, sub kontraktor dan pemasok / supplier 4) Indentifikasi dan spesifikasi produk dan material
5) Hal – hal yang diperlukan untuk indentifikasi dan konfirmasi yang terkait pengajuan.
2.2 Dalam setiap pengajuan submittal, Kontraktor dianggap sudah mempelajari, mengetahui dan memeriksa dokumen kontrak.
2.3 Pengajuan yang tidak disetujui akan diberikan catatan dan dikembalikan kepada Kontraktor, Kontraktor harus melakukan perbaikan dan diajukan kembali.
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
3.1 Kontraktor harus menyampaikan jadwal pelaksanaan Pekerjaan yang berisi antara lain uraian item pekerjaan, urutan dan keterkaitan antar bagian pekerjaan, bobot pekerjaan, bobot rencana mingguan dan bulanan serta mencantumkan grafik kurva-S.
3.2 Jadwal pelaksanaan yang telah disetujui akan dijadikan paduan dalam melakukan evaluasi secara periodik.
4. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan
4.1 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan sesui format yang disediakan Konsultan.
MMRI 2014 UNDIP 26 4.2 Konsultan akan melakukan pengecekan di lapangan sesuai ijin
pelaksanaan yang diajukan.
4.3 Pada pekerjaan yang bersifat khusus, Kontraktor harus mengajukan metode kerja dan mempresentasikan kepada PPK dan Konsultan.
5. Material
5.1 Kontraktor harus menyampaikan contoh material/peralatan atau brosur material yang akan digunakan untuk pekerjaan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari PPK.
5.2 Contoh material harus dalam ukuran dan kuantitas yang cukup untuk dilihat secara visual, termasuk data lokasi dan teknis produksi dari pemasok.
5.3 PPK dapat meminta pengujian tambahan dan/atau pemeriksaan laboratorium atas bahan, material dan/atau produk oleh pihak independen, bila diperlukan.
5.4 Kontraktor tidak boleh memesan bahan atau memulai pembuatan suatu produk sebelum pengajuan disetujui dan ditanda tangani oleh PPK dengan rekomendasi Konsultan.
6. Sub Kontraktor
6.1 Perusahaan Sub Kontraktor harus disetujui oleh PPK
6.2 Kontraktor harus mengajukan usulan Sub Kontraktor kepada PPK. 6.3 PPK dibantu Konsultan mengadakan pemeriksaan terhadap kemampuan
yang dimiliki Sub Kontraktor sesuai ketentuan dalam peraturan yang berlaku.
6.4 Pengajuan usulan harus dilengkapi dengan dokumen yang berisi cpmpany profil, daftar pengalaman, jenis pekerjaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk penilaian.
MMRI 2014 UNDIP 27
7. Gambar Kerja (Shop Drawing)
7.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja (Shop Drawing).
7.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) harus disetujui oleh Kontraktor, Konsultan dan PPK.
7.3 Pengajuan Gambar Kerja Harus mengacu kepada gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis yang sudah disetujui oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
7.4 Dalam melakukan pembuatan gambar kerja, Kontraktor harus melakukan penelitian terhadap gambar rancangan (desain) yang sudah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara kondisi lapangan dan gambar rancangan (desain) maka kontraktor dapat mengajukan usulan perubahan / review desain.
7.5 Kontraktor dalam melakukan penelitian desain (spesifikasi teknis dan gambar rancangan) harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana. 7.6 Untuk mendapatkan hasil kerja yang Optimal, Kontraktor diminta selalu
berkoordinasi dengan Konsultan dan pihak terkait.
7.7 Perhitungan volume untuk semua item pekerjaan mengacu kepada shop drawing yang telah disetujui.
7.8 Gambar Kerja dibuat dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy (dalam bentuk CAD dan PDF File).
8. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan
Kontraktor harus mengajukan metode kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
MMRI 2014 UNDIP 28 8.2 Gambar kerja dan persyaratan teknis serta alokasi waktu untuk pekerjaan
yang bersangkutan.
8.3 Jumlah dan kapasitas sumberdaya yang diperlukan untuk pekerjaan yang bersangkutan.
8.4 Uraian detail aktifitas pekerjaan dengan mempertimbangkan kepada kondisi yang ada selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk gambar skematik, bagan alir bagian pekerjaan lain dengan menggunakan software seperti Microsoft project, Primavera dan lain – lain.
8.5 Uraian dan perhitungan struktur pengaman sementara yang diperlukan. 8.6 Aspek lingkungan dan social disekitar lokasi kerja.
8.7 Pengamanan utilitas dan/atau infrastruktur yang ada disekitar, baik dibawah atau diatas lokasi kerja.
8.8 Pengamanan/Rambu-rambu lalu lintas.
9. Usulan Perubahan Desain (Review Desain)
Perubahan gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis harus mendapat persetujuan Konsultan dan PPK untuk perubahan kecil (minor), Jika perubahan yang harus dilakukan besar (major) maka harus mendapat persetujuan Kementerian Pekerjaan Umum.
10. Perubahan Pekerjaan (Variation Order)
10.1 Jika ada perubahan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan secara tertulis.
10.2 Pengajuan dilengkapi dengan gambar awal dan gambar perubahan secara detail.
10.3 Jika ada perubahan biaya dan waktu pelaksanaan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut dengan PPK untuk memperoleh persetujuan dengan rekomendasi Konsultan.
MMRI 2014 UNDIP 29
11. Gambar Hasil Pelaksanaan Pekerjaan (As Built Drawing)
11.1 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as-built” pada akhir pelaksanaan konstruksi untuk mendapat persetujuan dari konsultan dan PPK.
11.2 As Built Drawing di sampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah serah terima akhir.
11.3 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as built drawing” yang telah disetujui sebanyak :
1) 1 (satu) set asli
2) 5 (lima) set copy dijilid
3) Rekaman soft copy dalam CD atau jenis lainnya dalam bentuk CAD dan PDF file.
5.11 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN 1. Ketentuan Umum
1.1 Pengujian sample di laboratorium harus dilakukan di laboratorium independent yang telah disetujui oleh PPK/Konsultan.
1.2 Kontraktor harus melakukan pengujian yang diperlukan untuk menjamin kualitas yang ditetapkan sesuai arahan Konsultan / PPK.
1.3 Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian ditanggung oleh Kontraktor.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian
2.1 Kontraktor wajib memfasilitasi Konsultan dan PPK dalam pelaksanaan pengujian.
2.2 Konsultan dan PPK dapat meminta tambahan pengujian jika perlu 2.3 Hasil pemeriksaan dan pengujian harus didokumentasi
MMRI 2014 UNDIP 30 2.4 Kontraktor harus menyiapkan personil untuk menyaksikan proses
pemeriksaan dan pengujian
2.5 Kontraktor harus menyiapkan alat uji yang diperlukan.
5.12 RAPAT PROYEK 1. Ruang Lingkup
Bagian ini mencakup persyaratan untuk pertemuan pra-konstruksi, koordinasi rutin pertemuan dan kemajuan dan distribusi menit dan informasi terkait.
2. Persyaratan Umum
2.1 Konsultan harus mengadakan rapat Pra-Konstruksi, Rapat Berkala, dan Rapat khusus selama pelaksanaan pekerjaan.
2.2 Perwakilan kontraktor, subkontraktor dan pemasok harus menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh Konsultan dan PPK.
2.3 Konsultan adalah pemimpin rapat dan membuat risalah rapat untuk semua proses yang dijalankan.
2.4 Hasil rapat harus didistribusikan kepada seluruh stakeholder.
3. Rapat Pra-Konstruksi Dengan Agenda
Dalam rapat pra-konstruksi dibahas hal-hal sekurang – kurangnya : 3.1 Organisasi Kerja
3.2 Program Kerja 3.3 Jadwal Pelaksanaan 3.4 Program Mutu
3.5 Prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pengajuan submittal, rencana perubahan ruang lingkup, dan lain-lain.
3.6 Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 3.7 Pelaksanaan Program pengendalian Dampak Lingkungan
MMRI 2014 UNDIP 31 3.8 Rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama.
4. Rapat Kemajuan Pekerjaan
4.1 Jadwal rutin, dan pertemuan untuk kemajuan pekerjaan. 4.2 Agenda rapat :
1) Review dan persetujuan risalah rapat sebelumnya. 2) Observasi lapangan, kendala selama pekerjaan. 3) Masalah yang menghambat kemajuan pekerjaan 4) Pninjauan ke pabrik dan jadwal pengiriman.
5) Tindakan korektif dan prosedur yang diperlukan untuk mempertahankan target yang ditetapkan.
6) Jadwal pekerjaan yang akan dating
7) Jadwal shop drawing dan tanggal persetujuan 8) Proposal perubahan untuk penyelesaian pekerjaan 9) Dan lain – lain yang diperlukan.
5.13 PELAPORAN
1. Laporan Harian
Kontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa – peristiwa penting yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas.
MMRI 2014 UNDIP 32
2. Laporan Mingguan
Kontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa – peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ).
3. Laporan Bulanan
3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan).
3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPK.
5.14 SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN 1. Persiapan Serah Terima hasil Pekerjaan
Kontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain :
1.1 Melakukan pembersihan lapangan.
1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan. 1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. 1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan
MMRI 2014 UNDIP 33 1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian. 1.6 Menyiapkan dokumen – dokumen untuk proses serah terima hasil
pekerjaan.
2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil Pekerjaan
Ketentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut : 2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah
terima hasil pekerjaan.
2.2 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan dan tim PPK.
2.3 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual)
2.4 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK.
5.15 MASA PEMELIHARAAN 1. Ruang Lingkup
Masa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan.
2. Masa Pemeliharaan
2.1 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO.
2.2 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
MMRI 2014 UNDIP 34 2.3 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO.
3. Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan
3.1 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga kondisi hasil pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan.
3.2 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan.
3.3 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil pekerjaan harus diinformasikan kepada PPK.
3.4 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat atau rusak selama masa pemeliharaan.
3.5 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor.
6.
PEKERJAAN FISIK BANGUNAN PELENGKAP
6.1 PEKERJAAN PEMBONGKARAN 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pembuangan material yang tidak diperkenankan di lokasi seperti pasangan batu dari bangunan, pagar, struktur atau bangunan lainnya. Pekerjaan ini juga mencakup pemindahan material tertentu karena masih digunakan atau memerlukan proses untuk penghapusan.
2. Pedoman Standar
Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga
3. Jaminan dan Pengendalian Mutu
MMRI 2014 UNDIP 35
4. Submital
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital”
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
Tidak ada
5.2 Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan minimal :
1) Jack Hammer atau palu mekanis 2) Excavator
5.3 Pelaksanaan
1) Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus dicatat, disimpan dan dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh konsultan. Sedangkan material yang tidak dapat digunakan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.
2) Sebelum memulai setiap penggalian atau pembongkaran pekerjaan, Kontraktor harus melakukan survey pekerjaan yang ada dan memeriksa gambar Spesifikasi untuk menentukan sejauhmana pekerjaan tersebut dilakukan.
3) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembongkaran sesuai ruang yang ditentukan sebagai lokasi kerja, seperti terlihat dalam gambar atau arahan Konsultan.
4) Struktur drainase yang digunakan tidak boleh dipindahkan sebelum mendapat ijin dari konsultan.
5) Kontraktor harus melakukan koordinasi dengan instansi terkait sebelum dan selama melaksanakan pembongkaran.
MMRI 2014 UNDIP 36 6) Semua material yang dapat dipakai lagi harus dipindahkan tanpa kerusakan, dalam bentuk potongan-potongan atau serpihan yang diangkut dan harus disimpan oleh Kontraktor pada tempat yang ditentukan. Tempat penyimpanan harus aman dan tidak boleh mengganggu pelaksanaan konstruksi pengaspalan dan bangunan pelengkap lainnya.
7). Kontraktor harus mengamankan dan merapihkan lokasi bekas bongkaran struktur agar tidak membahayakan lingkungan sesuai arahan Konsultan.
8) Setiap kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan pembongkaran harus diperbaiki atau diganti tanpa biaya tambahan kepada PPK.
9) Debu/Kotoran/polusi akibat pembongkaran dan atau pemberihan tidak boleh mengganggu lingkungan sekitar.
10) Kontraktor harus melakukan antisipasi terkait proses pelaksanaan pekerjaan yang dapat menghasilkan kerusakan/gangguan lingkungan.
6.2 PEMBERSIHAN LAHAN 1. Ruang Lingkup
Pembersihan lahan adalah pekerjaan pembersihan lahan dari semua pohon-pohon, sisa-sisa bangunan, vegetasi, sampah, material-material yang tidak diinginkan termasuk pembuangan tunggul, akar-akaran dan material-material buangan yang dihasilkan dari pengupasan baik di daerah timbunan maupun galian termasuk pengupasan humus, Semua material hasil pembersihan lahan haurs dibuang ke lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan.
MMRI 2014 UNDIP 37
2. Pedoman Standar
Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga
3. Jaminan dan Pengendalian Mutu
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu”
4. Submital
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital”
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
Tidak ada
5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini minimal : 1). Buldozer/Motor Grader/Ecavator
Peralatan selain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari konsultan.
5.3 Pelaksanaan
1) Melakukan survey batas wilayah yang akan dikerjakan dan benda yang akan dibersihkan seperti pohon, semak, tanaman dan lain-lain.
2) Menjaga benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.
3) Semua benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.
4) Pengupasan tanah dilakukan dengan kedalaman maksimum 50 cm dari permukaan tanah asli.
MMRI 2014 UNDIP 38 5) Hasil survey rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan pengukuran setelah kegiatan dilaksanakan harus disetujui oleh Konsultan.
6.3 GALIAN UNTUK BANGUNAN STRUKTUR 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian sesuai dengan gambar kerja, pengangkutan material dari lokasi galian ke lokasi pembuangan yang ditunjuk, pembuatan konstruksi pengaman jika diperlukan, dan pembuatan fasilitas lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Pedoman Standar
1) Peraturan yang berlaku di Indonesia
Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini.
4. Submittal
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital”
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
Dalam pekerjaan ini tidak diperlukan material kecuali jika terjadi kelebihan penggalian, maka material yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pekerjaan timbunan atau disetujui oleh Konsultan.
5.2 Peralatan
MMRI 2014 UNDIP 39 1) Excavator/Backhoe
2) Alat pemecah batu (jack hammer, palu dan lain-lain)
Peralatan lain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan.
5.3 Pelaksanaan
1) Survei Lapangan
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.
2) Stabilitas Lereng
a. Kontraktor harus menjamin kestabilan lereng batuan, selama periode pelaksanaan. Jika diperlukan Kontraktor harus membuat pengamanan sementara.
b. Konstruksi pengamanan sementara dan metode kerja harus diajukan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan.
3) Kelebihan Penggalian
Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali oleh Kontraktor dengan material yang disetujui oleh Konsultan. Biaya yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan penimbunan kembali akibat kelebihan penggalian menjadi tanggung jawab kontraktor.
4). Pembersihan Lokasi
Semua material seperti batu bata, batu, sisa beton atau pasangan batu, barang yang dapat merusak struktur, sampah, barang-barang buangan, atau pecahan bekas jalan aspal yang menjadi penghalang
MMRI 2014 UNDIP 40 pelaksanaan pekerjaan harus dibuang ke tempat yang disetujui oleh Konsultan.
5) Aliran Air
a. Kontraktor harus membuang drainase atau memindahkan aliran air yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan termasuk pekerjaan pemompaan air dari lokasi galian.
b. Kontraktor harus memperhitungkan kondisi volume aliran air yang akan terjadi seperti pada saat hujan.
c. Kontraktor harus mengantisipasi banjir ke wilayah sekitar akibat dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Kontraktor harus menjamin kelancaran aliran air dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan saluran air yang melewati lokasi pekerjaan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
6) Material Hasil Galian
a. Semua material galian prinsipnya harus dibuang.
b. Jika material galian dinilai dapat digunakan, maka material tersebut harus diuji terlebih dahulu.
c. Penggunaan kembali material galian harus mendapat persetujuan Konsultan.
7) Lokasi Pembuangan
a. Kontraktor mengajukan usulan lokasi pembuangan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan yang dilengkapi ijin pembuangan dari pemilik.
b. Lokasi pembuangan mengacu kepada ketentuan mengenai lingkungan.
MMRI 2014 UNDIP 41
6.4 TIMBUNAN DENGAN MATERIAL TANAH PILIHAN 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan material tanah pilihan, angkutan tanah ke lokasi, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembuatan timbunan tanah atau penimbunan kembali kelebihan galian sesuai gambar yang telah disetujui.
2. Pedoman dan Standar
2.1 Peraturan di Indonesia
Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 2.2 ASTM Standar
ASTM C 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Agregates
ASTM C 142 Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Agregates
ASTM C 235 Method of Test for Scratch Hardness of Coarse Agregate Particles
ASTM D 421 Standard Particles for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants
ASTM D 422 Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils
ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3))
ASTM D 854 Standard Test Methods for Spesific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer
MMRI 2014 UNDIP 42 ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements
ASTM D 1556 Standard Test Method for Density and unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method
ASTM D 1883 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Water (Moisture) of laboratory-Compected Soils
ASTM D 2216 Standard Test Method for laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass
ASTM D 2937 Density of Soil in Place by the Drive Cylinder Method
ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils
ASTM D 4429 Standard Test method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place.
ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compaction Determination at Shallow Depths Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer.
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini.
MMRI 2014 UNDIP 43
4. Submittal
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini.
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
1). Karakteristik Material Tanah
a. Material tanah pilihan tidak boleh mengandung bahan – bahan berbahaya, sampah, kotoran – kotoran dan material asing.
b. Material yang diklasifikasikan oleh Unifield Classification System sebagai OL, OH, atau Pt tidak boleh digunakan sebagai material pilihan.
c. Material pilihan harus memiliki batas cair maksimal 80% dan batas plastis maksimum 50% dengan indeks plastisitas (plasticity index) tidak lebih dari 30% sesuai ASTM D 4318. d. Nilai CBR laboratorium material timbunan (ASTM D 1883)
tidak kurang dari 6% pada contoh tanah terendam (soaked) yang dipadatkan hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASTM D 698.
e. Material tanah pilihan (borrow material) untuk timbunan tidak boleh mengandung Montmorillonite, Konsultan berhak untuk melakukan uji analisis mineral.
f. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow material) dilakukan oleh Konsultan dan unsure-unsur Ditjen Perkeretaapian untuk diuji dilaboratorium dalam rangka persetujuan untuk dapat digunakan sebagai material timbunan.
MMRI 2014 UNDIP 44 Biaya yang timbul akibat pelaksanaan pengambilan contoh material menjadi tanggung jawab kontraktor.
Kontraktor juga menyiapkan tenaga kerja dan alat yang diperlukan dalam rangka melakukan penyelidikan dan pengambilan contoh.
Rencana waktu pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian harus diajukan sebelumnya kepada Konsultan. g. Hanya material yang disetujui oleh Konsultan yang dapat
digunakan sebagai material timbunan. Jika material yang dikirim ke lokasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah disetujui, Konsultan dapat menolak material tersebut dan Kontraktor wajib membuangnya/membersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya sendiri.
h. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow pit) tidak boleh digali sebelum disetujui oleh Konsultan.
i. Borrow pit harus dalam kondisi kering pada saat dilakukan pengambilan material. Pada saat pengambilan harus selalu memperhatikan stabilitas tanah untuk mencegah longsor akibat penggalian dan ketentuan mengenai lingkungan serta keselamatan kerja.
5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 1). Vibro roller/sheep foot roller
2). Buldozer/Motor Grader 3). Excavator
MMRI 2014 UNDIP 45
5.3 Pelaksanaan
1) Survei Lapangan
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.
2) Pelaksanaan Penimbunan
a. Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul beban dan tidak akan menyebabkan timbulnya penurunan yang berlebihan.
Sesudah dilakukan pengupasan tanah asli, sebelum dilakukan penghamparan tanah timbunan, Kontraktor harus memastikan tanah dasar timbunan memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR 6 % menggunakan uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) ASTM D 6951 atau alat lain yang setara. b. Jika tanah dasar / asli memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR kurang dari 6 % menggunakan uji DCP atau alat lain yang setara, maka harus dilaksanakan pekerjaan perbaikan tanah dasar ASTM D 6951.
c. Metode perbaikan tanah dasar harus diusulkan dan disetujui oleh Konsultan dan PPK.
d. Setelah dipastikan kondisi tanah dasar baik sesuai kaidah – kaidah rekayasa teknik sipil, pekerjaan timbunan dapat dilaksanakan.
e. Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata.
MMRI 2014 UNDIP 46 f. Bongkahan tanah yang berukuran lebih dari 20 cm harus
dihancurkan terlebih dahulu sebelum pemadatan.
g. Pada lokasi timbunan dilereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 30 cm.
h. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan hamparan masing-masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan setiap lapis dilakukan pengukuran elevasi.
i. Uji coba pemadatan (trial embankment) terhadap material timbunan harus dilakukan pada saat awal untuk mengetahui ketebalan lapisan dan jumlah minimum lintasan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang disyaratkan dengan panjang lintasan 50 m. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) test kepadatan (density test) harus dilakukan untuk meyakinkan hasil test ini.
j. Uji coba pemadatan (trial embankment) harus dilakukan kembali jika terjadi perubahan terhadap material timbunan dan alat yang digunakan.
k. Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan kepadatan kering (dry density) minimal 95% dari maksimum Kepadatan Kering yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698. l. Material yang disetujui sebagai material timbunan harus
memiliki kadar air mendekati kadar air optimum pemdatan. Kontraktor harus menambahkan air kepada material timbunan untuk mendapatkan kadar air material timbunan yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material
MMRI 2014 UNDIP 47 timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka kontraktor harus menunggu hingga kadar air mendekati optimum.
m. Material timbunan harus dilindungi untuk menjaga kadar air.
3). Pengujian Hasil Pemadatan
a. Pengujian terhadap hasil pemadatan per lapis dapat menggunakan metode sesuai ASTM D 1556 Standard Test method for Density and Unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method atau ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compectioan Determination at Shallow Depth Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer atau ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place kecuali lapis terakhir.
b. Hasil pengujian di atas harus dipadatkan minimum hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASMT D 698 atau minimum setara nilai CBR sebesar 6% dari contoh material terendam kecuali lapis terakhir.
c. Pengujian hasil pemadatan lapis terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3 (11 kg/cm3).
d. Pengujian hasil pemadatan harus dilakukan setiap 500 m2 untuk setiap lapisan tanah yang dipadatkan.
MMRI 2014 UNDIP 48
6.5 TIMBUNAN AGREGAT SEBAGAI PONDASI JALAN 1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penghamparan dan pemadatan material pilihan pada bangunan struktur
2. Pedoman dan Standar
2.1 Peraturan Indonesia
Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 2.2 ASTM Standard
ASTM D 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates
ASTM D 142 Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates
ASTM D 235 Method of test for Scratch Hardness of Coarse Aggregate Particles
ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3))
ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements
ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini.
MMRI 2014 UNDIP 49
4. Submittal
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini.
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
1). Karakteristik Material Berbutir
a. Batu kali atau batu gunung berkualitas baik, kers, tidak poros dan tidak boleh berukuran lebih dari 25 cm.
b. Berbentuk pecah/bulat, pasir, atau kombinasinya.
c. Material berbutir tidak boleh mengandung lumpur dan bahan organic sebagai berikut :
Lumpur (ASTM C 235) > 5 % Bahan Organik (ASTM C 142) > 5 % d. Gradasi material berbutir (ASTM C 136)
Ukuran maksimum 40 mm
Material lolos saringan 4,75 mm 25% - 90% Material lolos saringan 0,075 mm 0% - 10%
2) Karakteristik Material Tanah
Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan Material Tanah
Pilihan” 5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1) Vibro roller
MMRI 2014 UNDIP 50 Peralatan selain di atas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan.
5.3 Pelaksanaan
1) Survei Lapangan
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.
2) Pelaksanaan Penimbunan
a. Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan
Material Tanah Pilihan”
b. Pekerjaan timbunan yang menggunakan tanah berbutir dilakukan sesuai dengan ketentuan dibawah ini :
Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan dengan ketebalan tidak lebih dari 15 cm setiap lapisan.
Pada lokasi timbunan di lereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 15 cm. Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan
Kepadatan kering (Dry Density) 100 % dari kepadatan kering maksimum yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698.
Peraltan pemadatan yang digunakan tidak boleh menyebabkan kerusakan atau pergeseran struktur.
MMRI 2014 UNDIP 51 Pekerjaan timbunan di belakang/di atas struktur beton tidak boleh dilaksanakan sebelum usia beton mencapai kekuatan tekannya (compressive strength) atau sebelum 28 hari, kondisi mana yang tercapai terlebih dahulu.
3) Pengujian Hasil Pemadatan
Pengujian hasil pemadatan pekerjaan timbunan dengan menggunakan material berbutir adalah sebagai berikut :
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, material yang akan digunakan sebagai material timbunan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metoda uji sesuai dengan ASTM D 698 dengan kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density) sebesar 100%.
b. Pengujian hasil pemadatan lapisan terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for nenrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for Use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3.
6.6 DINDING PENAHAN TANAH DENGAN PASANGAN BATU KALI 1. Ruang Lingkup
1) Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar.
MMRI 2014 UNDIP 52 2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
2. Pedoman dan Standar
1) Standar Industri Indonesia (SII)
2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982)
3) American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini.
4. Submittal
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini.
5. Persyaratan Teknis 5.1 Material
1). Batu belah
Batu harus menyerupai kubus, keras dan kuat dengan ukuran antara 15 sampai 30 cm, atau ukuran lain yang disetujui oleh Konsultan. Batu harus relative rata dan bersudut. Permukaan dasar tidak kurang dari 1/16 dari permukaan depan dan lebar terkecil dari permukaan dasar harus lebih dari 1/10 dari panjang terbesar.
2). Pipa Drainase
MMRI 2014 UNDIP 53
3). Mortar / Adukan
Campuran mortar : 1 semen : 4 pasir, Persyaratan material semen dan pasir sesuai pada “Bagian Beton”.
5.2 Pelaksanaan
1) Survei lapangan
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.
2) Pembuatan Dinding Penahan tanah Dari Pasangan batu
a. Setelah elevasi dasar tercapai, dilakukan penghamparan pasir urug dan dipadatkan untuk mendapatkan daya dukung yang seragam.
b. Batu harus dalam kondisi bersih sebelum dipasang. Alas mortar harus dihampar disisi batu yang berdekatan sebelum pemasangan batu berikutnya.
c. Ketebalan mortar minimum harus mencukupi sehingga tidak terjadi kontak langsung antara batuan. Batu harus ditekan pada tempatnya dan batu yang mempunyai muka berbeda lebih dari 20 mm dari muka pasangan atau lebih dari 30 mm dari muka batu yang berdekatan harus segera diperbaiki dengan menggeser dan memasang kembali.
d. pada dinding pasangan batu harus dibuat saluran pembuangan air (weepholes) pada setiap 1 m persegi dan terbuat dari pipa PVC dengan diameter minimal 2 “. Pada sisi dalam weepholes dibungkus dengan potongan geotekstile